Anda di halaman 1dari 8

BIOMA, Desember 2008 ISSN: 1410-8801

Vol. 10, No. 2, Hal. 13-19

Pengendalian Hayati Penyakit Lodoh (Busuk Umbi Kentang) Dengan Agens Hayati
Jamur-jamur Antagonis Isolat Lokal

Susiana Purwantisari, Rejeki Siti Ferniah, Budi Raharjo


Lab. Mikrobiogenetika Jurusan Biologi FMIPA Undip

Abstrak

Penyakit busuk daun tanaman kentang atau yang oleh petani di Kedu, Wonosobo disebut Lodoh merupakan
penyakit yang paling serius di antara penyakit dan hama yang menyerang tanaman kentang di Indonesia. Penyakit
lodoh ini disebabkan oleh serangan jamur patogen ganas Phytophthora infestans yang dapat menurunkan produksi
kentang hingga 90% dari total produksi kentang dalam waktu yang amat singkat. Sampai saat ini kapang patogen
penyebab penyakit busuk batang dan daun tanaman kentang tersebut masih merupakan masalah krusial dan belum
ada fungisida g yang benar-benar efektif terhadap penyakit tersebut. Penelitian ini bertujuan mengoleksi dan
mengidentifikasi jamur-jamur tanah isolat lokal yang bersifat antagonis terhadap patogen penyebab penyakit busuk
daun dan umbi tanaman kentang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab penyakit busuk daun dan umbi
tanaman kentang di daerah sentra pembibitan tanaman kentang di Kedu Temanggung Jawa Tengah adalah
Phytophthora infestans. Terdapat 17 isolat jamur tanah isolat lokal yang dapat diisolasi dari tanah di sentra
pembibitan tanaman kentang tersebut. Dari 17 isolat jamur ini dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok isolat
yang berbeda morfologi koloninya. Pengamatan secara mikroskopis menunjukkan bahwa dari 4 kelompok jamur
tanah tersebut adalah dari marga Trichoderma spp, Aspergillus sp, Pennicillium sp Phytophthora infestans. Terdapat
satu buah jamur yang belum dapat diidentifikasi.

Kata Kunci: Jamur antagonis, kentang, busuk daun, Phytophthora infestans.

PENDAHULUAN Penyakit merupakan salah satu faktor


Kentang adalah salah satu komoditi andalan sektor pembatas penting pada budidaya tanaman kentang.
pertanian di Indonesia dan semakin meningkat Penyakit busuk daun tanaman kentang atau yang
permintaannya akhir-akhir ini. Peningkatan ini oleh petani di Wonosobo dan Dieng disebut Lodoh
untuk mencukupi kebutuhan bahan pengganti merupakan penyakit yang paling serius di antara
makanan pokok (beras) maupun sebagai bahan penyakit dan hama yang menyerang tanaman
baku industri, selain itu untuk mengatasi harga kentang di Indonesia (Katayama & Teramoto,
beras yang semakin tinggi serta mengurangi impor 1997; Zazali, 2004). Penyakit lodoh disebabkan
bahan pangan beras yang telah menghabiskan oleh serangan jamur patogen ganas Phytophthora
devisa negara dalam jumlah besar (Anonim, 2002). infestans ini dapat menurunkan produksi kentang
Salah satu prioritas pengembangan agribisnis hingga 90% dari total produksi kentang dalam
kentang di Indonesia adalah di Jawa Tengah waktu yang amat singkat. Sampai saat ini kapang
(Wonosobo), namun produksinya masih rendah patogen penyebab penyakit busuk batang dan daun
oleh serangan organisme pengganggu tanaman tanaman kentang tersebut masih merupakan
(OPT) khususnya kapang patogen Phytophthora masalah krusial dan belum ada varietas kentang
infestans penyebab busuk daun dan umbi tanaman yang benar-benar tahan terhadap penyakit tersebut
kentang (Rukmana, 1997). Secara bertahap dan (Cholil, 1991).
berkesinambungan penelitian intensif terhadap Menurut Djafaruddin, 2000, penyakit
komoditas kentang mendapat perhatian dan busuk daun/ batang (late blight) tanaman kentang
prioritas. Pengembangan agribisnis kentang sangat berpotensi terjadi pada daerah dingin dan
diprioritaskan antara lain di provinsi Jawa Barat, lembab karena kapang patogen yang
Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatra Utara, menyebabkannya mudah tumbuh dan berkembang
Sumatra Barat dan Sulawesi Sela baik pada kondisi dingin. Penyebab penyakit
busuk daun ini adalah kapang patogen
14 Susiana Purwantisari

