Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PENGENDALIAN TERPADU

MANDIRI KACANG MERAH


(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah pengendalian hama dan patogen
terpadu )

Oleh kelompok 2
Yunike G Simanjorang 150510090049
Nur Maullidiah Aripin 150510090063
M. Zaenudin M.S 150510090066
NoIalia NurIitriani 150510090074
Putri Indra Noviani 150510090081



AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNVERSITAS PADJADJARAN
2011

DaIatar Isi

Bab I Pendahuluan................................
1.1Latar Belakang................................
1.2Tujuan....................................
Bab II Tinjaun Pustaka.............................
2.1 MorIologi Kacang Merah.................................
2.2 Syarat Pertumbuhan............................
2.3 Pengendalian Hama Patogen Terpadu......................
2.3.1 DeIinisi..................................
2.3.2 Komponen Pengendalaian Terpadu Pada Kacang Merah..............
Bab III Pembahasan..............................
3.1 Agroekosistem...............................
3.2 Rancangan Schedule Pengendalian ........................
3.3 Macam-Macam Hama Patogen Yang Menyerang..................
3.4 Pengendalian Yang Diterapakan.........................
3.5 Hasil Pengendalian..............................
3.6 Hasil Pengamatan Terakhir Tanaman Kacang Merah.................
Bab IV Penutup.................................
4.1 Kesimpulan............................................
4.2 Saran....................................
DaItar Pustaka...................................









Bab I
Pendahuluan

1.1Latar Belakang

Dalam pengeloala system budidaya, serangan hama dan penyakit pada pertanaman
merupakan salah satu Iaktor penghambat tercapainya potensi produksi dari suatu jenis tanaman.
Pengendalian hama dan penyakit terpadu menjadi salah satu langkah yang tepat akan sangat
berpengaruh pada hasil akhir atau produksi pertanaman, dan berwawasan lingkungan. Untuk
dapat melakukan pengendalian yang tepat, diperlukannya langkah-langkah yang tepat dlam
proses kegiatannya. Dimulai dari asal benih, sejarah pemanIaatan lahan, pengendalian dengan
pperpaduan yang kompatibel, perawatan, hingga pascapanen dan keberlangsungan
(sustainability) dari pertanaman tersebut. Dengan berbagai pengetahuan tersebut, diharapkan
mahasiswa dapat melaksanakan mengelola pertanamannya dengan tepat dan tetap
memperhatikan kondisi lingkungan pertanamannya.
Dengan dilaksankana praktikum mandiri ini, sehingga perlunya mengaenmen dan
perencanaan yang tepat dalam pelaksanaan suatu sistem budidaya pertanian. Permasalahan yang
dihadapi dlam lapangan membuat suatu organisasi dlam kerja sama dan mentukan tindakan
yang akan dilakuakan dalam sistem pertanaman yang di praktikumkan. menghadapi
permasalahan OPT yang terdapat di lahan yang nantinya dianalisa untuk mendapatkan hasil dari
tindakan yang dilakuakn selama ini terhadap ghasil produksi tanaman yang di budidayakan
dalam praktikukm mandiri ini.


1.2 Tujuan
Sebagai salah satu pemenuhan tugas parktikum yang dilaksankan dalam kurun waktiu
semester lima ini pada mata kuliah Pengendalian Hama Patogen Terpadu. Dan mengetahui dan
memahami konsep PHT saat dilakasanakan atau diterpapkan dilapangan.



Bab II
Tinjauan Pustaka


2.1 MorIologi Kacang Merah

KlasiIikasi

Kingdom :Plantae
Divisio :Spermatophyta
Subdivisio :Angiospermae
Clas :Dicotyledonae
SubClas :CalyciIlorae
Ordo :Rosales
Famili :Leguminosae
Sub Iamily :Papilionoideae
Genus : Phaseolus
Spesies :Phaseolus vulgaris L.

