Anda di halaman 1dari 7

UJI ANTAGONISME Trichoderma spp INDIGENUS TERHADAP Rigidoporus

lignosus PADA TANAMAN KARET


Yuliana Susanti*), Edward Bahar*)
*)
Fakultas Pertanuan, Jurusan Agroteknologi, Universitas Pasir Pengaraian
Email: edwarbahar56@gmail.com

Abstrak
Salah satu kendala utama dalam budidaya tanaman karet adalah adanya serangan
penyakit Jamur Akar Putih (JAP). Penyakit JAP sampai saat ini masih menyerang
tanaman karet, sehingga menimbulkan kerugian yang sangat besar. Beberapa cara
pengendalian penyakit JAP telah dilakukan, namun usaha pengendalian terhadap
gangguan patogen tersebut belum menunjukkan hasil yang optimal. Salah satu alternative
untuk menggantikan sebagian atau seluruh fungsi pestisida sistetis adalah memanfaatkan
mikroorganisme yang bersifat antagonis diantaranya Trichodema spp. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji potensi Trichoderma spp indigenus Kabupaten Rokan Hulu
yang efektif menekan penyakit JAP pada tanaman karet. Hasil penelitian menunjukkan
uji in vitro Trichoderma spp indigenus Kabupaten Rokan Hulu secara umum mampu
menghambat perkembangan Rigidoporus lignosus, hal ini dapat dilihat dari zona
hambatan yang terbentuk pada uji dual culture. Uji statistik SAS menunjukkan perlakuan
Trichoderma spp 7 (58.89 mm) dan Trichoderma spp 5 (56.25) memiliki daya hambat
yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan Trichoderma spp yang lainnya.
Trichoderma spp 7 dan Trichoderma spp 5 berpotensi dalam mengendalikan penyakit
JAP pada tanaman karet yang terinfeksi oleh R. lignosus
Kata kunci: : Antagonisme, Trichoderma spp , Rigidoporus lignosus.

PENDAHULUAN kerja dan devisa, pendorong


Pembangunan pertanian di pertumbuhan ekonomi sentra-sentra
Indonesia saat ini termasuk di baru di daerah sekitar perkebunan karet
Kabupaten Rokan Hulu, memasuki masa maupun pelestarian lingkungan dan
transisi dari orientasi pertanian dengan sumberdaya hayati. Rokan Hulu
pola subsisten kepada pola komersil. Hal merupakan daerah penghasil karet yang
ini menyebabkan banyak lahan-lahan memilki luas tanaman perkebunan
pertanaman petani yang beralih menjadi 56.039 Ha, tanaman menghasilkan
areal perkebunan komersil. Peralihan seluas 48.796 Ha dengan produksi 54.
lahan tersebut antara lain disebabkan 393 ton pertahunnya, kemudian yang
oleh pesatnya perkembangan komoditi belum menghasilkan sekitar 2.104 ha
perkebunan salah satunya tanaman (Badan Pusat Statistik Kabupaten Rokan
karet. Hulu, 2014). Sebagai Kabupaten dengan
Tanaman karet merupakan salah kearifan lokal tanaman perkebunan yaitu
satu komoditi perkebunan penting, baik kelapa sawit dan karet yang cukup luas
sebagai sumber pendapatan, kesempatan masih menghadapi beberapa kendala,

