Anda di halaman 1dari 12

01 LATAR BELAKANG KELAPA SAWIT

PENYEBARAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

02 PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG

MATERI GEJALA PENYAKIT BUSUK PADA PANGKAL BATANG


03 FAKTOR-FAKTOR BUSUK PANGKAL BATANG

PENGENDALIAN BUSUK PANGKAL BATANG


- SecaraTeknis (mounding )
- Secara Hayati
- Secara kimiawi
Free UPAYA MEMPERPANJANGKAN UMUR EKONOMIS TANAMAN KELAPA SAWIT YANG
TERSERANG ( GENODERMA BONINENSE ) DENGAN SISTEM MOUNDING

KELOMPOK:
NAMA KELOMPOK: YOHANA MEISY INA DAMANIK (D1A017007)
TEGUH RAHAYU (D1A017029)
RADA RADONA (D1A017059)
HANA IMANUEL (D1A017051)
SAKINA (RRD1A016040)
BIMA ZIDANE ROZIWAN (RRD1A016005)
Penyebaran Perkebunan Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman yang berasal dari hutan tropis di Afrika Barat. Pada
awalnya,produksi utama kelapa sawit adalah inti sawit. Kelapa sawit masuk ke Indonesia pada tahun 1884, empat
benih kelapa sawit dua dari Bourbon dan dua dari Amsterdam di tanam dan tumbuh baik di Kebun Raya Bogor.
Pada 1858, 146 benih dari Kebun Raya Bogor didistribusikan ke Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,Maluku,
dan Nusa Tenggara. Pada 1875 percobaan perkembangan telah didirikan di Deli pada tahun 1878 di Bogor. Pada
1911 perkebunan pertama didirikan di Pulau Raja (Asahan) dan Sungai Liput (Aceh). Pada awal pengembangan,
kelapa sawit yang di tanam adalah jenis Dura yang induknya berasal dari Bogor dan di kembangkan di daerah Deli
sehingga dengan namaDeliDura. Sejak tahun 1920-an diintroduksikan plasma nutfah dari jenis tenera, pisifera dan
juga oleifera serta Dumpy yaitu mutan dari Deli Dura
Infographic Style

1. Latar Belakang
Pertanaman tanaman kelapa sawit di Indonesia tengah Berdasarkan data serangan OPT yang diperoleh dari
menghadapi ancaman penyakit yang mematikan. Direktorat Jenderal Perkebunan serangan penyakit busuk
Penyakit tersebut dinamakan Busuk Pangkal Batang pangkal batang terjadi di Sumatera Utara, 2.691 ha, Bengkulu
(BPB) yang disebabkan oleh jamur Ganoderma 678 ha, dan Aceh 135 ha. Diduga serangan penyakit BPB ini
boninense (Semangun, 1988). Penyakit Ganoderma sudah banyak terjadi di luar ke tiga provinsi ini namun belum
boninense pertama kali diidentifikasi oleh Karsten pada dilaporkan. Penyakit Ganoderma boninense adalah jamur
tahun 1818 dengan G. lucidum sebagai satu-satunya patogenik tular tanah (soil borne) yang banyak ditemukan di
spesies. Setelah Ka r s t en, Ganode rma boninense hutan-hutan primer dan menyerang berbagai jenis tanaman
dideskripsikan oleh Patouillard, Boudier,dan Fisher, hutan. Jamur ini dapat bertahan didalam tanah dalam jangka
Boudier danMurril. Penyakit busuk pangkal batang pada waktu yang lama. Kejadian penyakit meningkat sejalan dengan
perkebunan kelapa sawit khususnya di wilayah Sumatera generasi kebun kelapa sawit.
Utara sudah berada pada kondisi mengkhawatirkan.
Penyakit Busuk Pangkal Batang

Klasfikasi Penyebab Busuk Pangkal Batang adalah sebagai berikut:

Divisi :Eumycophyta

Klas : Basidiomycetes

Ordo : Polypolaceace

Genus :Ganoderma

Spesies :Ganoderma. boninense

Pada umumnya family polypolaceae memiliki tubuh buah berbentuk seperti kipas dan keras. Tubuh buah jamur ini dapat berumur
sampai

beberapa tahun. Tubuh buah Ganoderma boninense dapat di temukan di bagian pangkal kelapa sawit, merupakan jamur tular tanah (Susanto
dan Prasetyo, 2008). Kawasan Asia bagian timur termasuk Indonesia, busuk pangkal batang (basal stem rot) adalah penyakit yang terpenting
dalam perkebunan kelapa sawit dewasa ini. Penyakit ini semakin lama semakin meningkat. Pertama karena adanya usaha besar-besaran
untukmemper luas kebun kelapa sawit Indonesia. Kelapa sawit yang di tanam setelah replanting akan mendapat serangan yang lebih berat dari
busuk pangkal batang. Kalau dulu dianggap sebagai penyakit kebun tua, sekarang penyakit ini terdapat juga di kebun yang masih muda.
Gejala Penyakit Busuk Pada Pangkal Batang

Penyakit busuk pangkal batang dapat di ketahui dari tajuk pohon. Pohon yang sakit mempunyai janur (daun yang belum
membuka, spear leaves) lebih banyak dari pada biasa. Daun berwarna hijau pucat, daun-daun tua layu, patah pada pelepahnya,
dan menggantung disekitar batang. Meskipun mudah dilihat, namun sebenarnya gejala tersebut bukan gejala yang khas dari
penyakit busuk pangkal batang, karena gejala seperti ini dapat juga di sebabkan oleh gangguan lain menyebabkan
terhambatnya pengangkutan air dan hara tanaman ke tajuk.

Gejala yang khas, sebelum terbentuknya tubuh buah jamur, adalah adanya pembusukan pada pangkal batang. Penyakit
menyebabkan busuk kering pada jaringan dalam. Pada penampangnya bagian batang yang terserah ini berwarna coklat muda
dengan dengan jalur-jalur tidak teratur yang berwarna lebih gelap. Jalur-jalur gelap ini yang di sebut zonazona reaksi, Reaksi
adalah tempat tertimbunannya blendok (gom, gum). Di tepi daerah yang terinfeksi terdapat zona yang berbau seperti minyak
sawit yang mengalami fermentasi ini ternyata adalah akibat dari mekanisme perlawanan tanaman.
Faktor-Faktor Busuk Pangkal Batang

 Faktor kesuburan

Tanah yang miskin unsur hara akan menyebabkan tanaman menurun daya tahannya terhadap infeksi patogen. Tanaman yang lemah
akan mudah terinfeksi patogen. Lemahnya tanaman ini dapat disebabkan karena kurangnya hara bagi tanaman. Pemberian unsur Cu
dan Ca dapat mengurangi kejadian penyakit di pembibitan kelapa sawit (Nursabrina et al. 2012). Peningkatan mekanisme ketahanan
tanaman kelapa sawit ini melalui proses pembentukan lignin yang meningkat sehingga mampu mengurangi degradasi lignin oleh
patogen (Paterson et al. 2009), dengan demikian penggunaan enzim penghambat seharusnya juga dapat mencegah degradasi lignin
tanaman (Paterson et al. 2008).

2. 5 Pengendalian Busuk Pangkal Batang

2.5.1 SecaraTeknis (mounding )

 Cara ini efektif pada tanaman tua hingga 2-4 tahun sebelum di remajakan, dimaksudkan untuk memperpanjang umur ekonomis
tanaman yang terserang Ganoderma boninense.

 Penaburan Trichoderma spp terhadap tanaman yang terserang, keliling mengikuti piringan. Pangkal batang tanaman yang terserang
dengan gejala awal dibumbun dengan tanah setinggi 70-100 cm dengan radius 100 cm ( keliling mengikuti piringan pokok )

 Tanah untuk mounding di ambil dari luar piringan, dari gawanganmati .