Kacang merah ada yang berupa tanaman semak yang tegak dan ada yang merambat di
para-para. Pengembangbiakannya dapat dilakukan dengan bijinya dan juga diperlukan tanah
yang baik. Perbungaan tandan diketiak dengan panjang hingga 15 cm, dengan banyak buku dan
bunga. Sayap bunga berwarna putih kekuningan atau ungu sedangkan lunasnya berwarna putih
atau kadang-kadang berwarna lain. Polong lonjong, pipih, berkulit keras bila tua, pada umumnya
melengkung kadang-kadang dengan bentuk mengait pada bagian atasnya, berisi 4-5 biji. sering
terdapat garis melintang yang keluar dari hilum. Warna bijinya merah dan bertotol-totol merah
tua. Buahnya berwarna kuning, jika masihmuda berwarna hijau dan kadang-kadang berwarna
merah. Jika sudah tua berubah menguning, mengering, dan siap panen. Buahnya yang berbentuk
polong memanjang, hanya sedikit lebih panjang bila dibandingkan dengan buncis. Dalam satu
polong ada 2-3 biji kacang merah. Bentuk kacang merah yang masih utuhsama dengan kacang
buncis, baik daun, bunga maupun bentuk polongnya.
2.2 Syarat Pertumbuhan

Kacang merah akan berbunga pada panjang hari 9-18 jam dan untuk tipe berhari pendek
memerlukan panjang hari terendah antara 11-12,3 jam untuk inisiasi bunga. Temperatur
optimum antara 16 hingga 27 C. Curah hujan normaltahunan adalah 900-1500 mm tetapi dapat
toleran dengan sedikitnya 500-600 mmdalam satu musim penanaman. Kacang ini tumbuh di
dataran rendah tropis danarea subtropis tetapi dapat tumbuh hingga ketinggian 2000-2500 m.
Kacangmerah menyukai lahan beraerasi dan berdrainase baik dengan pH 6,0-6,8.Beberapa
kultivar tahan terhadap lahan asam dengan pH serendah-rendahnya 4,4.

2.3 Pengendalian Hama Patogen Terpadu

2.3.1 DeIinisi

Beberapa DeIinisi PHT
Menurut Edward et al. (1990), PHT adalah sebagai strategi penanganan secara bersama
terhadap hama dengan cara memaksimumkan eIektivitas Iaktor-Iaktor pengendalian
biologis dan budidaya tanaman, penerapan pengendalian kimiawi hanya dilakukan
apabila diperlukan, dan meminimumkan kerusakan-kerusakan lingkungan. Dalam
penerapannya, PHT memerlukan pengitegrasian berbagai taktik pengendalian ke dalam
strategi pengelolaan secara konprehensiI dengan pertimbangan ekonomis dan ekologis.

Menurut Flint anda Van den Bosch (1990), yang menyatakan bahwa PHT adalah strategi
pengendalian hama berdasarkan potensi ekologi yang menitikberatkan pada pemanIaatan
Iaktor-Iaktor pengendali alami, seperti musuh alami dan cuaca, serta mencari taktik
pengendalian yang seminimal mungkin menyebabkan bekerjanya Iaktor-Iaktor
pengendali alami tersebut. Penggunaan pestisida hanya dilakukan setelah pelaksanaan
pengamatan populasi hama dan pengendali alami secara sitematik.

Menurut Commite (CRAFMMPA) (1989), PHT adalah salah satu alternatiI teknologi
pertanian yang mampu melindungi lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada
input kimiawi dalam pertanian.

PHT merupakan suatu manipulasi agroekosistem secara komprehensip dengan
menggunakan berbagai taktik secra bijaksana sehingga satutus serangga atau hama dapat
dikurangi ketingkat yang tidaj merugikan secara ekonomi dan dampak negatiI dari taktik
yang digunakan lingkungan dapat diperkecil (NAS, 1969).

Smith (1978) menyatakan PHT adalah pendekatan ekologi yang bersiIat multidisplin
untuk pengelolaan populasi hama dengan memanIaatkan beraneka ragam teknik
pengendalian secara kompatibel dalam suatu kesatuan kordinasi pengelolaan.

Bottrell (1979) menekankan bahwa PHT adalah pemilihan secara cerdik dari penggunaan
tindakan pengendalian hama, yang dapat menjamin hasil yang menguntungkan dilihat
dari segi ekonomi, ekologi dan sosiologi.

