Anda di halaman 1dari 14

ISSN: 2085-3823 Jurnal Triton, Vol. 10, No.

1, Juni 2019

KAJIAN PENGENDALIAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM DENGAN


TRICHODERMA PADA TANAMAN TOMAT

STUDY OF CONTROL OF FUSARIUM DISEASE WITH


TRICHODERMA ON TOMATO PLANTS
Heriyanto

Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang


Jln. Kusumanegara No.2 Yogyakarta.

ABSTRACT
The study aims to determine the concentration of Trichoderma sp. effective for the control of
Fusarium oxysporum wilt in tomato plants, which was carried out in Argodadi Village, Sedayu
District, Bantul Regency, from July to November 2018. The study used a completely randomized
block design consisting of 5 treatments of the concentration of Trichoderma sp. namely 0.0 g, 2.5
g, 5.0 g, 7.5 g and 10.0 g of biomass with replications 4 times each treatment. The application was
carried out by biomass Trichoderma sp. Isolates. Inoculated in 2.5 kg of organic fertilizer /
compost, then sprinkled on the land before planting tomato seeds. The results showed that based
on the analysis of the incubation period, the percentage of affected plants and the intensity of the
attack treatment Trichoderma sp. with a concentration of 10.0 g of biomass, the results were
effective in reducing the intensity of Fusarium oxysporum wilt attack by 15.15 percent.
Keywords: Trichoderma sp., Fusarium oxysporum, concentration, intensity of attack

PENDAHULUAN 57,688 ribu hektar, dari produksi tersebut


31,16% dihasilkan di pulau Jawa dengan
Tanaman tomat (Lycopersicon
demikian tomat merupakan komoditas
esculentum Mill.) merupakan komoditas
pilihan petani dan sumber pendapatan,
sayuran yang banyak memperoleh
disamping itu dapat menyerap lapangan
perhatian karena dikonsumsi masyarakat
kerja dan menghidupkan perekonomian
luas dan memiliki nilai ekonomis tinggi
daerah.
sehingga mudah ditemukan pada pasar
Kecamatan Sedayu, Kabupaten
tradisional maupun swalayan. Banyak
Bantul memiliki luas wilayah 3.116
manfaat dari tomat seperti digunakan
hektar diantaranya berupa lahan sawah
untuk sayur dan industri makanan seperti
dan pekarangan 1.418 hektar yang
saos awetan, sehingga kebutuhan tomat
dimanfaatkan untuk budi daya tanaman
meningkat terus seiring pertambahan
padi dan palawija seperti jagung, kedelai,
jumlah penduduk (BPTP, 2012).
tomat dan cabai.
Menurut Badan Pusat Statistik
(2016) produksi tomat nasional sebesar Pada tahun 2016 luas tanaman
tomat seluas 6,11 hektar dengan
883,203 ribu ton dengan luas areal

45
Kajian Pengendalian Penyakit Layu Fusarium dengan Trichoderma pada Tanaman Tomat.
Heriyanto.

produktivitas mencapai 6,14 ton/hektar, untuk dibudidayakan tetapi hingga saat


angka tersebut masih lebih rendah ini belum ada varietas yang tahan
dibanding potensi hasil yang dapat terhadap penyakit layu fusarium.
mencapai 11,12 ton per hektar Umumnya varietas yang relatif tahan
(Kecamatan Sedayu, 2017). adalah varietas lokal dengan
Rendahnya produktivitas produktivitas rendah (Dinas Pertanian,
disebabkan banyak faktor seperti kondisi 2015).
cuaca yang kurang mendukung, Penyakit disebabkan oleh jamur
kekurangan air, pemupukan tidak sesuai Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici
dosis dan adanya gangguan dari merupakan patogen yang habitatnya
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dalam tanah dan menular melalui aliran
yaitu serangan hama lalat buah dengan air, terikut pada alat pertanian dan
intensitasnya mencapai (12,90%), kutu menginfeksi melalui luka akar. Jamur
daun aphids hijau (29,18%), kutu daun Fusarium sp. mampu bertahan hidup
thrips (27,16%), penyakit antraknose dalam tanah dan bila tidak tersedia inang
(23,20%), penyakit layu fusarium dan kondisi lingkungan tanah kurang
(22,77%) dan bercak daun septoria sesuai untuk pertumbuhan dan
(36,16%) dengan luas serangan yang perkembangan maka jamur mampu
sporadis mencapai 4.80 hektar dan sulit membentuk alat pertahanan diri yaitu
dikendalikan (BPP Sedayu, 2017). klamidospora yang memungkinkan
Penyakit layu fusarium merupakan mampu bertahan lama dalam tanah
penyakit yang dapat menyebabkan (Rahayuniati dan Mugiastuti, 2009).
matinya tanaman dan gagal panen/puso, Usaha pengendalian telah banyak
selain itu penularan penyakit berlangsung dilakukan oleh petani dengan cara
cepat terutama pada lahan yang penyiraman dengan pestisida sintetis
bertopografi lereng karena penyebab tetapi belum memberikan hasil yang
penyakit ditularkan melalui aliran air, memuaskan dan mahal biayanya, dalam
penyakit ini disebabkan oleh jamur praktek budidaya tanaman dengan
dalam genus fusarium selain menyerang masukan senyawa kimia berenersi tinggi
tomat juga menyerang tanaman terong seperti pupuk, pestisida dan senyawa
dan cabai. kimia lainnya secara terus menerus dan
Banyak varietas tomat komersial dosis tinggi terbukti menimbulkan
memiliki daya hasil tinggi dan dianjurkan permasalahan yang semakin komplek.

