Anda di halaman 1dari 11

USULAN PENELITIAN

Uji Pengendalian Patogen Ganoderma boninense Menggunakan Predator


Alami: Collembola

Oleh
JEMI SAMUEL
NIM 1603015054

Pembimbing 1 :
Pembimbing 11 :

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
NOVEMBER 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Busuk pangkal batang (BPB) kelapa sawit yang disebabkan oleh Ganoderma
boninense merupakan penyakit yang paling destruktif di perkebunan kelapa sawit di
Indonesia dan Malaysia. Patogen ini tidak hanya menyerang tanaman tua, tetapi juga yang
masih muda. Saat ini, laju infeksi penyakit BPB berjalan semakin cepat, terutama pada tanah
dengan tekstur berpasir (Susanto et al. 2013). Beberapa dekade lalu, insidensi penyakit yang
tinggi hanya dijumpai pada kebun dengan lebih dari dua kali tanam ulang, namun saat ini
insidensi penyakit sudah cukup tinggi. Dengan demikian, sekarang banyak ditemukan daerah
perkebunan kelapa sawit dengan kriteria endemik G. boninense dan mengalami kerugian
yang besar.
Upaya pengendalian penyakit BPB kelapa sawit telah banyak dilakukan oleh pekebun
kelapa sawit. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan sejak proses tanam ulang,
yaitu melalui sanitasi sisa-sisa batang dan akar yang terinfeksi Ganoderma. Sanitasi sumber
inokulum ini dapat meminimalkan kontak antara akar sehat dan sisa-sisa akar terinfeksi yang
merupakan salah satu mekanisme utama penyebaran Ganoderma di lapangan (Paterson 2007;
Naher et al. 2013). Pada daerah endemik Ganoderma umumnya diterapkan sistem
penanaman hole in hole dan parit isolasi.
Pengendalian hayati dilakukan dengan pemanfaatan agens antagonis, seperti
cendawan Trichoderma sp. (Priwiratama dan Susanto 2014) dan endomikoriza (Kartika et al.
2006). Meskipun demikian, hasil pengendalian secara hayati ini masih belum konsisten di
lapangan. Sementara itu, teknik pengendalian secara kimiawi sintetik menggunakan beberapa
bahan aktif fungisida juga dilaporkan kurang memuaskan. Pengendalian penyakit BPB yang
paling ideal ialah menggunakan tanaman toleran Ganoderma (Idris et al.2004; Durand-
Gasselin et al. 2005), tetapi untuk mendapatkan tanaman yang toleran masih membutuhkan
waktu yang relatif lama.
Penelitian pengendalian patogen G. Boninense menggunakan serangga pemakan
jamur belum banyak dilakukan. Salah satu serangga pemakan jamur ialah collembola. Tujuan
penelitian ini ialah untuk melihat kemampuan collembola dalam mengendalikan ganoderma.

B. Perumusan Masalah
1. Seberapa besar daya makan collembola pada patogen ganoderma boninense?
2. Apakah collembola bisa mengendalikan patogen ganoderma boninense?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui daya makan collembolla pada patogen ganoderma boninense.
2. Mengetahui kemampuan collembola dalam mengendalikan patogen ganoderma
boninense.

D. Manfaat Penelitian
1. Pekebun tanaman kelapa sawit dapat menggunakan collembola dalam mengendalikan
penyakit busuk pangkal batang kelapa sawityang disebabkan patogen ganoderma
boninense.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum collembola