Secara Hayati
 Penggunaan jamur antagonistic
 Beberapa genera jamur tanah yang antagonistik terhadap Ganoderma boninense sudah di kenal, antara lain
Trichoderma, Gliocladium, Penicillium dan Aspergillus, tetapi yang paling potensial adalah Trichoderma.
 Mekanisme dari antagonismenya bisa berupa kompetisi, mikoparasitisme dan antibiosis yang menyebabkan lisis pada
hifa Ganoderma boninense sehingga pertumbuhan patogen tersebut terhambat atau terhenti sama sekali
 Jamur antagonis membutuhkan suasana asamdengan kisaran pH 3,5-5,5 untuk pertumbuhan, perkembangan dan
aktivitasnya.
 Mudah dibiakkan pada media buatan seperti tepung sekam padi + pasir atau sekam saja .
 Penyaluran limbah cair pabrik kelapa sawit di areal tanaman, dapat mendorong perkembangan dan aktivitas jamur-
jamur antagonis di tanah.
 Biofungisida Marfu-P dan Marfu Combi dengan bahan aktif jamur Trichoderma dan jamur-jamur antagonis lainnya.
Secara kimiawi
 Uji efektivitas in vitro dari berbagai fungisida sistemik terhadap Ganoderma boninense menujukkan hasil yang baik
terutama fungisida dari kelompok triazal,seperti tridemorf,triadimenol, dan triadimefon.
 Penggunaan lebih dianjurkan sebagai tindakan preventif terhadap tanaman sehat di areal bekas Ganoderma
boninense,dapat digunakan secara curahan ke tanah di sekeliling pangkal batang dengan konsentrasi 0,25% sebanyak 3-4
liter/pohon dengan rotasi 4 bulan, atau secara injeksi batang sebanyak 20 ml/pohon tiap 6 bulan .
 Untuk pengobatan tanaman sakit dengan gejala awal dapat digunakan dazomet (fumigan) sebanyak 400 g per pohon
melalui 8 lubang pada pangkal batang, diberi air 25ml/lubang.
 Pemupukan hara makro lengkap (N, P,K, danMg) dapat meningkat ketahanan tanaman terhadap Ganoderma (13,88%),
tanpa pupuk lengkap ke tahanan menurun (21,74%), dan serangan tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa N dan Mg
(32,24%).
Gejala visual penyakit busuk pangkal
Gejala penyakit akan lebih cepat muncul dan
batang muncul pertama kali pada tiga bulan
serangannya lebih berat pada tanaman generasi ke 2, ke 3,
setelah inokulasi Ganoderma. Gejala visual
dan ke 4 dan jarang atau hampir tidak di jumpai pada
penyakit busuk pangkal batang ialah nekrosis
generasi pertama kelapa sawit, banyak kebun yang harus
pada helaian daun dan mengering yang diikuti
mempercepat tanam ulang meskipun tanaman baru berumur
kematian bibit kelapa sawit. Sebagian besar
17 tahun yang seharusnya dapat mencapai umur produktif
25-30 tahun. Penyakit Ganoderma boninense juga muncul bibit kelapa sawit juga menunjukkan tanda

secara merata baik di daerah pantai maupun daerah penyakit berupa tubuh buah Ganoderma yang
pedalaman. Kondisi penyakit busuk pangkal batang yang muncul pada pangkal batang. Kejadian
disebabkan oleh Ganoderma saat ini berbeda dengan penyakit busuk pangkal batang pertama kali
kondisi beberapa dekade yang lalu atau pada awal muncul pada bulan ke-3, yaitu perlakuan B
pengusahaan perkebunan kelapa sawit. Perubahan terjadi dan D, berturut-turut sebesar 5% dan 15%.
pada aspek kejadian penyakit dan distribusi, gejala dan Pada bulan ke-6, kejadian penyakit tertinggi
patogenisitas, dan epidemi penyakit. Secara umum, pada tanah bertekstur pasir (D dan E), yaitu
penyakit menjadi lebih berat dan laju infeksinya semakin
sebesar 55% dan 50% (Gambar 2). Kejadian
cepat. Distribusi penyakit ini sudah menyebar di seluruh
penyakit pada tanah lempung (A) baru
Indonesia, meskipun dengan kejadian penyakit yang
muncul pada bulan ke-6 setelah diamati
bervariasi. Tidak hanya di tanah mineral, perkembangan
dengan pembongkaran gejala nekrotik akar.
penyakit busuk pangkal batang juga cepat di tanah gambut.
BENTUK (GENODERMA
BONINENSE )
Name Here
Programmer
Thank you
Insert your subtitle here

Anda mungkin juga menyukai