Anda di halaman 1dari 79

1

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosiologi merupakan cabang ilmu sosial yang secara empiris
mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara beragam gejala
sosial termasuk organisasi, kebudayaan, lembaga-lembaga sosial dan aspek
perilaku lain. Sehingga dari definisi di atas, sosiologi pedesaan dapat
diartikan sebagai ilmu yang mendeskripsikan atau menggambarkan dan
membahas hubungan antara manusia di dalam maupun di luar kelompokkelompok sosial serta merupakan penerapan sosiologi untuk masyarakat
pedesaan. Sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai
petani yang mayoritas tinggal di daerah pedesaan. Para petani tersebut selain
bertani juga mempunyai pekerjaan sambilan. Hal ini dikarenakan kebutuhan
ekonomi yang semakin lama semakin meningkat, jika petani hanya
menggantungkan hidupnya pada usaha taninya saja, maka kebutuhan hidup
keluarga tidak dapat tercukupi sehingga petani tersebut harus mengerjakan
pekerjaan sambilan agar kebutuhan keluarganya terpenuhi.
Petani atau masyarakat di daerah pedesaan mempunyai hubungan
kekeluargaan yang erat antara warga masyarakatnya sehingga timbul rasa
saling tolong menolong masyarakat di desa juga masih menjunjung tinggi
adat istiadat yang ada di desa tersebut dan adat istiadat tersebut harus ditaati
oleh masyarakat dalam desa tersebut. Kehidupan masyarakat desa yang
sederhana dan guyup tidak selamanya mendatangkan ketentraman. Terkadang
diantara mereka terdapat konflik-konflik sosial yang akan mereka selesaikan
baik secara musyawarah maupun secara kekeluargaan. Setiap desa
mempunyai ciri khas tersendiri. Setiap desa mempunyai adat istiadat,
organisasi sosial, struktur pemerintahan yang berbeda dengan desa lain. Di
desa banyak terjadi proses sosial, untuk lebih mengetahui proses-proses sosial
dan kehidupan masyarakat pedesaan.
B. Tujuan Praktikum

Praktikum sosiologi pedesaan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk


melatih mahasiswa mengenal lebih dalam perilaku masyarakat desa,
kelembagaan hubungan kerja agraris dan luar pertanian, kekosmopolitan
petani, kelembagaan pedesaan, pola komunikasi, organisasi sosial, konflik
sosial dan adat istiadat yang ada.
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum sosiologi pedesaan ini dilaksanakan pada hari Jumat sampai
hari Minggu, tanggal 14 - 16 November tahun 2014 di desa Tambi, kecamatan
Kejajar , kabupaten Wonosobo.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Sosiologi berasal dari dua kata yaitu socius yang berarti kawan dan logos
yang berarti berbicara.Jadi sosiologi berbarti berbicara tentang masyarakat.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan tentang kemasyarakatan yang merupakan
hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan sosiologi tersebut harus di bentuk
berdasarkan pengamatan terhadap masyarakat (Soekamto, 2012). Sosiologi
sebagai cabang ilmu sosial sebagai akibat dari perkembangan sosial pada
masanya masing-masing. Ada dua kekuatan yang mempengaruhi lahirnya

sosiologi. Dua kekuatan tersebut yaitu kekuatan-kekuatan soial dan kekuatankekuatan intelektual. Kekuatan sosial dan kekuatan intelektual merupakan dua
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (Raho, 2007).
Desa merupakan suatu persekutuan hidup bersama yang mempunyai
kesatuan hukum organisasi, batas geografis tertentu. Desa diawali dari manusia
yang hidup bergerombol baik dalam satu lingkungan yang besar atau kecil dan
bertempat tinggal pada tempat tertentu. Dengan segala perkembangannya yang
mereka alami, serta pertumbuhan jumlah jiwa yang semakin banyak kemudian
mulai dipikirkan masalah keamanan dan tata tertib pergaulan sesamanya dengan
maksud untuk memelihara ketentraman serta tatanan hidup yang harmonis dan
pantas sebagai keluarga besar (Purwanto, 2009).
Pedesaan adalah satu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu
masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Desa terjadi hanya
satu tempat kediaman masyarakat saja. Terjadi dari satu induk desa dan
beberapa tempat kediaman sebagian daripada masyarakat hukum terpisah yang
merupakan kesatuan tempat tinggal sendiri, pendukuhan,kampung, cantilan,
tanah belukar dan tanah hutan (Kamanto, 2000).
Sosiologi pedesaan adalah sosiologi yang melukiskan dan menelaah
hubungan di dalam dan antara kelompok kelompok yang ada di lingkungan
pedesaan. Menurut Paul H. Landis, seorang ahli sosiologi pedesaan adalah daerah
dimana pergaulan yang di tandai dengan sifat keakraban dan keramahan-tamahan
yang meluas sekali (Kamanto, 2000). Masyarakat desa merupakan sebuah
komunitas unik yang berbeda dengan masyarakat di perkotaan. Segala kebijakan
dan perundang-undangan adalah produk para pemangku kebijakan yang biasanya
dilakukan oleh masyarakat. Maka masyarakat desa memiliki kekhasan dalam
mengatur berbagai kearifan-kearifan lokal (Kusnaedi, 2005).
Ciri-ciri kehidupan masyarakat pedesaan yaitu mempunyai sifat homogen
dalam mata pencaharian, nilai kebudayaan serta dalam sikap dan tingkah laku.
Lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi. Yang berarti semua
anggota keluarga turut memenuhi kebutuhan ekonomi. Hubungan sesama anggota

masyarakat lebih awet dan intim dari pada masyarakat perkotaan (Djiwandi,
2007).
Beberapa ciri-ciri penting kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia
diantaranya adalah konflik dan persaingan, desa sering digambarkan sebagai
daerah atau tempat orang bergaul rukun, tenang dan selaras. Namun, karena
seringnya mereka hidup berdekatan maka akan terjadi konflik seperti masalah
tanah, kedudukan dan gengsi, masalah perkawinan, konflik antara kaum tua
dengan kaum muda, serta perbedaan antara pria dan wanita. Yang kedua adalah
kegiatan bekerja, di dalam masyarakat desa yang berdasarkan bercocok tanam
orang biasa bekerja keras dalam masa-masa tertentu, tetapi mengalami kelegaan
bekerja dalam masa-masa yang lain dalam rangka satu lingkaran pertanian. Pada
masa-masa yang paling sibuk, orang dapat menyewa tenaga tambahan atau
meminta bantuan tenaga dari sesama warga desa. Yang ketiga siistem tolongmenolong, aktivitas tolong-menolong di lingkungan pedesaan biasanya
menyangkut kebutuhan yang bersangkutan dengan rumah tangga yang biasanya
berkaitan dengan kepentingan-kepentingan pribadi dan dilakukan oleh orangorang dalam sistem kekerabatan. Kemudian gotong royong, gotong royong
menyangkut aktivitas bekrja sama antara sejumlah besar warga desa untuk
menyelesaikan suatu proyek tertentu yang digarap berguna bagi kepentingan
umum. Selanjutnya jiwa dan semangat gotong royong, sikap atau peran rela
terhadap sesama warga masyarakat, sikap yang mengandung pengertian terhadap
kebutuhan sesama warga masyarakat. Kemudian musyawarah dan jiwa
musyawarah, dalam hal ini keputusan yang diambil dalam rapat tidak
berdasarkan suatu mayoritas yang menganut suatu pendirian tertentu, melainkan
seluruh rapat merupakan suatu badan yang dilakukan untuk mengintegrasikan
pandapat-pendapat yang berbeda sehingga semua pendapat dapat saling
didekatkan dalam suatu konsepsi yang baru sehingga timbul suatu sintesa
(Sayogyo dan Pudjiwati, 2006).
Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara banyaknya penduduk
dan luas wilayahnya. Satuan luas wilayah yang umumnya digunakan adalah km2 .
Kepadatan penduduk di suatu daerah tidaklah sama. Ada beberapa macam

kepadatan penduduk, yaitu kepadatan penduduk aritmatik, kepadatan penduduk


agraris, kepadatan penduduk fisiologis, dan kepadatan penduduk ekonomis.
Kepadatan penduduk aritmatik adalah jumlah rata-rata penduduk yang tinggal
pada suatu wilayah yang luasnya 1 km. Sex ratio adalah adalah banyaknya laki
laki setiap 100 perempuan (BPS Jawa Tengah, 2004).
Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk persatuan unit wilayah.
Jumlah penduduk yang digunakan sebagai pembilang dapat berupa jumlah
penduduk seluruh wilayah tersebut atau bagian penduduk tertentu atau bagianbagian penduduk tertentu, seperti penduduk daerah pedesaan atau penduduk yang
bekerja di bidang pertanian. Sedangkan sebagian penduduk dapat berupa luas
seluruh wilayah, luas daerah pertanian dan luas daerah pedesaan. Kepadatan
penduduk agraris adalah jumlah penduduk tiap satuan hektare (Mantra, 2001).
Sex ratio adalah perbandingan jumlah penduduk pria dengan jumlah
penduduk wanita. Jika sex ratio kurang dari 100 maka jumlah penduduk pria
lebih sedikit dari jumlah penduduk wanita. Jika sex ratio sama dengan 100 maka
jumlah penduduk pria sama dengan jumlah penduduk wanita. Dan jika sex ratio
lebih dari 100 maka jumlah penduduk pria lebih banyak dari jumlah penduduk
wanita (Muhammad, 2003).
Stratifikasi sosial ketika diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa
Indonesia adalah pelapisan sosial. Stratifikasi sosial adalah penggolongan atau
pembedaan orang-orang dalam suatu system sosial tertentu kedalam lapisanlapisan hirarkhis menurut dimensi kekuasaan, previlese, prestise. Kekuasaan
yaitu kesempatan yang ada pada seseorang untuk melaksanakan kemauannya
sendiri dalam tindakan sosial. Previlise atau hak istimewa merupakn hak
mendahului untuk memperoleh perlakuan khusus yang baik dalam kehidupan
bersama. Prestise merupakan kehormatan yang harus dikaitkan dengan sistem
sosial tertentu. Pelapisan sosial adalah proses menempatkan diri dalam suatu
lapisan (Ibrahim, 2003).
Sratifikasi sosial merupakan gejala umum yang dapat ditemukan dalam
setiap masyarakat. Keberadaan sistem sratifikasi sosial ini terjadi dengan
sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat namun, ada juga yang dengan

sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan tertentu. Stratifikasi yang disengaja
biasanya dilakukan didalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi
dalam organisasi-organisasi formal seperti pemerintahan, perusahaan, partai
politik ataupun perkumpulan. Dengan demikian kekuasaan dan wewenang
merupakan suatu unsur khusus dalam sistem strarifikasi. Hal ini dilandasi dengan
suatu pandangan bahwa apabila masyarakat hendak hidup teratur, maka
kekuasaan dan wewenang yang ada harus dibagi-bagi dengan teratur agar jelas.
Umur-umur lain dalam stratifikasi adalah status dan ekonomi. Ekonomi
membedakan penduduk menurut jumlah dan sumber pendapatan (Jeffery, 2007).
Ada pula sistem stratifikasi berdasarkan jenis kelamin atau sex statification
yang didapatkan dari faktor perolehan: sejak lahir laki-laki dan perempuan memperoleh
hak dan kewajiban yang berbeda dan perbedaan tersebut lebih mengarah pada suatu
hirarki. Dalam banyak masyarakat, status laki- laki lebih tinggi di banding dengan
perempuan. Partisipasi perempuan dalam dunia kerja relatif terbatasdi bandingkan
dengan laki laki para pekerja perempuan sebenarnya relatif banyak namun terdapat di
srata yang rendah. Dalam bidang admistratif, sering menerima upah lebih rendah
daripadalaki-laki (Kamanto, 2000).

Mobilitas penduduk dapat dibedakan atas mobilitas penduduk vertikal dan


horisontal. Mobilitas penduduk vertikal sering disebut perubahan status, dan
salah satu contohnya adalah perubahan status pekerjaan. Seseorang yang mulamula bekerja dalam sektor pertanian sekarang bekerja dalam sektor non
pertanian. Mobilitas penduduk geografis adalah gerak penduduk yang melintas
batas wilayah menuju wilayah yang lain dalam periode waktu tertentu
(Mantra, 2009).
Bertambahnya penduduk dengan cepat membuat luasan tanah untuk
berusaha di bidang pertanian semakin sempit, banyak petani kecil yang
menggarap tanah tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga, sehingga mencari
tambahan nafkah di luar bidang pertanian. Perubahan status petani yang demikian
melemahkan kedudukannya sendiri oleh karena petani hanya menjadi penggarap
pada hakekatnya hanya dapat menawarkan tenaga kerjanya (modal dengkul)
modal tanah sudah hilang (Tjondronegoro, 2008).

Struktur masyarakat di Indonesia di tandai oleh dua ciri yang bersifat unik secara
horizontal dan vertikal. Secara horizontal ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan
kesatuan sosial yang berdasarkan perbedaan suku, agama, budaya, serta adat kedaerahan.
Secara vertikal adalah stuktur masyarakat Indonesia ditandai dengan adanya perbedaab
vertikala antara lapisan atas dan bawah (Kamanto, 2000).

Mobilitas sosial adalah perubahan status yang terjadi pada diri seseorang.
Mobilitas sosial terdiri dari 2 bagian yaitu mobilitas vertical dan horizontal.
Mobilitas sosila vertical merupakan perubahan status dari tingkatan yang lebih
rendah ke yang lebih tinggi atau sebaliknya. Seorang anak petani yang
mempunyai tekad belajar yang tinggi sehingga mampu menamatkan pendidikan
sampai sampai jejang perguruan tinggi dan akhirnya menduduki posisi vertical
intragenerasi. Orang tua yang mendorong dan mengusahakan anaknya agar
memperoleh pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik merupakan upaya
mobilitas vertical intergenerasi. Mobilitas horizontal adalah perpindahan
kedudukan seseorang yang bersifat horizontal. Ketiga dimensi status yang
dipunyai seseorang sebenarnya tetap.Seorang buruh tani yang karena alasan
tertentu melakukan migrasi ke kota menjadi buruh bangunan, tukang becak, atau
pedagang asongan disebut melakukan mobilitas sosial horizontal, karena pada
dasarnya dimensi status dari jenis-jenis pekerjaan itu sama (Ibrahim, 2003).
Perubahan-perubahan sosial para petsani pada bidang pertanian akibat
dari

medernisasi

adalah

dengan

memperkenalkan

mesin-mesin

untuk

memudahkan pekerjaan pertanian. Karna hal tersebut dapat menyebabkan


hilangnya upah dari beberapa petani. Contohnya adalah sekarang sudah ada
mesin traktor dan mesin penuai. Sekarang ini traktor tangan telah menggantikan
traktor kerbau, sehingga tidak ada lagi peternak kerbau (Munthe, 2007).
Organisasi Penduduk adalah organisasi sosial yang aktif dimasyarakat
untuk mengikuti perkumpulan yang menyalurkan hobi. Organisasi meliputi
hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Dibentuk sesuai dengan kebutuhan
manusia tersebut. Organisasi yang bergerak dibidang pertanian berupa
perusahaan pertanian seperti Departemen Pertanian (Ibrahim, 2003). Organisasi

sosial adalah aspek kerja sama yang mendasar yang menggerakkan tingkah laku para
individu pada tujuan sosial dan ekonomi tertentu (Bagja Waluya, 2007).

Status Petani dapat dibedakan atas petani pemilik penggarap yaitu petani
yang memiliki lahan sendiri serta mengelola sendiri lahan garapan tersebut.
Petani penyewa adalah petani yang mengelola lahan usaha tani milik orang lain
dengan sistem sewa dimana uang sewa dibayar didepan sesuai kesepakatan antara
pemilik lahan dengan penyewa perjanjian sewa bisa tertulis bisa tidak. Petani
penyakap adalah petani yang mengelola lahan usaha tani milik orang lain dengan
sistem bagi hasil, dan buruh tani adalah petani yang mengerjakan lahan usaha tani
milik orang lain dengan sistem upah baik harian, borongan, maupun bawon
(Supardi, 2009). Status penguasaan lahan pada intinya dapat menjadi 3 yaitu
pemilik penggarap (owner operater), penyewa(castinen), dan penyakap (bagi
hasil/ sharetenann) (Tulenan, 2011).