46
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019

Selanjutnya penggunaan pestisida (2004) dalam Mukarlina et.al. (2010)


kimia dalam intensifikasi pertanian telah melaporkan hasil penelitianya bahwa
mendapat kritik dari konsumen produk Trichoderma harzianum mampu
pertanian, mereka menghendaki bahan menekan intensitas serangan penyakit
makanan aman dikonsumsi dan layu fusarium pada pisang sebesar 77,80
memenuhi kebutuhan gizi, serta tidak persen, kemudian Prabowo (2006) dalam
tercemarinya lingkungan hidup dengan Mukarlina et. al. (2010) juga
residu bahan kimia yang bersifat racun menginformasikan Trichoderma
dan berbahaya. harzianum mampu menekan intensitas
Pemerintah telah mengeluarkan serangan Fusarium oxysporum f. sp.
kebijakan dalam perlindungan tanaman zingeberi pada tanaman kencur sebesar
dengan menerapkan teknik Pengendalian 56,30 persen.
Hama Terpadu seperti tertuang dalam Menurut Djaya et al. (2003) dalam
Undang Undang No.12 Tahun 1992 Rahayuniati dan Mugiastuti (2009) jamur
tentang Sistem Budidaya Tanaman dan Trichoderma harzianum, T. koningii dan
Peraturan Pemerintan No.6 Tahun 1995 T. viridae mampu menekan jamur
tentang Perlindungan Tanaman, dalam patogen Fusarium oxysporum in vitro
peraturan tersebut diamanatkan bahwa dalam medium potato dextrose agar
untuk mengendalikan gangguan (PDA) dengan persentase penghambatan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada 3 hari setelah inokulasi masing-
diprioritaskan untuk memanfaatkan agen masing sebesar 56,07%, 47,80% dan
pengendalian ramah lingkungan dan 41,98 persen.
menggunakan pestisida kimia secara Hasil penelitian terhadap penyakit
bijak yaitu sebagai alternatif terakhir rebah semai (damping off) pada bayam
dengan dosis sesuai keperluan. cabut yang diperlakukan dengan 5
Mikroorganisme yang memiliki macam konsentrasi jamur Trichoderma
sifat antagonis terhadap patogen sp menunjukan bahwa perlakuan
merupakan alternatif sebagai bahan untuk Trichoderma sp dengan konsentrasi 10
pengendalian, seperti jamur Trichoderma gram biomas yang dilarutkan dalam 10
sp. memiliki sifat antagonis terhadap liter air dan disiramkan dilahan seluas
mikrooganisme patogen telah digunakan 1,0 m2 sebelum benih ditanam,
untuk pengendalian penyakit tanaman menunjukan bahwa intensitas serangan
dan memberikan hasil positif, Suharjono

47
Kajian Pengendalian Penyakit Layu Fusarium dengan Trichoderma pada Tanaman Tomat.
Heriyanto.

penyakit damping off dapat menurun dilaporkan memiliki kemampuan yang


sebesar 6,79 pesen (Heriyanto, 2017). baik untuk mengendalikan penyakit
Kemampuan masing masing hawar daun pelepah daun padi pada lahan
spesies Trichoderma sp. dalam pasang surut provinsi Kalimantan
mengendalikan cendawan patogen Selatan, dibanding dengan penggunaan
berbeda beda hal ini disebabkan isolat Trichoderma sp yang diisolasi dari
morfologi dan fisiologinya juga berbeda, Daerah Istimewa Yogyakarta (Prayudi et
spesies dari Trichoderma harzianum, al., 2000).
Trichoderma viridae dan Trichoderma Selanjutnya berdasar permasalahan
koningii yang telah dimanfaatkan sebagai dalam pengendalian penyakit layu
biopestisida dan tersebar luas pada dilakukan penelitian dengan tujuan untuk
berbagai jenis lahan tanaman pangan. mengetahui berapa besar konsentrasi
sayuran dan perkebunan menunjukan Trichoderma sp. yang effektif untuk
hasil yang sangat efektif mengendalikan pengendalian penyakit layu Fusarium
patogen tular tanah (Yuniati, 2005). oxysporum pada tanaman tomat.
Beberapa hasil penelitian
melaporkan bahwa Trichoderma sp. METODE PENELITIAN
dapat mengendalikan patogen Penelitian dilaksanakan di Desa
Rhizoctonia oryzae yang menyebabkan Argodadi, Kecamatan Sedayu,
rebah kecambah pada tanaman padi, Kabupaten Bantul dari Juli sampai
kemudian Phytopthora capsici yang dengan November 2018, mengunakan
menyebabkan penyakit busuk pangkal rancangan acak kelompok lengkap
batang pada tanaman lada dan Fusarium terdiri 5 perlakuan dengan ulangan
oxysporum yang menyebabkan busuk masing masing sebanyak 4 kali:
pangkal batang pada tanaman tomat A :Trichoderma sp konsentrasi 2,5 gram
(Nisa 2010). biomas/2,5 kg kompos
Penggunaan Trichoderma. sp. B :Trichoderma sp. konsentrasi 5,0 gram
sebagai agensia hayati bersifat spesifik biomas/2,5 kg kompos
lokasi artinya mikroorganisme antagonis C :Trichoderma sp. konsentrasi 7,5 gram
yang terdapat disuatu lokasi atau daerah biomas/2,5 kg kompos
hanya dapat memberikan hasil yang D :Trichoderma sp. konsentrasi 10,0
efektif untuk daerah tersebut (Erwanti, gram biomas/2,5 kg kompos
2003). Isolat asal Kalimantan selatan

