Anda di halaman 1dari 6

Jenis vektor yang perlu mendapatkan perhatian di lokasi pengungsi adalah lalat, tikus serta

nyamuk. Upaya yang dilakukan berupa:


a. Pembuangan sampah/sisa makanan dengan baik
b. Bilamana diperlukan dapat menggunakan insektisida
c. Tetap menjaga kebersihan individu selama berada di lokasi pengungsi
d. Penyediaan sarana pembuangan air limbah (SPAL) dan pembuangan sampah yang baik
e. Kebiasaan penanganan makanan secara higienis
f. Pelaksanaan pengendalian vektor pada kejadian bencana dapat dilakukan melalui:
Pengelolaan Lingkungan
a. Menghilangkan tempat perindukan vektor seperti genangan air, tumpukan sampah
b. Bersama sama pengungsi melakukan :
c. Memberi tutup pada tempat sampah
d. Menimbun sampah yang dapat menjadi sarang nyamuk
e. Membuat saluran air limbah
f. Menjaga kebersihan lingkungan
g. Membersihkan dan menjaga kebersihan jamban
Pengendalian dengan bahan kimia
Dilakukan dengan cara penyemprotan, pengasapan/pengkabutan diluar tenda pengungsi
dengan menggunakan insektisida.Penyemprotan dengan insektisida sedapat mungkin dihindari
dan hanya dilakukan untuk menurunkan populasi vektor secara drastis apabila dengan cara lain
tidak memungkinkan. Frekuensi penyemprotan, pengasapan/peng-kabutan serta jenis insektisida
yang digunakan sesuai dengan rekomendari dari Dinas Kesehatan setempat .
A. Pengendalian nyamuk yang ada di daerah tanggap daurat (pengungsian)
a. Tujuan pengendalian vektor
1. Menurunkan populasi vektor serendah mungkin secara cepat sehingga keberadaannya
tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah
atau
2. Menghindari kontak dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat
dicegah.
3. Meminimalkan gangguan yang disebabkan oleh binatang atau serangga pengganggu
Di lokasi penampungan pengungsi penyakit malaria sangat mungkin terjadi. Hal ini
terutama penampungan pengungsi terletak pada daerah yang endemis malaria atau
pengungsi dari daerah endemis datang ke lokasi penampungan pengungsi pada daerah yang
tidak ada kasusnya tetapi terdapat vektor (daerah reseptif malaria).
Pencegahan penyakit menular dapat dilakukan melalui beberapa cara berikut:
1. Pencegahan gigitan nyamuk
Beberapa cara pencegahan penularan malaria antara lain, mencegah gigitan nyamuk
dengan cara:
a. Tidur dalam kelambu (kelambu biasa atau yang berinsektisida)
b. Memasang kawat kasa
c. Menggunakan repelen (cream anti nyamuk)
d. Membakar obat nyamuk
e. Pencegahan dengan obat anti malaria (profilaksis)
Pengobatan pencegahan malaria diberikan kepada kelompok berisiko tertular malaria
seperti:
a. Pendatang dan perorangan atau sekelompok orang yang non-imun yang akan dan sedang
di daerah endemis malaria
b. Ibu hamil (sasarannya adalah ibu hamil di daerah endemis malaria).
2. Pengelolaan Lingkungan
b. Metode pengendalian dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Pengendalian lingkungan: breeding mengubah situs dengan mengeringkan atau
mengisi situs, pembuangan sampah secara teratur, menjaga tempat penampungan
bersih, dan kebersihan.
Pengelolaan lingkungan dapat mencegah, mengurangi atau menghilangkan tempat
perinduk-an vektor, antara lain: Pengeringan, Pengaliran, Pembersihan lumut.
Kegiatan ini dilakukan untuk mencegah perkembangan larva nyamuk Anopheles
sundaicus, yang merupakan vektor utama malaria di daerah pantai. Larva nyamuk ini
suka hidup pada lumut di lagun-lagun daerah pantai. Dengan pembersihan lumut ini,
maka dapat mencegah perkembangan nyamuk An. sundaicus.
Pemberantasan malaria melalui pengobatan penderita yang tersangka malaria atau
terbukti positif secara laboratorium, serta pengendalian nyamuk melalui perbaikan
lingkungan.