Phytophthora infestans. Kapang dapat menyerang lebih parah, tindakan yang perlu dilakukan adalah
daun, batang, juga umbi di dalam tanah. Kapang mengganti fungisida yang biasa dipakai dengan
patogen Phytophthora infestans bukan merupakan fungisida yang berbeda bahan aktif dan cara
kapang asli tanah, namun biasa menyerang organ- kerjanya (mode of action). Pemakaian fungisida
organ tanaman kentang di dalam tanah dan di atas alternatif yang berisi kultur campuran kapang
tanah (daun, batang, cabang, akar dan umbi). antagonis belum pernah dilakukan, oleh karena itu
Penyebaran spora/ patogen kapang melalui perlu dilakukan penelitian pendahuluan tentang
angin, air atau serangga. Jika spora sampai ke efektivitas dan potensi kapang antagonis
daun basah, ia akan berkecambah dengan Pseudomonas fluorescense untuk mengendalikan
mengeluarkan zoospora atau langsung membentuk kapang patogen Phytophthora infestans secara in
tabung kecambah, kemudian masuk ke bagian vitro.
tanaman, dan akhirnya terjadi infeksi. Spora yang Pengendalian penyakit dengan fungisida
jatuh ke tanah akan menginfeksi umbi, dan dan bakterisida sintetis oleh para petani kentang
pembusukannya bisa terjadi di dalam tanah atau di selama ini tidak efektif dalam mengendalikan
tempat penyimpanan. Kasus penyakit busuk daun penyakit yang disebabkan oleh kapang patogen,
biasanya sering terjadi di daerah dataran tinggi banyak masalah yang merugikan bagi kehidupan
yang bersuhu rendah dengan kelembaban tinggi manusia secara langsung atau tidak langsung
(Alexopoulos, et al., 1996 ). Selain itu penyebaran diantaranya menimbulkan residu yang melekat
spora patogen Phytophthora infestans dipicu oleh pada hasil tanaman yang akan mengganggu
keadaan lingkungan udara yang relatif lembab (di kesehatan konsumen, pencemaran lingkungan
atas 80% seperti keadaan lingkungan di serta membunuh organisme lainnya yang bukan
Wonosobo). Patogen tersebut juga dapat bertahan sasaran. Penggunaan agen hayati berbahan baku
hidup di dalam umbi dan batang tanaman kentang biofungisida sehingga menjadi alternatif yang
sehingga infeksi pada umbi dapat terbawa sampai tepat untuk mengendalikan mikroba patogen
ke gudang penyimpanan (Adijaya, 2001). Gejala penyebab penyakit pada tanaman budidaya.
pada daun berupa hawar (blight) atau bercak (Arwiyanto, 2003).
berwarna abu-abu yang berukuran besar dengan Agensia hayati meliputi organisme dan
bagian tengahnya agak gelap dan agak basah. substansi yang dihasilkan yang dapat digunakan
Gejala serangan pada leher akar dan akar berupa untuk mengendalikan organisme pengganggu yang
busuk berwarna hitam. Serangan pada umbi merugikan (Anonim, 1996 dalam Marwoto, 2001).
berupa busuk basah umbi yang berwarna abu-abu Salah satu jenis biopestisida adalah biofungisida
atau hitam. Apabila umbi diinkubasikan dalam berbahan aktif mikroorganisma sel jamur
temperatur 15 - 20oC, akan muncul konidia yang antagonis Trichoderma spp, yaitu fungisida
dibentuk dalam jumlah banyak, berupa tepung penghambat pertumbuhan kapang patogen
berwarna keabuan (Cholil, 1991). penyebab penyakit tanaman budidaya yang
Pengendalian penyakit busuk daun, busuk diharapkan efektif mengendalikan serangan
batang atau busuk umbi (late blight) oleh jamur kapang patogen Phytophthora infestans tanaman
patogen Phytophthora infestans, selama ini kentang serta aman bagi tanaman budidaya sebagai
dilakukan dengan menyemprotkan fungisida tanaman bukan sasaran.
sintetik Sandofan MZ 10/56 WP dengan Jamur antagonis Trichoderma spp dapat
konsentrasi yang dianjurkan, Benlate dengan diisolasi dari tanah lokal, termasuk jamur
konsentrasi yang dianjurkan dan Kocide 54. selulolitik sejati karena mampu menghasilkan
Kebiasaan para petani menyemprot pestisida komponen selulase secara lengkap. Jamur tanah ini
secara serampangan menyebabkan timbulnya terdiri dari sembilan jenis yaitu T. piluliferum, T.
strain baru dari kapang-kapang patogen tersebut polysporum, T. koningii, T. auroviride, T.
yang ditunjukkan adanya kekebalan kapang itu amantum, T. harzianum, T. longibrachiatum, T.
terhadap fungisida sintetis tertentu atau dosis pseudokoningii, dan T. viride (Rifai, 1969 dalam
efektif, fungisida sintetis dapat mencapai dua kali Salma & Gunarto, 1999). Jamur-jamur antagonis
dosis anjuran. Untuk menghindari kondisi yang tanah isolat lokal seperti Trichoderma spp
Pengendalian Hayati Penyakit Lodoh 15