48
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019

E : Trichoderma sp. konsentrasi 0,0 gram penyakit dengan mengamati gejala layu
biomas/2,5 kg kompos (Kontrol). pada daun meliputi layu sementara jika
Aplikasi perlakuan dengan cara (malam/pagi hari daun segar tetapi siang
menebar campuran pupuk organik hari daun layu) kemudian layu permanen
dengan Trichoderma sp. pada lahan jika (malam/pagi hari dan siang hari daun
tanaman tomat 7 hari sebelum bibit tetap layu) dinyatakan dalam persen,
ditanam dengan takaran masing masing dengan rumus:
2,5 kg pupuk organik per meter pesegi, I = ∑ ( n x v) /( Z x N ) ( 100 %)
sedang untuk kontrol tidak dilakukan I : intersitas serangan
n : jumlah daun yang menunjukan gejala
pencampuran pupuk organik dengan
dari tiap kategori serangan
Trichoderma sp. tiap perlakuan v : nilai skor serangan
nilai 0 : jika tidak terdapat gejala
menggunakan lahan seluas 16 meter
serangan penyakit layu
pesegi dengan jarak tanam 50 cmx 80 nilai 1 : jika 1 – 20 % daun
menunjukanlayu sementara
cm dan diulang sebanyak 4 kali, sehingga
nilai 2 : jika 21 – 40 % daun
diperoleh populasi 160 tanaman per menunjukan layu sementara
nilai 3 : jika 41- ≥ 60 % daun
perlakuan.
menunjukanlayu sementara
Pengamatan dilakukan pada semua nilai 4 : jika 100 % daun menunjukan
layu permanen
tanaman dimulai sejak bibit ditanam
Z : nilai skor serangan tertinggi
sampai tanaman berumur 105 hari N : jumlah daun yang diamati
meliputi Periode inkubasi yaitu kecepatan Data hasil pengamatan
infeksi yang merupakan waktu yang selanjutnya dianalisis secara statistik
diperlukan dari sejak bibit ditanam berdasar rancangan penelitian yang
sampai pertama kali ditemukannya digunakan, selanjutnya apabila diperoleh
gejala penyakit layu fusarium sp. pada beda nyata berdasar nilai Fhitung lebih
tanaman tomat dan dihitung dalam besar dibanding F(0,05) pada analisis
satuan hari. variannya, maka dilakukan uji jarak
Persentase tanaman terserang ganda Duncan pada level 0,05 (Gomez
merupakan perbandingan berapa banyak and Gomez, 1976).
tanaman tomat yang terserang penyakit
dengan jumlah tanaman yang diamati HASIL DAN PEMBAHASAN
dinyatakan dalam persen. Intensitas
Pada penelitian ini tidak dilakukan
serangan merupakan parameter untuk
investasi patogen pada pertanaman tomat
mengetahui tingkat keparahan serangan
sehingga penyakit terjadi secara alami,
49
Kajian Pengendalian Penyakit Layu Fusarium dengan Trichoderma pada Tanaman Tomat.
Heriyanto.

