Anda di halaman 1dari 8

PEMBUSUKAN PANGKAL BATANG SAMPAI MENGERING DAN MATI TERHADAP

POHON KELAPA SAWIT (Elais guinensis) AKIBAT SERANGAN Ganoderma boninense

OLEH :

Muhammad Fauzan Syauqie Khairy

180304114

AGRIBISNIS 5

MATA KULIAH BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit yang disebabkan cendawan Ganoderma
boninense merupakan penyakit utama di perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia.
Pada lokasi yang sama biasanya juga sering ditemukan penyakit dengan gejala busuk batang
atas, khususnya di areal gambut.

Ganoderma merupakan momok yang menyeramkan dalam dunia persawitan, petani sawit
akan merasa terganggu jika penyakit ini sudah menyerang tanaman mereka. Betapa tidak, begitu
terjangkit jamur Ganoderma, maka selain produksi Tandan Buah Segar (TBS) mengalami
penurunan drastis, pembentukkan bunga dan buah berkurang serta dalam kurun waktu 6 sampai
12 bulan pohon akan mati total serta meninggalkan inokulum Ganoderma yang siap menyerang
sawit sehat di sekitarnya dalam jarak radius 200 meter.

Serangannya pada kelapa sawit menjadi dominan karena terjadi ketidakseimbangan


agroekosistem di perkebunan kelapa sawit. Ketidakseimbangan tersebut merupakan akibat dari
tidak adanya mikroorganisme kompetitor dalam tanah dan hilangnya predator yang dapat
membantu menyeimbangkan agroekosistem tanah. Hilangnya predator tersebut disebabkan
karena penggunaan pupuk kimia, pestisida, herbisida secara berlebihan sehingga terjadinya
residu bahan kimia yang dapat merusak lingkungan air dan tanah.

Busuk pangkal batang merupakan gejala umum dari penyakit yang disebabkan oleh
Ganoderma boninense pada tanaman kelapa sawit. Pada beberapa kasus, serangan Ganoderma
menyebabkan gejala busuk batang atas atau penyakit upper stem rot.

Gejala penyakit busuk pangkal batang dan penyakit busuk batang atas umum ditemukan
pada lokasi kebun yang sama. Perbandingan antara penyakit busuk batang atas dan busuk
pangkal batang berkisar antara 1:10 sampai 1:1 dan bahkan pada beberapa kebun, penyakit busuk
batang atas lebih banyak daripada busuk pangkal batang, khususnya pada daerah yang
menggunakan bahan tanaman yang rentan terhadap penyakit ini (Hasan et al. 2005; Hoong
2007).

Sebelumnya dilaporkan bahwa penyebab penyakit busuk batang atas salah satunya ialah
Phellinus noxius, meskipun demikian banyak yang menyebutkan bahwa penyebab penyakit
busuk batang atas ialah G. boninense (Flood et al. 2002). Oleh karena itu, penyebab penyakit
busuk pangkal atas kelapa sawit perlu diidentifikasi secara molekuler sehingga lebih akurat.

IDENTIFIKASI MASALAH

Busuk Pangkal Batang (BPB) kelapa sawit yang disebabkan oleh Ganoderma boninense
merupakan penyakit yang paling destruktif di perkebunan kelapa sawit Indonesia dan
Malaysia.Patogen ini tidak hanya menyerang tanaman tua, tetapi juga yang masih muda. Saat ini,
laju infeksi penyakt BPB berjalan semakin cepat, terutama pada tanah dengan tekstur pasir
( Susantoet al, 2013).

Akibat tingginya kejadian penyakit Ganoderma pada generasi ketiga kelapa sawit ini,
banyak kebun yang harus mempercepat tanam ulang meskipun tanaman baru berumur 17 tahun,
18, dan 75% (Susanto dan Sudharto, 2003).