dilaporkan mempunyai aktivitas antagonisme yang vitro. Selain itu, penelitian dimungkinkan
kuat terhadap jamur patogen dengan mekanisme dilanjutkan dengan uji antagonisme antara jamur
hiperparasitismenya dan antibiosisnya sehingga patogen dan jamur antagonis isolat lokal yang
efektif menghambat pertumbuhan kapang patogen telah diketahui paling kuat kemampuan
tanaman dengan mendegradasi dinding selnya. antagonismenya dengan mengetahui efektifitas
Dinding sel kapang patogen menjadi rusak pengaruh inokulasi jamur antagonis isolat lokal tsb
kemudian mati melalui aktivitas enzim terhadap pencegahan thd infeksi oleh kapang
kitinasenya. Beberapa enzim kitinolitiknya hanya patogen Phytophthora infestans pada tanaman
toksik pada kapang patogen penyebab penyakit kentang yang ditanam di rumah kaca. Pemanfaatan
tanaman budidaya tetapi namun tidak pada agen hayati jamur tanah isolat lokal merupakan
mikroorganisma lain dalam tanah dan tumbuhan suatu usaha diversifikasi penggunaan bahan aktif
inang (Kloepper et al., 1989). sebagai bahan baku untuk biofungisida.
Menurut Salma dan Gunarto (1999), Diversifikasi bahan aktif biofungisida perlu
Trichoderma spp mempunyai kemampuan dilakukan, mengingat Indonesia sebagai negara
menghasilkan enzim selulase sehingga dapat tropis mempunyai potensi menghasilkan jenis
merusak dinding sel kapang patogen pada agen hayati yang tinggi keanekaragamannya.
kelompok jamur famili Pythiaceae seperti Biofungisida yang berisi mikroorganisma
Phytophthora infestans. Selain itu kapang tanah jamur antagonis isolat lokal sebagai bahan aktif
Trichoderma spp mempunyai kemampuan utamanya, secara ekonomi penggunaannya lebih
melakukan pelilitan dan penetrasi hifa patogen murah dan efektif dibandingkan dengan fungisida
serta menghasilkan antibiotik yang bersifat toksin kimiawi, karena sekali diintroduksikan ke dalam
bagi patogen lawannya (Dennis & Webster, 1971 tanah atau medium pembawa yang tepat akan
dalam Salma dan Gunarto, 1999). Mekanisme dapat bertahan dalam periode yang cukup lama.
antibiosis dilakukan dengan menghasilkan Selain itu aplikasinyapun dapat dilakukan seperti
antibiotik yang bersifat toksin untuk membunuh P. aplikasi pada fungisida kimiawi. (Yuliani 2002).
infestans. Mekanisme antibiosis tergantung dari
jenis dan sifat tanah sebagai substrat tumbuhnya. BAHAN DAN METODE
T. viride lebih suka pada kondisi tanah yang asam, Penelitian in vivo dilakukan di rumah kaca
apabila T. viride ini terdapat pada tanah yang asam Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit
kemungkinannya untuk memproduksi antibiotik Kedu, Temanggung dan penelitian in vitro
lebih tinggi (Djafarudin, 2000). dilakukan di Laboratorium Mikrobiogenetika
T. viride umum digunakan untuk Jurusan Biologi FMIPA Universitas Diponegoro.
pengendalian patogen dalam bentuk tepung yang 1. Isolasi dan identifikasi jamur-jamur
diaplikasikan dengan dosis 100 kg/ha (Anonim, antagonis tanah lokal
2001). Keunggulannya yang lain adalah sebagai Isolat jamur-jamur antagonis isolat lokal
sebagai bioprotektan bagi tanaman muda HTI serta diisolasi dari tanah tempat tanaman kentang
perkebunan. Beberapa keuntungan dari tumbuh baik yang teridentifikasi sakit ataupun
penggunaan biofungisida tersebut adalah mudah yang tidak oleh patogen Phytophthora infestans.
dimonitor dan berkembang biak, sehingga Isolasi dilakukan pada lahan pertanaman kentang
keberadaannya di lingkungan dapat bertahan lama yang sakit dan yang tidak terinfeksi Phytophthora
serta aman bagi lingkungan, hewan dan manusia infestans. Isolasi dilakukan dengan cara isolasi
karena tidak menimbulkan residu kimia berbahaya langsung (direct plating), yaitu : tanah lokal
yang persisten di dalam tanah atau terakumulasi di diambil dan diletakkan pada cawan petri yang
dalam makanan hasil budidaya pertanian (Yuliani, berisi medium TEA steril yang telah ditambahkan
2002). chloramfenikol 50 ppm, kemudian diinkubasi pada
Penelitian bertujuan untuk untuk suhu ruang selama 3 hari. Koloni jamur yang
mengetahui kemampuan jamur-jamur antagonis menunjukkan morfologi koloni yang berbeda
tanah isolat lokal dalam menghambat pertumbuhan kemudian masing-masing dipisahkan ke dalam
kapang patogen Phytophthora infestans secara in
14 Susiana Purwantisari