Nama umum collembola ialah serangga ekor pegas berasal dari struktur yang
bercabang atau furkula yang memutar heksapoda kecil ini melalui udara. Furkula tersebut
timbul dari sisi ventral ruas abdomen, ditempat yang keempat, dan bila dalam keadaan
istirahat, terlipat kedepan dibawah abdomen, ditempat tersebut furkula itu ditahan
ditempatnya oleh suatu embelan yang berbentuk capit pada ruas abdomen ketigayang
disebut retikulum. Loncatan dilakukan bila hewan tersebut terganggu atau selama
aktivitas-aktivitas kawin dengan menjulurkan furkula ke bawah dan ke belakang.
Serangga ekor pegas yang panjangnya 3-6 mm itu mampu melompat 75-100 mm.
Sejumlah besar jenis, terutama yang menghuni di dalam tanah telah berkurang atau
secara atrofi mekanisme pegas.
Banyak collembola memiliki ommatidia sampai 8 pada masing-masing sisi
kepala, sedangkan yang lainnya berkurang atau sama sekali buta. Bagian-bagian mulut
agak panjang dan tersembunyi di dalam kepala. Beberapa jenis adalah pemakan tumbuh-
tumbuhan atau bahkan omnivor dan memiliki mandibel-mandibel yang mempunyai
keping- keping geraham yang terbentuk bagus. Yang lain-lainnya adalah pemakan-
pemakan cairan dan mempunyai bagian-bagian mulut seperti stilet. Heksapoda-
heksapoda ini memiliki sebuah embelan seperti tabung yaitu tabung, yaitu kollofor, pada
sisi ventral ruas abdomen yang pertama; sebuah gelembung bergelambir dua yang dapat
disembulkan mungkin menonjol pada ujungnya. Aslinya diperkirakan bahwa kollofor
memungkin serangga dapat menempel pada permukaan di tempat itu ia berjalan (nama
ordo berasal), tetapi sekarang diketahui bahwa struktur ini memainkan suatu peranan
dalam pengambilan air.
Serangga ekor pegas , walaupun sangat umum dan banyak , jarang terlihat karena
ukuran mereka yang sangat kecil. (0,25-6 mm) dan kebiasaanya hidup pada tempat-
tempat tersembunyi. Kebanyakan jenis hidup di dalam tanah atau habitat-habitat
demikian seperti reruntuhan daun, dibawah kulit kayu, pada kayu-kayu yang membusuk
dan pada jamur.. beberapa jenis mungkin didapatkan pada permukaan kolam-kolam air
tawar atau sepamjang pantai; beberapa terdapat pada tumbuh-tumbuhan; dan beberapa
hidup di dalam sarang anai-anai dan semut, di gua-gua atau di lapangan-lapangan salju.
Seringkali serangga ekor pegas sangat besar, sampai mencapai 100.000 tiap m3 tanah
permukaan atas secara harfiah jutaan tiap hektar.
Kebanyakan serangga ekor pegas penghuni tanah makan bahan tumbuh-tumbuhan
yang sedang membusuk, jamur dan bakteri. Yang lain-lainnya makan tinja artropoda,
serbuk sari, algae, dan bahan-bahan lainnya. Beberapa jenis kadang-kadang dapat
menimbulkan kerusakan pada kebun-kebun, rumah-rumah kaca, atau para-para jamur.

B. Tinjauan Umum Jamur Ganoderma boninense


Berikut ini merupakan klasifikasi dari patogen G. boninense sebagai berikut :
Dunia : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Agarimycetes
Ordo : Polyporales
Famili : Ganodermataceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma boninense pat.
Ada sekitar 250 spesies Ganoderma yang telah ditemukan dan tersebar di
seluruh dunia, tetapi hanya 15 spesies yang diketahui sebagai patogen penyebab
penyakit BPB. Ganoderma dapat tumbuh subur pada tanaman tahunan dan
memiliki peran ekologis sangat penting dalam ekosistem hutan untuk proses
pemecahan senyawa lignin dalam dekomposisi jaringan kayu (Priyatno, 2012).
Menurut Susanto (2011).

Penyebab penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit di tiap – tiap


negara dilaporkan berbeda – beda. Di Afrika Barat diidentifikasi sebagai G.
lucidum Karst, sedangkan di Nigeria diidentifikasi sebagai G. zonatum, G.
encidum, G. colossus, dan G. applanatum. Sedangkan di Malaysia dilaporkan
bahwa ratusan tubuh buah yang dikumpulkan dari berbagai tempat di Malaysia,
semuanya dalam spesies G. boninense.

Selanjutnya, G. boninense tergolong ke dalam filum Basidiomycota dan


famili Ganodermataceae. Jamur G. boninense mempunyai basidiokarp yang
sangat bervariasi ; ada yang dimidiate atau stipitate, ada yang bertangkai atau
tidak, tumbuh horizontal atau vertikal, ada yang rata atau mengembung, dan ada
yang terbentuk lingkaran konsentris. Basidiokarp dapat mencapai 17 cm, jari –
jari 12 cm dengan tebal 2 cm.

Konveks atau permukaan atas licin seperti pernis dengan warna


kehitaman seperti coklat. Dalam pertumbuhannya daerah perbatasan akan
berwarna orange kuning serta putih pada ujungnya. Permukaan pori berwarna
putih hingga krem dengan kerapatan 4 – 5/mm. Tebal kutis 0.07 mm, biasanya
dilapisi lapisan tipis orange atau kuning. Kutis ini mengandung hymenderma
dan pada ujung hymenderma mengandung amyloid. Pori – pori berbentuk bulat
dengan diameter 90 – 380 (155) µ. Basidiospora berbentuk ovoid hingga
ellipsoid berwarna kecoklatan dengan ukuran 13.5 (10.0) x 4.5 – 7 (5.9) µm
yang bersifat bitunikatus (Susanto, 2011). Gejala awal penyakit sulit
diindentifikasi dikarenakan perkembangannya yang lambat dan dikarenakan
gejala eksternal berbeda dengan gejala internal. Sangat mudah untuk
mengindentifikasi gejala di tanaman dewasa atau saat telah membentuk tubuh
buah, konsekuensinya, penyakit jadi lebih sulit dikendalikan (Adi, 2012).