III. METODE PENELITIAN


A. Metode Dasar Praktikum
Pada dasarnya praktikun ini merupakan latihan penelitian dengan
menggunakan metode dasar deskriptif analisis, yaitu metode yang
memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada masa sekarang dan
bertitik tolak dari data yang dikumpulkan, dianalisis, dan disimpulkan dalam
konteks teori-teori yang ada dan dari penelitian terdahulu.
B. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Mahasiswa mendatangi responden. Wawancara di pandu dengan kuisioner
yang telah tersedia. Usahakan memperoleh data yang obyektif. Data
penunjang dapat diperoleh dari masyarakat, baik mengenai sejarah desa
maupun fenomena sosial yang ada.
2. Observasi
Dengan melakukan pengamatan secara langsung atas keadaan responden
serta keadaan yang terjadi didaerah penelitian atau praktikum.
3. Pencatatan
Pencatatan data-data yang diperlukan terutama monografi desa.
C. Jenis Dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
petani atau responden dengan wawancara menggunakan kuisioner.
Keseluruhan jumlah petani responden berjumlah 28 orang yang terdiri
dari :
a. 25 orang petani responden (bagi kelompok yang beranggotakan 5
orang praktikan) responden yang terdiri dari petani pemilik
penggarap, penyewa, penyakap, dan buruh tani.
b. 3 orang tokoh masyarakat yang terdiri dari pamong desa, sesepuh desa
dan tokoh agama.
2. Data Sekunder

10

Data sekunder adalah data yang diambil dengan cara mencatat


langsung data yang ada di instansi terkait, yaitu monografi desa.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan
menggunakan distribusi frekuensi. Pada kasusu tertentu mahasiswa dapat
menulis secara lebih mendalam dan komprehensif, oleh karena itu disarankan
mahasiswa untuk menggali data lebih mendalam melalui indepth interview.
Penjelasan berdasarkan teori-teori atau hasil penelitian yang relevan.

IV. HASIL DAN ANALISIS HASIL

11

A.

Keadaan Umum
1. Sejarah Desa
Desa Tambi berasal dari kata Tambihun. Tambihun adalah sebuah
kata yang

berasal dari bahasa Arab yang berarti pertanyaan atau

peringatan dimana pada saat berdirinya desa kondisi tempat pemukiman


selalu berpindah pindah dikarenakan musibah longsor dan pagebluk
sehingga dinamakan Desa Tambi. Desa Tambi berawal dengan adanya
penduduk dari nenek moyang yang bernama Mbah Bawah yang
bermukim di Siwaru dan terjadi letusan Gunung Sindoro yang
meluluhlantahkan daerah sekitar sehingga menyelamatkan diri ke
Klakah yang sekarang adalah nama lahan pertanian pada jaman Mbah
Bawak terjadi pagebluk akhirnya pindah ke wilayah timur yang akhirnya
menjadi satu tempat dengan perpindahan penduduk yang berasal dari
Tempurung dan Pamohan.
Pada tahun 1780 Desa Tambi kehadiran oleh seorang
Tumenggung utusan dari Mataram, beliau adalah Kyai Jabal Sidiq
Tumenggung

Tempurung

adalah

Raden

Sumo

Gidoyo

karna

kesaktiannya. Tumenggung Tempurung yang mempunyai ajian ajian


kanuragan diantaranya adalah Ajian Begonondo sehingga diberi julukan
Ki Jogo Rekso Kadekdayan masyarakat banyak mengenal dengan nama
Mbah Jogo dan, Syeh Abdullah dengan julukan kyai sampar Angin
dimana beliau sebelumnya adalah orang yang berjuang menyebarkan
ajaran agama Islam di daerah Demak dan Solo, Jawa Tengah. Dan
Yogjakarta. Saat itu ditengah-tengah perjuangannya beliau mengalami
kendala goncangan penjajah Belanda sehingga hijrah ke daerah
Wonosobo yaitu daerah Siwaru dan Tempurung. Daerah tersebut
dinamakan Siwaru karena disitu memiliki sebuah tempat yang ada
pohon waru lebat dan besar serta banyak kejadian aneh sehingga werit
atau angker. Berawal dari situ, Syeh Abdulallah ditugaskan di Siwaru
yang sampai saat ini masyarakat terkadang melihat penampakan sesosok
orang tinggi besar berpakaian putih Siwaru yang aslinya adalah Syeh

12

Abdulalah seorang keturunan Arab yang berpakaian putih dan


berjanggut lebat.
Istilah kata Tempurung berawal dari kondisi wilayahnya masih
hutan belantara terpencil dan daerah tersebut membentuk seperti
tempurung kelapa sehingga disebut Tempurung. Beberapa waktu
kemudian Tumenggung Tempurung dan Syeh Jabal Sidik beserta
jamaahnya mendirikan sebuah tempat persinggahan dikawasan tersebut.
Beliau dan para pengikutnya menyelenggarakan musyawarah untuk
menyusun strategi mengusir penjajah dan menyebarkan ajarannya.
Ketika waktu sholat telah tiba, mereka mencari air wudhu untuk
menjalankan sholatnya. Untuk mencari air tidak mengalami kesulitan
karena ditempat tersebut terdapat sumber mata air yang melimpah yang
diberi nama Curuk Tempurung. Saat ini sumber mata air tersebut masih
digunakan untuk kegiatan pertanian. Setelah sekian lama bermukim di
Tempurung, timbul suatu kendala bahwa Curuk yang melimpah airnya
itu meletus dan mengarah ke pemukiman sehingga banyak penduduk
yang meniggal dunia. Berhubung msyarakat mengkhawatirkan terjadi
hal serupa, Tumenggung Tempurung memutuskan untuk berpindah ke
lokasi yang lebih aman yaitu ke Pomahan sebelah selatan Tempurung.
Suatu hari Pomahan mengalami bencana tanah longsor.
Hal tersebut menimbulkan inisiatif Tumenggung Tempurung
Syeh Abdullah dan Mbah Bawak bersepakat untuk pindah tempat ke
wilayah yang lebih aman dan pagebluk longsor dan jebluk longsor besar.
Menempati tempat pemukiaman yang baru. Melalui jalan musyawarah
maka Syeh Jabal Sidik dan Syeh Abdulalah mengusulkan untuk dinamai
Tambihun yang artinya adalah pertanyaan atau peringatan dikarenakan
kategori masyarakat orang Jawa yang mudah, maka semua bersepakat
untuk menamai tempat tinggal yang baru dengan nama Desa Tambi.
Pada tahun 1921 perjuangan mengusir penjajah dan penyebaran agama
Islam diteruskan Syeh Almaqfuriah Simbah Nahrowi yang berasal dari
Ploso Kuning Yogjakarta. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia

13

diraih maka penyebaran agama Islam diteruskan oleh Almaqfuriah


simbah Terib simbah Jaiz mbah Idris simbah Warnen dan simbah KG
Ihwan.
Demikianlah sejarah berdirinya desa Tambi sehingga Tambi
mempunyai keyakinan bahwa pendiri desa Tambi adalah seorang tokoh
nenek moyang Tumenggung Tempurung, seorang tokoh yang patut kita
hormati dan dilestarikan karena mereka adalah pejuang penyebar agama
di desa Tambi khususnya Mbah Bawak, Syeh Abdulalah Tumenggung
Tempurung dan Syeh Jabal Sidiq serta para Wali keramat lainnya.
Makam mbah Bawak terletak di pemakaman umum Desa Tambi.
Sedangkan makam Syeh Abdullalah di Siwaru dan makam Tumenggung
Tempurung di Pomahan serta Syeh Jabal Sidiq di Tempurung. Oleh
karena itu, pelestarian makam makam pepunden desa menjadi upaya
yang dilakukan masyarakat desa dalam rangka meningkatkan wisata
budaya religious.
2. Kondisi Geografis
a. Lokasi Desa
Desa Tambi terletak di arah barat kecamatan Kejajar. Desa
Tambi berada pada jalur Alternatif ke Kabupaten Temanggung serta
memiliki Agrowisata Kebun Teh Menjer Kecamatan Garung ke
wisata Dieng dengan jarak 3 km dari Telaga Menjer. Adapun batas
batas wilayah itu adalah:
Sebelah utara
: Kelurahan kejajar
Sebelah Timur : Desa Sigedang
Sebelah Selatan : Desa Buntu
Sebelah Barat
: Desa Kreo
Luas wilayah Desa Tambi adalah 288,380 Ha yang mayoritas
terdiri dari tanah tegalan.
b. Topografi
Topografi dari desa Tambi yaitu berupa daerah pegunungan
dengan ketinggian 1,369 dari permukaan laut. Jalan di daerah Tambi
berkelok kelok dan naik turun. Area di daerah Tambi ditutupi dengan
pepohonan seperti cemara, sedangkan tanaman yang biasanya di

14

tanam seperti kentang, tembakau, kulbis, daun seledri, daun bawang


dan teh. Desa Tambi memiliki dominasi vegetasi berupa teh.
c. Jarak dari pusat administratif dan pemerintahan
Desa Tambi terletak pada daerah yang strategis dengan jarak
dari pusat administrasi yang cukup dekat sebagai berikut:
1) Jarak dari Desa ke Ibukota Kecamatan
: 2 km
2) Waktu tempuh dari Desa ke Ibukota Kecamatan : 10 menit
3) Jarak dari Desa ke Ibukota Kabupaten
: 15 km
4) Waktu tempuh dari Desa ke Ibukota Kabupaten
: 30 menit
3. Kependudukan
a.
Pertambahan Penduduk
Penduduk adalah jumlah penduduk berdasarkan angka
kelahiran, kematian, emigrasi, maupun migrasi. Pertumbuhan
penduduk adalah keseimbangan dinamis antara kekuatan-kekuatan
yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah
penduduk. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
penduduk yaitu kelahiran, kematian, dan Imigrasi. Faktor kelahiran
dan kematian disebut faktor alami sedangkan Imigrasi disebut faktor
non alami (Suyitro, 2007).
Pengamatan terhadap pertambahan penduduk di Desa Tambi,
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ini terlihat sangat cepat.
Dilihat dari sumber sumber primer yang menyatakan perubahan
jumlah penduduk yang sangat signifikan dari tahunh ke tahun, tetapi
sumber tidak menyebutkan jumlaah pasti data pertambahan
penduduk. Monografi yang didapatpun tidak lengkap sehingga kami
b.

tidak dapat menampilkan tabel mengenai pertambahan penduduk.


Kepadatan Peduduk
Masalah penduduk yang terus meningkat memang sangat
mempengaruhi pembangunan di masa mendatang, diperkirakan pada
awal abad 21 kawasan Asia Pasifik akan dihuni oleh sekitar 4,2
milyar manusia atau 80 % dari total penduduk dunia. Diharapkan
jumlah itu bisa ditekan serendah-rendahnya dengan menurunkan
tingkat pertumbuhan jumlah penduduk (Mardun, 2006).
Kepadatan penduduk dapat dibagi menjadi dua, yaitu kepadatan
penduduk geografis dan kepadatan penduduk agraris. Kepadatan

15

penduduk geografis merupakan hasil bagi antara jumlah penduduk


dengan luas wilayah (Km2). Sedangkan kepadatan agraris merupakan
hasil bagi antara jumlah penduduk dengan luas lahan pertanian (Ha).
Kepemilikan Kartu Kepala Keluarga
1) Jumlah rumah tangga (KK) yang telah memiliki kartu KK : 1421
KK
2) Jumlah rumah tangga (KK) yang belum memiliki kartu KK : 108
KK
Berikut tabel mengenai data kepadatan penduduk:
Tabel 4.1.1 Kepadatan Penduduk di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo Tahun 2014
Jumlah Penduduk
4823

Luas wilayah
m2
2.883.800

Sumber : Data Sekunder


Kepadatan penduduk Geografis
jumlah penduduk
x 100
luas wilayah
4832

x 100
2883800
0,16 penduduk/m 2

Kepadatan Penduduk agraris ini tidak bisa dilakukan perhitungan.


Hal ini dikarenakan hanya diketahui jumlah penduduknya saja
sedangkan luas untuk area lahan tidak diketahui. Untuk perhitungan
kepadatan penduduk agraris ini dilakukan dengan pembandingan
jumlah penduduk dengan luas area lahan dikali seratus.
c.
Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, penduduk dibedakan menjadi lakilaki dan perempuan. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin
dapat menunjukkan beberapa hal antara lain. Sex ratio yaitu nilai
perbandingan antar jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah
penduduk perempuan (Sumitro, 2003).
Pengamatan mengenai jumlah penduduk menurut jens kelamin
bisa disimpulkan bahwa di desa Tambi lebih banyak penduduk
perempuan di bandingkan penduduk laki-laki. Data mengenai

16

banyaknya penduduk perempuan dan laki-lakinya pun juga tidak


diketahui pasti. Berdasarkan monografi yang kami dapat pun juga
tidak lengkap mengenai jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di
desa Tambi, kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, jadi kami
tidak dapat menyajikan tabel mengenai keadaan penduduk menurut
d.

janis kelamin.
Keadaan penduduk Menurut Umur
Angka beban tanggungan akan semakin besar bila penduduk
usia non produktif makin besar bila dibandingkan penduduk usia
produktif. Makin besar ABT makin besarlah beban tanggungan untuk
orang-orang yang belum dan tidak produktif lagi. Keadaan penduduk
menurut umur berkaitan dengan Angka Beban Tanggungan (ABT).
Karena di dalam menentukan ABT diperlukan penduduk dalam usia
produktif, maupun penduduk dalam usia non produktif. Dengan
menggunakan ABT ini dapat diketahui seberapa besar penduduk yang
produktif dan yang sudah tidak produktif (Mardun, 2006).
Perhitungan kepadatan penduduk menurut umur berkaitan erat
dengan perhitungan angka beban tanggungan, perbandingan antara
jumlah penduduk usia non produktif dengan jumlah penduduk usia
produktif. Semakin besar jumlah anggota keluarga mereka, semakin
besar pula beban tanggungan hidup yang mereka tanggung. Penduduk
dengan usia produktif maupun non produktif yang ada di desa Tambi
akan disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.1.2 Kepadatan Penduduk menurut Umur Desa Tambi,
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2014
Kelompok
(tahun)
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29

Umur Jumlah
(jiwa)
359
420
431
329
585
308

Penduduk Prosentase
6,74 %
7,89 %
8,09 %
6,17 %
10,98 %
5,78 %

17

30-34
45-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65+
Jumlah

367
308
415
365
298
395
355
400
5.325

6,89 %
5,78 %
7,79 %
6,85 %
5,59 %
7,41 %
6,67 %
7,51 %
100 %

Sumber : Data sekunder


ABT =

penduduk usia nonproduktif


penduduk usia produktif

X 100

1620
X 100
3715
43,4
Dari data diatas dapat dilihat jumlah usia non produktif

memiliki prosentase lebih kecil dibanndingkan dengan jumlah usia


produktif. Jumlah tanggungan hidup pada masyarakat Tambi besar.
Yang mengakibatkan mereka harus bekerja lebih ekstra untuk
e.

memenuhi kebutuhan hidupnya.


Keadaan penduduk menurut Tingkat Pendidikan
Tinggi rendahnya tingkat pendidikan orang tua menentukan ada
tidaknya perhatian terhadap pendidikan anaknya. Bersekolah atau
tidaknya seorang anak di desa banyak ditentukan ada tidaknya
dukungan orang tua. Orang yang menginginkan anaknya untuk
bernasib lebih baik, orang tua dengan bagaimana upayanya akan
bekerja lebih ekstra agar anaknya dapat melanjutkan pendidikan
(Sajogyo, 2002).
1) Jenjang pendidikan
Tabel 4.1.3 Kondisi Pendidikan tahun 2010 Desa Tambi,
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun
2014
Jumlah
Jenis/Jenjang
Sekolah Murid/
Santri
Play Group
Taman
Kanak- 3
134
Kanak
TPA/TPQ
3
823

Guru/
Pengasuh
12
56

Ket
Usia 2-6

18

Madrasah Diniah
SD Negeri
SMP Swasta/MTs
Jumlah

2
2
10

400
763
2.120

48
27
143

Sumber : Data sekunder


Melihat Data tabel 4.1.2 bahwa usia 2-6 tahun sebanyak
217 yang tertampung di TK 134 anak, sedangkan yang lain belum
mendapat layanan dalam pendidikan. Anak usia 2-3 tahun sangat
membutuhkan pendidikan PAUD guna menciptakan anak didik
bangsa yang cerdas dan mandiri. Desa Tambi kekurangan sekolah
2)

untuk menampung anak-anak yang terdapat di desa Tambi.


Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan pada suatu desa akan mempengaruhi
dimana tempat ia bekerja. Pendidikan tebagi menjadi 3 tahap
yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi.
Tingkat pendidikan pada desa Tambi akan disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 4.1.4 Jumlah Penduduk 5 tahun keatas menurut tingkat
pendidikan kondisi Desa Tambi, Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2014
Tingkat Pendidikan

Jumlah Penduduk (jiwa)

Belum Sekolah
Tidak
Pernah
Sekolah
Taman Kanan-kanak
Belum/ Tidak Tamat
Sd
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Tamat Akademi
Tamat S-1
Jumlah

48
97

Prosentas
e
0,90 %
1,82 %

225
1260

4,22 %
23,6 %

518
2110
812
510
5
25
5370

9,72 %
39,62 %
15,24 %
9,57 %
0,09 %
0,46 %
100 %

Sumber : Data sekunder


Dari jumlah 5370 penduduk usia 5 tahun keatas yang
berpendidikan Tamat SD 1.079, Tamat SLTP 812 orang, Tamat
SLTA 510 orang, Tamat akademi 5 orang, Tamat S1 25 orang.

19

Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat untuk


melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi masih
relative rendah. Mayoritas pendidikannya adalah tamat SD.
Upaya-upaya
f.

taraf

pendidikan

harus

terus

ditingkatkan

khususnya wajar dikdas 9 tahun s/d 12 tahun.


Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Susunan penduduk menurut berdasar mata pencaharian
dimaksudkan untuk mengetahui jumlah orang-orang yang mempunyai
mata pencaharian pertanian, peternakan, perikanan, perdagangan dan
lain-lain. Dari susunan penduduk menurut mata pencaharian ini dapat
memberikan gambaran tentang struktur ekonomi suatu daerah.
1)
Jumlah penduduk 10 tahun ke atas dirinci Menurut Mata
Pencaharian Pokok kondisi tahun 2009.
Jumlah penduduk akan berpengaruh pada beraneka ragam mata
pencarian mereka. Lingkungan mereka juga berpengaruh terhadap
macam atau jenis mata pencaharian. Macam-macam mata
pencaharian yang terdapat di desa Tambi akan disajikan dalam
tabel berikut.
Tabel 4.1.5 Kepadatan Penduduk menurut Mata Pencaharian Desa
Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupatan Wonosobo
Tahun 2014
Pekerjaan
Buruh Tani
Petani penggarap
Petani sendiri
Peternak ayam
Peternak kambing> 5
Tukang bangunan Lalu
Tukang Kayu
Pedagang
Ojek
Penjahit
Industri kecil
PNS
Pensiunan
Lainnya
Jumlah

Jumlah pendudukan
(jiwa)
1770
221
961
182
60
25
10
100
25
12
2
14
21
1420
4823

20

Sumber : Data sekunder


Berdasarkan tabel diatas, jumlah petani 921 orang, buruh tani
1770 orang, petani penggarap 221 orang, pedagang 100 orang,
wiraswasta 1420 orang, keterampilan/ kerajinan 0 orang, Tukang
35 orang terdiri dari Tukang Kayu dan Tukang Batu, sedangkan
mata pencaharian lainnya hanya menjadi pendukung. Dimana mata
pencaharian desa Tambi di bidang Jasa pensiunan 21 dan bahkan
hanya 14 orang PNS. Sehingga Desa Tambi Kecamatan Kejajar
cenderung Bertumpuan pada Petani Pemilik lahan dan buruh tani.
Hal ini perlu upaya peningkatan pendapatan lain yang dapat
2)

mengurangi ketergantungan pada sector petani maupun buruh tani.


Usaha sektor Jasa
Lingkungan juga berpengaruh terhadap macam mata
pencaharian. Masyarakat desa tidak sepenuhnya bekerja di sawah,
tegal maupun perkebunan. Beberapa dari mereka juga memiliki
usaha lain diluar sektor pertanian. Berikut ditampilkan tabel
tentang jumlah usaha sektor jasa desa Tambi, kecamatan Kejajar,
kabupaten Wonosobo.
Tabel 4.1.6 Jumlah Usaha Sektor Jasa Desa Tambi, Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2014
Jenis usaha

Jumlah

Tukang Foto
Percetakan/sablon
Tukang Cukur
Sol Sepatu
Tukang Patri
Pande besi
Las
Pijat
Fotocopy
Reparasi Elektronik
Reparasi Jam
Reparasi Sepeda Ontel
Benkel Sepeda Motor
Bengkel Mobil
Salon Kecantikan

2
1
1
1
2
2
3
3
-

21

Rias Pengantin
Sanggar Senam/ fitness centre
Lembaga kursus Bahasa/ Mata pelajaran
Lembaga Kursus ketrempilan
Jumlah

1
16

Sumber : Data sekunder


Dari data diatas menjelaskan hanya sebagian kecil masyarakat
desa Tambi tang bekerja diluar sektor pertanian. Kebanyakan dari
mereka bekerja di sektor pertanian. Kekurangan atau bahkan tidak
adanya modal yang membuat mereka tetap bertahan sebagai
pekerja dalam sektor pertanian atau bahkan sudah menjadi
keturunan dari keluarga mereka yang mengakibatkan merekan
3)

anggan bekerja diluar sektor pertanian.


Usaha sektor Pertanian
Tabel 4.1.7 Luas Tanam dan Produksi Desa Tambi,
Kejajar, Kabupaten Wonosobo

Kecamatan

Komoditas
Jagung

Luas tanah Ha
225

Produksi
355/ tahun

Loncang

25

80 /tahun

Pembibitan kubis

25

-/bulan

Cabe

10

12 / tahun

Tambakau

300

450 /tahun

Sawi

60 /tahun

Kubis

35

320 /tahun

Kentang

20

50 /tahun

Sledri

25

-/tahun

Pembibitan sledri

-/bulan

Pembibitan cabe

-/bulan

SSumber : Data sekunder


Data dalam table 4.1.7 di atas, menunjukkan bahwa komoditas
petani masyarakat Desa Tambi masih didominasi dengan
komoditas

jagung dan tembakau. Tetapi pada komoditas

pembibitan kobis 23 Ha, pembibitan sledri 8 Ha dan pembibitan


cabe 5 Ha menunjukkan bahwa sebagian masyarakat desa Tambi

22

lebih mengutamakan pembibitan. Karena memang sudah banyak


di kenal para petani lokal maupun regional. Disamping itu
pembibitan masa panennya lebih pendek + 40 hari dari mulai
masa tanam. Hal itu perlu upaya peningkatan kemampuan petani
yang kreatif dan bervariasi untuk mengurangi ketergantungan
g.

dengan salah satu komoditas saja.


Keadaan Kependudukan Menurut Agama
Keadaan penduduk menurut agama adalah jumlah penduduk
pada suatu wilayah berdasarkan atas agama yang dipeluk oleh
penduduk di wilayah tersebut. Keadaan penduduk menurut agama
di Desa Tambi ini di dominasi oleh agama Islam dan agama
lainnya adalah Kristen. Karena keterbatasan data monografi maka
kami tidak dapat menampilkan bentuk tabel, melainkan dari data

tanya jawab di lapangan.


4. Stuktur organisasi Masyarakat Desa
Pemerintahan desa merupakan simbol formal dari kesatuan
masyarakat desa yang selain memiliki wewenang untuk mengatur rumah
tangga sendiri (otonomi), juga memiliki kekuasaan dan wewenang
sebagai pelimpahan kekuasaan secara bertahap dari pemerintah di
atasnya. Pemerintahan desa diselenggarakan di bawah pimpinan
seseorang Kepala Desa beserta pembantu-pembantunya mewakili
masyarakat yang bersangkutan (Suhaningrat, 2002).
Pemerintah desa memiliki kekuasaan untuk mengatur daerah dan
rumah tangganya sendiri. Dalam struktur pemerintahan desa, tingkat
tertinggi dipegang oleh Kepala Desa, yang mana Kepala Desa
berkoordinasi dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Dalam
melaksanakan tugasnya Kepala Desa membawahi dan dibantu oleh
Sekretaris Desa, dimana Sekretaris Desa juga membawahi dan dibantu
oleh Kaur Umum, Kaur Keuangan, Kaur Ek.Bang, Kaur Kesra.
Sementara dalam hal pengaturan wilayah, Kepala desa membawahi dan
dibantu oleh Kepala Dusun.

23

Struktur organisasi di Desa Tambi ini tersusun seperti struktur


Desa lain pada biasanya. Struktur desa tambi terdiri dari Kepala Desa
sekretaris dan Pelaksana teknis Lapangan. Bendahara desa tidak
dicantumkan dalam bagan. Di bawah ini bagan struktur organisasi Desa
Tambi kecamatan kejajar :

Kepala Desa
Tri Pitoyo

Pelaksana teknis
Lapangan
1. Tolani
2. Wahyudi
3. Suhanap
4. Trimo

Sekretaris Desa

Urusan
Keuangan

Urusan
Pemerintah

Maarif

Suyitno

Urusan
kesejahteraa
n masyarakat

Sabar

Matsoyim

1.

Gambar 4.1

Kadus 1
Munazid
2.
Kadus II
Muadzim
3.
Kadus III
Purwanto
Struktur Organisasi

Urusan
Ekonomi
Pembangunan

Pemerintah Desa

Dari Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pemerintah Desa


diketahui bahwa desa Tambi dipimpin oleh seorang kepala desa yang
bernama Tri Pitoyo yang membawahi sekrestari desa, pelaksanaan
Teknis Lapangan dan Kadus. Sekretaris desa ini membawahi atau
mengkomandoi beberapa sie atau urusan, yaitu Urusan keuangan,
urusan Pemerintahan, urusan Ekonomi Pembangunan dan urusan
Kesejahteraan Masyarakat. Kadus yang dibawahi Oleh Kepala desa
ini terdiri dari Kadus I, Kadus II dan Kadus III. Masing-masing aparat
desa tersebut mempunyai tugas dan kewajiban sendiri-sendiri, tapi

24

secara keseluruhan mereka saling membantu dan bekerjasama dalam


melaksanakan dan mencapai tujuan yang diharapkan dan dalam
menjalankan program kerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Hak
dan Kewajiban :
a.

Kepala Desa
Tugas dan Kewajiban :
1) Memimpin penyelenggaraan
2)
3)
4)
5)
6)

b.

pemerintahan

desa

dan

pembangunan desa.
Membina kehidupan masyarakat.
Membina perekonomian desa.
Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat.
Mendamaikan perselisihan masyarakat di desanya.
Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat

menunjuk kuasa hukumnya.


7) Melaksanakan peraturan daerah dan keputusan kepala desa.
Sekretaris Desa
Tugas pokok :
Melaksanakan

pembinaan

dan

pelaksanaan

administrasi

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta membantu


kepala desa dalam pelayanan ketatausahaan.
Fungsi :
1) Melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan pelaporan
urusan

keuangan dan urusan administrasi umum serta

pelayanan teknis dan administrasi perangkat desa.


2) Melaksanakan koordinasi terhadap yang dilakukan oleh
perangkat desa
3) Melaksanakan pengumpulan bahan, pengolahan data dan
perumusan program-program serta petunjuk-petunjuk keperluan
pembinaan

penyelenggaraan

tugas

pemerintah

desa,

pembangunan dan pembina kemasyarakatan.


4) Melaksanakan pemantauan dan pelayanan kepada masyarakat
dibidang

pemerintahan

masyarakat.

pembangunan

dan

kesejahteraan

25

5) Melaksanakan penyiapan dan penyusunan program kerja


tahunan dan pelaporannya.
6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala desa sesuai
dengan bidang tugasnya
c.

Kadus I
Kepala dusun berkedudukan sebagai perangkat pembantu
kepala desa dan unsur pelaksana penyelenggara pemerintah desa di
wilayah dusun. Kepala dusun mempunyai tugas membantu kepala
desa dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan di wilayah kerjanya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Untuk menjalankan tugas,
kepala dusun mem-punyai fungsi:
1) Melaksanakan

kegiatan

pemerintahan,

pembangunan,

kemasyarakatan, ketentraman dan ketertiban diwilayah I;


2) Membantu kepala desa dalam kegiatan penyuluhan, pembinaan
dan kerukunan warga diwilayah I;
3) Melaksanakan keputusan dari kebijaksanaan kepala desa
diwilayah I;
4) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala desa.
d.

Kadus II
Tugas pokok :
1) Melaksanakan

kegiatan

pemerintahan,

pembangunan,

kemasyarakatan, ketentraman dan ketertiban diwilayah II;


2) Membantu kepala desa dalam kegiatan penyuluhan, pembinaan
dan kerukunan warga diwilayah II;
3) Melaksanakan keputusan dari kebijaksanaan kepala desa

e.

diwilayah II;
4) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala desa.
Kadus III
Tugas pokok :
1) Melaksanakan
kegiatan
pemerintahan,
pembangunan,
kemasyarakatan, ketentraman dan ketertiban diwilayah III;
2) Membantu kepala desa dalam kegiatan penyuluhan, pembinaan
dan kerukunan warga diwilayah III;

26

3) Melaksanakan keputusan dari kebijaksanaan kepala desa


diwilayah III;
4) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala desa.
f. Pelaksana Teknis Lapangan
Pelaksana Teknis Lapangann mempunyai tugas melaksanakan
urusan teknis tertentu untuk mendukung tugas pokok dan fungsi
badan.Untuk

melaksanakan

tugas,

Pelaksana

Teknis

Badan

mempunyai fungsi :
1) Menyiapkan program kerja UPT;
2) Menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan; dan
3) Melaksanakan kegiatan yang telah diprogramkan oleh masingmasing bidang.
5. Sarana dan Prasarana
a. Sarana dan prasarana jalan
Kondisi sarana dan prasarana desa antara lain dapat dilihat
dari ketersediaan sarana dan prasarana perhubungan, sarana
prasarana

transportasi,

komunikasi,

perekonomian,

industri,

peribadatan, olah raga dan pariwisata seperti pada tabel dibawah


ini.

Tabel 4.1.8 Kondisi Jalan dan Jembatan Sarana Keagamaan di Desa


Tambi Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo
Tahun 2014
Jenis Jalan

Kondisi (Km)/(Meter)
Baik
Rusak
Jalan Antar Desa
1500 m
200 m
Jalan Antar Dusun 500 m
150 m
Jalan Lingkungan 2000 m
750 m
Dusun/Tiap RT
Jumlah
4000 m
1100 m
Sumber : Data Sekunder

Rusak Berat
300 m
150 m
300 m
750 m

27

Dari tabel 4.1.7 diketahui bahwa sarana

dan prasarana

tentang ketersediaan hubungan desa rata rata itu baik, dari jalan
antar desa, antar dusun, jalan lingkungan yaitu total panjang jalan
yang baik adalan 4000 m. Dari total jalan yang rusak adalah 1100
m. Jumlah jalan rusak berat adalah sepanjang 750 m.
b. Sarana dan Prasarana Jembatan Desa Tambi
Jembatan merupakan salah satu sarana yang paling vital untuk
menghubungkan antar daerah pada suatu desa. Tanpa adanya
jembatan, mobilias penduduk akan terhambat. Secara tidak
langsung akan mematikan segala sektor dalam suatu desa.
Tabel 4.1.9 Kondisi Jembatan Sarana Keagamaan di Desa Tambi
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun
2014
Jenis Jalan

Kondisi (buah)
Baik
Rusak
Jembatan dalam jalan 3
antar Desa
Jembatan dalam jalan
1
2
Jembatan dalam jalan lingkungan Dusun
Jumlah
4

Rusak Berat
-

Sumber : Data Sekunder


Menurut tabel 4.1.9 menunjukkan kondisi jembatan yang ada
didesa Tambi pada tahun 2010. Jembatan dalam kondisi baik
berjumlah 4 buah yang terdiri dari 3 jembatan dalam jalan antar
desa, 1 jembatan dalam jalan. Jembatan dengan kondisi rusak
berjumlah 4 jembatan dengan jembatan dalam jalan 2 jembatan,
jembatan dalma jalan lingkungan dusun 2 jembatan. Desa Tambi
tidak memiliki jembatan dengan kondisi rusak parah.
c. Sarana dan Prasarana Transportasi

28

Sarana dan Prasarana tranportasi diperlukan masyarakat untuk


mobilitas dalam rangka memenuhii kebutuhan hidupnya. Ada
berbagai macam sarana danprasarana tranportasi yang dapat
digunakan masyarakat. Sarana umum maupun milik sendiri yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Tabel 4.1.10 Jumlah Sarana Transportasi Sarana Keagamaan di
Desa Tambi Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo Tahun 2014
Jenis Sarana Transportasi
Sepeda Ontel
Sepeda Motor Dinas dan Non Dinas
Mobil Dinas
Mobil Pribadi
Angkutan Umum (angkot, angkudes,
mikro dsb)
Angkutan Barang
Becak
Andong/Dokar
Ojek

Jumlah (buah)
65
524
73
10
15
40

Sumber : Data Sekunder


Desa tambi memiliki berbagai macam sarana dan prasarana
transportasi. Ada yang memiiki sepeda onthel, sepeda motor dinas
maupun non dinas,mobil pribadi, angkutan umum dan barang, dan
ojek. Banyak penduduk yang memiliki mobil pribadi 73 orang,
angkutan umum sebanyak 10, angkutan barang sebanyak 15, ojek
sebanyak 40 orang, sepeda onthel 56 dan sepeda motor dinas
maupun non dinas sebanyak 524.
d. Sarana dan Prasarana Komunikasi
Komunikasi adalah suatu bentuk teknologi yang digunakan
untuk berkomunikasi yang sangat vital untul interaksi penduduk
pada saat ini. Di desa Tambi ini banyak variasi tentang sara dan
prasarana komunikasi. Berikut beberapa daftar alat komunikasi di
desa Tambi.
Tabel 4.1.11 Sarana Komunikasi Sarana Keagamaan di Desa Tambi
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun
2014

29

Jenis Sarana Komunikasi


Radio
Televisi
Telephone (bukan HP)
Anggota ORARI
Anggota RAPI
Wartel/Jastel/TUT dsb
Akses Sinyal HP

Jumlah (buah)
300
750
7
1
Ada

Sumber : Data Sekunder


Sarana dan Prasarana di desa Tambi meliputi radio, TV, HP,
Wartel, dan akses sinyal HP. Banyak penduduk yang memiliki radio
sejumlah 300 orang. Banyak penduduk yang memiliki televisi
sebanyak 750. Banyak penduduk yang memiliki Telephon adalah 7
orang dan ada 1 wartel.
e. Sarana Perekonomian Desa
Dalam kehidupan didesa sarana perekonomian juga penting.
Sarana ini digunakan untuk proses perekonomian warga. Berikut
Sarana perekonomian desa Tambi.