hal ini disebabkan penyakit layu fusarium semakin layu, dan kembali segar
selalu terdapat pada budidaya tomat menjelang senja hari.
diwilayah ini (endemi). Layu sementara merupakan gejala
Pengamatan periode inkubasi yang tampak pada daun bila waktu
dihitung sejak bibit ditanam sampai malam sampai pagi hari daun tampak
ditemukan gejala penyakit layu fusarium segar dan pada siang hari menjadi layu
yaitu pada daun atas tampak terjadi kemudian menjelang senja tampak segar
perubahan warna tulang daun menjadi kembali sampai esok hari disebut layu
pucat kemudian terjadi kelayuan sementara, sedang yang dimaksud
sementara, sedang daun bawah biasanya dengan layu permanen adalah daun daun
berubah warnanya menjadi pucat tampak layu pada waktu siang hari dan
lemasdan menguning. tetap layu pada malam sampai pagi
Pada malam sampai pagi hari daun harinya dan akhirnya tanaman secara
masih terlihat segar tetapi setelah keseluhan tampak menjadi layu
matahari terbit dan memancarkan sinar kemudian mati (Semangun, 2007).
memungkinkan terjadi penguapan yang Hasil pengamatan periode inkubasi
tidak diimbangi oleh penyerapan air yang pengendalian penyakit layu fusarium
cukup karena trasportasi air terhambat pada tanaman tomat dengan Trichoderma
sehingga makin siang daun tampak sp. terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Periode inkubasi penyakit layu fusarium pada tanaman tomat dengan perlakuan
pengendalian mengunakan Trichoderma sp. dengan lima konsentrasi masing-
masing diinokulasikan dalam 2,5 kg kompos.
Periode inkubasi dengan perlakuan Trichoderma sp. ( hari )
Blok 2,5 gram 5,0 gram 7,5 gram 10,0 gram 0,0 gram Jumlah
(A) (B) (C) (D) (E)
I 32,00 42,00 40,00 51,00 29.00 209,00
II 38,00 36,00 52,00 49,00 30,00 208,00
III 38,00 51,00 52,00 40,00 32,00 205,00
IV 34,00 27,00 50,00 48,00 39,00 202,00
Jml 142,0 156,00 194,00 188,00 130,00 810,00
*)
Rata rata 35,50b 39,00 48,50a 47,00a 32,50b 40,50
*)angka yang disertai huruf sama pada tiap kolom menunjukan tidak beda nyata pada Duncan
Multiple Range Test dengan level 0,05
Pengamatan dilakukan sebanyak hari dengan cara mengamati jumlah daun
12 kali dimulai sejak bibit ditanam yang menunjukan gejala penyakit
sampai ditemukan gejala penyakit layu dibanding dengan jumlah daun yang
fusarium pada tomat dengan interval 7

50
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019

diamati dan dinyatakan dalam persen yaitu faktor pertama adalah hambatan
kemudian diambil rata ratanya. oleh tanaman berupa hambatan fisik
Hasil pengamatan terhadap periode pada struktur morfologi dan/anatomi
inkubasi penyakit layu fusarium pada akar seperti tingkat kerapatan rambut
tanaman tomat tidak menunjukan beda akar, ketebalan jaringan epidermis dan
nyata antara perlakuan 2,5 gram penggabusan, kemudian hambatan oleh
dibanding kontrol, hal ini disebabkan eksudat akar yang bersifat racun untuk
meskipun tidak dilakukan investasi organisme lain sehingga hifa jamur sulit
patogen penyebab penyakit layu menembus jaringan akar.
fusarium (Fusarium oxysporum) lahan Faktor kedua penghambatan
termasuk wilayah endemi penyakit layu penetrasi hifa patogen ke jaringan akar
sehingga sudah terjangkit pathogen dan adalah kondisi lingkungan yang terdiri
proses infeksi terjadi secara alami. biotik dan abiotik, kondisi lingkungan
Kemungkinan lain spora jamur biotik adalah jenis dan populasi
Trichoderma sp. sedang tumbuh dan mikroorganisme tanah khususnya zone
berkembang untuk melakukan perakaran (rhizosfer) yang meliputi
perbanyakan dan sifat antagonisnya berbagai jenis mikroflora dan mikrofauna
belum cukup mengimbangi pertumbuhan yang saling berkompetisi dalam
patogen, hal ini disebabkan populasi memperoleh makanan, ruang dan waktu,
spora Trichoderma sp per satuan luas seperti jenis protozoa, bakteri, alga dan
lahan masih rendah sehingga spora fungi. Sedang kondisi lingkungan abiotik
jamur yang tumbuh menjadi propagul didaerah rhizozfer meliputi tingkat kadar
juga rendah, disamping itu jamur air/kelembaban, aerasi, suhu, kadar
memerlukan waktu untuk memperbanyak mineral, bahan organik dan fraksi
diri sedang dilahan sudah terdapat pembentuk tanah (Djaenuddin, 2016).
propagul jamur Fusarium oxysporum Panjang atau pendeknya periode
yang menjadi kompetitor dirhizosfer, inkubasi suatu penyakit ditentukan
yang pada akhirnya Trichoderma banyak faktor diantaranya adalah tingkat
memerlukan waktu relatif lama untuk ketahanan tanaman terhadap serangan
menekan perkembangan jamur Fusarium patogen, tingkat virulensi atau
oxysporum (Ningsih, 2016). kemampuan patogen untuk menginfeksi
Terjadinya perbedaan dalam dan faktor lingkungan yang
periode inkubasi disebabkan dua faktor menguntungkan bagi patogen tetapi