Menurut Purba (2009), gejala visual awal yang umum adalah kelayuan
menyeluruh seperti kekurangan air dan hara. Terdapat sedikitnya 3 pupus yang
tidak membuka sempurna daun umumnya berwarna hijau pucat (klorosis) atau
kekuningan dan tampak kusam tidak berkilat. Pelepah – pelepah terbawah
menguning mulai dari ujung mengarah ke pangkal, mengering dan nekrosis
berwarna coklat.

Menurut Fauzi dkk (2006), pada tanaman muda, daun yang mengering
tetap pada posisinya, sedangan pada tanaman dewasa/tua pelepah patah pada
pangkalnya dan menggantung di sekeliling batang. Tanaman mati dalam 6 –12
bulan setelah terlihat gejala awal pada daun. Pada fase berikutnya banyak
tanaman sakit tumbang sebelum badan buah jamur terbentuk, terutama pada
tanaman muda. Pada tanaman menghasilkan (TM), terdapat beberapa daun
tombak tidak terbuka. Daun yang terserang kemudian mati dimana nekrosis
dimulai pada daun yang paling tua dan merambat meluas ke atas. Tanaman
kemudian mati dimana daun kering pada ujung pelepah pada batang atau patah
tulang di beberapa titik. Umumnya apabila gejala pada daun terus diamati
biasanya akan ditemukan bahwa setidaknya satu setangah bagian jaringan
batang bawah telah mati diserang cendawan (Hendarjanti, 2015).
BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Pemikiran

Uji pengendalian patogen ganoderma


boninense mengunakan predaor alam;
collembola

hipotesis

Tidak bisa mengendalikan bisa mengendalikan


ganoderma ganoderma

(daya makan rendah) (daya makan tinggi)

percobaan

Analisis Data

Kesimpulan/hasil
Kerangka pemikiran peneliti yaitu sebagai berikut yaitu menentukan hipotesis apakah
collembola bisa mengendalikan patogen g. Boninense atau tidak. Selanjutnya peneliti
mengambil sampel berupa spora jamur ganoderma boninense pada tanaman sawit yang
terserang penyakit busuk pangkal batang dan juga mengambil sampel serangga collembola.
Spora ganoderma kemudian di isolasi dan ditumbuhkan pada media PDA pada cawan petri.
Setelah tujuh hari, serangga collembola dimasukkan dalam cawan petri yang berisi jamur
ganoderma dan diamati setiap hari sampai dua minggu untuk perkembangan collemola
memakan jamur ganoderma. Hasil data kemudian dianalisis kemudian di ambil kesimpulan
apakah menerima hipotesis atau menolak hipotesis.

B. Hipotesis
1. H0 : collembola bisa mengendalikan patogen ganoderma boninense.
2. H2 : Collembola tidak bisa mengendalikan patogen ganoderma boninense.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 november sampai 30 november 2018
bertempat di laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tanamanan gedung OECF Fakultas
Pertanian Universitas Mulawarman.

B. Alat dan Bahan


Adapun alat bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini dalah sebagai berikut;
Alat : ayakan serangga, cawan petri, penggaris, buku, pulpen
Bahan : media PDA, collembola, ganoderma, isolasi.

C. Prosedur Penelitian
1. Pengambilan sampel spora ganoderma pada tanaman sawit sawit yang terserang
penyakit busuk pangkal batang dan sampel collembola.
2. Isolasi dan menumbuhkan spora ganoderma pada media PDA di dalam cawan
petri.
3. Setelah 7 hari masukkan collembola kedalam cawan petri yang berisi ganoderma.
4. Amati perubahan yang terjadi selama 7 hari kemudian dan catat di buku.
5. Analisis data
6. Membuat kesimpulan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Chung GF. 2011. Management of Ganoderma diseases in oil palm plantations. Planter.
87(1022):325–339.
Donald J. Borror, Charles A. Triplehorn, dan Norman F. Johnson. 1992. Pengenalan Pelajaran
Serangga Edisi keenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Susanto A, Prasetyo AE, Wening S. 2013. Laju infeksi Ganoderma pada empat kelas tekstur
tanah. J Fitopatol Indones. 9(2):39-46.

Anda mungkin juga menyukai