Dengan semakin cepatnya laju infeksi penyakit Ganoderma serta semakin besarnya
kerugian yang ditimbulkannya, maka penyakit ini harus segera dikendalikan dengan cara yang
praktis dan efektif.

DATA
METODE PEMECAHAN MASALAH

Dalam mengendalikan Ganoderma penyebab penyakit busuk pangkal batang pada


tanaman kelapa sawit dapat dilakukan dengan beberapa pengendalian :

1.Pengendalian hayati

Pengendalian ini dengan memanfaatkan agens antagonis, seperti cendawan


Trichoderma sp dan endomikoriza ( Kartikaet al, 2006). Meskipun demikian, pengendalian
secara hayati ini masih belum konsisten dilapangan.

2.Pengendalian Kimiawi

Teknik pengendalian secara kimiawi sintetik menggunakan beberapa bahan aktif


fungisida, namun dilaporkan kurang memuaskan.

3.Pengendalian Penggunaan Tanaman Toleran Ganoderma

Pengendalian BPB yang paling ideal ialah menggunakan tanaman toleran Ganoderma,
tetapi untuk mendapatkan tanaman yang toleran masih membuthkan waktu yang relatif lama.

4.Kultur Teknis

Pengendalian kultur teknis dapat dilakuakn sejak proses tanam ulang, yaitu melakukan
sanitasi sisa batang dan akar yang terinfeksi penyakit. Beberapa hal yang dalam pengendalian
kultur teknis adalah Sanitasi Sumber Inokulum G. boninense saar awal tanam ulang, sistem
Penanaman Hole in Hole, Pembedahan dan Pembubuan Tanaman Terinfeksi Ganoderma , dan
Parit Isolasi.

Dengan demikian, dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian secara
kultur teknis merupakan pengendalian yang paling tepat dalam mengendalikan penyakit busuk
pangkal batang yang disebabkan oleh Ganoderma.

SOLUSI

Upaya pengendalian penyakit BPB kelapa sawit telah banyak dilakukan oleh perkebunan
kelapa sawit. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan sejak proses tanam ulang, yaitu
melalui sanitasi sisa-sisa batang dan akar yang terinfeksi Ganoderma. Sanitasi sumber
inoculum ini dapat meminimalkan kontak antara akar sehat dan sisa-sisa akar terinfeksi yang
merupakan salah satu mekanisme utama penyebaran Ganoderma di lapangan ( Paterson, 2007).

Pada daerah endemic Ganoderma umunya diterapkan sistem penanaman hole in hole
dan parit isolasi.
TERAPAN

Sanitasi Sumber Inokulum G. boninase Saat Awal Tanam Ulang

Persiapan lahan selama proses tanam ulang dilakukan dengan tiga metode, yaitu
persiapan lahan standar dengan lubang tanam besar disertai pengumpulan dan pemusnahan sisa-
sisa akar tanaman lama (A), persiapan lahan standar dengan lubang tanam besar tanpa
pengumpulan sisa-sisa akar tanaman lama (B), dan persiapan lahan dengan prosedur standar (C).
Tiga perlakuan ini dilakukan pada luasan 5 ha dengan tingkat insidensi penyakit BPB lebih dari
50% pada penanaman sebelumnya.

Persiapan lahan standar dilakukan dengan beberapa tahap kegiatan umum yang terdiri
atas bajak dan garu tanah, penumbangan tanaman lama disertai sanitasi batang dan bonggol
kelapa sawit, dan pembuatan lubang tanam berukuran 60 cm × 60 cm dengan kedalaman 50 cm.
Pada perlakuan A dan B, lubang tanam besar yang digunakan berukuran 3 m × 3 m dengan
kedalaman 80 cm. Sisa-sisa akar tanaman kelapa sawit lama dikumpulkan secara manual selama
proses penumbangan dan pengolahan tanah berlangsung.