Kenmore (1989) memberikan deIinisi singkat PHT sebagai perpaduan yang terbaik. Yang
dimaksud perpaduan terbaik ialah menggunakan berbagai metode pengendalian hama
secara kompatibel.


2.3.2 Komponen Pengendalain Terpadu Pada Kacang Merah

O Sanitasi
Memangkas polongnya, karena :inckenella hanya meletakkan telur pada bagian
polong dan larvanya hidup dengan memakan biji dalam polong. Dengan memangkas
polong, diharapkan larva penggerek polong gagal membentuk pupa sehingga tidak ada
sumber imago ke pertanaman kedelai

O Pengendalian Iisik dan mekanik
Pengendalian ini bertujuan untuk mengurangi populasi hama, mengganggu aktivitas
Iisiologis hama, serta mengubah lingkungan Iisik menjadi kurang sesuai bagi kehidupan
dan perkembangan hama. Pengurangan populasi hama dapat pula dilakukan dengan
mengambil kelompok telur, membunuh larva dan imago atau mencabut tanaman yang
sakit.

O Pengendalian Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi pada konsep PHT dilakukan apabila intensitas serangan
hama dan penyakit melebihi ambang batas ekonomi. Sampai ambang batas tersebut
dilewati maka tidak perlu dilakukan pengendalian dengan bahan-bahan kimia.

O Pengendalian Kimiawi Organik
Pestisda Nabati
Penggunaan insektisida nabati berkembang dalam tiga tahun terakhir. Beberapa tanaman
yang mengandung senyawa insektisida adalah biji mimba (mengandung racun
azadirachtin), biji srikaya (racun annonain), biji bengkuang (racun pachyrhizin), dan daun
pacar cina (glaia odorata Lour) yang mengandung racun rokaglamida. Marwoto (2007)
mengemukakan bahwa ekstrak daun odorata 5 mampu menekan kerusakan biji
kedelai akibat serangan :inckenella dari 12 (kontrol) menjadi 2 dan mencegah
kehilangan hasil kedelai hingga 46. Ekstrak bagian tanaman pacar cina (alkaloid,
saponin, Ilavonoid, dan tanin) selain dapat bersiIat sebagai insektisida juga mampu
berperan sebagai antiIidan dan penghambat perkembangan hama.

O Pengendalian Hayati
Pengendalian hayati merupakan teknik dasar yang penting dalam konsep pengendalian
hama, yakni dengan memanIaatkan musuh alami serangga hama itu sendiri yang berupa
predator, parasit dan patogen. Agen hayati yang paling banyak digunakan adalah dari
jenis bakteri, jamur dan virus. Untuk jenis bakteri dikenal acilus thuringensis,
sedangkan untuk jamur dan virus yang lazim digunakan masing-masing adalah eauveria
bassiana dan Nuclear Polyhedrosis Jirus. Agensia pengendali hayati tersebut dapat
dipadukan dengan komponen pengendali lain seperti penggunaan varietas tahan, cara
bercocok tanam, pengaturan waktu tanam yang bekerjanya tidak bertentangan dengan
Iungsi Iaktor-Iaktor ekologis alami dari suatu ekosistem pertanian. Biasnya pengendalian
ini dipadukan dengan komponen-komponen pengendali yang bertujuan untuk
memanIaatkan metoda-metoda yang memenuhi syarat-syarat ekonomi, toksikologi dan
ekologi disebut sebagai pengendalian hama terpadu (PHT).


























Bab III
Pembahasan

3.1 Agroekosistem
TOLONG DITAMBAHIN AGROEKOSISTEMNYA AKU LUPA
Agrosekosistem pertanaman yang kami budidayakan berada di lahan percobaan
Ciparanje milik Universitas Padjadjaran Fakultas Pertanian. Lahan ini biasa digunakan sebagai
lahan percobaan untuk para mahasiswa. Lahan kami berukuran 1,5 X 2,5 m. lahan ini
sebelumnya bekas penenman jagung, dan telah diberi pupuk dasar NPK sebanyak 0,2 gr
perlubang tanam. Dan kami membudidayakan tanama Kacang Merah.