Tabel 4.1.11 Jumlah Sarana Perekonomian Sarana Keagamaan di


Desa Tambi Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo Tahun 2014
Jenis Sarana Perekonomian
Pasar Umum
Pasar Ikan
Pasar Hewan
Toko/Warung Grabatan/Kelontong
Warung Makanan
Toko Besi dan Bangunan
Kios yang menyediakan Saprotan
Koperasi
BMT
Bank

Jumlah (buah)
275
27
3
1
1
-

30

Kelompok Simpin

Sumber : Data Sekunder


Berdasarkan Data diatas terdapat sarana untuk perekonimian
di desa Tambi adalah toko,warung makanan, toko besi, koperasi dan
kelompok simpin. Banyaknya toko sebanyak 275,warung makanan
sebanyak 27, toko besi sebanyak 3, kios saprotan sebanyak 1,
koperasi sebanyak 1 dan kelompok simpin sebanyak 4 buah. Masing
masing sarana ini dimanfaatkan oleh penduduk di desa Tambi
dengan maksimal.
f. Sarana dan Prasarana Keagamaan
Sarana Keagamaan adalah hal yang sangat pokok disuatu
desa, termasuk juga desa Tambi. Sarana ini sangat dimanfaatkan
untuk peribadatan masing masing penganut agama. Berikut daftar
sarana keagamaan.
Tabel 4.1.12 Sarana Keagamaan di Desa Tambi Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo Tahun 2014
Uraian
Masjid
Mushola
Gereja
Kepel

Kondisi
Baik
4
17
-

Keterangan
Rusak
-

Rusak Berat
-

A. Rehab
A. Rehab
-

Sumber : Data Sekunder


Sarana di desa Tambi ini hanya ada Mushola dan Masjid.
Banyak dari Masjid adalah 4 buah dengan keadaan baik. Mushola
sebanyak 17 dengan keadaan baik.aSarana pendidikan.
g. Sarana dan Prasarana pendidikan Formal dan Non formal
Pendidikan merupakan sarana penunjang untuk kemajuan
generasi bangsa. Di desa Tambi terdapat sarana pendidikan formal
dan non formal. Berikut tabel sarana pendidikan di desa Tambi.

31

Tabel 4.1.15 Sarana Pendidikan Formal dan Non Formal Sarana


Keagamaan di Desa Tambi Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo Tahun 2014
Uraian
Gedung TK
Gedung SD
Gedung MTs
Gedung TPD
Maddin

Jumlah
3 Unit
2 Unit
3 Unit
2 Unit

Sumber : Data Sekunder


Sarana pendidikan di desa Tambi ini berupa gedung
TK,SD,TPD dan Maddin. Gedung TK sebanyak 3 unit, gedung
SD sebanyak 2 unit, Gedung TPD sebanyak 3 unit. Dan maddin
sebanyak 2 unit.Sarana prasarana perhubungan, sarana prasarana
transportasi,

sarana

prasarana

komunikasi,

perekonomian,

industri, peribadatan olahraga dan pariwisata dapat disimpulkan


bahwa sarana prasarana tersebut masih sangat terbatas, sehingga
masih kurang memadai. Untuk itu perlu adanya peningkatan
pembangunan sarana prasarana olahraga, komunikasi, kesenian
dan perekonomian guna meningkatkan ketersediaan sarana
prasarana yang menjadi kebutuhan masyarakat.
6. Penguasaan Tanah
a. Sistem penguasaan tanah
Sistem penguasaan yang terdapat di Desa Tambi adalah sistem
bagi hasil, hak milik, sistem gogolan, sistem gadai, dan tanah yasan.
Sistem bagi hasil merupakan sistem yang dilakukan oleh petani yang
tidak menggarap lahannya sendiri, tetapi digarapkan oleh orang lain.
Pembagian hasilnya ditentukan dalam bentuk uang, maupun hasil
panen yang besarnya ditentukan oleh dua pihak, akan tetapi sering
dijumpai pembagian dengan Tanah ini kebanyakkan diperoleh dari
warisan orang tua baik suami ataupun istri. Tanah gogolan (norowito,
playangan, pekulen, kesikupen) juga dijumpai di Desa Tambi, sistem
ini ada tetapi sistem ini dianggap tidak menguntungkan karena petani

32

menganggap bahwa hasil yang mereka dapat lebih sedikit jika


dibandingkan dengan mereka bekerja di tempat lain (lahan sendiri
atau

menyewa).

Selain

itu

mereka

menganggap

pembagian

perbandingan pemilik : penggarap = : atau 2/3 : 1/3. Pembagian


hasil untuk komoditi sawah biasanya 1/2 bagian untuk pemilik sawah
dengan semua biaya produksi dan resiko ditanggung oleh pemilik
tersebut,

sedangkan

pengelola

dan

perawatannya

ditanggung

pengarap. Masyarakat di daerah Desa Tambi kebanyakan mempunyai


tanah garapan milik sendiri. hasil pertanian kurang adil karena orang
yang tidak ikut mengarap juga akan mendapatkan hasilnya. Desa
Tambi tidak menerapkan sistem gadai, namun pada masa dahulu
pernah diterapkan. Sistem ini dianggap merugikan bagi pembeli tanah
gadai sehingga lama-kelamaan sistem ini juga hilang.
b. Sistem penguasaan tanah secara tradisional
Bentuk sistem penguasaan tanah secara tradisonal di Desa Tambi
antara lain tanah yasan, tanah gogolan, dan tanah titisoro. Sistem
penguasaan tanah yasan adalah tanah yang diusahakan petani sendiri
sejak membuka lahan baru telah dimiliki sendiri. Pada masa ini sudah
tidak ada karena pada dasarnya lahan-lahan sekarang sudah ada
sebelumnya. Dalam artian tanah garapan sudah ada sejak mereka
tinggal. Tanah gogolan adalah bentuk sistem penguasaan tanah
tradisional kedua di Desa Tambi dan sistem penguasaan tanah ini
sudah tidak ada, karena seiring berjalannya waktu sistem bentuk
penguasaan lahan tanah gogolan dianggap tidak menguntungkan
sehigga lahan ini berubah kepemilikan menjadi milik perorangan.
Tanah titisoro adalah tanah yang setiap tahun dilelangkan kepada
penduduk yang berkeinginan untuk menggarap. Sistem ini juga lama
kelamaan mulai hilang karena masyarakat pada umumnya merasa
enggan dan sungkan kepada pelelang.
c. Status penguasaan tanah

33

Status penguasaan tanah yang masih ada di Desa Tambi adalah


petani pemilik penggarap, petani penyakap, petani penyewa, dan
buruh tani. Petani pemilik penggarap merupakan petani yang
memiliki tanah dan menggarap lahan tanah milik sendiri. Petani
penyakap merupakan petani yang menggarap sawah orang lain
dengan sistem bagi hasil sesuai dengan yang telah disepakati
bersama. Masyarakat Desa Tambi biasanya menggunakan sistem bagi
hasil sebesar 1/3 dari hasil. Artinya 1/4 hasil diberikan untuk pemilik
lahan dan sisanya 3/4 bagian digunakan untuk petani yang
menggarap. Petani penyewa merupakan petani yang menyewa tanah
petani lain selama jangka waktu tertentu dengan membayar uang
dimuka sesuai dengan baik buruknya lahan yang disewakan. Buruh
tani merupakan petani yang menggarap lahan orang lain dengan
imbalan upah per hari. Biaya usaha tani ditanggung pemilik dan
biasanya pemilik lahan memberikan kiriman makan siang pada
tengah hari.
7. Stratifikasi Sosial
Sistem stratifikasi sosial yang ada di desa Tambi ini dapat
dikategorikan menjadi tiga macam, antara lain stratifikasi social
berdasarkan kekayaan, stratifikasi social berdasarkan status petani, dan
stratifikasi berdasarkan lamanya bermukim.
a.

Stratifikasi Berdasarkan Kekayaan


Sistem pelapisan masyarakat di Desa Tambi bersifat sederhana dan
tidak mempengaruhi perbedaan-perbedaan antara golongan dalam
bersosialisasi. Struktur pelapisan masyarakat berdasarkan kekayaan di
Desa Tambi digambarkan sebagai berikut:

34

I
II
III

Gambar 4.2 Struktur Pelapisan Masyarakat Berdasarkan


Kekayaan.
Keterangan :

= Kaya

II

= Cukup Kaya

III

= Tidak Kaya

Lapisan satu adalah tipe masyarakat dengan prosentase paling


rendah yaitu 15% yang dikategorikan kaya dengan parameter masyarakat
yang bekerja pada sektor pemerintahan (PNS), Perangkat Desa, dan TNI.
Lapisan dua dengan prosentase hampir sama dengan masyarakat lapisan
satu yaitu 20% adalah penduduk desa yang di kategorikan cukup kaya
yaitu mereka yang hidup sederhana yang memiliki lahan pertanian sendiri
untuk digarap atau memiliki sektor industri. Lapisan tiga yaitu masyarakat
yang dikategorikan sebagai penduduk tidak kaya dan merupakan tipe
masyarakat dengan prosentase tertinggi yaitu 65%. Mereka biasanya
bekerja pada orang lain (buruh tani atau buruh tukang).
Sebenarnya di Desa Tambi orang lebih dihormati karena kebaikan
sikapnya bukan karena pekerjaannya. Tapi masih ada beberapa yang
memandang dan menghormati orang dari pekerjaannya. Pelapisan
masyarakat Desa Tambi bersifat terbuka, setiap orang bisa saja berganti
status setiap saat dan menaiki lapisan-lapisan tertentu.
g.

Stratifikasi Berdasarkan Status Petani


Status penguasaan tanah yang masih dijumpai adalah pemilik
penggarap, penyewa, penyakap, dan buruh tani. Kebanyakan masyarakat
di desa Tambi adalah sebagai buruh tani. Sedangkan posisi terbanhyak
kedua adalah penyakap lalu penyewa dan pemilik penggarap.

35

Struktur pelapisan masyarakat berdasarkan penguasaan lahan di


Desa Tambi digambarkan sebagai berikut:

I
II
III
IV
Gambar 4.3 Struktur Pelapisan Masyarakat Berdasarkan
Status Penguasaan Lahan
Keterangan :

= Pemilik Penggarap

II

= Penyewa

III

= Penyakap

IV

= Buruh Tani

Lapisan satu adalah tipe masyarakat dengan prosentase paling


rendah yaitu hanya 5% adalah masyarakat yang berstatus sebagai petani
pemilik penggarap. Lapisan dua dengan prosentase 20% adalah
masyarakat berstatus petani penyewa yang menyewa lahan petani lain
untuk digarap sendiri. Lapisan tiga yaitu masyarakat yang berstatus
sebagai penyakap dengan prosentase 30% atau enam kali lipat lapisan ke
darilapisan pertama. Mereka menerapkan sistem bagi hasil dengan
pemilik lahan dalam zmenggarap sawah. Lapisan empat adalah tipe
masyarakat dengan prosentase terbanyak yang berstatus sebagai buruh
tani, yaitu 55%. Mereka biasanya bekerja pada lahan milik orang lain dan
diberi upah oleh pemilik lahan.
h.

Stratifikasi berdasarkan lamanya bermukim.


Desa Tambi termasuk desa yang di dalamnya dijumpai pembagian
kategori penduduk berdasarkan lamanya bermukim. Pendatang berupa

36

orang luar dVesa yang menikah dengan penduduk asli desa tersebut dan
orang yang pindah karena pekerjaan. Berdasarkan data monografi yang
kami

peroleh, prosentase pendatang sangat sedikit jika dibandingkan

dengan penduduk asli. Setiap penduduk baik penduduk asli maupun


pendatang harus menaati peraturan, ketentuan, nilai dan norma dalam
kehidupan masyarakat desa.
8. Konflik Sosial
Masyarakat yang ada di Desa Tambi pada umumnya hidup dalam
keadaan damai dan sejahtera. Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat
beberapa macam masalah yang berupa konflik, karena disetiap ada manusia
pasti mendapat masalah. Namun, masalah ini tidak terlalu besar, sehingga
mesyarakat tetap dapat hidup berdampingan dengan damai.
Bentuk konflik yang ada di dalam desa maupun dalam kehidupan
sehari-hari dapat berupa konflik intern masyarakat, konflik antar desa, dan
konflik antar masyarakat dengan pemerintah desa. Jika terjadi masalah
tersebut, yang sering menjadi penengah untuk menyelesaikan adalah tokoh
masyarakat, ataupun aparat pemerintah. Konflik intern yang terjadi dalam
kehidupan biasanya berupa konflik saat ada perbedaan pendapat tentang
kepemilikan tanah. Konflik antar desa pada saat ini di desa Tambi, sedang
tidak terjadi masalah. Sehingga kehidupan sehari-hari masih dalam keadaan
damai. Namun ada beberapa masalah yang mungkin bisa menyebabkan
konflik di masyarakat Desa Tambi yaitu:
a. Masalah dalam sarana dan prasarana
1) Sarana dan prasarana Pendidikan keagamaan yang kurang memadai hal
ini ditandai dengan kurangnya fasilitas seperti meja kursi ustadz, dampa
untuk santri dan alat peraga yang berdampak pada terganggunya proses
belajar mengajar.
2) Masih rendahnya partisipasi masyarakat untuk melanjutkan sekolah ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi hal ini ditandai dengan jumlah
penduduk 5.370 jiwa yang lulusan S-1 ada 16 orang, Tamat akademi 11
orang, SLTA 453 orang, SLTP 675 orang sedangkan yang lain hanya
berpendidikan SD sedangkan untuk buta aksara hanya sebagian kecil 13

37

orang.Masih kurangnya sarana dan prasarana wajar dikdas sembilan


tahun hal ini ditandai dengan belum tersedianya sekolah setingkat
3)

SLTP/MTs di desa Tambi yang masih harus bersekolah di desa lain.


Masih rendahnya sarana prasarana TK hal ini di warnai dengan tidak
adanya alat permainan yang lengkap bagi anak TK, alat peraga yang

4)

belum memenuhi standar.


Tingkat kesehatan masyarakat masih rendah yang ditandai dengan pola
hidup yang tidak sehat, Gizi masyarakat yang rendah, sarana dan
prasarana pelayanan kesehatan masyarakat yang kurang memadai hal ini
ditandai dengan rendahnya tingkat rasio antara jumlah penduduk dan

tenaga medis/bidan desa, sarana dan prasarana kesehatan.


5) Masih minimnya masyarakat yang memiliki MCK didalam rumah hal ini
ditandai dengan banyaknya masyarakat yang masih menggunakan WC
6)

umum sehingga limbatnya nampak liar pada lokasi lain.


Pembuangan sampah yang belum teratur hal ini ditandai dengan
minimnya penyediaan tempat sampah dan belum adanya alat pengangkut
sampah sehingga berdampak pada lingkungan yang tidak sehat dan
sebagian

7)

dengan

membuang

sampah

disaluran

air

sehingga

mengakibatkan tersumbatnya saluran air.


Masih banyaknya Rumah tidak layak huni khususnya bagi warga
miskin hal ini ditandai dengan banyaknya rumah berlantai tanah dan

8)

dinding kayu yang suda rapuh.


Masih minimnya kendaraan masyarakat untuk mengatur pembagian air
bersih kerumah rumah meskipun didesa Tambi sudah dibentuk
pengurus maupun petugas pembagi air ataupun yang disebut dengan

PDAM desa.
9) Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan tenaga
medis hal ini ditandai dengan terlambatnya masyarakat untuk berobat ke
rumah sakit.
10) Belum optimalnya keamanan dan ketertiban masyarakat hal ini ditandai
dengan adanya masyarakat yang kehilangan harta bendanya meskipun
nilainya tidak terlalu tinggi namun berdampak pada kehawatiran warga.
11) Belum optimalnya pengembangan budaya lokal yang mampu
memberikan khas budaya desa seperti Tari seni angguk, Lengger,

38

sholawatan rebana, dan sholawat rebana yang berdampak pada


terkikisnya ciri khas desa.
12) Belum memadainya sarana dan prasarana olah raga hal ini diwarnai
dengan adanya satu tempat balai desa dipergunakan untuk berlatih Bulu
tangkis dan pertemuan rapat yang berakibat benturan tempat maupun
waktu sehingga tidak dapat berlatih secara optimal.
b. Mengenai masalah tentang bidang pemerintahan adalah sebagai berikut:
1)
Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya partisipasi dalam proses pengambilan keputusan publik.
Selama ini proses perencanaan pembangunan desa (Musrenbangdes)
mulai dari tingkat RT, RW Dusun dan desa bahkan sampai tingkat atasnya
hanya untuk memenuhu standar formal, belum menyentuh pada
2)

kebutuhan dan kehendak masyarakat yang secara real/yang sebenarnya.


Hubungan antara Pemerintah desa dan BPD selama ini
terjalin dengan baik namun masih perlu ditingkatkan khususnya nilai-nilai
kearifan yang digunakan dalam menyelesaikan persoalan kemasyarakatan.

c. Mengenai Permasalahan tentang Lingkungan Hidup adalah sebagai

berikut:

1) Masih tingginya tingkat erosi akibat pengelolaan lahan yang tanpa


kaidah konservasi dan pengolahan lahan yang terlalu instan.
2)

Tingginya ancaman terhadap keanekaragaman hayati hal ini ditandai


dengan semakin langkanya flora dan fauna.

3) Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi


kawasan lindung dan pelestarian lingkungan hidup.
4) Belum pulihnya kondisi hutan sebagai akibat penebangan pohon hutan
yang tidak teratur.
9. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan suatu hal yang kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, adat-istiadat, serta kebiasaankebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Berikut dijelaskan tentang kebudayaan yang terdapat di desa Tambi.
a.

Bentuk Rumah serta fungsinya

39

Bentuk rumah yang ada di desa Tambi ini sebagian besar masih
sederhana dan memiliki tipe rumah tradisional (rumah kampung).
Rumah penduduk pada umumnya terdiri dari kamar, ruang tamu,
ruang makan, dapur dan kamar mandi (MCK). Berikut disajikan
denah rumah penduduk Desa Tambi.
MCK

Dapur
Kamar Tidur

Kamar Tidur

Ruang Keluarga
Kamar

Gambar 4.4 Denah Rumah


Penduduk Desa Tambi
Ruang Tamu
Penempatan ruang-ruang yang ada memiliki alasan tersendiri
dan mempunyai maksud tertentu untuk mempermudah kegiatan
anggota keluarga tersebut. Penempatan ruang tamu terletak di depan
untuk mempermudah dalam menerima tamu. Ruang tamu dibuat
luas digunakan sebagai tempat perkumpulan dan digunakan sebagai
tempat menyimpan hasil produksi. Ruang keluarga dan ruang makan
mempunyai fungsi sebagai tempat berkumpulnya anggota keluarga,
tempat beristirahat dan tempat untuk membicarakan sesuatu hal
yang berhubungan dengan keluarga maupun masalah tentang
keluarga. Kemudian MCK yang terletak dibelakang rumah dapat
dikatakan sebagai rumah yang sehat.
b. Alat-alat Pertanian Dalam Usaha Tani
Alat-alat saprodi pertanian yang masih digunakan dalam
kegiatan pertanian di desa Tambi ini pada dasarnya memiliki
banyak persamaan dengan alat-alat pertanian pada umumnya. Hal
ini dikarenakan topografi lahan pertanian di desa Tambi ini sama

40

dengan daerah pertanian yang ada di pegunungan lainnya, yaitu


miring sehingga menggunakan peralatan khusus yang digunakan
dalam proses pertanian. Umumnya peralatan yang digunakan masih
sederhana dan ada beberapa yang sudah modern. Alat-alat tersebut
antara lain, cangkul, dan sabit. Alat-alat tersebut termasuk alat yang
sederhana. Peralatan yang modern salah satunya adalah gunting Teh
yang berbentuk kotak, yang memudahkan para pemetik the untuk
mendapatkan teh yang banyak dalam waktu yang relative singkat
c. Adat Istiadat Yang Masih Dilestarikan
Adat istiadat yang masih dilestarikan oleh penduduk di desa
Tambi ini cukup banyak dan tetap dilestarikan. Adat istiadat tersebut
antar lain berbagai macam upacara adat yang dilakukan dalam
kehidupan sejak dalam kandungan sampai lahir. Upacara yang
dilakukan untuk orang yang sudah meninggal dunia, selamatan yang
ada hubungannya dengan keagamaan, dan adat istiadat yang
berhubungan dengan usaha tani. Masyarakat

Tambi masih

menerapkan budaya syukuran ketika musim panen selesai. Hal ini


menunjukan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan hasil panen yang melimpah. Masyarakat Tambi juga
melakukan upacara besar dalam memperingati hari besar Islam,
seperti pengajian dan melakukan syukuran pada waktu Muharram.
B. Karakteristik Responden
1.
Identitas Keluarga Responden
a)
Identitas Responden Menurut Umur dan Status Penguasaan
Lahan.

41

Tabel 4.2.1 Identitas Responden Menurut Umur dan Status


Penguasaan

Lahan

Desa

Tambi,

Kecamatan

Kejajajar, Kabupaten Wonosobo tahun 2014


No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Nama
Responden
Saiyono
Musliman
Marbungah
Suyati
Gityatin
Muhisyam
Munroji
Mujiono
Mukolil
Faidah
Murtadhoh
Muhajir
Rusminah
Mad Lazim
Nasro
Prihatin Sabar
Sadar Wilujeng
Aminudin
Harti
Aminah
Muslim
Ponti
Junaedi
Muhandir
Pontiah

Umur
Suami
60
44
30
51
40
43
57
32
55
32
42
50
43
38
40
37
55
50
60
36
40
-

Istri
60
40
62
65
53
35
39
30
45
32
38
40
49
38
26
40
33
50
54
30
35

Status
Penguasaan
Lahan
1
2
3
4

v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v

42

935
44,5

859
42,9

8
32

1
4

2
8

14
56

Sumber :Data Primer


Keterangan:
1.
2.
3.
4.

Pemilik penggarap
Penyewa
Penyakap
Buruh tani
Berdasarkan tabel 4.2.1 Identitas Responden Menurut Umur

dan Status Penguasaan Lahan Desa Tambi, Kecamatan Kejajar,


Kabupaten Wonosobo, tahun 2014 menunjukan bahwa rata-rata umur
suami adalah 44 tahun dan rata-rata umur istri adalah 42 tahun.
Apabila dilihat dari status penguasaan lahan yang berstatus pemilik
penggarap sebanyak delapan responden dari dua puluh lima
responden, yang berstatus penyewa sebanyak satu responden dari dua
puluh lima responden, yang berstatus buruh tani sabanyak empat
belas oarang dari dua puluh lima responden, sedangkan yang berstatus
sebagai penyakap dua responden. Presentase yang paling banyak
adalah petani yang berstatus sebagai pemilik penggarap yaitu sebesar
32%, yang berstatus penyewa sebesar 4%, yang berstatus buruh tani
56 % yang sebagian besar dari Dusun Cakringan, sedangkan yang
berstatus penyakap 8%.Lahan pertanian di Desa ini kebanyakan
dimiliki oleh orang-orang yang bertempat tinggal jauh sehingga
pemilik lahan menyuruh orang didesa ini untuk membantu mereka
b)

mengolah lahannya.
Identitas Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga
dan Tingkat Pendidikannya di Desa Tambi
Setiap keluarga dari setiap responden berbeda beda. Begitu juga
pendidikan terakhir masing masing anggota keluarga responden.
Berikut ini tabel dari identitas responden menurut jumlah anggota
keluarga:

43

Tabel 4.2.2 Identitas Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga


dan Tingkat Pendidikan Desa Tambi, Kecamamatan
Kejajar Kabupaten Wonosobo
Jumlah Anggota Keluarga
Pria
Wanita

No
0
4

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

415

1
1
1
1
1
1
1
7
2
8

15
65

>6
5

04

415

15
65

>6
5

Suami

1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
2
-

1
1
1
1
1
2
1
2
1
11

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13

1
1

SD
SD
SD
SD
SD
SD
SMA
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
-

20

1
1

80

44

52

Pendidikam
Anak
Istri
S sm MS
D p
A
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
2
1
23

1
1
1
1
1
1
1
1
8

92

32

A
K

P
T

Sumber: data primer


Berdasarkan Tabel 4.2.2 Identitas Responden Menurut Jumlah
Anggota Keluarga dan Tingkat Pendidikannya di Desa Tambi
Kecamatan Kejajar, Kabupaten wonosobo Tahun 2014 dapat
diketahui bahwa jumlah anggota keluarga terbesar adalah pria usia
15-65 tahun yaitu sebesar 80 % . Hal ini menunjukkan bahwa jumlah

44

penduduk usia produktif di Desa Tambi lebih banyak pria daripada


wanita. Hal ini berarti bahwa anggota keluarga yang berusia non
produktif mempunyai presentase yang kecil sehingga angka beban
tertanggungnya pun juga kecil. Dengan angka beban tertanggung
yang kecil maka akan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga
sedangkan jika dilihat dari pendidikan orang tua (responden) rata-rata
telah minimal mengenyam pendidikan SD. Disamping itu apabila
dilihat dari tingkat pendidikan orang tua (responden) maksimal
mengenyam pendidikan sampai tingkat SMA.
Dari hasil pengamatan ini dapat diketahui bahwa rata-rata dari
warga Desa Tambi telah mampu menyerap informasi ataupun berita
dalam bentuk tulisan maupun dari media massa. Meskipun demikian,
perlu juga adanya peningkatan taraf hidup agar lebih meningkatkan
kemampuan dalam menyerap informasi. Seperti pendidikan orang tua,
tingkat pendidikan anak-anak juga tergolong baik. Pada tabel dapat
terlihat bahwa untuk anak- anak dapat mengenyam pendidikan
tertinggi sampai tingkat Perguruan Tinggi. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa para penduduk Desa Tambi sudah menyadari betapa
pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.
Perilaku Responden dalam Kegiatan Mencari Nafkah
Setiap manusia mengartikan hidup cukup itu relatif, karena

2.

sifat dasar dari manusia adalah merasa belum puas akan sesuatu.
Sehingga bila seseorang telah memiliki sesuatu yang telah diinginkan,
maka akan muncul hasrat untuk memiliki sesuatu yang lebih. Begitu
pula tentang definisi hidup cukup bagi setiap orang, mereka jika telah
memiliki sesuatu maka mereka akan mempunyai keinginan untuk
memiliki yang lebih lagi, dan setiap orang itu memiliki ukuran yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya dalam mengartikan
hidup cukup ini. Berikut ini data yang berisi tentang arti hidup cukup
a)

bagi petani di Desa Tambi.


Arti hidup cukup bagi petani

45

Pengertian hidup cukup bagi petani memiliki berbagai perbedaan,


sebagian dari mereka ada yang mengartikan hidup cukup itu hanya
sekedar bisa makan, ada yang sampai bisa membeli barang-barang,
pakaian, hal ini disesuaikan dengan tingkat perekonomian masingmasing responden. Berikut ini tabel mengenai arti hidup bagi petani.
Tabel 4.2.3 Arti hidup cukup oleh petani Desa Tambi, Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo
No

Uraian

Apakah yang diartikan hidup cukup oleh


petani
a. Asal bisa makan sehari-hari sekeluarga.
b.
Asal bisa makan,
membeli
pakaian
sekedarnya,
mempunyai rumah sederhana
c.
Asal bisa makan,
membeli pakaian, mempunyai rumah dan
bisa menyekolahkan anak.
d.
Asal bisa makan,
membeli pakaian, mempunyai rumah dan
bisa menyekolahkan anak dan bisa
membiayai kebutuhan sekunder seperti
tanah, TV, sepeda motor, dll.
e.Lainnya.

11

44

28

12

Sumber : Data Primer


Berdasarkan data di atas, didapatkan bahwa responden yang
mengartikan hidup cukup asal bisa makan sehari-hari keluarga
adalah yang terbesar, dengan presentase 44%. Padahal dibutuhkan
pula pendidikan agar di masa depan dapat tercipta masyarakat yang
maju dan modern sehingga dapat juga memperbaiki status.
Kemungkinan yang terjadi pada petani tersebut akibat kurangnya
pendidikan dalam kehidupan sehari-hari adalah mereka semakin
terbelakang dan ketinggalan dan akan hidup seperti itu secara terus
menerus serta akibat faktor ekonomi yang sangat sulit. Sedangkan
pada tabel juga terlihat bahwa terjadi perbedaan pola pikir
responden mengenai hidup cukup yaitu asal bisa makan, membeli
pakaian sekedarnya, mempunyai rumah sederhana hanya 8%, untuk

46

pola piker Asal bisa makan, membeli pakaian, mempunyai rumah


dan bisa menyekolahkan anak sebanyak 28 %.dan yang menjawab
b)

di luar itu sebanyak 12 %.


Kegiatan mencari nafkah
Ada berbagai macam kegiatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan oleh petani di Desa
Tambi ini mempunyai berbagai macam tujuan, misalnya untuk
memperbaiki nasib, maupun tujuan yang lainnya. Berikut ini data
secara rinci mengenai kegiatan mencari nafkah di Desa Tambi.

Tabel 4.2.4 Kegiatan Mencari Nafkah di Desa Tambi Kecamatan


Kejajar,Kabupaten Wonosobo Tahun 2014.

47

No
2

3.

4.

5.

9.

Uraian
Apakah dalam kegiatan mencari nafkah baik usaha tani maupun
usaha lainnya petani bekerja?
a.
Sekedar mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari
b. Berkeinginan memiliki sesuatu (menaikkan status dengan
membeli tanan/rumah/barang-barang sekunder/naik haji)
c. Berkeinginan memperbesar usahanya atau membuka usaha
baru atau bekerja dibidang lainnya.
d. Lainnya.
Selain usaha mencukupi kebutuhan hidupnya atau memenuhi
keinginannya.
a. Sekedar melakukan usaha yang ada, pasrah (menerima apa
adanya).
b. Berkeyakinan usaha saat ini bisa memberi hasil yang baik.

20
3

80
12

0
2

0
8

16

64

c. Berusaha
memberi
tambahan
penghasilan
dengan
berusaha/bekerja di bidang lain.
d. Berkeinginan pindah usaha (meninggalkan pekerjaan tani)
setelah memiliki usaha/pekerjaan baru.
e. Lainnya.
Apakah Bapak/Ibu ingin memperbaiki nasib yang lebih baik dari
sekarang ?
a. Selalu ingin memperbaiki,
b. Kadang muncul keinginan memperbaiki,

20

14
7

56
28

c.

16

12

48

b. Berdasarkan kemampuan yang ada saat ini.

28

c. Belajar pada penyuluh atau pengusaha lain, mencari informasi


baru untuk usahanya dan melakukan perencanaan kerja.

16

d. Lainnya.
Apakah dalam kegiatan mencari nafkah dan kegiatan sosial petani :

a. Bekerja berdasarkan petunjuk/nasihat orang tua, tokoh


masyarakat (kepala desa, ulama, penyuluh).
b. Bekerja dengan mengutamakan kerjasama dengan warga desa.

16

64

32

c. Lainnya

Tidak pernah berkeinginan untuk memperbaiki,

Apakah dalam kegiatan mencari nafkah, petani


berorientasi/berpedoman pada :
a. Pengalaman-pengalaman orang tua sebelumnya.

selalu

Sumber : Data Primer


Berdasarkan Tabel 4.2.4. Kegiatan Mencari Nafkah di Desa
Tambi Kecamatan Kejajar,Kabupaten Wonosobo Tahun 2014
sebagian besar penduduk dalam menjawab pertanyaan dalam
kegiatan mencari nafkah baik usaha tani maupun usaha lainnya
adalah sekedar mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari yaitu sebesar

48

80%. Kemudian yang berkeinginan memiliki sesuatu sebesar 12%.


Kebanyakan dari petani tersebut memilih sekedar mencukupi
kebutuhan sehari-hari karena mereka tidak mempunyai keahlian
atau pendidikan selain usahatani, yang menurut pandangan mereka
dengan itu saja sudah termasuk baik, sedangkan sebesar 8% petani
menjawab lainnya. Selain mereka berusaha mencukupi kebutuhan
hidup, petani yang sekedar melakukan usaha yang ada, pasrah
(menerima) apa adanya sebanyak 64% dan yang berkeyakinan usaha
saat ini bisa lebih baik sebesar 8% sedangkan yang berusaha
memberi tambahan penghasilan dengan berusaha bekerja di bidang
lain 20%. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka hanya bisa
pasrah apa adanya tanpa berusaha mencari usaha lain sehingga
mereka tidak akan maju dan tetap berada di bawah garis
kemiskinan.dan yang menjawab lainnya sebanyak 8%.
Walaupun para petani hanya bisa pasrah dengan usaha yang
ada, tetapi dalam diri semua petani tetap ada keinginan untuk
memperbaiki nasib, namun keinginan ini terhalang karena adanya
keterbatasan

modal yang dimiliki sehingga keinginan tersebut

belum dapat diwujudkan secara nyata. Dalam kegiatan mencari


nafkah sebagian besar petani berorientasi atau berpedoman pada
pengalaman- pengalaman orang tua sebelumnya atau bersifat turuntemurun, terlihat pada tabel dengan presentase sebesar 46%
sedangkan yang berpedoman berdasarkan kemampuan yang ada
pada saat ini sebesar 28%. Sedangkan yang belajar dari penyuluhan
sebanyak 16%. Hal ini menunjukkan bahwa mereka mengetahui
tentang dunia pertanian berdasarkan pengalaman-pengalaman orang
tua sebelumnya.
c)
Keputusan dalam usaha tani
Dalam melakukan kegiatan usaha pertanian, membutuhkan
berbagai macam keputusan, baik dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, maupun dalam kegiatan sehari-hari. Setiap masyarakat

49

memiliki keputusan yang berbeda-beda dalam menentukan siapa


saja yang dilibatkan dalam memutuskan masalah tersebut. Berikut
ini data mengenai keputusan dalam usaha tani.
Tabel 4.2.5 Keputusan Dalam Usaha Tani di Desa Tambi Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2014
No
6.

