Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM TRIKODERMA

Disusun oleh

Andreas Oktaviano Anjelo Nonga

(2104060135)

AGROTEKNOLOGI 1

UNIVERSITAS NUSA CENDANA 2022


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jamur Trichoderma sp. merupakan mikroorganisme tanah yang bersifat saprofit


yang secara alami menyerang jamur patogen dan bersifat menguntungkan bagi tanaman.
Jamur ini merupakan salah satu jenis jamur yang banyak dijumpai hampir pada semua
jenis tanah dan pada berbagai habitat yang merupakan salah satu jenis jamur yang
dimanfaatkan sebagai agen hayati pengendali patogen tanah. Jamur Trichoderma dapat
berkembang biak dengan cepat pada daerah perakaran tanaman. Jamur ini termasuk kelas
Ascomycetes yang memiliki spora hijau. Jamur ini memiliki potensi degradasi
dekomposisi berbagai macam substrat heterogen di tanah, interaksi positif dengan inang,
memproduksi enzim untuk perbaikan nutrisi bagi tanaman.
Jamur Trichoderma memiliki suhu pertumbuhan optimum 15 – 30 °C dan
maksimal 30 – 36 °C. Konidofer dapat bercabang menyerupai piramid, yaitu pada bagian
bawah cabang lateral yang berulang-ulang, sedangkan kearah ijing percabangan menjadi
bertambah pendek. Konidia berbentuk semi bulat hingga oval pendek. Jamur ini
merupakan jamur yang memiliki aktivitas sellulotik yang cukup tinggi, yaitu enzime
sellulase yang terdiri dari enzim eksoglikonase (b-1.4 glikanhidrolase), dan sellubiase (b-
glukosidase). Jamur ini adalah salah satu jamur yang dapat menghasilkan komponen enzim
sellulase.

B. Tujuan

a. Mengetahui Pengertian Trikoderma

b. Mempelajari Jenis-jenis Trikoderma

c. Mengetahui Manfaat dari Trikoderma

d. Mengetahui Cara Menggunakan Trikoderma


BAB II
METODE PRATIKUM

A. Waktu dan Tempat


Pratikum penelitian ini diselenggarakan pada hari Selasa 10 Mei 2022 pukul 10.00
Wita di Laboratorium Penyakit Faperta Undana, yang berlangsung selama 2 jam.

B. Alat dan Bahan


Alat yaitu Cawan Petri, isolasi bening, dan mikroskop . Bahan yaitu Jamur Aspergillus.

C. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Kemudian jamur aspergillus yang telah disiapkan, letakkan pada miskroskop
kemudian lakukan pengamatan makro dan mikro agar dapat melihat jamur tersebut
3. Jika jamur tersebut sudah Nampak jelas mahasiswa mengambil foto dari jamur
tersebut.
BAB III
HASIL PEMBAHASAN

A. Pengertian Trichoderma sp.

Trichoderma sp. merupakan jamur (fungi) filament yang banyak digunakan untuk
melindungi tanaman sebagai agen biokontrol. Kemampuan melindungi tanaman
melibatkan beberapa mekanisme yang terkait dengan sifat biokimiawi spesies . Salah satu
mekanisme tersebut melibatkan produksi berbagai enzim diantaranya adalah xilanase. Dari
basil penelitian diperoleh aktivitas xilanase tertinggi terdapat pada kode isolat
Trichoderma hasil isolasi sayuran sawi yaitu 66.55 ± 60.742 U/mL.
Trichoderma sp merupakan jamur yang habitatnya di tanah, termasuk class
Ascomycetes yang mempunyai spora hijau. Jamur ini mempunyai potensi degradasi
dekomposisi berbagai macam substrat heterogen di tanah, interaksi positif dengan inang,
memproduksi enzim untuk perbaikan nutrisi bagi tanaman. Spesies Trichoderma
diantaranya adalah Trichoderma reesei, Trichoderma viride, dan Trichoderma harzianum
Trichoderma sp efektif menghambat pertumbuhan Sclerotinia sclerotiorum, Fusarium
oxysprum, dan Altenaria brassicicola yang merupakan patogen tanaman.
Trichoderma merupakan genus cendawan yang mampu dijadikan sebagai agens
pengendali patogen secara hayati. Mekanisme antagonis yang dilakukan Trichoderma spp.
dalam menghambat pertumbuhan patogen antara lain kompetisi, parasitisme, antibiosis,
dan lisis
B. Jenis – Jenis Trikoderma