Batas wilayah Lahan
Bagian Utara : berbatasan dengan pertanaman sawi
Baguan Selatan : berbatasan dengan lahan bera yang dulunya ditanami tanaman organik
Bagian Timur : berbatasan dengan tanaman kacang merah
Bagian barat : berbatasan dengan tenaman kacang merah
Disekitar lahan kami ada pepohionan sawo belanda, dan pohon mangga.

3.2 Rancangan Schedule Pengendalian
Schedule yang kami rencanakan selama pengendalian tanaman kacang merah dirancang
perminggu sebanyak tiga kali dalam seminggu. Dan telah ditetapkan tindakan yang akan kami
lakuakan. Untuk lebih rinci dpat dilihat di lampiran 1. Untuk tindakan pengendalian yang kami
lakukan dapat disesuaikan dengan keadaan yang terjadi dilapangan, dan keruskan yang terjadi
pada pertanaman kacang merah.

3.3 Macam-Macam Hama Patogen Yang Menyerang

1. iriomy:a sp
MorIologi
Lalat pengorok daun termasuk genus iriomy:a, ordo Diptera, Iamili Agromyzidae.
iriomy:a adalah salah satu dari lima genus lalat pengorok daun (gromy:a Japanagromy:a,
iriomy:a, Phytomy:a, dan Tropicomy:a) yang berasosiasi dengan tanaman leguminosa (Talekar
1990). Lalat dengan tipe makan poliIag ini dapat ditemukan pada berbagai jenis tanaman, maka
banyak kemungkinan hama ini dpat bertahan di berbagai inag-inang lain selain kacang merah.
Imago lalat pengorok daun berukuran sekitar 2 mm. Bagian dorsal berwarna gelap,
namun skutelumnya kuning terang Lalat betina membuat beberapa tusukan, pada bagian atas
permukaan daun yang diawali pada daun bagian atas. Telur hanya diletakkan pada beberapa
aktivitas penusukan, sedangkan aktivitas penusukan lainnya adalah perilaku makan. Bekas
tusukan baik untuk makan maupun peletakan telur dengan jelas terlihat berupa bintik-bintik
putih. Saat menetas, larva mengorok bagian jaringan palisade. Larva mengalami tiga instar, larva
instar akhir berukuran 23 mm berwarna kuning. Larva dewasa jatuh ke tanah dan membentuk
pupa pada serasah tanaman. Imago terbang saat ke luar dari pupa. Siklus hidup dari stadia telur
sampai imago berlangsung sekitar 21 hari pada buncis (Katundu 1980).
Kerusakan yang disebabkan oleh Liriomyza sp. pada tanaman dibedakan menjadi dua, yakni
kerusakan langsung dan tidak langsung. Kerusakan langsung disebabkan oleh perilaku makan
larva. Aktivitas larva dapat menurunkan kapasitas Iotosintesis tanaman (Trumble et al. 1985).
Kerusakan tersebut terjadi pada jaringan palisade daun saat larva membuat liang korokan
serpentin. Serangan berat mengakibatkan desikasi dan pengguguran daun lebih dini. Kehilangan
hasil akibat korokan pada kedelai berkisar antara 15 20 (Baliadi 2009). Kerusakan tidak
langsung terjadi karena tusukan-tusukan pada permukaan daun menyebabkan tanaman kedelai
rentan terhadap serangan patogen tular tanah. Hal serupa terjadi pada tanaman kacang hijau
(Baliadi 2009). Price dan Harbaugh (1981) melaporkan bahwa serangan Pseudomonas cichorii
meningkat pada tanaman krisan yang terserang L. triIolii. Sementara itu Zitter dan Tsai (1977)
menyatakan virus mosaik kedelai juga dapat ditularkan oleh Liriomyza.