Uraian
Apakah setiap ada inovasi atau sesuatu yang
baru dalam praktek usaha tani langsung
menerapkan inovasi tersebut :
a. Ya,
b. Kadang-kadang,
c. Tidak pernah,
7.
Apakah dalam mengambil keputusan selalu
melibatkan anggota keluarga lain:
a. a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
8.
Siapa yang dilibatkan dalam pengambilan
keputusan?
a. Suami
b. Istri
c. Satu keluarga
d. Anak

5
10
10

20
40
40

11
3
11

44
12
44

4
5
1
3

16
20
4
12

Sumber : Data primer


Berdasarkan tabel Keputusan dalam usahatani di Desa Tambi,
Kecamatan Kejajar,Kabupaten Wonosobo tahun 2014 dapat
diketahui bahwa petani pada umumnya tidak pernah menerapkan
inovasi apabila ada inovasi atau sesuatu yang baru dalam praktek
bidang pertanian. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya prosentase
sebesar 40% untuk responden yang hanya kadang kadang
mempraktekkan inovasi inovasi baru tentang pertanian, dan juga 40
% yaitu 10 orang yang sama sekali tidak mempraktikkan inovasi
baru tentang pertanian, seperti yang tertera pada tabel, sehingga
peran penyuluh tidak terlalu berpengaruh dalam hal ini. Hal ini
membuktikan bahwa petani di Desa Tambi bersifat tertutup terhadap

50

inovasi-inovasi baru yang diberikan kepada mereka. Biasanya


mereka juga belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya yang
berhasil dalam setiap penerapan inovasi yang petani peroleh. Hanya
sebesar 20% dari jumlah petani yaitu 5 dari dua puluh lima petani
menerima adanya suatu inovasi.
Dalam pengambilan keputusan, sebesar 44% yaitu sebelas dari
dua puluh lima petani yang ada memilih untuk melibatkan orang
lain sedangkan sebesar 12% dari dua puluh lima petani memilih
tidak melibatkan orang lain. Petani yang kadang-kadang melibatkan
orang lain dalam mengambil keputusan sebanyak 44% dari dua
puluh lima responden. Situasi kekeluargaan dan kebersamaan dalam
hal ini masih terasa dengan adanya keterlibatan orang lain dalam
mengambil keputusan. Orang lain dalam hal ini yaitu istri, keluarga,
orangtua, suami dan anak. Adanya keterlibatan orang lain dalam
pengambilan keputusan disebabkan adanya kesamaan pekerjaan,
pemikiran dan pengalaman-pengalaman dalam bidang pertanian.
Pendapat-pendapat yang diberikan sangat dibutuhkan, hal ini agar
d)

petani tidak salah dalam bertindak dan mengambil keputusan.


Penggunaan Pendapatan Petani
Petani dalam mengalokasikan pendapatan yang dimilikinya
sangat bermacam-macam, hal ini disesuaikan dengan tingkat
kebutuhan dan kondisi keluarga pada saat itu. Di dalam mengatur
penggunaan pendapatan yang dimiliki oleh petani, mereka
mempunyai berbagai macam pertimbangan-pertimbangan sehingga
mereka menjalankan keputusan tersebut. Tidak semua pendapatan
yang dihasilkan oleh petani ini dikonsumsi, ada sebagian yang
dijadikan sebagai investasi maupun sebagai tabungan untuk
memenuuhi kebutuhan masa depan. Tujuan melakukan investasi
atau menabung ini adalah untuk membiayai kebutuhan yang bersifat
mendadak, maupun untuk membiayai pendidikan anak-anaknya.
Investasi dapat pula dilakukan dalam bentuk barang-barang seperti

51

emas-emasan, tanah, ternak, dan lain-lain. Berikut ini data secara


rinci mengenai penggunaan pendapatan petani di Desa Tambi.
Tabel 4.2.6 Penggunaan Pendapatan Petani di Desa Tambi
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo,tahun
2014
No
.
10.

11.

Uraian
Untuk apa sajakah pendapatan petani digunakan ?
a. Konsumsi
b. Tabungan
c. Investasi
d. Lainnya
Dalam bentuk apa petani menabung ?
a. Barang berharga (harta kekayaan, seperti :
rumah, alat transportasi, alat rumah tangga,
perhiasan, emas batangan)
b. Uang tunai di rumah
c. Ditabung di Bank
d. Lainnya

23
14
6
1

92
56
24
4

10
2
11

40
8
44

14
4
7
1
10

56
16
28
4
40

12.

Apa tujuan menabung?


a. Keperluan mendesak atau mendadak
b. Modal usaha
c. Pendidikan anak
d. Naik haji
e. Lainnya

13.

Dalam bentuk apa petani melakukan investasi ?


a. Investasi alat dalam usaha tani (cangkul, 22
sabit, dll)
4
b. Membeli tanah atau ternak
c. Investasi usaha lain (luar usaha tani, seperti
membuka warung, berdagang, industri 2
rumah tangga)

88
16
8

Sumber: Data Primer


Berdasarkan Tabel 4.2.6. Penggunaan Pendapatan Petani di Desa
Tambi Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo,tahun 2014 sebagian
besar pendapatan responden digunakan untuk konsumsi yaitu sebesar
92%, tabungan sebesar 56% dan yang digunakan untuk melakukan
usaha diluar bidang pertanian (investasi) sebesar 24%. Sisanya sebesar

52

4% untuk lainnya. Rendahnya penggunaan pendapatan untuk tabungan


dan investasi dikarenakan pendapatan yang diterima dari hasil
usahatani hanya dapat mencukupi kebutuhan untuk konsumsi. Petani
lebih banyak menabung dalam bentuk barang berharga sebesar 8% dan
ditabung di bank sebesar 8%. Hal ini menunjukkan tidak adanya
kesadaran para petani akan fungsi menabung, walaupun pendapatan
yang mereka terima terbatas, petani belum bisa menyisakan pendapatan
petani untuk ditabung, walaupun hanya dalam bentuk barang berharga,
seperti alat transportasi, alat rumah tangga dan lain-lain.
Tujuan petani menabung adalah untuk keperluan yang mendadak
yaitu sebesar 56% sehingga dapat diketahui bahwa dalam menabung
untuk berjaga-jaga jika ada kebutuhan mndadak. Responden yang
berfikiran pentingnya menabung untuk pendidikan anak yaitu sebesar
28%, kemudian untuk membuka usaha yang baru sebesar 16%. Dan
yang tidak menabung sekitar 40% dai jumlah petani. Kemudian selain
menabung, petani juga melakukan investasi terbesar berwujud
membeli alat pertanian, seperti mesin pengolah tanah, sabit, cangkul.
Investasi yang dilakukan merupakan investasi alat usaha tani sebanyak
88%, dan investasi dengan membeli tanah atau ternak sebesar 162%.
e)

Dan untuk inventaris usaha lain adalah 8 %.


Tingkat kerukunan masyarakat
Kehidupan manusia di bumi ini tidak dapat berdiri sendiri. Pada
dasarnya masyarakat hidup sebagai makhluk sosial, dimana sangat
membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Baik dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari maupun dalam hal lainnya. Masyarakat
memiliki dua status, yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial. Berikut ini data secara rinci mengenai tingkat kerukunan
masyarakat di Desa Tambi.
Tabel 4.2.7 Tingkat Kerukunan Masyarakat di Desa Tambi, Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo tahun 2014
No
.

Uraian

53

14.

15.

Kalau
seseorang
mendapatkan
bantuan
(sumbangan) apakah ia harus membalas
memberikan bantuan kepada setiap orang yang
telah memberikan bantuan?
a. Ia harus membalas
b. Boleh membalas, boleh tidak membalas
c. Tidak diharuskan memberikan balasan
Kalau jawaban pada nomor 14 adalah a atau b. bila
sumbanan harus dibalas. Apakah bantuan tersebut :
a. Boleh lebih sedikit dari sumbangan yang
pernah diterima
b. Sama besarnya dengan nilai sumbangan
yang pernah diterima

10
10
5

40
40
20

16

56

32

Sumber : Data Primer


Berdasarkan tabel 4.2.7 . Tingkat Kerukunan Masyarakat di desa
Tambi kecamatan Kejajar kabupaten Wonosobo tahun 2014 bahwa
ketika seseorang mendapatkan sumbangan dari masyarakat maka
sebanyak 40% responden wajib membalas, responden yang sukarela
sebanyak 40%, dan sebanyak 20% tidak diharuskan memberi balasan.
Boleh atau tidaknya dalam membalas sumbangan yang diberikan
dikarenakan disesuaikan dengan keadaan ekonomi keluarga, biasanya
responden membalas pemberian sumbangan ketika musim panen yaitu
dengan hasil panen yang petani dapatkan. Apabila sumbangan yang
telah diberikan harus dibalas, maka mayoritas warga akan membalas
sama besar dengan sumbangan yang petani terima yaitu sebesar 56%,
responden yang membalas boleh lebih sedikit dengan bantuan yang
petani dapatkan sebesar 32%, dan sisanya responden yang membalas
lebih besar dengan sumbangan yang petani terima. Apabila seseorang
tidak mampu membalas, maka tidak akan mendapat sanksi namun akan
digunjingkan oleh para tetangga.
f)

Kegiatan panen
Proses yang terakhir dari usahatani adalah kegiatan pemanenan
dan pemasaran hasil pertanian. Kegiatan ini membutuhkan jumlah
tenaga kerja yang tidak sedikit, baik yang berasal dari dalam
maupun dari luar keluarga. Namun demikian, jumlah tenaga kerja

54

yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing petani


sesuai dengan jumlah luas lahan yang dikerjakan. Berikut ini data
hasil pengamatan jumlah tenaga kerja di Desa Tambi

yang

dibutuhkan oleh petani.


Tabel 4.2.8 Kegiatan Panen di desa Tambi kecamatan Kejajar
kabupaten Wonosobo tahun 2014.
No
.
16.

Uraian
Dalam melakukan kegiatan panen, petani:
a. Menebaskan kepada orang lain
b. Dikerjakan anggota keluarga dibantu
kerabat
c. Dikerjakan tetangga (wanita) warga
desa tertentu saja (yang diundang
saja)
d. Dibantu tetangga (wanita) warga desa
siapa saja tanpa dibatasi jumlahnya
e. Lainnya

4
10

16
40

20

20

Sumber : Data Pimer


Berdasarkan Tabel 4.2.8. Kegiatan Panen di desa Tambi
Kecamatan Kejajar kabupaten Wonosobo tahun 2014 dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden memanen dengan
dibantu oleh anggota keluarganya saja, yaitu presentasenya sebesar
40 %.sebanyak 20% yaitu tidak ada yang membantu. Petani yang
dibantu tetangganya sebesar 20 % atau sebanyak 5 orang
responden.. Kemudian petani yang menebaskan hasil pertaniannya
sebanyak 16 %responden dari dua puluh lima responden .

55

3.
a.

Kelembagaan Hubungan Kerja Luar Pertanian


Mata Pencaharian dan Motivasi Bekerja Diluar Pertanian
Kebutuhan manusia yang terus bertambah dari waktu ke waktu
menuntut manusia untuk bekerja lebih giat lagi. Salah satu cara
yang sering ditempuh adalah dengan mencari pekerjaan lain dari
pekerjaan pokoknya. Selain itu biasanya bertujuan untuk menambah
penghasilan, tambahan pendapatan yang diperoleh digunakan untuk
mancukupi kebutuhan sehari hari.

Tabel 4.2.9

No
.
1
2
3
4
5
6
7

Mata Pencaharian dan Motivasi Bekerja di Luar Pertanian


di Desa Tambi Kecamatan Kejajar kabupaten Wonosobo
tahun 2014

Nama
Responden

Pekerjaan

Pendapatan per Motivasi


tahun

Saiyono
Musliman
Marbunga
h
Suyati
Gityatin
Muhisyam
Munroji

Buruh pikul

Rp.7.200.000

Menambah

56

8
9

Mujiono
Mukolil

Gali
Pasir,warung
Jualan sayur

10
11
12
13

Faidah
Murtadoh
Muhajir
Rusminah
Mad
Lazim

Jual pupuk

Rp.18.000.00
0
Rp 2.000.000

Warung kopi

Rp6.120.000

Warung

Rp.5.000.000

Foto kopi

Rp.15.300.000

Warung kopi

Rp.7.200.000

14
15
16

Nasro
Prihatin
Sabar

17
18
19

Sadar
Aminudin
Harti

20
21
22
23
24
25

Aminah
Muslim
Ponti
Junaedi
Muhandir
Pontiah

Rp15.200.000

Rp76.020.000

Rp 3.040.800

penghasilan
Menambah
penghasilan
Sekolah anak
Tabungan masa
tua
Menambah
penghasilan
Menambah
penghasilan
Menambah
penghasilan
Nambah
penghasilan
-

Sumber :Data Primer


Berdasarkan Tabel 4.2.9. Mata Pencaharian dan Motivasi
Bekerja di Luar Pertanian di Desa Tambi Kecamatan Kejajar
kabupaten

Wonosobo

tahun

2014

terdapat

berbagai

mata

pencaharian dan motivasi bekerja di luar pertanian. Pekerjaan


tersebut antara lain: usaha berdagang,kuli panggul, ternak,gali pasir,
wirausaha dan tukang sayur. Petani yang mempunyai pekerjaan
sampingan sebagai buruh mempunyai penghasilan Rp.7.200.000 per
tahun. Petani yang mempunyai pekerjaan sambilan menjadi tukang
sayur mempunyai penghasilan Rp.18.000.000. Petani yang memiliki

57

pekerjaan sebagai penjual pupuk penghasilannya Rp.2.000.000.


Penghasilan petani digunakan untuk mencukupi kebutuhannya, yang
tidak dapat dipenuhi jika petani hanya mengandalkan bekerja di
sektor pertanian saja. Selain itu hasil tambahan pendapatan dapat
digunakan untuk menambah modal usaha maupun ditabung untuk
memenuhi kebutuhan di hari yang akan datang.
Motivasi bagi petani yang memiliki pekerjaan sampingan yaitu
untuk menambah penghasilan guna memenuhi kebutuhan seharihari, untuk tabungan maupun untuk menambah penghasilan. Semua
lapisan masyarakat pedesaan, pendapatan yang berasal dari kegiatan
non pertanian merupakan tambahan pendapatan yang sangat
penting. Penghasilan dari usaha tani sering kali rendah dan tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup petani, maka petani
mencari pekerjaan lain di luar usahatani.

b. Fasilitas dan Cara Mendapatkan Pekerjaan di Luar Pertanian


Tabel 4.2.10. Fasilitas dan Cara Mendapatkan Pekerjaan di Luar
Pertanian

di

Desa

Tambi

Kecamatan

Kejajar

kabupaten Wonosobo tahun 2014:


No
3.

Uraian
Selain mendapat upah apakah buruh tersebut
masih:
a. Mendapatkan jaminan lainnya (makan,
hadiah lebaran)
b. Ikut mambantu dalam kegiatan rumah
tangga majikan
c. Digolongkan dalam istilah tertentu :
buruh masih saudara/kerabat, buruh
dengan kontrak kerja, buruh lepas/tanpa
ikatan
d. Lainnya

16

28

13

53

58

4.

Siapa yang memberikan pekerjaan diluar


pertanian tersebut ?
12
a. Mencari atau berusaha sendiri
2
b. Ikut saudara
c. Diajak teman atau saudara
11
d. Lainnya

48
8
44

Sumber : Data Primer


Berdasarkan Tabel 4.2.10 Fasilitas dan Cara Mendapatkan
Pekerjaan di Luar Pertanian dapat diketahui bahwa para responden
di Desa Tambi yang bekerja diluar pertanian yang mendapatkan
upah jaminan lainnya seperti makan dan hadiah lebaran sebanyak 4
responden dari dua puluh lima responden atau presentasenya sebesar
16 %. Terdapat Satu responden yang masih Ikut mambantu dalam
kegiatan rumah tangga majikan setelah bekerja sebagai buruh. Ada
sebanyak tujuh responden yang digolongkan dalam istilah tertentu
buruh masih saudara/kerabat, buruh dengan kontrak kerja, buruh
lepas/tanpa ikatan. Terdapat 13 responden atau 53 persen dari 25
responden yang menjawab selain Mendapatkan jaminan lainnya
(makan, hadiah lebaran),Ikut mambantu dalam kegiatan rumah
tangga majikan, dan digolongkan dalam istilah tertentu buruh masih
saudara/kerabat, buruh dengan kontrak kerja, buruh lepas/tanpa
ikatan
Responden yang bekerja sebagai buruh lepas sekitar 44%.Para
responden yang bekerja diluar bidang pertanian mendapatkan
pekerjaannya dengan cara mencari sendiri atau berusaha sendiri
sebanyak dua belas responden dari dua puluh lima responden atau
prosentasenya sebesar 48%. Selain mencari sendiri para responden
mendapatkan pekerjaannya dengan diajak teman atau tidak ada.
Responden mendapatkan pekerjaannya. Sebanyak 8% responden
bekerja dengan saudara atau ikut dengan saudaranya.
4. Kelembagaan Hubungan Kerja Keluarga Petani
Terdapat hubungan kerja yang nyata antara anggota keluarga
petani dalam melakukan kegiatan usaha taninya. Berikut ini disajikan

59

secara rinci tentang kelembagaan hubungan kerja keluarga petani di


Desa Tambi.
a)
Orang Tua Responden
Keluarga dari masyarakat yang membantu untuk propes
pekerjaan dalam usahatani berbeda beda. Ada orang tua petani yang
terlibat. Namun ada juga yang tidak terlibat yang disebabkan factor
usia. Berikut ini tabel orang tua petani tentang ikut atau tidak
terlibatnya dalam usaha tani

Tabel 4.2.11 Kelembagaan Hubungan Kerja Keluarga Petani di Desa


Tambi Kecamatan Kejajar kabupaten Wonosobo tahun
2014:
No
.
1.

