1, Juni 2019
ABSTRACT
The study aims to determine the concentration of Trichoderma sp. effective for the control of
Fusarium oxysporum wilt in tomato plants, which was carried out in Argodadi Village, Sedayu
District, Bantul Regency, from July to November 2018. The study used a completely randomized
block design consisting of 5 treatments of the concentration of Trichoderma sp. namely 0.0 g, 2.5
g, 5.0 g, 7.5 g and 10.0 g of biomass with replications 4 times each treatment. The application was
carried out by biomass Trichoderma sp. Isolates. Inoculated in 2.5 kg of organic fertilizer /
compost, then sprinkled on the land before planting tomato seeds. The results showed that based
on the analysis of the incubation period, the percentage of affected plants and the intensity of the
attack treatment Trichoderma sp. with a concentration of 10.0 g of biomass, the results were
effective in reducing the intensity of Fusarium oxysporum wilt attack by 15.15 percent.
Keywords: Trichoderma sp., Fusarium oxysporum, concentration, intensity of attack
45
Kajian Pengendalian Penyakit Layu Fusarium dengan Trichoderma pada Tanaman Tomat.
Heriyanto.
46
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019
47
Kajian Pengendalian Penyakit Layu Fusarium dengan Trichoderma pada Tanaman Tomat.
Heriyanto.
48
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019
E : Trichoderma sp. konsentrasi 0,0 gram penyakit dengan mengamati gejala layu
biomas/2,5 kg kompos (Kontrol). pada daun meliputi layu sementara jika
Aplikasi perlakuan dengan cara (malam/pagi hari daun segar tetapi siang
menebar campuran pupuk organik hari daun layu) kemudian layu permanen
dengan Trichoderma sp. pada lahan jika (malam/pagi hari dan siang hari daun
tanaman tomat 7 hari sebelum bibit tetap layu) dinyatakan dalam persen,
ditanam dengan takaran masing masing dengan rumus:
2,5 kg pupuk organik per meter pesegi, I = ∑ ( n x v) /( Z x N ) ( 100 %)
sedang untuk kontrol tidak dilakukan I : intersitas serangan
n : jumlah daun yang menunjukan gejala
pencampuran pupuk organik dengan
dari tiap kategori serangan
Trichoderma sp. tiap perlakuan v : nilai skor serangan
nilai 0 : jika tidak terdapat gejala
menggunakan lahan seluas 16 meter
serangan penyakit layu
pesegi dengan jarak tanam 50 cmx 80 nilai 1 : jika 1 – 20 % daun
menunjukanlayu sementara
cm dan diulang sebanyak 4 kali, sehingga
nilai 2 : jika 21 – 40 % daun
diperoleh populasi 160 tanaman per menunjukan layu sementara
nilai 3 : jika 41- ≥ 60 % daun
perlakuan.
menunjukanlayu sementara
Pengamatan dilakukan pada semua nilai 4 : jika 100 % daun menunjukan
layu permanen
tanaman dimulai sejak bibit ditanam
Z : nilai skor serangan tertinggi
sampai tanaman berumur 105 hari N : jumlah daun yang diamati
meliputi Periode inkubasi yaitu kecepatan Data hasil pengamatan
infeksi yang merupakan waktu yang selanjutnya dianalisis secara statistik
diperlukan dari sejak bibit ditanam berdasar rancangan penelitian yang
sampai pertama kali ditemukannya digunakan, selanjutnya apabila diperoleh
gejala penyakit layu fusarium sp. pada beda nyata berdasar nilai Fhitung lebih
tanaman tomat dan dihitung dalam besar dibanding F(0,05) pada analisis
satuan hari. variannya, maka dilakukan uji jarak
Persentase tanaman terserang ganda Duncan pada level 0,05 (Gomez
merupakan perbandingan berapa banyak and Gomez, 1976).
tanaman tomat yang terserang penyakit
dengan jumlah tanaman yang diamati HASIL DAN PEMBAHASAN
dinyatakan dalam persen. Intensitas
Pada penelitian ini tidak dilakukan
serangan merupakan parameter untuk
investasi patogen pada pertanaman tomat
mengetahui tingkat keparahan serangan
sehingga penyakit terjadi secara alami,
49
Kajian Pengendalian Penyakit Layu Fusarium dengan Trichoderma pada Tanaman Tomat.
Heriyanto.
hal ini disebabkan penyakit layu fusarium semakin layu, dan kembali segar
selalu terdapat pada budidaya tomat menjelang senja hari.
diwilayah ini (endemi). Layu sementara merupakan gejala
Pengamatan periode inkubasi yang tampak pada daun bila waktu
dihitung sejak bibit ditanam sampai malam sampai pagi hari daun tampak
ditemukan gejala penyakit layu fusarium segar dan pada siang hari menjadi layu
yaitu pada daun atas tampak terjadi kemudian menjelang senja tampak segar
perubahan warna tulang daun menjadi kembali sampai esok hari disebut layu
pucat kemudian terjadi kelayuan sementara, sedang yang dimaksud
sementara, sedang daun bawah biasanya dengan layu permanen adalah daun daun
berubah warnanya menjadi pucat tampak layu pada waktu siang hari dan
lemasdan menguning. tetap layu pada malam sampai pagi
Pada malam sampai pagi hari daun harinya dan akhirnya tanaman secara
masih terlihat segar tetapi setelah keseluhan tampak menjadi layu
matahari terbit dan memancarkan sinar kemudian mati (Semangun, 2007).