2. Pengendalian secara fisik mekanis


 Fisik yang dikenal dengan kegiatan 3 M plus (menguras, menutus dan mengubur)
serta memasang kawat kasa, ventilasi ruang yang memadai, menggunakan
kelambu, memakai repellent, dan lain-lain.
 Menggunakan bednets
 Perangkap
 Penutup makanan
3. Pengendalian biologis
 Menggunakan organisme hidup untuk pengendalian larva, seperti ikan yang
makan larva (misalnya, nila, ikan mas, guppies)
 Bakteri (Bacillus thuringiensis israelensis) yang menghasilkan racun terhadap
larva
 Pakis mengambang bebas yang mencegah pembiakan, dan lain-lain
4. Pengendalian kimiawi
 Penggunaan repellents
Banyak masyarakat terbiasa menggunakan berbagai bahan sebagai repellents.
Penggunaan repellents ini efektif dan tidak berbahaya, mereka dianjurkan untuk
menggunakannya dalam situasi darurat, dan hal ini sebenarnya sudah umum pada
sebagian masyarakat untuk memakai repellents yang terbukti manfaatnyanya.
 Insektisida untuk penyemprotan (IRS, spray, fogging) untuk vektor dewasa
 Larvicides untuk pengendalian larva
Data resistensi terhadap insektisida akan berguna dalam membantu memastikan
insektisida yang akan dipilih.
c. Pengendalian Vektor Nyamuk
1. Pengendalian vektor malaria
2. Pengendalian vektor DBD
3. Pengendalian nyamuk Culex spp sebagai serangga pengganggu
Tindakan pencegahan penyakit DBD adalah dengan memutuskan rantai penularan
yaitu mencegah gigitan nyamuk vektor DBD, dengan pemberantasan sarang nyamuk
penular dan membasmi jentik nyamuk di tempat perindukannya. Ukuran keberhasilan
kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) antara lain diukur dengan Angka Bebas
jentik (ABJ). Apabila ABJ ≥ 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau
dikurangi. ABJ ini diperoleh dengan kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) setiap 3
bulan.

B. Pengendalian tikus di daerah tanggap darurat


Beberapa metode pengendalian tikus sebagai yaitu:
1. Secara mekanik dan sanitasi
2. Memasang traps
3. Memberi Umpan
4. Caution to rodent trapping/safe handling
C. Pengendalian lalat di daerah tanggap darurat
a. Pemberantasan lalat
Usaha pemberantasan lalat meliputi:
1. Tindakan penyehatan lingkungan
 Menghilangkan tempat-tempat pembiakan lalat
 Melindungi makanan terhadap kontaminasi oleh lalat
2. Membasmi larva lalat
3. Membasmi lalat dewasa
Beberapa metode dalam pengendalian lalat dan kecoak yaitu:
1. Traps and screen
2. Chemical control
Usaha pemberantasan lalat harus merupakan salah satu program kesehatan lingkungan
dari tiap-tiap Dinas Kesehatn Rakyat. Kadang-kadang perlu diadakan kampanye
pembasmian lalat untuk menarik perhatian dan mendapatkan kerjasama serta bantuan
masyarakat dalam sebuah ”Community fly control program”. Program semacam ini harus
direncanakan dan dipersiapkan dengan seksama satu usaha kerjasama dari seluruh
masyarakat karena usaha yang dilakukan secara individual tidak akan berhasil disebabkan
jarak terbang lalat yang jauh. Untuk satu community fly-control program perlu terlebih
dulu dilakukan survey pendahuluan yang meliputi seluruh daerah untuk mencari tempat-
tempat pembiakan lalat yang ada dan yang potensiil bisa menjadi tempat pembiakan lalat.
Juga perlu diselidiki fly density dari jenis-jenis lalat yang terpenting di daerah itu. Survey
pendahuluan ini diperlukan untuk dapat menentukan luasnya daerah yang harus dikontrol
maupun intensitas serta macam tindakan pemberan-tasan yang perlu diambil.
Tindakan-tindakan penyehatan lingkungan harus merupakan tindakan-tindakan pokok
terpenting untuk pemberantasan lalat, karena penggunaan zat-zat kimiasaja tidak dapat
menggantikan usaha-usaha sanitasi. Hasil-hasil dari community fly-control program harus
selalu dievaluasi dengan pemeriksaan fly-dencity pada waktu-waktu tertentu untuk
menentukan effektivitas dari tindakan-tindakan pemberantasan yang dijalankan dan untuk
menentukan dimana dan apabila tindakan-tindakan pemberantasan itu diperlukan. Untuk
menentukan fly-density harus selalu dipakai alat dan cara yang sama supaya angkaangka
dapat dipakai untuk perbandingan.
”Scudder grille” dapat dipakai untuk mengukur fly density. Untuk mengukur fly density
scudder grill diletakkan diatas umpan, misalnya sampah atau kotoran hewan, lalu
dihitung jumlah lalat yang hinggap diatas scudder griil itu.
Disamping menghitung jumlah dapat juga diperiksa jenis lalat. Kadang-kadang
juga dipakai alat penangkap lalat. Ada banyak model penangkap lalat. Prinsipnya ialah
lalat diumpan supaya masuk kedalam alat penangkap dan tidak bisa keluar lagi. Juga
dengan cara ini bisa diukur kepadatan lalat (fly density) dan jenisjenis lalat disatu daerah.
Community fly-control program harus dipimpin oleh Dinas Kesehatan Rakyat karena
Dinas Kesehatan Rakyat yang mempunyai wewenang untuk mengambil tindakantindakan
kalau perlu dan mempunyai hubungan langsung dengan perusahaanperusahaan, restoran-
restoran dan instansi-instansi dalam hubungan dengan pengawasan kesehatan lingkungan.

