Anda di halaman 1dari 3

Kunci Jawaban

A. Pretest dan Post-test Budidaya Tanaman Kakao

1. B
2. A
3. A
4. A
5. B
6. B
7. B
8. A
9. C
10. B

B. Pretest dan Post-test OPT Tanaman Kakao


1. C
2. C
3. D
4. D
5. B
6. B
7. A
8. A
9. C
10. A
II.

1. Pengendalian penyakit busuk buah pada tanaman kakao dilakukan melalui konsep
pengendalian terpadu, dengan memadukan dua atau lebih teknik pengendalian yang
dikembangkan, yang dapat dilakukan dengan:
a. Sanitasi, dengan memetik semua buah busuk yang dilakukan bersamaan dengan
pemangkasan ataupun saat panen, kemudian dibenamkan ke dalam tanah sedalam
30 cm.
b. Pengaturan kelembapan kebun, pengaturan kelembaban kebun bisa dilakukan
dengan memperbaiki drainase, memangkas tanaman kakao dan pohon pelindung
dengan teratur, dan dengan mengendalikan gulma.
c. Mempertahankan seresah sebagai mulsa di sekitar pangkal batang. Lapisan mulsa
atau seresah di sekitar pangkal batang akan mencegah terjadinya percikan air yang
membawa tanah yang terinfeksi jamur. Juga adanya mulsa ini akan meningkatkan
kegiatan jasad-jasad renik saprofit yang bersifat antagonistik
terhadap Phytophthora.
d. Aplikasi agensia hayati jamur Trichoderma spp. Trichoderma harzianum cukup
efektif dalam mengendalikan penyakit tanaman. Kemampuan antagonismenya
mampu menekan penyakit tanaman hingga 80 %, serta dapat meningkatkan
produksi tanaman karena diketahui T. Harzianum mampu berinteraksi dengan akar
tanaman sebagai plant growth promoting agent. Jamur Trichoderma spp.
disemprotkan pada buah kakao sehat sebagai tindakan preventif dengan dosis 200
kg/ha biakan padat dengan volume semprot 500 l/ha.
e. Aplikasi fungisida nabati. Fungisida nabati merupakan senyawa kimia yang berasal
dari tumbuhan yang digunakan untuk mengendalikan OPT. Fungisida nabati
merupakan hasil ekstraksi bagian tumbuhan, baik dari daun, bunga, buah, biji, atau
akar. Fungisida nabati yang dapat digunakan untuk pengendalian busuk buah
antara lain cengkeh, daun sirih, sereh, pinang, tembakau, bawang putih, kenikir,
lidah buaya, mindi, daun pepaya, lengkuas, kunyit.
f. Aplikasi fungisida kimia sintetis. Aplikasi fungisida kimia hanya dilakukan pada
kebun yang tidak diaplikasi dengan agensia hayati. Pengendalian dengan fungisida
sintetik dilaksanakan secara rasional dengan memperhatikan alat aplikasi, jenis,
dosis/konsentrasi, cara, dan waktu aplikasi yang tepat. Selama musim penghujan
buah-buah disemprot dengan fungisida. Untuk keperluan ini pada umumnya
dianjurkan pemakaian fungisida tembaga (Cu), yang diberikan 1-2 minggu sekali,
dengan dosis 0,15-0,20 g tembaga (Cu) per pohon. Fungisida kimia sintetik
digunakan jika intensitas serangan > 25 %.
g. Menanam varietas atau klon tahan (Sca 6, Sca 12, DRC 16) atau yang berproduksi
tinggi (ICCRI 03, ICCRI 04 atau klon unggul lokal).

2. Pengendalian hama penggerek buah kakao secara terpadu antara lain:


1. Pengendalian Secara Kultur Teknis, menggunakan teknik P3S (Pangkasan, Panen Sering,
Pemupukan, Sanitasi)
a. Pemangkasan, dilakukan dengan cara memangkas tunas air dan cabang lain secara
selektif untuk mengatur kedudukan cabang, mengurangi kelembaban sehingga
tingkat serangan hama dapat berkurang.
b. Panen sering, dilakukan dengan rotasi satu minggu untuk memutus siklus hidup
hama PBK.
c. Pemupukan, bertujuan untuk menambah unsur hara yang terdapat di tanah
sehingga tersedia untuk tanaman agar berproduksi secara optimal.
d. Sanitasi, dilakukan dengan membersihkan areal kebun dari daun-daun kering,
tanaman tidak sehat, ranting kering, kulit buah maupun gulma yang berada di
sekitar tanaman. Kondisi lingkungan yang bersih ini tidak sesuai dengan lingkungan
untuk berkembangnya hama PBK.
2. Penanaman klon tahan PBK antara lain Ardaciar, ICCRI 07 dan Sulawesi 03 yang tahan PBK
untuk kegiatan peremajaan dan rehabilitasi kebun kakao rakyat di wilayah endemik PBK.
3. Teknik penyarungan buah (sarungisasi). Penyarungan buah muda berukuran 5–10 cm
dengan plastik dengan cara mengikatkan ujung bagian atas dari kantong plastik pada
tangkai buah dan bagian ujung bawah dari buah dibiarkan tetap terbuka.
4. Pengendalian secara hayati. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan
musuh alami PBK antara lain menggunakan predator yaitu semut hitam (Dolichoderus
thoracicus) untuk menekan populasi hama dengan memangsa telur dan pupa PBK. Selain
itu juga dapat menggunakan jamur entomopatogen Beauveria bassiana untuk
mengendalikan populasi hama PBK.
5. Pengendalian kimiawi, dilakukan jika tingkat serangan hama PBK di atas 30%.

Anda mungkin juga menyukai