Uraian

Apakah jenis pekerjaan orang tua petani?


a. Petani
b. Selain petani

9
16

36
64

2.

Apakah orang tua responden masih ikut


bekerja dalam usaha tani responden?
4
a. Ya
18
b. Tidak
3
c. Tidak semua
Kalau ya, apakah mereka diberi upah ?
3
a. Ya
1
b. Tidak

16
54
12
12
4

Sumber: Data primer


Berdasarkan Tabel 4.2.11 Kelembagaan Hubungan Kerja Keluarga
Petani di Desa Tambi dapat diketahui bahwa orang tua responden sekitar
36% sebelumnya bekerja sebagai seorang petani. Ada 64% orang tua
dari responden yang bekerja diluar pertanian. Dari banyaknya orang tua
responden yang menjadi petani,sekitar 54% orang tua responden tidak

60

ikut dalam kegiatan tani hanya ada 4 orang tua responden yang ikut
dalam kegiatan usaha tani dan hanya 1 orang tua yang di beri upah.
b)

Peran Anggota Keluarga Dalam Kegiatan


Usahatani
Dalam keluarga masyarakat terdapat beberapa orang yang
membantu dalam usaha taninya. Setiap orang tersebut memiliki peran
tersendiri dalam proses tersebut. Adapun peran masing masing keluarga
akan di tampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.2.12. Peran Anggota Keluarga Dalam Kegiatan Usahatani di Desa


Tambi Kecamatan Kejajar kabupaten Wonosobo tahun 2014:
No

kegiatan
usahatani

Pria
Jml

wanita
jml
%

Anak
jml
%

1
2
3
4
5
6
7
8

Pengolahan lahan
Pengairan
Pembibitan
Penanaman
Pemupukan
Penyiangan
Panen
Pasca panen

6
2
1
1
1
1
1
5

24
8
4
4
4
4
4
50

2
2
2
4
3
4
3

8
8
8
16
12
16
12

Sumber : Data Primer


Berdasarkan Tabel 4.2.12. Peran Anggota Keluarga Dalam Kegiatan
Usahatani di Desa Tambi Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo,
Tahun 2014 rata-rata jenis kegiatan usaha tani dilakukan oleh perempuan.
Hanya sedikit respoden yang mempekerjakan keluarganya dalam kegiatan
usaha tani. Namun, para responden lebih memilih mempekerjakan
masyarakat luar.
5. Kelembagaan Pedesaan
a)

Asal Modal Usaha Tani

61

Masyarakat petani mempunyai suatu sistem atau lembaga dalam


usaha pertanian. Hal ini berhubungan dengan asal modal yang
digunakan dalam usaha tani yang berhubungan dengan asalnya.
Berikut data secara rinci mengenai asal modal usaha tani di Desa
Tambi Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2014

Tabel 4.2.13 Asal Modal Usaha Tani di Desa Tambi Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo Tahun 2014
No.
1.

Uraian

Dalam menjalankan usahatani dari manakan


Bapak/Ibu memperoleh modal usaha
11
a.
8
Milik sendiri/keluarga
0
b.
5
Pinjam dari tetangga/kerabat
1
c.
Pinjam dari lembaga keuangan
d.
a dan b
e.
a dan c

%
44
32
0
20
4

Sumber : Data Primer


Berdasarkan tabel 4.2.13 Asal Modal Usaha Tani di Desa Tambi
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2014 dapat diketahui
bahwa sebagian besar masyarakat di Desa Tambi menggunakan modal
milik pribadi dalam menjalankan kegiatan usaha tani mereka. Hal
tersebut disebabkan karena berbagai alasan seperti agar tidak
mempunyai tanggungan hutang. Responden yang memilih memakai
modal sendiri ada 11 responden dengan persentase sebesar 44%. Ada
juga beberapa masyarakat yang meminjam modal baik kepada tetangga
ataupun bank, ada 8 responden yang meminjam dari tetangga dan satu
responden yang meminjam modal dari bank. Responden lebih memilih

62

pinjam ke tetangga karena tidak ada bunga dan prosesnya lebih mudah
atau karena kepercayaan.Sekitar 4% dari 25 responden memilih
meminjam di lembaga keuangan (bank), 4 % nya lagi meminjam pada
tetangga karena dianggap sebagai keluarga yang paling dekat yang bisa
eminjami mereka modal untuk menjalankan usaha taninya.
b)

Asal Sarana Produksi


Alat alat pertanian yang di dapatkan oleh petani berasaldari
berbagai sumber. Ada yang membeli nya di took Alat Sapodi, ada yang
membeli di pasar. Dan bahkan ada juga yang mendapatkan alat dengan
percuma seperti di beri oleh tetangganya. Berikut ini tabel asal sarana
produksi masyarakat Desa Tambi
Tabel 4.2.14 Asal Saprodi Responden di Desa Tambi kecamatan kejajar
kabupaten Wonosobo 2014
No
1.
2.
3
4
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Jenis Saprodi
Cangkul
Sabit
Cangkul
Gunting
Topi
Linggis
sepatu
kranjang
cungkir
skop
bibit

11
25
2
2
1
1
2
2
2
2

Asal
Milik sendiri
Milik sendiri
Menyewa
Milik sendiri
Milik sendiri
Milik sendiri
Milik sendiri
Milik sendiri
Milik sendiri
Milik sendiri

Cara
Pembayaran
Tunai
Tunai
Tunai
Tunai
Tunai
Tunai
Tunai
Tunai
Tunai
Tunai

Sumber: Data Primer


Berdasarkan Tabel 4.2.14. Asal Saprodi Responden di Desa di Desa
Tambi kecamatan kejajar kabupaten Wonosobo 2014 dapat diketahui
bahwa semua responden memiliki cangkul dan sabit bahkan jumlahnya
lebih dari satu yang dibeli secara tunai. Ada juga responden yang
Gunting, untuk menggunting teh di kebun Teh. Semua petani di Desa
Tambi sudah memiliki cangkul dan sabit dengan pembayaran secara
tunai. Petani yang mempunyai linggis
pembayaran tunai.

ada satu orang dengan cara

63

c)

Cara Pembayaran Saprodi


Dalam mendapatkan berbagai macam sarana produksi pertanian
setiap responden memiliki cara yang berbeda beda. Ada yang
mendapatkannya dengan cara tunai da nada juga yang mendapatkannya
dengan cara kredit. Berikut tabel cara pembayaran sarana produksi di
Desa Tambi:

Tabel 4.1.15 Cara PembayaranSaprodi di Desa di Desa Tambi


kecamatan kejajar kabupaten Wonosobo 2014
Jenis Saprodi
No

Jenis

Cara pmbayaran

Alasan

1.

Pacul

tunai

Takut tidak bisa mengganti

2.

Sepatu Cangkul, caping

tunai

Tidak suka hutang

3.

Cangkul, keranjang

tunai

Takut tidak bisa bayar

4.

Caping, keranjang

tunai

Takut tidak bisa bayar

5.

cangkul, sabit, cungkir

tunai

Tidak berani hutang

6.

Cangkul

tunai

Takut tidak bisa bayar

7.

Cangkul, kranjang, sabit,


caping

tunai

Tidak mau hutang

8.

Cangkul, kranjang

tunai

Takut berhutang

9.

Skop, linggis

kredit

Tidak ada biaya untuk beli kontan

10.

Cangkul, sabit

tunai

Sudah memiliki uang tunai

11.

Caping, cangkul

tunai

Tidak suka hutang

12.

Cangkul

Tidak beli

Tidak punya uang untuk beli tunai atau


kredit

13.

Cangkul, bibit

tunai

Karena dipasar tidak bisa hutang

14.

Gunting teh

dipinjami

Tidak punya uang untuk beli dan kredit

15.

Sabit

dipinjami

Tidak punya uang untuk beli atau kredit

16.

Gunting teh

dipinjami

Tidak punya uang untuk beli atau kredit

17.

Cangkul

tunai

Tidak mau hutang

18.

Cangkul, sabit

tunai

Dipasar tidak boleh hutang

19.

Sabit, cangkul

tunai

Pembelian alat tidak boleh hutang

64

20.

Sabit, cangkul

tunai

Tidak mau hutang

21.

Cangkul, sabit, caping

tunai

Takut berhutang jika tidak bisa membayar

22.

Cangkul, sabit

tunai

Takut tidak bisa mengembalikan hutangan

23.

Cangkul, sabit

tunai

Ditoko tidak boleh hutang

24.

Cangkul, sabit

Tidak beli

Diberi uang karena tidak mampu beli

25
.

Cangkul, sabit

tunai

Tidak ingin berhutang

Sumber : Data Primer


Berdasarkan tabel di atas dari berbagai macam alat sarana
pertanian diketahui bahwa rata rata cara pembayaran sarana
pertanian ini adalah dibayar dengan tunai oleh Responden. Macam
sarana pertanian yang dibayar tunai antara lain cangkul, sabit,
caping,gunting teh,cungkir, linggis skop,bibit. Selain alat alat diatas
yang di dapatkan oleh responden, ada juga sara pertanian yang
didapat dengan cara cuma cuma dan juga hasil pinjaman kepada
pabrik ataupun tetangga.
d)

Pemanfaatan

dan

Pemasaran Hasil
Hasil produksi dari budidaya Petani ini dimanfaatkan untuk
beberapa kegiatan. Ada sebagian petani yang menjual hasilnya ke
tengkulak

ataupun

ke

pasar.

Ada

jugamasyarakat

yang

memanfaatkannya untuk di konsumsi sendiri. Berikut ini tabel


tentang pemanfaatan hasil produksi di desa Tambi
Tabel 4.2.16 Pemanfaatan dan Pemasaran Hasil Responden di Desa
Tambi Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo
Tahun 2014
No
.
5.

Uraian

Bagaimana cara pemanfaatan hasil usahatani


Bapak/Ibu peroleh :
b.
dikonsumsi
semua
dijual semua
c.
sebagian dikonsumsi
d.
sebagian dijual
e.
lainnya

1
14
10
-

4
56
40
-

65

Sumber : Data Primer


Berdasarkan tabel 4.2.16 Pemanfaatan dan Pemasaran Hasil
Responden di Desa dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
yaitu 10 responden dengan presentase 40% memanfaatkan hasil
usaha taninya dengan cara sebagian dikonsumsi dan sebagian dijual.
Responden melakukan cara ini dengan alasan sebagian hasil panen
dikonsumsi sampai musim panen selanjutnya dan dapat digunakan
untuk menyumbang pada saudara atau tetangga yang punya kerja,
serta sebagian lainnya dijual sehingga uang yang diperoleh dari
hasil penjualan panen tersebut dapat digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan hidup yang lainnya, seperti biaya sekolah anak, membeli
pakaian, membeli kebutuhan barang pokok, dan lain sebagainya.
Terdapat 1 responden dengan prosentase 4% yang memanfaatkan
semua hasil usaha taninya untuk dikonsumsi keluarga sampai
musim panen berikutnya, responden juga memanfaatkan hasil usaha
taninya untuk menyumbang pada saudara atau tetangga yang punya
kerja. Sebanyak 14 orang responden memanfaat hasil panen mereka
untuk dijual semua. Hal tersebut dilakukan untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat diketahui
bagaimana cara para responden menjual hasil usaha taninya.
Terdapat enam responden menjual sendiri hasil usaha taninya baik
menjualnya ke pasar, tengkulak, pengumpul, pedagang besar,
pedagang kecil, konsumen.

Hal ini dilakukan karena tengkulak

mendatangi para petani untuk membeli hasil panen sehingga dirasa


lebih praktis bagi para petani.
d)

Pemanfaatan Lembaga Keuangan


Rumah tangga petani, ada yang mamanfaatkan lembaga
keuangan Desa Tambi Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo
Tahun 2014 dan ada pula yang tidak. Dalam proses kehidupan
mereka ketika masa masa sulit, para petani terkadang memanfaatkan

66

lembaga keuangan yang ada di Desa Tambi. Walaupun ada beberapa


yang

tidak

memanfaatkan

sama

sekali.

Berikut

ini

tabel

pemanfaatan lembaga keuangan

Tabel 4.2.17 Pemanfaatan lembaga Keuangan di Desa Tambi


Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2014
No.
1.
2.
3.

Lembaga Keuangan
Bank Mariam
PNPM
KUD
Koperasi

4.

%
-

2%

8%

16 %

Sumber: Data Primer


Berdasarkan tabel 4.2.17

Pemanfaatan lembaga Keuangan

Desa Tambi Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2014,


lembaga keuangan yang ada di Desa Tambi ini ada berbagai macam,
tetapi mengenai pemanfaatan lembaga keuangan tersebut sebagian
responden belum pernah memanfaatkannya, dikarenakan kurang
pahamnya masyarakat tentang lembaga tersebut. Selain itu juga
kurang

sosialisasi

tentang

lembaga

tersebut

dari

tokoh

masyarakatnya. Banyak juga yang beralaskan bahwa responden


tidak mengetahui keberadaan lembaga keuangan tersebut. PNPM
ada sebanyak 5 orang dengan prosentase 20%. Responden yang
mengetahui tentang kelompok tani dan KUD masing-masing
sebanyak 2 orang dengan prosentase 8%. Sebanyak 4 responden
mengetahui keberadaan koperasi dan memanfaatkannya untuk
peminjaman modal.
6. Hubungan Kerja Agraris

67

Petani memiliki suatu hubungan kerja atau kemitraan dengan


pihak-pihak lain, keluarga dan kerabat sendiri. Hubungan kerja ini
terjadi karena suatu sebab tertentu dan memiliki suatu persyaratan atau
ketentuan yang disepakati antara petani dengan mitranya. Hubungan
kerja tersebut dapat bersifat lugas, kekeluargaan, patron-klien atau yang
lainnya. Hubungan kerja antara pemilik lahan dan buruh yang ada di
Desa Tambi Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo pada tahun 2014
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.2.18 Hubungan Kerja Pemilik Lahan Dengan Buruh Tani di
Desa Tambi Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo
Tahun 2014
N
o.

Uraian

5
.

Bagaimana bentuk hubungan kerja antara pemilik lahan


dengan buruh tani lainnya ?
a. Hubunga kerja lugas
b. Hubungan kerja kekeluargaan
c. Hubungan kerja bernuansa patron-klien (pemilik lahan
sebagai pelindung, buruh tani sebagai yang dilindungi)
d. Bentuk lain

Sumber: Data Primer


Berdasarkan tabel

13
10
2

26
40
8

4.2.18 mengenai hubungan kerja antara

pemilik lahan dengan buruh taninya di Desa Tambi Kecamatan Kejajar,


Kabupaten Wonosobo Tahun 2014 dapat diketahui bahwa hubungan
kerja antara pemilik lahan dengan buruh taninya paling banyak adalah
lugas sejumlah 13 orang dengan prosentase 26%, karena terdapat sekat
antara buruh tani dengan pemilik lahan . Hubungan kerja yang bersifat
kekeluargaan sebanyak sepuluh orang dengan prosentase 40%. Pola
hubungan yang bersifat patron-klien tidak ada sama sekali. Responden
yang memilih bentuk lain sebanyak 2 orang dengan prosentase 8%.
Komoditas yang ditanam oleh para petani di adalah berbeda.
Komoditas ini berupa tembakau, kentang, kulbis, seledri daun
bawang,wortel. Komoditas yang mereka tanam berbeda karena meraka

68

mempunyai anggapan dengan adanya pola tanam yang berbeda,


diharapkan dapat menghindari serangan hama dan penyakit.
Masyarakat desa merupakan sistem sosial yang komprehensif.
Hal ini berarti dalam masyarakat desa terdapat berbagai macam
keorganisasian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia dan untuk kelangsungan hidup manusian. Namun, manusia ini
tidak berarti 100% masyarakat itu secara ekonomi betul-betul dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri/hidup cukup.
Usaha tani dalam bidang pertanian mengenal akan istilah sistem
sewa, sakap. Sistem sewa yaitu penggarap menyewa tanah dengan luas
tertentu dengan persetujuan pemilik serta berapa jumlah yang akan
disewakan serta pembayarannya dalam bentuk uang. Sistem sakap yaitu
petani penggarap menyewa tanah dengan ketentuan tertentu, serta petani
tersebut membayar sewa lahan tadi dengan sistem bagi hasil dengan
pemilik. Bentuk bagi hasil yang terdapat pada desa tambi disajikan
dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.2.19 Bentuk Sistem Sewa dan Sakap mayoritas di Desa Tambi
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2014.
No.

Komoditi

Sistem sewa
Sewa (ha)

Sistem Sakap

Jangka
waktu

Ketentuan

Jangka
waktu

1.