51
Kajian Pengendalian Penyakit Layu Fusarium dengan Trichoderma pada Tanaman Tomat.
Heriyanto.

menghambat perkembangan dan mengakibatkan kematian sel atau


pertumbuhan tanaman/memperlemah jaringan, pada kondisi demikian ekpresi
ketahanan tanaman (Plank, 1975). yang tampak adalah gejala penyakit
Proses infeksi patogen umumnya seperti terjadinya nekrotik (Cooke and
dimulai dari terjadinya kontak antara House, 2010).
inokulum patogen misal spora dengan Hasil pengamantan persentase
tanaman, proses selanjutnya adalah tanaman terserang penyakit layu fusarium
diperlukan kondisi lingkungan yang pada tomat dilakukan denganmenghitung
mendukung seperti kelembaban udara jumlah tanaman terserang dibanding
yang memungkinkan spora patogen tanaman yang diamati dandinyatakan
berkecambah. Setelah terjadi dalampersen, selanjutnya data hasil
perkecambahan spora jamur dilanjutkan pengamatan ditransformasi mengunakan
pembentukan buluh kecambah sebagai arc sinus akar persen kemudian
alat untuk menembus (penetrasi) dianalisis sesuai dengan rancangan
jaringan epidermis atau penghalang penelitian yang digunakan, data hasil
primer dipermukaan inang Penetrasi pengamatan persentase jumlah tanaman
dapat juga melalui lubang alami seperti terserang pada pengendalian penyakit
stomata atau lenti sel, kemudian jamur layu fusarium pada tanaman tomat
menginvasi isi sel sehingga terjadi dengan Trichoderma sp pada Tabel 2.
kerusakan organel kemudian
Tabel 2. Persentase tanaman terserang penyakit layu fusarium pada tanaman tomat
dengan perlakuan pengendalian mengunakan Trichoderma sp dengan lima
konsentrasi masing masing diinokulasikan dalam 2,5 kg kompos
Persentase tanaman terserang dengan perlakuan
Blok Trichoderma sp. ( persen ) * Jumlah
2,5 gram 5,0 gram 7,5 gram 10,0 gram 0,0 gram
(A) (B) (C) (D) (E)
I 38,40 27,60 21,80 20,12 32,53 140,45
II 31,75 30,50 24,50 16,55 42,12 145,42
III 28,25 33,15 26,15 22,62 37,85 148,02
IV 32,08 32,10 22,95 17,39 40,50 145,02
Jml 130,48 123,35 95,40 76,68 153,00 578,91
Rata-rata **) 32,62a 30,83a 23,85b 19,17b 38,25 28,94
*) Rata rata persentase tanaman terserang penyakit layu fusarium pada tomat dari 12 kali
pengamatan ( angka hasil trasformasi arc sin akar persen )
**) Angka yang disertai huruf sama pada tiap kolom menunjukan tidak beda nyata pada Duncan
Multiple Range Test dengan level 0,05

52
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019

Pada Tabel 2 diketahui bahwa pengendalian dengan konsentasi 10 gram


terdapat beda nyata antar perlakuan yaitu sebesar (19,17%).
perlakuan pengendalian dengan Hasil pengamatan terhadap
Trichoderma sp. konsentrasi 2,5 gram persentase jumlah tanaman terserang
biomas dan 5,0 gram tidak menunjukan penyakit layu fusarium pada tanaman
beda nyata dalam persentase jumlah tomat dengan perlakuan pengendalian
tanaman terserang penyakit layu fusarium menggunakan Trichoderma sp. dengan
pada tanaman tomat, tetapi berbeda nyata konsentrasi 2,5 gram, 5,0 gram, 7,5 gram
dengan perlakuan pengendalian dengan dan 10,0 gram masing masing
Trichoderma sp konsentrasi 7,5 gram menunjukan nilai sebesar (32,62%),
biomas, 10,0 gram dan kontrol. (30,83%), (19,40%), (23,85%), (19,17%)
Terjadinya perbedaan pada dan menunjukan beda nyata yang variatif.
persentase jumlah tanaman tomat Perlakuan dengan konsentrasi 2,5
terserang penyakit layu fusarium gram dan 5,0 gram biomas Trichoderma
kemungkinan disebabkan jumlah spora sp. tidak menunjukan beda nyata tetapi
jamur Trichoderma sp yang menunjukan beda nyata dengan
diinokulasikan pada tiap perlakuan perlakuan konsentrasi 7,5 gram sebesar
berbeda makin tinggi konsentrasi berarti (23,85%) dan 10,0 gram sebesar
makin banyak spora yang diinokulasikan (19,17%) serta tanpa perlakuan
pada pupuk organik/kompos, selain itu (kontrol).Rendahnya persentase tanaman
juga didukung kelembaban tanah yang terserang pada perlakuan dengan
tinggi memungkinkan perbanyakan Trichoderma sp dengan konsentrasi 10
inokulum Trichoderma sp berlangsung gram biomas disebabkan terjadinya
cepat sehingga mampu menekan patogen. antagonis dari Trichoderma terhadap
Hal ini ditunjukan bahwa pathogen melalui kompetisi ruang,
persentase tanaman terserang paling makanan dan waktu, halini sesuai dengan
tinggi terjadi pada perlakuan dengan penyataan Deacon (19970) dalam
konsentrasi 0,0 gram biomas/kontrol Sopialena (2015) bahwa tanaman dengan
(38,25%) diikuti perlakuan pengendalian perlakuan Trichoderma sp. cenderung
dengan 2,5 gram biomas Trichoderma sp lebih tahan terhadap serangan penyakit
sebesar (32,62%) dan konsentrasi 5,0 karena Trichoderma sp. mempunyai
gram sebesar (30,83%) sedang hasil kemampuan mengendalikan jamur
paling rendah ditunjukkan oleh perlakuan penyebab penyakit tanaman melalui