2. Layu Bakteri Ralstonia solanacearum
InIeksi Penyakit ini menyerang pangkal batang. Penyerangan pada saat tanaman berumur
2-3 minggu. Penularan melalui tanah dan irigasi. Gejala berupa layu mendadak bila kelembaban
terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. InIeksi Ralstonia solanacearum bila terjadi melalui tanah
akan menimbulkan gejala pertama pada waktu tanaman berumur 2 minggu. Tanaman layu
dengan tiba-tiba, sedemikian cepat sehingga daun tanaman masih tetap berwarna hijau. Tanaman
seperti tersiram air panas, sehingga sering juga disebut dengan hama wedang (wedang air
panas). Pada serangan yang lebih ringan terjadi kelayuan sepihak dan kadang-kadang tanaman
yang sakit dapat sembuh kembali.
Tanaman yang sakit layu selalu mempunyai sejumlah akar yang busuk dan berwarna
hitam. Ini adalah akar-akar yang mengalami inIeksi pertama. Akar-akar yang letaknya agak jauh
dari bagian itu berwarna coklat. InIeksi yang terjadi pada tanaman yang sudah tua menyebabkan
buah-buah tetap kecil dan sering mempunyai urat-urat berwarna coklat karena adanya bakteri
dalam berkas pembuluh. Jika pangkal batang tanaman yang sakit dipotong dengan pisau yang
tajam akan tampak bahwa berkas pembuluh berwarna kecoklatan. Jika potongan pangkal batang
ini diletakkan di tempat yang lembab, setelah ditunggu sementar waktu, dari berkas
pembuluhnya akan keluar lender berwarna putih kotor yang mengandung bakteri (ooze).
Ralstonia solanacearum dapat bertahan lama di dalam tanah, terutama jika di situ terdapat
banyak tumbuhan yang rentan. Kemungkinan besar bakteri memencar karena terbawa oleh alat-
alat pertanian seperti bajak dan cangkul. Pada umunya Ralstonia solanacearum hanya
mengadakan inIeksi melalui luka-luka. Luka-luka pada akar dapat terjadi karena serangga dan
nematoda. Sel;ain itu, pada kulit akar dapat terjadi celah karena tumbuhnya akar sekunder.

3. Virus Mosaik
Penyakit ini menyerang tanaman, yang diserang adalah daun dan tunas. Penularan vektor
penyebar virus ini adalah phis glycine (sejenis kutu daun). Tanaman yang terserang virus
menunjukkan adanya perubahan bentuk atau morIologi tanaman dan nekrosis (kerusakan
jaringan. Keadaan Iisiologis tanaman juga terganggu seperti berkurangnya kegiatan Iotosintesa,
kecepatan respirasi bertambah, terjadinya akumulasi senyawa nitrogen seperti senyawa amida,
dan penurunan akti-vitas zat pengatur pertumbuhan dan sebagainya. Gejala penyakit yang
tampak terjadi pada daun, dengan berbagai tipe gejala penyakit tergantung dari macam virus
yang menyerang dan tanaman inangnya. Gejala penyakit yang umum dari inIeksi virus ialah
terhambatnya pertumbuhan yang mengakibatkan menurunnya hasil dan tanaman lebih cepat
mati. Gejala penyakit yang ditimbulkannya dapat sangat berat atau sangat ringan,biasanya
terdapat pada daun yang masih muda sehingga tidak tampak jelas. Gejala yang paling jelas
biasanya terdapat pada daun seperti timbulnya mozaik. Tetapi ada sejumlah virus yang dapat
menimbulkan gejala penyakit pada batang, buah, akar dan sebagainya tapi tidak terlihat pada
daun.
3. Penggerek Polong tiella :inckenella
tiella :inckenella merupakan hama utama pada tanaman kedelai di Indonesia dengan
daerah penyebaran yang sangat luas.
Class : Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Pyralidae
SubIamily : Phycitinae
Genus : Etiella
Species : tiella :inckenella
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan hama ini adalah terdapatnya bintik atau
lubang berwarna cokelat tua pada kulit polong, bekas jalan masuk larva kedalam biji. Seringkali
pada lubang bekas gerekan terdapat butir-butir kotoran kering yang berwarna coklat muda dan
terikat benang pintal atau sisa-sisa biji terbalut benang pintal. Merusak biji dengan menggerek
kulit polong muda dan kemudian masuk serta menggerek biji, sebelum menggerek larva baru
menetas menutupi dirinyadengan selubung putih hingga ada bintik coklat tua sebagai jalan
masuk hama tersebut.