Kentang

400 ribu
700 ribu

1 Masa 1:3
tanam
hasil

bagi 1
musim
tanam

Tembakau

800.000

Seledri

500 ribu

1 masa
tanam
1 masa
tanam

bagi 1
musim
tanam
bagi 1
musim
tanam

1:4
hasil
1:3
hasil

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.2.19

Bentuk Sistem Sewa dan Sakap

mayoritas di Desa Tambi Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo


Tahun 2014 dapat diketahui bahwa responden yang statusnya sebagai
penyewa, menyewa lahan pertanian dalam jangka waktu satu kali masa
tana dengan luas lahan 60 m2 sekitar Rp 400.000,00-Rp 700.000,00

69

untuk jenis tanaman kentang. Responden yang menyewa lahan pertanian


dengan jenis tanaman sekitar Rp 800.000,00 dalam jangka waktu satu
kali masa tanam. Dari Tabel diatas mengenai sakap di Desa Tambi
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2014 dapat diketahui
bahwa responden yang menyakapkan tanahnya menggunakan sistem
maro yaitu bagi hasil dengan perbandingan pembagian hasil panen
antara pemilik dan penggarap adalah 1:3 untuk komoditas kentang.
Sakap dilakukan dalam kurun waktu satu kali masa tanam atau sesuai
dengan kesepakatan yang telah dibuat oleh pemilik lahan dengan
penyakap tersebut.
Sementara, bentuk pengupahan dari jenis usaha tani yaitu
berupa uang dan jaminan. Jaminannya berupa makan pagi dan makan
siang. Upah yang diterima pun berbeda-beda. Ada yang rp. 20.000/ hari
rp 17.500/ hari ada yang Rp. 10.000,00 per hari da nada juga yang Rp
12.500,00 per hari.
6. Kosmopolitan
Kehidupan bermasyarakat, selain melakukan kegiatan di
desanya sendiri, masyarakat di Desa Tambi biasanya juga melakukan
kegiatan di luar desa. Tujuan dari kegiatan ini bermacam-macam, sesuai
dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Masyarakat biasanya yang
berpergian ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, untuk
mengunjungi saudara, maupun untuk bekerja. Berikut ini data secara
rinci tentang mobilitas petani di Desa Tambi.
Mobilitas sangan diperlukan untuk kelangsungan hidup.
Masyaraka desa pada umumnya jarang melakukan mobilitas keluar desa.
Transportasi yang tidak memadahi atau mungkin keterbatasan biaya
salah satu penyebab kurangnya mobilitas masyarakat desa. Mobilitas
yang terdapat pada masyarakat Tambi akan disediakan dalam tabel
berikut ini.

70

Tabel 4.2.20 Mobilitas Masyarakat Desa Tambi Kecamatan Kejajar,


Kabupaten Wonosobo Tahun 2014.
No.
1.

Uraian
a. Berapa kali responden melakukan kegiatan di
luar desa dalam satu bulan?
1) 0-5
2) 6-10
3) 11-15
4) >15
b. Kegiatan tersebut berkaitan dengan:
1) Mencari nafkah
2) Melengkapi kebutuhan rumah tangga
3) Mengunjungi tempat hiburan (sekatenan,
wayang orang, dll)
4) Mengunjungi saudara
5) Lainnya
c. Alat transportasi yang digunakan:
1) Milik sendiri
2) Angkutan umum
3) Lainnya

22
3

88
12

4
3
3

16
12
12

13
7

54
28

6
12
5

24
48
20

Sumber : Data Primer


Berdasarkan Tabel 4.2.20 Mobilitas Masyarakat Desa Tambi
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2014 diatas, dapat
disimpulkan bahwa mobilitas petani dalam melakukan kegiatan di luar
desa terbilang sangat jarang, karena hanya 22 dari 25 responden, ada
beberapa diantaranya tidak pernah pergi ke luar desa, sedangkan yang
lainnya sangat jarang. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan apabila
melengkapi kebutuhan rumah tangga dan lainnya seperti ke pasar atau
menghadiri suatu acara. Selain itu ada yang bermaksud untuk mencari
nafkah, mengunjungi saudara, mengunjungi tempat hiburan dan
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan usahatani. Adapun alat
tansportasi yang digunakan sebagian besar yaitu sejumlah tiga responden
menggunakan transportasi umum, sebanyak 12responden menggunakan
angkutan umum dan 5 responden dengan membonceng tetangga yang
hendak pergi ke luar desa dan sisanya menggunakan transportasi pribadi.
Penyebab warga di Tambi ini tidak menggunakan sarana transportasi
milik sendiri karena belum memilikinya, sehingga mereka biasa untuk

71

menggunakan sarana transportasi umum maupun dengan menumpang


orang lain yang pergi ke luar desa.Masyarakat desa juga mempunyai
sarana komunikasi dan media masa tetapi di Tambi jarang menggunakan
sarana tersebut. Untuk lebih jelasnya akan dibahas dengan tabel dibawah
ini.
Informasi merupakan salah satu faktor terpenting dalam
menjalankan kehidupan bermasyarakat. Kurangnya informasi akan
berpengaruh terhadap kehidupan. Contohnya saja masyarakat yang
kekurangan informasi tentang usaha taniny, tidak akna ada inovasiinovasi baru yang mereka lakukan. Merekan hanya mengandalkan cara
bercocok tanam dari pendahulu mereka. Pola komunikasi masyarakat
desa Tambi akan disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.2.21 Pola Komunikasi Masyarakat di Tambi Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo Tahun 2014.
N

Media informasi
yang diakses

Alasan

Jumlah

1.

Cetak (Koran
dan majalah)
Elektronik
(Radio dan TV)
Tokoh
Masyarakat

Mudah
diakses

12

Lebih mudah
menerima
informasi
Mendapat
informasi dari
tetangga

19

76

12

2.
3.

Lainnya
4.

Sumber: Data Primer


Berdasarkan tabel 4.2.21

Pola Komunikasi Masyarakat di

Tambi Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo Tahun 2014 dapat


disimpulakan bahwa media komunikasi yang paling banyak diakses
oleh responden di Desa Tambi adalah dari pihak tokoh masyarakat di
desa tersebut seperti kadus,kades,kaur dan pegawai penyuluh pertanian
setempat sebanyak 19 orang dengan prosentase 76%. Berita yang

72

mereka dapatkan kebanyakan mengenai benih unggul, pupuk dan halhal tani yang lain.
Dengan

adanya

informasi

tersebut

dapat

menambah

pengetahuan untuk meningkatkan hasil pertanian. Jika diterapkan maka


akan menghasilkan yang mungkin lebih baik. Media informasi berupa
elektronik hanya sejumlah 3 orang dengan prosentase 12%. Media
elektronik tersebut antara lain radio dan TV. Responden yang lain
memperoleh informasi dari tetangga dan kerabat mereka sebanyak 3
responden dengan prosentase 12%. Media informasi cetak berupa
koran dan majalah tidak dijumpai responden yang menggunakan. Hal
tersebut dikarenakan terbatasnya media cetak ditemui disana.
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis dan
merupakan kunci dari semua kehidupan sosial. Interaksi sosial
merupakan dasar dari proses sosial sebab dengan tanpa adanya
interaksi antara masyarakat tidak mungkin kehidupan bersama akan
terjadi. Sehingga setiap anggota masyarakat pasti melakukan interaksi
baik kesesama warga satu desa maupun dengan warga yang lainnya.
Warga masyarakat yang mempunyai hubungan dengan
sejumlah warga lain tidaklah sama dalam hal frekuensi (sering) dan
eratnya hubungan sosial. Ada sejumlah orang yang mempunyai
hubungan sosial dengan keseringan yang tinggi dan erat dengan orang
luar yang berada bukan dalam ruang lingkup daerahnya melainkan
berlainan daerah.
Berdasakan hasil pengamatan, masyarakat di Tambi ini dalam
menggunakan sarana masih menggunakan sarana yang tradisional tapi
ada beberapa yang sudah menggunakan alat atau sarana yang lebih
modern. Sebagian besar warga di sana belum bisa menggunakan media
massa yang modern, seperti internet. Pada dasarnya hal ini dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan yang masih rendah.
Warga masyarakat yang ada di Tambi ini sering menggunakan
media massa yang diakses untuk mendapatkan informasiinformasi maupun berita yang ingin diketahui. Media massa terbanyak

73

yang sering digunakan adalah TV, radio, dari tokoh masyarakat, dan
dari kelompok tani. Hal ini menandakan bahwa kemampuan
masyarakat dalam membeli atau daya beli cukup tinggi, karena
kebutuhan informasi dan hiburan dirasakan sangat penting. Dengan
adanya komunikasi, dapat memberikan dampak baik positif maupun
negatif. Dampak ini keduanya memang tidak dapat dipisahkan, maka
diperlukan adanya penyaring dalam menerima informasi.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A.

Kesimpulan

74

Praktikum Sosiologi Pedesaan yang telah dilaksanakan pada tanggal


24 sampai 26 November 2014, Desa Tambi kecamatan Kejajar kabupaten
wonosobo dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.

Desa Tambi adalah desa yang berupa dataran


tinggi dengan kondisi berlereng dan terbagi menjadi beberapa dusun.

2.

Sebagian besar warga bermata pencaharian di


sector petani, hampir 80% warga menggantungkan hidupnya dari
sektor pertanian, dengan status penguasaan lahan, pemilik penggarap
dan buruh tani.

3.

Ditinjau dari segi pendidikan, penduduk Desa


Tambi masih tergolong rendah karena jumlah terbesar adalah lulusan
SD.

4.

Kegiatan mencari nafkah, sebagian besar


petani berorientasi atau berpedoman pada pengalaman-pengalaman
orang tua sebelumnya.

5.

Pendapatan masyarakat

digunakan untuk

konsumsi, dalam hal ini sekedar mencukupi kebutuhan sehari-hari.


6.

Kegiatan panen, hanya sedikit responden


yang dibantu anggota keluarga dan kerabatnya. Hal ini dikarenakan
keengganan pemuda untuk membantu orang tua mereka bekerja di
pertanian.

7.

Responden yang melekukan kegiatan social


atas kesedaran sendiri mencapai 70%.

8.

Pekerjaan

di

luar

pertanian

biasanya

dilakukan penduduk untuk menambah penghasilan. Pekerjaan tersebut


kebanyakan mereka peroleh dengan mencari atau berusaha sendiri.
9.

Sarana komunikasi yang diakses masyarakat


adalah telepon, sedangkan media massa yang diakses masyarakat
adalah TV, radio, dan koran.

75

10.

Kepadatan penduduk desa baik kepadatan


geografis maupun kepadatan agraris terus bertambah dari tahun ke
tahun.

11.

Penduduk Desa Tambi mayoritas beragama


Islam.

12.

Kelompok sosial di Desa Tambi meliputi


kelompok arisan, kelompok tani, dan pengajian rutin. Adat istiadat
masih cukup kentara dan masih dilaksanakan oleh masyarakat Desa
Tambi. Adat istiadat yang masih dijalankan di Desa Tambi antara lain,
upacara selamatan seperti telonan, tingkeban, sepasaran, dan selapanan,
selamatan keagamaan, dan bersih desa.

B.

Saran
1.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia


melalui peningkatan pendidikan yang lebih tinggi.

2.

Perlunya

penyuluhan

pertanian

yang

diharapkan bisa meningkatkan produksi pertanian sehingga mampu


meningkatkan kesejahteraan petani.
3.

Data monografi Desa Tambi di kantor desa


harus selalu diperbaharui agar perubahan yang terjadi dapat langsung
diketahui .

4.

Kelompok sosial di Desa Tambi yang meliputi


arisan, pengajian, kelompok tani. Kegiatannya harus bisa rutin
dilaksanakan karena diharapkan mampu menjembatani warga untuk
saling bertukar pikiran, dan bersosialisasi satu sama lain, sehingga akan
terbentuk kehidupan desa yang dinamis dan harmonis.

5.

Untuk ekspor teh Tambi sebaiknya ada


produksi yang disisakan untuk konsumsi dalam negeri.

6.

Untuk praktikum sosiologi pedesaan tahun


2014 kecamatan Kejajar perlu ditingkatan koordinasi antar panitia
sehingga tidak adanya kesalahan dalam transportasi untuk pulang.

76

DAFTAR PUSTAKA

BPS Jawa Tengah.2004.Statistik Sosial & Kependudukan Provinsi Jawa Tengah.


Djiwandi, 2007. Makalah Kuliah Sosiologi Pedesaan. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Ibrahim,Jabaltarik.2003.Sosiologi Pedesaan.UMM press.Malang.
Jeffery PM. 2007. Revolusi Agraria. Jurnal Sosiologi Komunikasi. Vol 6 hal 2936.Pedati.Jakarta.
Kamanto Sunarto.2000.Pengantar Sosiologi.Lembaga Penerbit Universitas
Indonesia.Jakarta
Kusnaedi, 2005. Membangun Desa. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mantra. 2009. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Mudakkir, bagyo.2011.Dalam Jurnal Produktifitas Lahan dan Distribusi
Pendapatan Berdasarkan Status Penguasaan Lahan pada Usaha Tani
Padi.
Muhammad.2003. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jambatan. Jakarta.
Munthe,Hendriana.2007.Modernisasi dan Perubahan Sosial Masyarakat dalam
Pembangunan Pertanian.Suatu Tinjauan Sosiologi.hlm 2-3.Sumatra Utara.
Munthe,Hendriana.2007.Modernisasi dan Perubahan Sosial Masyarakat dalam
Pembangunan Pertanian.Suatu Tinjauan Sosiologi.hlm 2-3.Sumatra Utara.
Purwanto.2009. Membangun Desa.http : // www.google.co.id diakses pada
tanggal 22 November 2014.
Raho, Bernard.2007.Teori Sosiologi Modern.Prestasi Pustaka.Jakarta
Sayogyo dan Pudjiwati S. 2006. Sosiologi Pedesaan. UGM Press. Yogyakarta.
Soekamto,Soerjono.2012.Sosiologi
Persada:Jakarta

Suatu

Pengantar.Raja

Grafindo

Tjondronegoro. 2008. Keping-keping Sosial di Pedesaan.Dirjen Pendidikan dan


Kebudayaan.Jakarta.
Tulenan,Y.F.A.2011.Perkembangan Jumlah Penduduk dan Luas Lahan Pertanian
di Kabupaten Minahasa Selatan.hlm 4-6.Minahasa Selatan
Waluya,bagja.2007.Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial Di Masyarakat.PT
Setya Purna:Bandung

77

LAMPIRAN

78

79

INTISARI
Kelompok 73. 2014. Praktikum Sosiologi Pedesaan di Desa Tambi,
Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Praktikum ini bertujuan untuk melatih mahasiswa agar dapat mengenal lebih
dalam tentang perilaku masyarakat desa, kelembagaan masyarakat, hubungan kerja
agraris, hubungan kerja luar pertanian, mobilitas petani, kelembagaan pedesaan, pola
komunikasi, organisasi sosial, konflik sosial dan adat istiadat yang ada di wilayah
tersebut.
Metode dasar praktikum ini pada dasarnya merupakan latihan penelitian dengan
menggunakan metode dasar deskriptif analisis, yaitu metode yang memusatkan perhatian
pada permasalahan yang ada pada masa sekarang dan bertitik tolak dari data yang
dikumpulkan, dianalisis, dan disimpulkan dalam konteks teori-teori yang ada dan dari
penelitian terdahulu. Pengumpulan data berdasarkan pada hasil wawancara, observasi,
dan pencatatan data dari monografi desa.
Praktikum dimulai dengan mewawancarai peduduk desa yang berprofesi sebagai
petani. Wawancara yang dilakukan sesuai dengan kuisioner yang telah disiapkan
sebelumnya, mulai dari kuisioner individu, yaitu identitas responden, perilaku responden
dalam mencari nafkah, kelembagaan hubungan kerja luar pertanian, kelembagaan
hubungan kerja keluarga petani, kelembagaan pertanian, hubungan kerja agraris,
kosmopolitan dan kuisioner untuk tokoh masyarakat yaitu penguasaan tanah di desa,
stratifikasi sosial, konflik sosial, organisasi sosial, dan kebudayaan.
Hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh menunjukan bahwa di Desa
Tambi mata pencaharian penduduk mayoritasnya adalah petani yang menggarap lahan
garapannya sendiri. Selanjutnya bekerja sebagai buruh tani yang bekerja di dalam desa
maupun luar desa. Sisanya bekerja sebagai buruh atau karyawan swasta dan pembantu
rumah tangga serta terdapat seorang seniman.
Komoditas yang ditanam oleh para petani di Desa Tambi hampir sama. Dimana
komoditas tersebut berupa hortikultura (cabai dan kubis) dan tembakau. Komoditas yang
mereka tanam sama karena mereka beranggapan dengan adanya pola tanam yang sama
atau serentak, diharapkan dapat menghindari serangan hama dan penyakit. Biasanya
pada musim tanam pertama, mereka menanam tembakau dan selanjutnya pada musim
tanam kedua dan ketiga ditanami hortikultura (cabai) atau sayur-sayuran.
Mayoritas penduduk beragama Islam. Hal tersebut terbukti dari bangunan tempat
ibadah yang ada di desa Tambi hanya terdapat masjid dan musholla. Petani di desa
Tambi selalu menjaga kerukunan antar sesama, hal tersebut terlihat dari kebiasaan
mereka yang saling membantu petani lain yang sedang membutuhkan bantuan dalam
kegiatan usaha tani. Kebudayaan selalu dipegang teguh masyarakat dengan tetap
melestarikan budaya adiluhung seperti mitoni, selapanan, sepasaran, muludan,
suronan,dll.

Anda mungkin juga menyukai