53
Kajian Pengendalian Penyakit Layu Fusarium dengan Trichoderma pada Tanaman Tomat.
Heriyanto.

mekanisme mikoparasitiknya, disamping hari, penentuan intensitas dengan


itu juga dapat menghasilkan menghitung jumlah tanaman yang
trichodermin yang bersifat toksik menunjukan kondisi bila pagi daun layu
terhadap organisme lain. dan sore segar masuk kategori layu
Pengamatan terhadap intensitas sementara, kemudian jika waktu sore
serangan penyakit layu fusarium pada kondisi daun tetap layu maka masuk
tomat dengan perlakuan pengendalian kategori layu permanen, selanjutnya
menggunakan Trichodermna sp. dihitung besarnya nilai intensitas
dilakukan sebayak 12 kali sejak serangan dalam satuan persen.
ditemukan gejala penyakit, yaitu dengan Data hasil pengamatan selanjutnya
cara menghitung besar kerusakan yang ditansformasi dengan arc sinus akar
ditimbulkan pada daun dengan persen selanjutnya dianalisis sesuai
menggunakan rumus yang telah rancangan penelitian yang digunakan.
ditentukan dan dinyatakan dalam satuan Data hasil pengamatan tentang intensitas
persen kemudian diambil rata ratanya. serangan penyakit layu fusarium pada
Pengamatan dilakukan dengan tomat secara rinci dapat dilihat pada
mengamati kondisi daun terhadap Tabel 3.
bentukkelayuan pada pagi sampai sore
Tabel 3. Intensitas serangan penyakit layu fusarium pada tanaman tomat dengan
perlakuan pengendalian mengunakan Trichoderma sp. dengan lima
konsentrasi masing masing diinokulasikan dalam 2,5 kg kompos
Intensitas serangan penyakit layu fusarium dengan perlakuan
Blok Trichoderma sp. (%) *) Jumlah
2,5 gram 5,0 gram 7,5 gram 10,0 gram 0,0 gram
(A) ( B) (C) (D) (E)
I 13,75 24,25 12,80 12,25 27,70 90,75
II 20,75 16,44 13,15 14,63 25,85 90,82
III 18,50 25,46 13.,05 15,50 29,40 101,91
IV 22,40 18,65 19,20 10,42 30,45 101,12
Jml 75,40 84,80 58,20 52,80 113,40 531,95
Rata-rata **) 18,85a 21,20a 14,55b 13,20b 28,35 384,60
*) rata rata intensitas serangan penyakit layu fusarium pada tomat dari 12 kali
pengamatan ( angka hasil trasformasi arc sin akar persen )
**) angka yang disertai huruf sama pada tiap kolom menunjukan tidak beda nyata pada
Duncan Multiple Range Test dengan level 0,05

Perlakuan pengendalian dengan biomas menunjukan intensitas serangan


Trichoderma sp konsentrasi 2,5 gram sebesar 18,85% dan tidak berbeda nyata
54
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019

dengan perlakuan 5,0 gram sebesar serangan penyakit layu Fusarium


(21,20%) tetapi menunjukkan beda nyata oxysporum.
dengan perlakuan pengendalian dengan Menurut Semangun (2007) banyak
konsentrasi 7,5 gram sebesar (14,55%) mikroorganisme yang memiliki sifat
dan 10 gram biomas sebesar (13,220%). antagonis digunakan dalam bidang
Intensitas serangan paling tinggi pertanian yaitu sebagai agensia
ditunjukan pada perlakuan kontrol pengendalian hayati, selain itu
sebesar (28,35%) dan menunjukan beda mikroorganisme dimaksud juga memiliki
nyata dengan empat perlakuan lain, hal kemampuan memproduksi senyawa
ini memberikan arti bahwa lahan tersebut toksik atau bersifat menekan
telah terdeposit/terjangkit inokulum pertumbuhan patogen.
Fusarium oxysporum penyebab peyakit Pengendalian dengan Trichoderma
layu. sp. menunjukan hasil yang efektif dan
Sebaliknya perlakuan pengendalian mampu menurunkan intensitas serangan
penyakit dengan Trichoderma sp. penyakit layu Fusariumn oxysporum
menunjukan hasil yang efektif karena sebesar 15,15 persen dibanding kontrol.
dapat menekan laju serangan penyakit, Hal ini sesuai dengan pernyataan
hal ini ditunjukkan dengan nilai intensitas Widyastuti (2012) bahwa jamur
serangan yang rendah (13,20%) sehingga Trichoderma sp merupakan
memberikan harapan untuk diformulasi mikroorganisme yang bersifat antagonis
sebagai fungisida hayati/biofungisida. terhadap pathogen, sehingga mampu
Hasil pengamatan terhadap menghambat pertumbuhan dan akhirnya
intensitas serangan penyakit layu menyebabkan matinya patogen melalui
Fusarium pada tanaman tomat mekanisme kompetisi.
menunjukan bahwa perlakuan dengan Gusnawaty, et. al. (2014)
inokulasi Trichoderma sp. sebanyak 7,5 menyatakan bahwa Trichoderma sp.
gram dan 10,0 gram biomas pada 2,5 kg merupakan mikroorganisme yang bersifat
pupuk organik/kompos yang ditebarkan antagonis terhadap patogen (penyebab
pada lahan seluas 1 m2 sebelum bibit penyakit) tanaman dan hatibatnya berada
tomat ditanam menunjukan nilai dalam tanah, selain itu juga mampu hidup
intensitas paling rendah (14,55%) dan pada seresah atau bahan organik tanah
(13,20%), hal ini memberikan arti bahwa sehingga mampu mendegradasi sisa sisa
Trichoderma sp mampu menekan bahan organik menjadi hara yang sangat