4. $podoptera litura
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : $podoptera
Species : $podoptera litura

Selain menyerang kacang merah, ulat ini juga menyerang padi, bawang, cabe, tembakau,
serta kubis. Ulat muda berwarna kehijauan dengan bintik bintik hitam. Sedangkan ulat dewasa
berwarna kecoklatan atau abu abu gelap dengan bintik bintik hitam serta garis keputihan.
Pada siang ari, ulat ini bersembunyi di dalam anah dan pada malam hari ular keluar dari dalam
tanah dan menyerang tanaman. Ngengat memiliki sayang bagian depan berwarna coklat
keperakan dan sayap bagian belakang berwarna perak keputihan dengan bintik hitam. Seekor
ngengat betina dapat bertelur kurang lebih 300 butir.
Ulat memakan daun. Daun tampak berlubang lubang dan pada serangan berat hanya
tinggal tulang daunnya saja. Pada umumnya ulat grayak menyerang secara bersama sama
dalam satu tanaman sampai daunnya habis, baru berpindah ke tanaman lain.
Gejalanya antara lain:
- Ulat yang baru menetas makan secara berkelompok menyisakan epidermis daun saja
sehingga tampak keputih putihan.
- Ulat muda banyak dijumpai pada permukaan bawah daun
- Ulat yang lebih besat berada diatas permukaan daun
- Pada serangan berat, tanaman tinggal tulang daun saja

5. Kepik Penghisap Polong Ne:ara viridula
Hama pengisap polong pada tanaman kedelai yang disebabkan oleh kepik hijau (Nezara
viridula) dapat menyebabkan penurunan hasil dan bahkan dapat menurunkan kualitas biji. Akibat
dari isapan hama pengisap polong dapat menyebabkan kehampaan, terlambat tumbuh dan
terbentuk biji-biji yang cacat bentuknya yang biasanya memiliki bekas isapan.
Nezara viridula tersebar luas di daerah tropis dan subtropis. Di Indonesia, selain menyerang
tanaman kedelai, serangga ini juga menyerang tanaman padi, jagung, tembakau, kentang, cabe,
kapas dan berbagai jenis tanaman berpolong.

Ciri-ciri Nezara viridula :
Serangga dewasa biasanya berwarna hijau yang merata pada seluruh tubuh, tetapi kadang-
kadang berwarna kuning pada bagian kepala dan protorak, dan jarang sekali yang seluruh
tubuhnya berwarna kuning.
Tubuhnya berbentuk segilima seperti perisai, panjang tubuh sekitar 1-1.5 cm dan kepalanya
bersungut.
Di punggungnya terdapat 3 bintik berwarna hijau. Sedangkan nimIanya (kepik muda) memiliki
warna berbeda-beda tergantung perkembangan instarnya. Pada awalnya berwarna coklat muda,
kemudian berubah menjadi hitam dengan bintik-bintik putih. Selanjutnya warna berubah menjadi
hijau dan berbibtik-bintik hitam dan putih.
Kepik betina dewasa bertelur pada permukaan bawah daun dan jumlahnya mencapai 1100 butir
selama hidupnya.
Telurnya berwarna kekuningan, kemudian berubah menjadi kuning, tetapi menjelang menetas
warnanya berubah menjadi kemerahan (merah bata). Telur berbentuk oval agak bulat seperti
tong.
Periode telur 4-6 hari.
Perkembangan dari telur sampai menjadi serangga dewasa kurang lebih selama 4-8 minggu.

Gejala serangan :
NimIa dan serangga dewasa merusak tanaman dengan cara mengisap polong kedelai.
Pada polong yang masih muda dan terserang kepik hijau menyebabkan polong tersebut menjadi
kosong (hampa) dan kempis karena biji tidak terbentuk dan polong gugur.
Pada polong tua menyebabkan biji keriput dan berbintik-bintik hitam yang pada akhirnya biji
menjadi busuk.