a. Trichoderma harzianum

Jenis Trichoderma ini adalah hasil isolasi dari tanah tanaman sayuran contohnya
sawL Kolonmya dalam medium tumbuh cepat dan membentuk daerah melingkar
waraa hijau terang sampai gelap. Hifa bersepta, dinding licin, ukurannya 1,5 - 2,0
fim, pada cabang utama hife membentuk sudut siku - siku. Konidiofor
membentuk suatu kelompok agak lonjong dan berkembang membentuk daerah
seperti cincin.

b. Trichoderma viride

Hasil isolasi dari tanah sayuran bayam termasuk kedalam jamur uii. Bentuk
koloni awal permukaannya lembut bening dan beikembang menjadi bulu - bulu
tipis yang jarang dan wama keputihan. Konidia T. viride mempunyai ukuran 2,8 -
4,5 fim berbentuk tetap dan homogen, cabang utama konidiofor berukuran 4 - 5
|im.

c. Trichoderma pseudokoningii

Sifat morfologi jamur ini yaitu mempunyai konidiofor yang lurus, diujung
konidiofor seperti sikat yang tebal dengan sistem percabangan dihubungkan oleh
fialid yang lonjong, konidia berwama merah jambu atau hijau yang dihasilkan
dalam masa padat dari fialid. Koloninya pada medium tumbuh agak jarang, halus,
wamanya berubah - ubah sesuai dengan petkembangan konidia dari putih, putih
kehijauan sampai hijau gelap dan mei^eluaikan pigmen kedalam medium
sehingga berwama kekuningan. Adapun contohnya adalah isolasi dari tanah
kelapa sawit.
C. Manfaat Trikoderma

Pemberian jamur Trichoderma sp., seperti T. harzianum, ke dalam tanah dapat


mempercepat penguraian bahan organik, karena jamur ini dapat menghasilkan tiga enzim,
yaitu 1) enzim celobiohidrolase (CBH), yang aktif merombak selulosa alami; 2) enzim
endoglikonase yang aktif merombak selulosa terlarut; dan 3) enzim glukosidase yang aktif
menghidrolisis unit selobiosa menjadi molekul glukosa. Enzim ini bekerja secara
sinergis, sehingga penguraian dapat berlangsung lebih cepat dan intensif (Salma dan
Gunarto, 1996). Trichoderma sp. dikenal sebagai jamur agensia pengendali hayati yang
memiliki kisaran inang luas. Patogen yang mampu dikendalikan oleh Trichoderma sp.,
antara lain: Rizoctonia solani, Fusarium oxysporum, Candida albicans, Armillaria mellea,
dan Pythium aphanidermatum.
Menurut Husnani (2019) kelebihan lain dengan penggunaann Trichoderma sp.
sebagai pengendalian penyakit adalah cendawan ini mampu berkembang biak sendiri
dialam, sehingga walaupun hanya satu kali diinfestasikan ketanah disekitar perakaran
keberadaan bisa berlangsung lama asalkan kondisi lingkungan sesuai dengan
perkembangannya sehingga biaya yang dikeluarkan lebih sedikit berbeda jika dengan
menggunakan fungisida jika tidak diaplikasikan lagi maka sudah tidak berfungsi lagi
sehingga harus diaplikasikan berkali-kali dan menyebabkan biaya yang dileuarkan lebih
besar dan dampak negatif lain dengan penggunaan fungisida adalah dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan karena mengandung residu yang proses penguraiannya dialam
membutuhkan waktu yang lama. Selain kemampuan sebagai agens hayati, Trichoderma
sp. juga banyak dimanfaatkan sebagai stimulator pertumbuhan tanaman.
Trichoderma sp. sebagai stimulator pada pengomposan bahan organik mampu
memberikan efektivitas yang baik dalam meningkatkan produksi jagung. Trichoderma sp.
Juga dapat berperan sebagai cendawan pengurai, pupuk hayati dan sebagai
biokondisioner pada benih. Trichoderma sp. mampu memarasit cendawan patogen
tanaman dan bersifat antagonis, karena memiliki kemampuan untuk mematikan atau
menghambat pertumbuhan cendawan lain. Mekanisme yang terjadidi dalam tanah oleh
aktivitas Trichoderma sp. yaitu kompetitor ruang maupun nutrisi, antibiosis yaitu
mengeluarkan etanol yang bersifat racun bagi patogen dan sebagai mikoparasit serta
mampu menekan aktivitas cendawan pathogen.
D. Cara Menggunakan Trikoderma