55
Kajian Pengendalian Penyakit Layu Fusarium dengan Trichoderma pada Tanaman Tomat.
Heriyanto.

menguntungkan bagi tanaman, jamur Dalimonthe (2012) menyatakan bahwa


banyak dijumpai pada berbagai jenis antagonis Trichoderma sp terhadap
tanah sehingga wilayah sebaranya luas. penyakit akar putih yang disebabkan
Selain bersifat antagonis, jamur Rigidoporus mikroporus dapat terjadi
Trichoderma sp. memiliki kemampuan karena Trichoderma sp. menghasilkan
tumbuh sangat cepat sehingga menjadi antibiotik yang mampu menghambat dan
kompetitor organisme lain dalam membunuh hifa R. microporus, dalam
memanfaatkan hara, ruang dan waktu. antagonis ini terjadi interferensi hifa
Mekanisme antagonis Trichoderma yang mengakibatkan perubahan
sp. terhadap patogen tanah dapat melalui permeabilitas dinding sel sehingga terjadi
tiga cara yaitu menghasilkan enzym pembutiran sel, vakuolasi dan berakhir
ektraselular beta (1,3) glukonase dan dengan hancurnya hifa /lisis yang
kitinase yang dapat melarutkan dinding bersinggungan dengan Trichoderma sp.
sel patogen, menghasilkan toksin Tingginya intensitas serangan pada
trichodermin yang dapat meracuni perlakuan tanpa Trichoderma sp.
propagul patogen tanaman didaerah memberikan arti bahwa tidak ada
rhizosfer dan menghasilkan antibiotik penghambat bagi patogen penyebab
gliotoksin dan viridin yang dihasilkan penyakit layu Fusarium pada tomat,
jamur Trichoderma viridae (Wahyuno et sebaliknya perlakuan pengendalian
al., 2009). dengan Trichoderma sp., sebanyak 7,5
Menurut Sudantha et al., (2011) gram biomas dan 10,0 gram biomas
jamur Trichoderma sp. adalah bersifat memberikan hasil pengendalian yang
mikoparasit dan antibiosis terhadap efektif yang ditunjukan dengan intensitas
patogen, mudah dibiakkan, serta mudah serangan yang rendah yaitu (14,55%) dan
beradaptasi pada berbagai substrat, (13,20%) sehingga Trichoderma sp
berkembang cepat dan sangat toleran dapat digunakan sebagai bahan aktif
terhadap perubahan cuaca. Kemudian formulasi biofungisida.
Trichoderma juga berfungsi sebagai
kompetitor dalam memanfaatkan ruang, KESIMPULAN
waktu dan nutrisi sehingga mampu
menekan aktivitas patogen tular tanah. Dari penelitian ini dapat