3.4 Pengendalian Yang Diterapakan
Pengendalian yang telah kami terpakan dalam mengendaliakan hama dan patogen yang
meyerang poda pertanaman kacang merah kami adalah melakuakan sanitasi lahan, pencabuatan
ttanaman yang mengalami gejala penyakit layu bakteri, melakuakan penyiraman dengan
menggunakan air kompos, dan melakukan penyemprotan dengan entomopatogen eauveria
bassiana
O Sanitasi dan Penggemburan tanah
Sanitasi dilakukan dengan membersihkan sisa sisa tanaman dari lahan budidaya. Dengan
cara ini maka sisa sisa tanaman tersebut tidak dapat dimanIaatkan sebagai sumber makanan
bagi hama atau tempat hidup bagi mikrobia patogenik. Pembasmian tumbuhan inang lain selain
tanaman sasaran akan pula menyulitkan bagi hama atau mikrobia patogenik untuk berkembang
biak. Pengolahan tanah dapat menghambat perkembangan gulma juga hama dan penyakit
tanaman. Pengolahan tanah dapat membunuh hama yang terdapat di dalam tanah karena hama
terkena sinar matahari langsung atau dimakan oleh predatornya. Pengolahan tanah juga dapat
menyebabkan terbenamnya larva atau pupa hama serangga sehingga larva atau pupa ini Menjadi
mati.
O Penyemprotan air kompos
Air rendaman kompos dijadikan sebagai slah satu cara pengendalian tanaman. karen dapat
menigkatakan ketahanan tanaman terhadap orgainisme pengganggu tanaman. karen dia
menyediakan hara yang dapat dimanIaatkan tanaman, dan senyawa yang dpat menigkatkan ataun
menstimulasi sistem pertahanan tanaman.
O Aplikasian eauveria bassiana
Jamur entomopatogen penting dalam mengatur populasi serangga dan ditemukan lebih
dari 750 spesies jamur yang dapat menginIeksi serangga (Pedigo, 1999). Jamur yang dapat
menginIeksi serangga antara lain dari genus eauveria, Nomuraea, Metarhi:um, ntomophora,
dan Zoopthora (Tanada & kaya 1993).
Tanada & Kaya (1993), menyatakan bahwa metabolisme jamur patogen secara umum adalah:
, memiliki enzim perusak kutikula yang aktiI merusak atau memodiIikasi struktur kesatuan
kutikula inangnya.
- SelektiI terhadapa enzim yang dihasilkan inangnya.
. Terlibat dalam sistem inangnya.
Keuntungan dalam menggunkan mikroorganisme seperti jamur sebagai agen pengendalian
vektor penyakit antar lain spesiIik pada organisme target, tidak berbahaya untuk vertebrata dan
tumbuhan, tidak menghasilkan residu yang mengandung toksin, tidak menyebakan polusi
terhadap lingkungan, tidak menyebabkan adanya resistensi pada organisme target, tidak ada
peledakan populasi hama sekunder, relatiI kompetibel dengan pestisida kimiawi, memungkinkan
untuk kontrol dengan jangka waktu yang lama aplikasianya mudah (Tanada & Kaya 1993).


3.5Hasil Pengendalian
Dari bebrapa tindakan pengendalian yang kami lakukan, terlihat penurunan intensitas
serangan yang terjadi pada pertanaman kacang merah. Yang terlihat jelas adalah pengaplikasian
air rendaman kompos, dan inakulasi dari jamur eauveria bassiana. Sebelumnya tanaman kami
menunjukan gejala bekas gorokan pada daun yang kami identiIikasikan disebabkan oleh
iriomy:a sp. Terdapat serangan sebanyak DATA PENGAMATAN TERAKHIR BERAPA
YANG TERSERANG LIRIOMYZA, SEBELUM APLIKASIA BEAUVERIA. . Terjadi
penurunan intensitas serangan yang terserang liriomyza sebanyak Data setelah aplikasi klo ga
ada karang aja asl ngurangan .

3.6 Hasil Pengamatan Terakhir Tanaman Kacang Merah
TOLONG MASUKIN DATA KERUSAKN HAMA YANG LALU-LALU MASUKIN KE
BAGIAN INI
1. (NO PENGAMATAN BERAPA)
2.
3.
4.
5.
6. Data pengamtan tanggal 29 November 2011
Setelah pengaplikasian kompos dan Beauveria terlihat tidak ada penambahan serangan pada
hama dan penyakit.
Hasil pengamatan tanggal 29 november 2011
Tanaman
sample
Jumlah polong Yang terserang Intensitas
serangan
1 18 2 11,1
2 16 - -
3 8 - -
4 16 1 3,3
5 8 1 12,5
6 10 1 10
7 13 - -
8 9 1 11,1
9 13 2 15,3


Intensitas serangan keseluruhan
(11,1 3,3 12,5 10 11,1 15,3) 7,03
9
Tanaman kacang merah belum mencapai matang Iisiologis sehingga tanaman kacang merah
belum bias dipanen.