medium PDA kemudian diidentifikasi menurut positif menghambat pertumbuhan kapang patogen
buku Barnett dan Hunter, 1972. Phytophthora infestans yang ditunjukkan pada
gambar-gambar di bawah. Penghambatan yang
2.Isolasi dan identifikasi jamur Phytophthora kuat terjadi pada pertumbuhan koloni jamur
infestans. Trichoderma sp yang ditumbuhkan pada koloni
Isolat Phytophthora infestans diisolasi dari kapang patogen Phytophthora infestans (Gambar
daun kentang yang positif terinfeksi Phytophthora 2).
infestans. Isolasi dilakukan dengan cara isolasi
langsung (direct plating), yaitu : daun kentang
diambil dan diletakkan pada cawan petri yang
berisi TEA steril yang telah ditambahkan
chloramfenikol 50 ppm, kemudian diinkubasi pada
suhu ruang selama 3 hari. Koloni kapang yang
menunjukkan ciri-ciri Phytophthora infestans
dipindahkan dalam medium PDA lainnya dalam
cawan petri secara aseptik dan diinkubasi pada
suhu ruang selama 3 hari. Identifikasi menurut
Barnett dan Hunter, 1972 untuk memperoleh isolat
murni Phytophthora infestans.
Gambar 1: Busuk daun (late blight) pada daun
3. Uji Antagonisme jamur antagonis isolat tanaman kentang oleh Kapang patogen
lokal terhadap kapang patogen Phytophthora infestans
Phytophthora infestans secara In vitro
Isolat Phytophthora infestans yang telah
dibiakkan pada media PDA di dalam cawan petri
yang berisi media PDA (Potao Dekstrose Agar)
dan diinkubasi selama 5 x 24 jam pada suhu 30oC,
kemudian dibuat cetakan potongan miselium
berbentuk bulat dengan diameter 0,5 cm. Satu
potongan miselium ini kemudian diletakkan
berdampingan dengan cetakan miselium koloni
jamur antagonis isolat lokal (dual plating).
Sebagai kontrol, kapang patogen Phytophthora
infestans ditumbuhkan pada medium PDA yang Gambar 2: Isolasi langsung daun tanaman
tidak diinokulasikan terlebih dahulu dengan biakan kentang yang terinfeksi kapang patogen
sel jamur antagonis isolate lokal. Phytophthora infestans pada medium PDA dan
TEA
HASIL DAN PEMBAHASAN Koloni kapang patogen Phytophthora
1. Isolasi patogen penyebab busuk daun dan infestans pada medium PDA berwarna putih
umbi tanaman kentang dengan tekstur permuakaan berwarna wolly.
Kapang patogen Phytophthora infestans Sporangia berbentuk pyriform mempunyai papila
berhasil diisolasi dari beberapa lembar daun berwarna hialin serta permukaannya halus.
kentang yang telah positif terinfeksi kapang Sporangiofor bercabang-cabang simpodial,
patogen tersebut yang diambil dari lokasi berwarna hialin (Gambar 3).
perkebunan (pembibitan) kentang di Kledung,
Kedu Temanggung Jawa Tengah (Gambar 1 dan 2
). Metode isolasi menggunakan metode isolasi
secara langsung (direct method). Beberepa kapang
antagonis (3 buah) juga telah berhasil diisolasi dan
Pengendalian Hayati Penyakit Lodoh 15