Selanjutnya Sujatno dan disimpulkan bahwa pengendalian

Prawirosumarjo (2001) dalam penyakit layu fusarium pada tanaman

56
Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, Juni 2019

tomat dengan jamur Trichoderma sp Ernawati, Mardius Y, Habazar T,


Bachtiar A. 2003, Studi
sebanyak 10,0 gram biomas yang
Kemampuan Isolat Isolat Jamur
diinokulasikan pada 2,5 kg pupuk Trichoderma sp yang beredar di
Sumatera Barat untuk
organik/kompos, menunjukan hasil
mengendalikan Sclerotium rolfsii
efektif dan mampu menurunkan pada bibit cabai. Prosiding
konggres nasional ke xvi dan
intensitas serangan penyakit sebesar
seminar ilmiah PFI 22-23 Agustus,
15,15 persen. Bogor.
Gomez, K. A and A. A Gomez. 1976.
Statistical Procedures For
DAFTAR PUSTAKA AgriculturalResearch With
Emphasis On Rice, IRRI Los
BPP Sedayu. 2017. Programa Banos, Philipines, 294 p.
Penyuluhan Pertanian tingkat BPP
Kecamatan Sedayu, Kabupaten Gusnawaty, M. Taufik, L.Triana dan
Bantul, 56 hal. Asniah. 2014. Karakterisasi
Morfologis Trichoderma spp.
BPTP Yogyakarta. 2012. Teknologi Indigenus Sulawesi Tenggara,
Budidaya Sayuran, Maguwoharjo Jurnal Agroteknos, Fakultas
sleman Yogyakarta, 91 hal. Pertanian Universitas Halu
Cooke,TD., Persley and S. House. 2010. Oleo,Kendari, Vol. 4 (2): 87-93.
Diseases of fruit crops in Australia, Heriyanto. 2017. Pengendalian Penyakit
CSIRO Publishing, Oxford street, Rebah Semai dengan Trichoderma
Colling wood VIC, Australia, 276 sp. dan Rhizobakteri Pada Bayam
page. Cabut, Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian
Dalimunthe. Z. Fairuziah dan A. Daslin. Sekolah Tinggi Penyuluhan
2012. Pemanfaatan Pertanian Magelang Jurusan
mikroorganisme antagonis untuk Penyuluhan Pertanian Yogyakarta,
mengendalikan penyakit penting Vol.24 (1): 10-21.
pada tanaman karet, Prosiding Kecamatan Sedayu (2017), Statistik
seminar nasional Mikologi, produksi pertanian Kecamatan
Unsoed, Purwokerto, 482-488. Sedayu Kabupaten Bantul.
Dinas Pertanian DIY, 2015. Pedoman Mukarlina, S. Khotimah, R. Rianti.,
Teknik BudidayaTomat, Dinas 2010. Uji Antagonistis
Pertanian Daerah Istimewa Trichoderma harzianum Terhadap
Yogyakarta, 31 hal. Fusarium spp. Penyebab Penyakit
Djaenuddin, N. 2016. Interaksi Bakteri Layu pada Tanaman Cabai
Antagonis dengan Tanaman (Capsicum annum) secara invitro,
Ketahanan Terinduksinpada Jurnal Fitomedika, Fakultas MIPA
Tanaman Jagung ,Jurnal Ilmu Universitas Tanjungpura,
Pengetahuan dan Teknologi Pontianak, Vol, 7 (2): 80-85.
Tanaman Pangan Balai Penelitian Ningsih, H.,U.S. Hastuti, D.Listyorini.
Tanaman Serealia, Maros, Vol. 11 2016. Kajian Antagonis
(2): 143-148. Trichoderma spp Terhadap
Fusarium solani penyebab Penyakit
Layu Pada Daun Cabai Rawit
57
Kajian Pengendalian Penyakit Layu Fusarium dengan Trichoderma pada Tanaman Tomat.
Heriyanto.

(Capsicum frutescens) secara in Gadjah Mada University press,


vitro, Proceeding Biology Yogyakarta, 234-273.
Education Conference, Universitas Sudantha IM. Kesratarta I, Sudana. 2011.
Negeri Malang, Vol. 13(1): 814- Uji antagonisme beberapa jenis
817. jamur saprofit terhadap Fusarium
Nisa NK, 2010. Isolasi Trichoderma sp oxysporum f.sp. cubense penyebab
asal tanah dan aktivitas penyakit layu pada tanaman pisang
penghambatannya terhadap serta potensinya sebagai agens
pertumbuhan Phytopothora capcii pengurai seresah, UNRAM NTB,
penyebab penyakit busuk pangkal Jurnal Agroteknos 21 (2) 2-3.
batang lada, Institut Pertanian Sopialena . 2015. Ketahanan Beberapa
Bogor, Bogor. Varietas Tomat Terhadap Penyakit
Prayudi B, Budiman A. Rhystam MA, Fusarium oxysporum Dengan
dan Rina Y, 2000. Trichoderma Pemberian Trichoderma sp., jurnal
harzianum isolat Kalimantan AGRIFOR, Fakultas Pertanian
Selatan agensia pengendali hawar Universitas Mulawarman,
daun pelepah padi dan layu kedelai Samarinda Vol.XIV (1) 131-140.
dilahan pasang surut, Prosiding Wahyuno D, Manohara D, Mulya K .
simposium penelitian tanaman 2009. Peranan bahan organik pada
panghan IV di Banjarbaru pertumbuhan dan daya antagonisme
kalimantan selatan. Trichoderma harzianum dan
Plank, JE, (1975), Principles of Plant pengaruhnya terhadap Phytopthora
Infection, Academik Press, New capsicii pada tanaman lada, Jurnal
York, London, Sanfransicco, 215 Phytopatologi Indonesia 7 :76-82.
page. Widiyastuti, S.M. (2012). Peranan jamur
Rahayuniati, R.F. dan Mugiastuti.E. dalam kesehatan hutan, Prosiding
2009. Pengendalian Penyakit Layu seminar nasional Mikologi, Unsoed
Fusarium Tomat, Aplikasi Abu Purwokerto, 10-18 hal.
Bahan Organik Dan Jamur
Yuniati, 2005. Pengaruh pemberian
Antagonis, Fakultas Pertanian beberapa species Trichoderma sp
Universitas Jenderal Soedirman, dan pupuk kandang Kambing
Purwokerto, Jurnal Pembangunan terhadap penyakit layu Fusarium
Pedesaan Vol. 9(1): 25-34. oxysporum f.sp. Lycopersici pada
Semangun, H (2007) Penyakit penyakit tanaman tomat, Jurusan Budidaya
tanaman hortikultura di Indonesia, Pertanian, Universitas
Muhamadiyah Malang.

58

Anda mungkin juga menyukai