Gambar
polong
kacang merah biji kacang merah yang terinIeksi









TOLONG DITAMBAHIN FOTO KESELURUHAN LAHANNYA YANG KEMREN..
Dari hasil pengamatan dan pengendalian yang telah dilakukan selam ini menghasilkan
produksi tanaman kacang merah yang cukup menjanjikan, karena keruskan yang dialami tidak
terlalu besar. Tetapi kesimpulan ini dapat berubah karena pertanaman kacang merah kami belum
masuk ke dalam masa generatiI panen. Dan kami belum bisa mensampling organ target
sebenarnya, yaitu biji kacang merah itu sendiri karen belum masak untuk siap dipanen. Apabila
di korelasikan dengan keadaan polong yang dihasilkan pertanaman kacang merah ini hasilnya
cukup baik, dalam menghasilkan kacang kedelai yang dapat dipasarkan.




























Bab IV
Penutup

4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dilapangan ciparanje kami mendapatkan kacang merah sebagai
komoditas yang kami budidayakan dengan penerapan prinsip pengendalian hama patogen
terpadu. Lahan yang kami gunakan berada didlam kawasan kebun percobaan Ciparenje. Kami
melakukan beberapa pengendalian yang diterpakan yang sesuai dengan konsep PHT yaitu
melakukan sanitasi lahan, pengaplikasian air kompos dan eauveria bassiana. Yang dapat
menekan hama yang meyerang pada pertanaman kami. Kami melakukan monitoring setiap
minggunya. Dan pertanaman kami sekarang sedang measukin masa pemasakan polong, berarti
tanaman kami belum siap untuk dipanen. Dilihat dari dta pengamatan terakhir kami dapat
menyimpulkan tanaman kami dlam kondisi, yang cukup baik, ada beberapa hama menyerang
tanaman kami pada masa pematangan ini.

4.2 Saran
Pada pembudidayaan dan penerapan pengendalian hama terpadu pada kacang merah
banyak sekali kendala yang dorasakan. Kami dapat menyarankan pada pembaca yang ingin
melakukan kegiatan ini selnjutnya perlu pemahaman PHT dan pemahaman yang benar.
Pengenalan tentang agroekosistem yang dilapangan yang tepat. Dan pemahaman akan hama dan
enyakit utama yang akan menyerang pada tanaman yang kita budidayakan penting agar dapat
mengetahui cara pengendalian dan pemutusan rantai hidup suatu organisme pengganggu
tersebut.








DaItar Pustaka

Untung, K. 2004. Dampak pengendalian hama terpadu terhadap pendaItaran dan penggunaan
pestisida di Indonesia. J Perlin Tan ndo 10:1-7. vailable at :
http://www.usu.ac.id/Pidato20Pengukuhan20Guru20BesarMCyccu.pdI
(diakses pada tanggal 30 November 2011)

Soenartiningsih, D. Baco, dan M. Yasin. 1999. Pengendalian Penggerek batang jagung dan
Penggerek tongkol dengan cendawan entomopatogenik eauveria bassiana Hubner.
Makalah disampaikan pada Temu Teknologi Pengendalian Hama Terpadu. Cisarua, 30
Juni 1999. Program Nasional PHT. Departemen Pertanian. vailable at :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17479/7/Cover.pdI (diakses pada
tanggal 5 November 2011)

http://muhammadariIindrproI.blogspot.com/2011/02/78-hama-utama-tanaman-kacang-
tanah.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kacangtanah
http://IitriIatmaw08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/penyakit-pada-kacang-tanah/
http://laboratoriumphpbanyumas.com/isiwebsite/AGENSIA20HAYATI/opt20penting20ka
cang20tanah.pdI
http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3291101.pdI

Anda mungkin juga menyukai