115
Jurnal Sungkai Vol.7 No.1, Edisi Februari 2019 Hal : 115-121

yaitu rendahnya produktivitas, terutama menimbulkan resistensi patogen, dan


karet rakyat yang didominasi dengan munculnya ras-ras fisiologis yang baru.
produksi karet dengan kualitas yang Pemanfaatan agens hayati merupakan
masih relatif rendah. Rendahnya teknik pengendalian yang perlu
produktivitas karet salah satunya diutamakan, yang dalam aplikasinya
disebabkan penyakit tanaman. kompatibel dengan komponen
Diantaranya penyakit penting pengendalian hayati lainnya. Terdapat
yang menyerang karet adalah penyakit banyak sekali mikroorganisme yang
jamur akar putih (JAP). Penyakit JAP bersifat antagonis bagi patogen yang
merupakan penyakit penting karena dapat digunakan sebagai agens
dapat mengakibatkan kerugian hingga biokontrol untuk mengendalikan
mencapai 40% pada kasus serangan penyakit tanaman secara hayati.
berat yang pada umumnya terjadi pada Beberapa diantaranya adalah golongan
tanaman karet muda berumur 3-5 tahun mikroba rhizosfer seperti Trichoderma,
(Sujatno & Pawirosoemardjo, 2001). spp.
Kerugian finansial yang dihitung secara
nasional di Indonesia akibat kematian METODE PENELITIAN
tanaman diperkirakan sekitar 1,3 triliyun Pelaksanaan penelitian dibagi
rupiah dengan estimasi keparahan menjadi dua tahapan yaitu pengambilan
penyakit pada perkebunan besar sekitar sampel tanaman karet yang terinfeksi
3% dan karet rakyat sekitar 5% JAP, kemudian isolasi penyakit JAP dan
(Situmorang et al., 2007). uji Trichoderma spp secara in vitro.
Beberapa cara pengendalian Lapangan
penyakit jamur akar putih telah Peninjauan lokasi dilakukan
dilakukan, Namun usaha pengendalian untuk mengetahui banyaknya lahan
terhadap gangguan patogen tersebut tanaman karet yang terserang penyakit
belum menunjukkan hasil yang optimal. JAP yang ada di lokasi perkebunan karet
Pengendalian penyakit yang umum dan di Rambah Hilir Pasir Pengaraian.
lebih dominan dilakukan cenderung Kriteria lokasi yang dipilih dalam
menggunakan pestisida sintetis (kimia). penelitian ini meliputi persentase
Pestisida sintesis yang digunakan dalam serangan penyakit JAP pada tanaman
jangka panjang dapat membunuh karet dan pengambilan bagian tanaman
mikroorganisme non patogen, meracuni sampel yang terserang penyakit. Bagian
manusia, hewan dan lingkungan, tanaman yang terserang pada tanaman

116
Uji Antagonisme Trichoderma spp Indigenus Terhadap ……

sampel diambil dengan menggunakan aquades dan lactophenol. Setelah itu


pisau kemudian dimasukkan dalam ditutup dengan kaca penutup dan
plastik, ditulis lokasi, waktu diamati dengan mikroskop binokuler
pengambilan sampel, dan sampel dengan pembesaran lemah (10x10),
dibawa ke laboratorium untuk di isolasi. pembesaran sedang (10x40) dan
Laboratorium pembesaran tinggi (10x100).
Isolasi JAP Uji Koloni Ganda (Dual Culture)
Sampel sebelum diisolasi Uji antagonisme in vitro antara
ditumbuhkan terlebih dahulu dengan Trichoderma spp dengan Rigidoporus
pembuatan teknik ruang lembab (moist lignosus dilakukan menggunakan
chamber) untuk merangsang sporulasi. metode uji ganda pada media PDA.
Bagian tanaman yang terinfeksi jamur Biakan Trichoderma spp dan patogen
seperti batang atau akar dipotong 1 x 1 Rigidoporus lignosus yang berumur 3-5
cm dengan menggunakan gunting steril, hari di isolasi murni. Pada setiap cawan
kemudian dilakukan sterilisasi diletakkan potongan cakram
permukaan dengan cara mencelupkan (berdiameter 6 mm) biakan murni dua
bagian tanaman yang terinfeksi ke jamur yang akan diantagoniskan,
dalam alkohol 70% selama 3 menit dan masing-masing terpisah dengan jarak 2
dicelupkan ke dalam aquades steril –2,5 cm (Gambar 1). Setelah itu, semua
sebanyak 2 kali selanjutnya bagian cawan petri yang berisi biakan
tanaman yang terinfeksi sebanyak 5 Trichoderma spp. diinkubasi pada suhu
bagian diletakkan ke cawan petri yang ruang selama tujuh hari. Pengujian
telah dilapisi kertas saring yang dilakukan tiga kali ulangan. Pengamatan
dilembabkan dengan aquades steril dilakukan dengan mengukur zona
sampai lembab, kemudian diinkubasi hambatan yang terbentuk di tengah
selama satu minggu. media PDA.
Identifikasi JAP Pengamatan dilakukan terhadap
Identifikasi JAP secara pertumbuhan koloni jamur dan
makroskopis dilakukan secara visual Trichoderma spp. Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan mata secara terhadap jari- jari koloni yang tumbuh
langsung sedangkan identifikasi menjauhi Trichoderma spp (R1) dan
mikroskopis dilakukan dengan metode yang mendekati/menuju jamur
preparat basah dengan cara meletakkan Trichoderma spp. (R2). Dari data
miselium pada objek yang telah ditetesi tersebut dapat dihitung persentase