memungkinkan terjadi penguapan yang Hasil pengamatan periode inkubasi
tidak diimbangi oleh penyerapan air yang pengendalian penyakit layu fusarium
cukup karena trasportasi air terhambat pada tanaman tomat dengan Trichoderma
sehingga makin siang daun tampak sp. terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Periode inkubasi penyakit layu fusarium pada tanaman tomat dengan perlakuan
pengendalian mengunakan Trichoderma sp. dengan lima konsentrasi masing-
masing diinokulasikan dalam 2,5 kg kompos.
Periode inkubasi dengan perlakuan Trichoderma sp. ( hari )
Blok 2,5 gram 5,0 gram 7,5 gram 10,0 gram 0,0 gram Jumlah
(A) (B) (C) (D) (E)
I 32,00 42,00 40,00 51,00 29.00 209,00
II 38,00 36,00 52,00 49,00 30,00 208,00
III 38,00 51,00 52,00 40,00 32,00 205,00
IV 34,00 27,00 50,00 48,00 39,00 202,00
Jml 142,0 156,00 194,00 188,00 130,00 810,00
*)
Rata rata 35,50b 39,00 48,50a 47,00a 32,50b 40,50
*)angka yang disertai huruf sama pada tiap kolom menunjukan tidak beda nyata pada Duncan
Multiple Range Test dengan level 0,05
Pengamatan dilakukan sebanyak hari dengan cara mengamati jumlah daun
12 kali dimulai sejak bibit ditanam yang menunjukan gejala penyakit
sampai ditemukan gejala penyakit layu dibanding dengan jumlah daun yang
fusarium pada tomat dengan interval 7
50
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019
diamati dan dinyatakan dalam persen yaitu faktor pertama adalah hambatan
kemudian diambil rata ratanya. oleh tanaman berupa hambatan fisik
Hasil pengamatan terhadap periode pada struktur morfologi dan/anatomi
inkubasi penyakit layu fusarium pada akar seperti tingkat kerapatan rambut
tanaman tomat tidak menunjukan beda akar, ketebalan jaringan epidermis dan
nyata antara perlakuan 2,5 gram penggabusan, kemudian hambatan oleh
dibanding kontrol, hal ini disebabkan eksudat akar yang bersifat racun untuk
meskipun tidak dilakukan investasi organisme lain sehingga hifa jamur sulit
patogen penyebab penyakit layu menembus jaringan akar.
fusarium (Fusarium oxysporum) lahan Faktor kedua penghambatan
termasuk wilayah endemi penyakit layu penetrasi hifa patogen ke jaringan akar
sehingga sudah terjangkit pathogen dan adalah kondisi lingkungan yang terdiri
proses infeksi terjadi secara alami. biotik dan abiotik, kondisi lingkungan
Kemungkinan lain spora jamur biotik adalah jenis dan populasi
Trichoderma sp. sedang tumbuh dan mikroorganisme tanah khususnya zone
berkembang untuk melakukan perakaran (rhizosfer) yang meliputi
perbanyakan dan sifat antagonisnya berbagai jenis mikroflora dan mikrofauna
belum cukup mengimbangi pertumbuhan yang saling berkompetisi dalam
patogen, hal ini disebabkan populasi memperoleh makanan, ruang dan waktu,
spora Trichoderma sp per satuan luas seperti jenis protozoa, bakteri, alga dan
lahan masih rendah sehingga spora fungi. Sedang kondisi lingkungan abiotik
jamur yang tumbuh menjadi propagul didaerah rhizozfer meliputi tingkat kadar
juga rendah, disamping itu jamur air/kelembaban, aerasi, suhu, kadar
memerlukan waktu untuk memperbanyak mineral, bahan organik dan fraksi
diri sedang dilahan sudah terdapat pembentuk tanah (Djaenuddin, 2016).
propagul jamur Fusarium oxysporum Panjang atau pendeknya periode
yang menjadi kompetitor dirhizosfer, inkubasi suatu penyakit ditentukan
yang pada akhirnya Trichoderma banyak faktor diantaranya adalah tingkat
memerlukan waktu relatif lama untuk ketahanan tanaman terhadap serangan
menekan perkembangan jamur Fusarium patogen, tingkat virulensi atau
oxysporum (Ningsih, 2016). kemampuan patogen untuk menginfeksi
Terjadinya perbedaan dalam dan faktor lingkungan yang
periode inkubasi disebabkan dua faktor menguntungkan bagi patogen tetapi
51
Kajian Pengendalian Penyakit Layu Fusarium dengan Trichoderma pada Tanaman Tomat.
Heriyanto.
52
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019
53
Kajian Pengendalian Penyakit Layu Fusarium dengan Trichoderma pada Tanaman Tomat.
Heriyanto.
55
Kajian Pengendalian Penyakit Layu Fusarium dengan Trichoderma pada Tanaman Tomat.
Heriyanto.
56
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019
58