Tindakan-tindakan penyehatan lingkungan


Ini harus bertujuan melenyapkan semua tempat-tempat pembiakan lalat yang ada dan
yang potensiil, disamping usaha mencegah transmisi penyakit. Tindakan-tindakan yang
perlu diambil meliputi:
1. Melenyapkan atau memperbaiki semua kakus-kakus dan cara-cara pembianang excrota
manusia yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan, terutama yang memungkinkan
lalat langsung berkotak dengan excreate manusia.

2. Garbage harus dibuang dalam tempat sampah yang tertutup. Cara pembuangan sampah
harus tidak memungkinkan sampai sampah menjadi sarang lalat. Cara yang baik ialah
sanitary landfill dan incineration. Pada Sanitary Landfill tanah yang menutup lapisan
sampah harus didapatkan supaya lalat yang keluar dari pupa yang sudah ada tidak bisa
menembus keluar tanah yang padat itu.

3. Industri dan perusahaan-perusahaan pada mana terhadap kumpulankumpulan kotoran


hewan atau zat-zat organik lain yang bisa menjadi tempat pembiakan lalat harus
ditimbun dan membuangnya dengan cara yang mencegah pembiakan lalat didalamnya.
Ini berlaku untuk abattoir, peternakan ayam, babi dan hewan lain, perusahaan-
perusahaan makanan dan semua perusahaan-perusahaan yang menghasilkan sisa-sisa
sayuran dan bahan dari hewan .Juga sewage-treatment plant harus diawasi terutama
tentang cara-cara pembuangan kotoran yang tersaing dan sludge.

4. Rumput dan tumbuhan-tumbuhan liar merupakan tempat perlindungan untuk lalat dan
membuat usaha fogging atau misting dengan insektisida kurang effektif. Disamping itu
rumput yang tinggi dapat menutupi timbunantimbunan dari zat-zat organik yang bisa
menjadi tempat pembiakan lalat. Karena itu rumput harus dipotong pendek dan
tumbuhan-tumbuhan liar dicabut dan dibuang dari pekarangan-pekarangan dan
lapangan-lapangan terbuka.
Pembasmian larva lalat
Kotoran hewan ternak kalau setiap hari diangkat dari kandang lalu segera
disebarkan diatas lapangan terbuka atau ditimbun dalam tempat-tempat yang tertutup rapat
sehingga tidak masuk lalat akan tidak memungkinkan lalat berkembang biak didalamnya.
Keadaan kering akan mematikan larva dan bahanbahan organik yang kering tidak disukai
lalat sebagai tempat bertelur. Timbunan kotoran hewan bisa disemprot dengan diazinon
dan malathion (sebagai emulsi) atau insektisida lain (Ronnel, DDVP).
Pembasmian lalat dewasa
Untuk membasmi lalat dewasa bisa dilakukan penyemprotan udara:
1. Di dalam rumah: penyemprotan dengan 0,1% pyrethrum dengan synergizing
agents.
2. Di luar rumah: fogging dengan suspensi atau larutan dari 5% DDT, 2% lindane atau
5% malathion. Tetapi lalat bisa menjadi resisten terhadap insektisida.Disamping
penyemprotan udara (space spraying) bisa juga dilakukan.
Residual spraying dengan organo phosphorus insecticides seperti: Diazinon 1%,
Dibrom 1%, Dimethoote, malathion 5%, ronnel 1%, DDVP dan bayer L 13/59.
Pada residual spraying dicampur gula untuk menarik lalat.
Khusus untuk perusahaan-perusahaan susu sapi dipakai untuk residual spraying
diazinon, ronnel dan malathion menurut cara-cara yang sudah ditentukan. Harus
diperhatikan supaya tidak terjadi kontaminasi makanan manusia, makanan sapi dan air
minum untuk sapi, dan sapi-sapi tidak boleh disemprot. Tali yang diresapi dengan
insektisida (Inpregnated Cords) :
Ini merupakan variasi dari residual spraying. Tali-tali yang sudah diresapi dengan
DDT digantung vertikal dari langit-langit rumah, cukup tinggi supaya tidak tersentuh oleh
kepala orang.
Lalat suka sekali hinggap pada tali-tali ini untuk mengaso, terutama pada malam hari.
Untuk ini dipakai :
1. Parathion : ini bisa tahan sampai 10 minggu
2. Diazinon : ini bisa tahan sampai 7 minggu
Karena parathion sangat toksis untuk manusia, hanya orang-orang yang
berpengalaman dapat mengerjakannya dengan sangat hati-hati, dengan memakai sarung
tangan dari kain atau karet. Kalau kulit terkena kontaminasi dengan parathion maka
bagian kulit yang terkena harus segara disetujui dengan air dan sabun.
Umpan lalat
Lalat dewasa bisa juga dimatikan dengan umpan dicampur dengan insektisida.
Umpan itu diletakkan di tempat-tempat dimana biasanya banyak lalat berkumpul. Sebagai
umpan dipakai gula, dalam bentuk kering atau basah. Yang bisa dipakai ialah : Diazinon,
malathion, ronnel, DDVP, Dibrom, Bayer L 13/59. Umpan lalat tidak boleh dipakai
didalam rumah.
Referensi:
Modul Pelatihan : Modul Mi-6 Pengendalian Vektor Di Daerah Tanggap Darurat

Anda mungkin juga menyukai