117
Jurnal Sungkai Vol.7 No.1, Edisi Februari 2019 Hal : 115-121

penghambatan, menggunakan rumus Tabel 1. Karakteristik Makroskopis dan


Mikroskopis Jamur R. lignosus
berikut:
Persentase penghambatan : R1 – R2 x
100%
R1
Keterangan :
R1 = jari-jari koloni yang ke
arah menjauh dari jamur
Trichoderma spp
R2 = jari-jari koloni jamur yang
ke arah mendekati jamur
Trichoderma spp

Rancangan Percobaan dan Analisis


Data
Rancangan percobaan yang
dilakukan pada uji antagonisme in vitro
adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Masing-masing perlakuan Uji in vitro Trichoderma spp vs R.
lignosus
dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.
Data yang diperoleh dianalisis dengan Dari uji antagonis yang

Microsoft Office Excel 2007 dan analisis dilakukan antara isolat jamur

sidik ragam terhadap data yang Trichoderma spp versus R. linogsus

diperoleh dengan menggunakan dapat dilihat pada gambar 2 :

program Statistical Analysis System


(SAS). Selanjutnya setiap perlakuan
yang berpengaruh nyata dilakukan uji
wilayah berganda Duncan untuk melihat
perbedaan tiap perlakuan pada taraf 5 %
(P = 0,05).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan


Isolasi dan Identifikasi penghambatan Trichoderma spp.
Hasil isolasi dan Identifikasi terhadap pertumbuhan koloni R.
JAP di perkebunan karet dapat dilihat lignosus menunjukkan bahwa ke tujuh
pada tabel 1: jenis Trichoderma spp dapat

118
Uji Antagonisme Trichoderma spp Indigenus Terhadap ……

menghambat patogen R. lignosus.


Penghambatan ketujuh jenis
Trichoderma spp ditandai dengan
adanya zona penghambatan
Trichoderma spp., terbentuknya zona
penghambatan tersebut merupakan
indikasi makanisme antibiotik dan
antagonisme.
Namun hasil olah data rerata
Laju penghambatan
secara statistik daya hambat
Trichoderma spp. terhadap R. lignosus.
Trichoderma spp terhadap patogen R.
pada media PDA secara umum mampu
lignosus menunjukkan bahwa tidak
menghambat perkembangan R. lignosus
semua perlakuan Trichoderma spp
(Gambar 2). Penghambatan
memiliki potensi daya hambat terhadap
pertumbuhan diameter koloni isolat R.
R. lignosus. Perlakuan Trichoderma spp
lignosus. diduga disebabkan oleh
7 (58.89 mm) dan Trichoderma spp 5
pertumbuhan koloni Trichoderma spp.
(56.25) memiliki daya hambat yang
lebih cepat dan kemampuan kompetisi
tertinggi dibandingkan dengan
lebih tinggi dibanding dengan
perlakuan Trichoderma spp yang
pertumbuhan koloni R. lignosus.
lainnya yaitu memiliki daya hambat
(Susanto et al., 2005; Izzati, Schubert et
lebih dari 50 mm. Hal ini diduga bahwa
al., 2008; Siddiquee et al., 2009). Hasil
Trichoderma spp 7 (58.89 mm) dan
pengujian secara in-vitro menunjukan
Trichoderma spp 5 (56.25) memiliki
bahwa Trichoderma spp. berperan
senyawa toksin yang lebih tinggi. Dan
sebagai mikoparasit dengan cara
Trichoderma spp memiliki potensi yang
membelit miselia S. rolfsii, sehingga
lebih baik sebagai agen pengendali R.
menyebabkan degradasi dinding sel hifa
lignosus karena mempunyai persentase
dan lisis miselium patogen (Supriati et
daya hambat diatas (50%). Menurut Nur
al. 2010).
et al. (2011) bahwa agen hayati yang
Hasil olah data statistik SAS
mempunyai nilai persentase
daya hambat Trichoderma spp terhadap
penghambatan lebih tinggi (>50%)
R. lignosus menunjukkan rerata seperti
mempunyai potensi yang lebih baik
tabel 2 :
sebagai agen pengendali hayati.
Purwantisari dan Hastuti (2009)