dicirikan dengan adanya banyak percabangan


konidiofor dan konidium terbentuk secara
bergerombol pada permukaan sel
konidiofornya (Gambar 5). Mekanisme
penghambatan yang terjadi pada uji
antagonisme ini adalah hiperparasit yang dapat
diamati dengan pertumbuhan miselium
Gambar 3: Koloni dan gambar mikroskopi Trichoderma spp. yang menutupi seluruh
kapang patogen Phytophthora infestans pada permukaan medium termasuk koloni
medium PDA Phytophthora infestans. Pada hari keenam uji
2. Isolasi kapang –kapang tanah isolat lokal penghambatan jamur Trichoderma sp terhadap
pada pertanaman kentang pertumbuhan kapang patogen Phytophthora
Dari hasil isolasi jamur tanah pada infestans secara in vitro mengalami
medium PDA diperoleh 3 isolat kapang antagonis, penghambatan yang paling kuat yang ditandai
baik yang diisolasi dari pertanaman kentang yang dengan penutupan koloni kapang Trichoderma
sakit atau yang tidak. Pemilihan isolat didasarkan sp pada hari keenam umur pertumbuhan
pada perbedaan morfologi koloni (warna dan Phytophthora infestans (Gambar 6).
bentuk koloni) isolat jamur pada kedua medium
tersebut untuk tiap-tiap sampel tanah. Dengan
demikian tidak menutupi kemungkinan terdapat
isolat-isolat jamur yang sama yang berasal dari
beberapa sampel tanah tersebut (Gambar 4).

Gambar 5: Koloni dan mikroskopi kapang


antagonis isolat lokal Trichoderma sp pada
medium PDA
Gambar 4: Koloni-koloni kapang antagonis yang
dapat diisolasi dari tanah
pertanaman kentang pada medium
PDA.