1. Menaburkan pada bedengan Aplikasi Trichoderma pada bedengan bisa dilakukan


bersamaan permberian pupuk dasaran (kandang) dan ditebarkan secara merata di
bedengan yang setengah, bukan diberikan diatas bedengan yang telah jadi kg per
hektare atau 20-25 gram per tanaman.

2. Menaburkan pada lubang tanam Aplikasi Trichoderma pada lubang tanam


dilakukan pada saat pindah tanam, dengan cara menaburkan Trichoderma di tiap
lubang tanam. Jadi, saat nanti bibit ditanam, maka posisi Trichoderma akan tepat
langsung mengenai perakaran tanaman. Untuk dosis yang digunakan kira-kira
sebesar kapsul obat. Saat ini di pasaran, Trichoderma bisa ditemui dalam berbagi
bentuk kemasan praktis, termasuk bentuk bubuk dan kapsul.

3. Pengocoran Selain ditaburkan pada bedengan dan lubang tanam, Trichoderma juga
dapat diaplikasikan dengan cara dikocor. Pengocoroan bisa dimulai saat tanaman
berusia 7 sampai 10 HST (Hari Setelah Tanam). Kemudian, ulangi pengocoran
setiap 10 hari sampai 4 kali perlakuan. Jika Anda mulai pengaplikasian saat umur 7
HST, maka aplikasi berikutnya saat umur 14, 21, dan 28 HST. Untuk dosis
pengocoran sebanyak 1 sendok per 250 ml air per tanaman.
E. Gambar Hasil Penelitian Trikoderma
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN

Trichoderma sp. adalah jamur yang paling umum dijumpai dalam tanah
khususnya tanah dengan kandungan bahan organic yang tinggi. Jamur mempunyai ciri
morfologi koloni berwarna hijau muda sampai hijau tua, hifa bersekat, berukuran (1,5-12
µm), dan percabangan hifa membentuk sudut siku pada cabang utama. Konidium
berbentuk bulat, agak bulat sampai bulat telur pendek, berukuran (2,8-3,2) x (2,5-2,8)
µm, dan berdinding halus. Konidiofor bercabang mendukung fialid, yang berjumlah 3
atau lebih secara bergerombol, dan agak ramping. Jamur dapat hidup baik secara saprofit
maupun parasit pada jamur lain, dan perkembangan secara aseksual dengan
menghasilkan konidium yang berkecambah membentuk individu baru.
Trichoderma sp. sebagai organisme pengurai, juga berfungsi sebagai agen hayati dan
stimulator pertumbuhan tanaman. Trichoderma sp merupakan jamur yang habitatnya di
tanah, termasuk class Ascomycetes yang mempunyai spora hijau. Jamur ini mempunyai
potensi degradasi dekomposisi berbagai macam substrat heterogen di tanah, interaksi
positif dengan inang, memproduksi enzim untuk perbaikan nutrisi bagi tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Berlian. I, B. Setyawan, H. Hadi. 2013. Mekanisme Antagonis Trichoderma sp. Trhadap


Beberapa Patogen Tular Tanah. 32(2). 74-82

Oslan Jumadi, S. M. (2021). TRICHODERMA DAN PEMANFAATAN. TRICHODERMA


DAN PEMANFAATAN.

https://sawitindonesia.com/peranan-dan-manfaat-penting-trichoderma-bagi-tanah-dan-tanaman/

adminunupwt. (2018, September 11). JAMUR TRICHODERMA SP. MIKROBA MULTI


GUNA . Retrieved from JAMUR TRICHODERMA SP. MIKROBA MULTI GUNA :
https://unupurwokerto.ac.id/jamurtrichoderma-sp-mikroba-multi-guna/

Agnes, T.P.I., A. Suyanto. 2016. Pemanfaatan Jamur Trichoderma sp. dan Aspergillus sp.
Sebagai Dekomposer Pada Pengomposan Jerami Padi. Jurnal Agrosains. 13(12): 1-9.

Anda mungkin juga menyukai