Sistem Penanaman Hole in Hole

Perlakuan terdiri atas sistem penanaman hole in hole dan sistem penanaman standar
sebagai pembanding. Perlakuan disusun dalam RAK yang diulang dalam 17 blok penanaman.
Setiap blok memiliki luasan 25 ha dengan kerapatan 143 tanaman per ha. Insidensi penyakit BPB
diamati pada seluruh tanaman dengan interval 1 tahun. Sistem penanaman hole in hole dilakukan
dengan membuat lubang tanam standar berukuran 60 cm × 60 cm dengan kedalaman 50 cm di
dalam lubang tanam besar berdimensi 3 m × 3 m × 0.8 m, sedangkan pada sistem penanaman
standar hanya digunakan lubang tanam berukuran 60 cm × 60 cm. Masingmasing perlakuan
diberikan aplikasi sebanyak 400 g Trichoderma sp. ke lubang tanam sebelum penanaman bibit
kelapa sawit.

Pembedahan dan Pembumbunan Tanaman Terinfeksi Ganoderma

Tanaman terserang Ganoderma dibedah dengan cara membuang seluruh jaringan pangkal
batang yang telah mengalami pembusukan. Sisasisa jaringan terinfeksi dari pembedahan
dikumpulkan dan dimusnahkan dan jaringan pangkal batang setelah pembedahan dilapisi
dengan senyawa fenolik yang berfungsi sebagai desinfektan (teer). Selanjutnya, tanaman
dibumbun dengan tanah yang telah dicampur 400 g Trichoderma sp. hingga menutupi seluruh
jaringan tanaman yang dibedah.

Perlakuan dibedakan menjadi empat, yaitu pembedahan dengan aplikasi 415 mL teer dan
pembumbunan (A), pembedahan dan pembumbunan (B), pembumbunan disertai aplikasi
Trichoderma sp. (C), dan sebagai pembanding adalah tanaman terserang tanpa perlakuan (D).
Perlakuan disusun dalam RAK dengan 10 ulangan dan pada masing-masing ulangan terdapat 4–5
tanaman sampel.

Parit Isolasi

Percobaan dilaksanakan pada tanaman kelapa sawit berumur 8 tahun di kebun Sampit,
Kalimantan Tengah sejak 2011. Parit isolasi individu dibuat mengelilingi tanaman ter-infeksi
Ganoderma, berukuran 4 m × 4 m dengan lebar dan kedalaman parit berturutturut 40 cm dan 60
cm. Sebagai pembanding ialah tanaman terinfeksi tanpa perlakuan parit individu. Perlakuan
disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 64 ulangan dan pada setiap ulangan terdapat 7
tanaman sampe

PENYELESAIAN MASALAH

Dalam pengendalian penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) kelapa sawit yang
disebabkan oleh Ganoderma boninense yang biasa selalu menjadi momok menakutkan dalam
perkebunan kelapa sawit dikarenakan dapat memnyebabkan kerusakan bahkan kematian pada
tanaman sawit.

Meninjau bahwa setiap sumber daya genetik mempunyai ketahanan yang berbeda – beda
terhadap ganoderma dan tidak ada kelapa sawit yang resisten dan imu terhadap ganoderma,
maka alternative usaha pencegahan dan pengendalian sebaiknya dilakukan secara terpadu :
dengan menggunakan bahan tanaman parsial toleran ganoderma, pengendalian secara kultur
teknis melalui persiapan lahan saat replanting, hayati dan pengendalian kimiawi yang bersifat
memperpanjang umur tanaman. Karena itu alternative pengendalian terbaik adalah dengan
mempersiapkan bahan tanaman yang toleran, didukung pengendalian secara kultur teknis dan
hayati.

Namun, dalam hal ini lebih menekankan terhadap pengendalian dengan metode kultur
teknis , dikarenakan lebih tepat dan efektif.