3. Uji antagonisme secara in vitro


Dari 7 isolat jamur yang diperoleh pada
medium PDA, 3 isolat di antaranya
bersifat antagonis terhadap kapang patogen
Phytophthora infestans dan berdasarkan pada
persamaan sifat morfologi koloninya (warna dan Gambar 6: Penutupan koloni kapang patogen
bentuk koloni), maka dari 7 isolat jamur ini dapat Phytophthora infestans oleh kapang antagonis
dikelompokkan menjadi 3 isolat jamur antagonis Trichoderma sp. Pada hari keenam uji
yang sama. antagonisme
Pengamatan secara mikroskopis
menunjukkan bahwa dari 1 kelompok jamur Pada isolasi jamur tanah dengan medium
antagonis ini kelompok 1 merupakan PDA ini selain marga Trichoderma spp., juga
kelompok/ marga Trichoderma spp. yang didapatkan 2 kelompok jamur antagonis yang lain
14 Susiana Purwantisari

yang berbeda sifat morfologi koloninya. (Tabel 1).


Isolat jamur antagonis kelompok 2 merupakan
marga Aspergillus. Hal ini dapat dilihat dari
morfologi jamur yang khas yaitu adanya vesikel
yang berbentuk bulat hingga lonjong, fialid yang
terbentuk di seluruh permukaan vesikel dan
konidium yang terbentuk secara berantai pada
fialid. Koloni pada medium PDA berwarna hitam
yang permukaannya kasar (Gambar 7). Gambar 9: Uji antagonisme koloni kapang
patogen Phytophthora infestans oleh kapang
antagonis yang belum diketahui jenisnya.
Mekanisme penghambatan yang terjadi
kelompok jamur 2 dan 3 (Aspergillus dan jamur
yang belum bisa diidentifikasi) pada uji
antagonisme ini adalah antibiosis. Hal ini dapat
diketahui dengan terbentuknya zone
penghambatan di sekitar koloni jamur antagonis
(Gambar 8). Zona penghambatan ini hanya bersifat
Gambar 7: Koloni dan mikroskopi kapang sementara karena jika waktu inkubasi
antagonis isolat lokal Aspergillus sp pada medium diperpanjang maka koloni Phytophthora infestans
PDA mampu tumbuh terus melewati zona
penghambatan tersebut. Sedangkan pada
Adapun kelompok 3 masih merupakan kelompok 1 (Trichoderma sp), mekanisme
kelompok jamur yang belum teridentifikasi dengan penghambatannya diduga adalah hiperparasit
ciri morfologi yang sama dengan gambar 9. Pada dimana koloni jamur antagonis tumbuh menutupi
pengamatan secara mikroskopis pada jamur yang seluruh permukaan medium termasuk koloni
belum bisa teridentifikasi hanya dijumpai adanya Phytophthora infestans. Gambar uji antagonisme
hifa yang bersekat dan tidak ditemukan adanya tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
konidium atau organ-organ lain yang yang
merupakan ciri khas dari jamur.
KESIMPULAN
1. Kapang T. lignorum dapat digunakan sebagai
agen pengendali hayati terhadap kapang S.
rolfsii penyebab busuk batang pada tanaman
kacang tanah.
2. Konsentrasi propagul T. lignorum yang paling
efektif dalam penelitian ini untuk
mengendalikan S. rolfsii adalah 9,0 x 109
propagul/ml. Waktu pemberian propagul T.
Gambar 8: Uji antagonisme koloni kapang lignorum yang paling efektif dalam penelitian
patogen Phytophthora infestans oleh kapang ini adalah 0 hari sebelum bibit tanaman kacang
antagonis Aspergillus sp. Pada hari keenam pada tanah ditanam.
medium PDA
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kepada
1. Bagian Proyek Peningkatan Kualitas Sumber
Daya Manusia Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi, Departement Nasional yang telah
membiayai Penelitian Dosen Muda.
Pengendalian Hayati Penyakit Lodoh 15