119
Jurnal Sungkai Vol.7 No.1, Edisi Februari 2019 Hal : 115-121

melaporkan bahwa Trichoderma spp. karena itu perlu dilakukan penelitian


merupakan jenis yang potensial untuk lanjutan untuk mengkaji mekanisme
pengendalian penyakit secara hayati. secara in planta. Rekomendasi ini untuk
Lebih lanjut dilaporkan bahwa mendapatkan isolat yang efektif dalam
Trichoderma spp. mempunyai daya menekan serangan penyakit JAP pada
antagonis yang tinggi dan dapat tanaman karet khususnya di perkebunan
mengeluarkan racun (mycotoxin) yaitu karet kabupaten Rokan Hulu.
senyawa yang dapat menghambat
bahkan dapat mematikan cendawan lain. DAFTAR PUSTAKA
Senyawa yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Rokan
Hulu. 2014. Riau Dalam Angka
Trichoderma spp. yaitu senyawa volatil
2014. BPS Kabupaten Rokan
dan non-volatil yang dapat menghambat Hulu : Pasir Pengaraian.
pertumbuhan dan produksi konidia
Izzati, N.A., M. Zainudinand F.
patogen uji (Shaikh and Nasreen, 2013). Abdullah. 2008. Disease
Suppression in Ganoderma-
infected Oil Palm Seedlings
Simpulan
Treated
Secara umum Trichoderma withTrichodermaharzianum. Plant
Protection Science, 44 (3):101-
spp. lokal Kabupaten Rokan Hulu
107.
efektif menghambat laju pertumbuhan
Purwantisari S dan Hastuti RH. 2009.
koloni . pada media PDA secara in-vitro.
Uji antagonism jamur
Trichoderma spp 7 (58.89 mm) dan Phytopthora infestans penyebab
penyakit busuk daun dan umbi
Trichoderma spp 5 (56.25)
kentang dengan menggunakan
memperlihatkan daya hambat tertinggi Trichoderma spp. Isolat local.
Jurnal Bioma11 (1):24-32
terhadap pertumbuhan koloni
Rigidoporus lignosus dibandingkan Shaikh, F.T.and S. Nasreen. (2013). In
Vitro Assessment of Antagonistic
dengan Trichoderma spp yang lain.
Activity of T. virideand T.
Proses penghambatan terjadi melalui harzianum Against Pathogenic
Fungi. Indian Journal of Applied
mekanisme antagonis yang ditandai
Research,3 (5), 57-59.
dengan adanya zona penghambatan.
Siddiquee, S. U.K. Yusuf, K. Hossain
and S. Jahan. (2009). In-vitro
Saran
studies on the potential
Trichoderma spp. 7 dan 5 lokal
Trichoderma harzianum for
Kabupaten Rokan Hulu berpotensi antagonistic properties against
Ganoderma boninense. Journal of
sebagai agen hayati dalam pengendalian
Food, Agriculture and
penyakit pada tanaman karet, oleh Environment,7(3 and 4), 970-976

120
Uji Antagonisme Trichoderma spp Indigenus Terhadap ……

Sujatno dan S. Pawirosoemardjo. 2001. biological control of basal stem


Pengenalan dan teknik rot disease (Ganoderma
pengendalian penyakit jamur akar boninense) in oil palm
putih pada tanaman karet secara plantations. Mycopathologia. 159
terpadu. Warta Pusat Penelitian (1): 153-157.
Karet, 20 (1-3): 64-75.
Supriati L; Rahmawati BM &Yulius L.
Situmorang, A., H. Suryaningtyas and T. 2010. Kemampuan Antagonisme
R. Febyanti. 2007. Control of Beberapa Isolat Trichoderma sp.
white root disease using Indigenous terhadap Sclerotium
antagonistic plant on rubber rolfsii Secara In Vitro. J.
plantation. In: Pawirosoemardjo, Agroscientiae17:119-122.
S., B. Setyawan, H. Suryaningtyas
dan M. Supriadi (eds.), Nur T.A., S. Juariyah dan T. Maryono.
Proceedings International 2011. Potensi antagonis beberapa
Workshop on White Root Disease isolat Trichoderma terhadap
of Hevea Rubber. Indonesian Phytoptora palmivora penyebab
Rubber Research Institute, penyakit busuk buah kakao. Di
Tanjung Morawa, pp: 82-96. dalam prosiding Seminar
Nasional Sains dan Teknologi IV.
Susanto A., P.S. Sudharto and R.Y. 29-30 November. Bandar
Purba. 2005. Enhancing Lampung

121

Anda mungkin juga menyukai