PEMBAHASAN

Dalam pengendalian penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) kelapa sawit yang
disebabkan oleh Ganoderma boninense , apabila tidak dilakukan pengendalian dini maka akan
sulit untuk dilakukan pengendalian, sehingga pengendalian awal dengan metode kultur teknis
sangat dianjurkan untuk menghindari serangan penyakit Busuk Pangkal Batang yang terjadi oleh
Tanaman Belum Menghasilkan Sawit.

Adapun metode kultur teknis yang digunakan dalam pengendalian awal terhadap
penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) yang disebabkan oleh Ganoderna boninense yaitu :
Sanitasi Sumber Inokulum G. boninense saar awal tanam ulang, sistem Penanaman Hole in Hole,
Pembedahan dan Pembubuan Tanaman Terinfeksi Ganoderma , dan Parit Isolasi.
Dengan demikian, pengendalian dini penyakit Busuk Pangkal Batang yang disebabkan
oleh Ganoderma boninense dapat teratasi sehingga dapat meningkatkan hasil produksi sawit, dan
terhindarnya kerusakan serta kematian pada tanaman sawit yang apabila sudah terkena akan sulit
untuk dikendalikan.

KESIMPULAN

1. Busuk Pangkal Batang (BPB) kelapa sawit yang disebabkan oleh Ganoderma
boninense merupakan penyakit yang paling destruktif di perkebunan kelapa sawit.
2. Penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) dapat menyebabkan menurunya hasil
produksi kelapa sawit, dikarenakan akibat dari terkena payakit tersebut dapat
menyebabkan tanaman mengering dan mati.
3. Beberapa pengendalian yang dapat dilakukan yaitu pengendalian kultur teknis,
pengendalian hayati, pengendalian dengan bahan tanam parsial toleran Ganoderma,
dan pengendalian hayati.
4. Pengendalian kultur teknis dapat dilakukan dengan cara Sanitasi Sumber Inokulum
G. boninense saar awal tanam ulang, sistem Penanaman Hole in Hole, Pembedahan
dan Pembubuan Tanaman Terinfeksi Ganoderma ,dan Parit Isolasi.
DAFTAR PUSTAKA

Flood J, Hasan Y, Foster H.2002.Ganoderma diseases of oil palm—an interpretationfrom Bah


Lias Research Station. Planter.78:689–710.

Hasan Y, Foster HL, Flood J. 2005. Investigation on the cause of upper stem rot(USR) on
standing mature oil palms. Mycopathologia. 159:109–112.

Hoong HW. 2007. Ganoderma disease of oil palm in Sabah. Planter. 83(974):299–313

Idris AS, Kushairi A, Ismail S, Ariffin D. 2004. Selection for partial tolerance in oil palm
progenies to Ganoderma basal stem rot. J Oil Palm Res. 16(2):12–18.
Kartika E, Yahya S, Wilarso S. 2006. Isolasi, karakterisasi dan pemurnian cendawan mikoriza
arbuskular dari dua lokasi perkebunan kelapa sawit (bekas hutan dan bekas kebun karet).J
Penelitian Kelapa Sawit. 14(3):145–155.
Paterson RRM. 2007. Ganoderma disease of oil palm—a white rot perspective necessary for
integrated control. Crop Protect. 26(2007):1369–1376. DOI: http://
dx.doi.org/10.1016/j.cropro.2006.11.009.
Priwiratama, H., Prasetyo, AE., Susanto, A. 2014. Pengendalian Penyakit Busuk Pangkal
Batang Kelapa Sawit Secara Kultur teknis. Medan : Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Susanto A, Prasetyo AE, Wening S. 2013. Laju infeksi Ganoderma pada empat kelas tekstur
tanah.J Fitopatol Indones. 9(2):39-46. DOI: http://dx.doi.org/10.14692/ jfi.9.2.39.
Susanto, A. & Sudharto. 2003. Status of Ganoderma disease on oil palm in Indonesia. Third
International Workshop on Ganoderma disease of Perennial Crops. Medan.

Anda mungkin juga menyukai