2. Penghargaan dan penghormatan yang Hartree, E.F. 1972. Determination of Protein: A


setinggi-tingginya kepada ibu Emi Yuliani Modification of the Lowry Method that
(alm) yang banyak berperan dalam penelitian Gives a Linier Photometric Response.
ini, semoga Allah SWT merahmati, menerima Anal. Biochem. 48: 422- 427.
amal baiknya dan mengampuni dosanya. Lorito, M. 1998. Chitinolitic Enzymes and Their
Genes, p. 73-99. In Harman, G.E., and
DAFTAR PUSTAKA C.P. Kubicek. Trichoderma and
Adijaya S. Dian. 2001. Kentang Tak Harus Kulit Gliocladium Vol. 2. Enzymes, Biological
Kering. Trubus . 376: 50. Control and Commercial Application.
Alexopolous C.J., Mims, C.W., Blackwell M. Taylor and Francis, London.
1996. Introductory Mycology. John Wiley Katayama, Katsumi, dan Teramoto, Takeshi. 1997.
& Sons, Inc. Canada America. Seed Potato Production and Control of
Anonimous.2002. Pedoman Penerapan Agen Insect Pest and Diseases in Indonesia,
Hayati Dalam Pengendalian OPT dalam Agrochemicals Japan Journal.
Tanaman Sayuran. Direktorat Jenderal Japan-Plant Protection.
Bina Produksi Hortikultura Direktoratv Panda, F.T. 1999. Regulation and cloning of
Perlindungan Hortikultura. Jakarta. 49hal. microbial chitinase genes.
Bertha Hapsari, 2003. Stop Fusarium dengan Appl.Microbiol. Biotechnol. 51: 141-151.
Trichoderma. Trubus 404- XXX. Hal. Purwantisari, Susiana. 2007. Pengendalian
42-43). Hayati Penyakit Lodoh ( Busuk Umbi
Cholil, A dan Latief Abadi. 1991. Penyakit- Kentang) Dengan Agens Hayati Jamur-
penyakit penting tanaman pangan. jamur Antagonis Isolat Lokal. Laporan
Pendidikan Program Diploma Satu Penelitian. FMIPA Universitas
Pengendalian Hama Terpadu. Fakultas Diponegoro Semarang.
Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
Rukmana, Rachmad. 1997. Kentang: Budidaya
Cook, R. J. & K.F. Baker. 1983. The Nature and
dan Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius.
Practice of Biological Control of Plant
Tokuyasu, K., M.O. Kameyama and K. Hiyasi.
Pathogens. APS Press, Am. Phyt. Soc.,
1996. Purification and characterization
Minnesota. 539 p.
of extracelular chitin deacetylase from
De La Cruz, J., J.A. Pintor-Toro, T. Benitez & A.
Collletotrichum lindemuthianum. Biosci.
Liobell. 1995. Purification and
Biotech. Biochem. 60: 1598-1603.
Characterization o fan Endo- -1,6-
Ueda, M., M. Shiro, T. Kawaguchi and M. Aray.
Glucanase from Trichoderma harzianum
1996. Expression of chitinase III gen of
that is related to its Mycoparasitism. J.
Aeromonas 10S-24 in E. coly. Biosci.
Bacteriol. 177: 1864- 1871.
Biotech. Biochem. 60: 1195-1197.
Domsch, K. H., W, Gams, & T. Anderson. 1980.
Vessey, J.C. & G.F. Pegg. 1973. Autolysis and
Compendium of Soil Fungi. Academic
Chitinase Production in Cultures of
Press. London.
Verticillium alboatrum. Trans. Br.
Djafarudin. 2000. Dasar-dasar Pengendalian
Mycol. Soc. 60: 133-143.
Penyakit Tanaman. Bumi Aksara.
Wibowo, Arif dan Suryanti. 2003. Isolasi dan
Jakarta.
Identifikasi Jamur-jamur Antagonis
Harman, G.E., C.K. Hayes, M. Lorito, R.M
terhadap Patogen Penyebab Penyakit
Broadway, A. Di Pietro, C. Peterbauer &
Busuk Akar dan Pangkal Batang
Tronsmo. 1993. Chitinolytic Enzymes of
Pepaya. Jurnal Fitopatologi Indonesia
Trichoderma harzianum: Purification of
(Vol 7) No. 2: 38-44 pp.
Chitobiosidase and Endochitinase.
Phytopathology 83: 313-318.
BIOMA, Desember 2008 ISSN: 1410-8801
Vol. 10, No. 2, Hal. 13-19

Anda mungkin juga menyukai