Anda di halaman 1dari 12

7

II. Tinjauan Pustaka


1 . Botani Gambir

Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb) termasuk dalam suku kopi-

kopian. Bentuk keseluruhan dari tanaman ini seperti pohon bougenvil, yaitu

merambat dan berkayu. Ukuran lingkar batang, pohon yang sudah tua dapat

mencapai 45 cm. daunnya oval sampai bulat dengan panjang 8-14 cm, lebar

4-6,5 cm. Diameter batang dapat mencapai 1,40 - 2,20 cm dengan ukuran buku

0,65-1,10 cm. Warna kulit batang gambir agak kelabu tua,sedangkan wana daun

hijau tua serta warna daun pucuk hijau muda. bobot daun 1,5 - 3,10 gr/daun

(Denian dan Fiani, 1994).

Jumlah daun/ranting 6-18 helai, jumlah ranting/buku 4-11 ranting,

jumlah buku/batang 4-11 buku, jumlah daun/tanaman menghasilkan 4,2-7,2 kg

tergantung rimbun tanamannya serta bobot kering /ha 550-1.200 kg ( Danian

dkk, 2005).

Gambir dalam pertumbuhannya memerlukan cahaya penuh, dan tahan

terhadap naungan pada waktu muda gambir mempunyai akar tunggal yang

tumbuh cepat dan dengan akar-akar permukaan yang banyak. Bunga berbentuk

corong kembang berwarna hijau putih muda dan setelah mekar menjadi putih dan

buah yang sudah tua berbentuk bulat dan sangat kecil (Paradika, 2009).
8

Tanaman gambir dapat diklasifikasikan sebagai berikut

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Klas : Angiospermae

Sub-klas : Monocotyledonae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiceae

Genus : Uncaria

Species : Uncaria gambir Roxb

2. Syarat tumbuh

Menurut Nazir (2000) tanaman gambir ditemukan tumbuh liar di

hutan-hutan di Sumatera, Kalimantan dan di Semenanjung Malaya.

Disamping itu, gambir juga ditanam di Jawa, Bali, dan Maluku.

Tanaman gambir dibudidayakan pada lahan ketinggian 200 - 800 m

di atas permukaan laut mulai dari topograpi agak datar sampai di lereng

bukit. Budidaya ini ditanam secara tradisional serta jarang diberi pemupukan,

dengan topograpi bergelombang (40% s/d 80%). Tanah yang cocok untuk tanaman

gambir adalah podsolik merah kuning dan latasol dengan ph tanah 5 - 6,5. Tanaman

gambir tumbuh pada iklim dengan curah hujan 2000 s/d 3000 mm pertahun dengan paling

lama kemarau selama 4 bulan. Biasanya ditanam sebagai tanaman perkebunan atau di

pinggiran hutan.
9

3. Perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan stek batang

Sebagai salah satu perbanyakan tanaman secara vegetatif, stek menjadi

alternatif yang banyak dipilih orang karena caranya sederhana, tidak memerlukan

teknik yang rumit sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Wudianto (1998)

mendefinisikan stek sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa

bagian tanaman (akar, batang, daun dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian

itu membentuk akar. Dengan dasar itu maka muncullah istilah stek akar, stek

batang, stek daun, dan sebagainya.

Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai sifat

persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat-

sifat lainya. Selain itu kita juga memperoleh tanaman yang sempurna yaitu

mempunyai akar, batang, dan daun yang relatif singkat (Widianto, 1998).

Stek batang adalah stek yang umum dipakai dalam bidang kehutanan

dan perkebunan. Dalam perbanyakan vegetatif yang dimaksud dengan stek

batang dan stek pucuk adalah yang menggunakan batang dan pucuk stek. Stek

batang adalah pembiakan tanaman yang menggunakan bagian batang agak tua

dengan memotong bagian pucuknya yang dipisahkan dari induknya. Stek

batang ini diambil dari bagian tanaman yang ortotrop dan mengharapkan

tumbuhnya tunas dari kuncup kuncup tunas yang tumbuh di ketiak tanaman.

Stek batang didefinisikan sebagai pembiakan tanaman dengan

menggunakan bagian batang sampai pucuk yang dipisahkan dari induknya,

sehingga menghasilkan tanaman yang sempurna. Menurut Yasman dan Smits

(1988), stek batang pucuk ini sebaiknya diambil dari bagian tanaman

ortotrof sehingga diharapkan dapat membentuk suatu batang yang kokoh dan
10

lurus keatas.

Keuntungan dari perbanyakan ini adalah lebih efisien jika dibandingkan

dengan cara lain karena cepat tumbuh dan penyediaan bibit dapat dilakukan

dalam jumlah yang besar. Sedangkan kesulitan yang dihadapi adalah selang waktu

penyimpanan relatif pendek antara pengambilan dan penanaman (Wudianto,

1988). Dengan demikian sumber bahan vegetatif haruslah dicari atau dipilih

pohon-pohon unggul dengan produksi tinggi, tahan hama dan penyakit serta

mudah penanamannya. Sedangkan yang berkaitan dengan persiapan bahan stek,

Yasman dan Smits (1988) menerangkan bahwa pemotongan bagian pangkal

stek sebaiknya 1 cm dibawah buku (node) karena sifat anatomis dan

penimbunan karbohidrat yang banyak pada buku tersebut adalah lebih baik untuk

perakaran stek.

1. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan stek

Terbentuknya akar pada stek merupakan indikasi keberhasilan dari stek.

Adapun hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah faktor

lingkungan dan faktor dari dalam tanaman.

1.1. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek

yaitu: media perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya (Hartman, 1983). Media

perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, memberi

kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek.

Media perakaran yang baik menurut Hartman (1983) adalah yang dapat

memberikan aerasi dan kelembapan yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari
11

patogen yang dapat merusak stek. Media perakaran stek yang biasa dipergunakan

adalah tanah dan pasir.

Suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 21C sampai

dengan 27C pada pagi dan siang hari dan 15C pada malam hari. Suhu yang

terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui

perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi (Hartman, 1983).

1.1.1. Media tumbuh

a. Media perakaran untuk stek

Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama pembentukan

akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi udara pada

pangkal stek. Media perakaran yang baik menurut Hartman (1983) adalah yang

dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta

bebas dari patogen yang dapat merusak stek.

Beberapa media perakaran stek yang dilakukan adalah tanah subsoil, tanah

topsoil, pupuk kandang, dan kompos. Pupuk kandang dapat memperbaiki sifat

fisik tanah sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan akar

tanaman didalam pembibitan. Peranan dari pupuk kandang ini dapat

mengembangkan beberapa unsur hara seperti fosfor, nitrogen, sulfur, dan

kalium, dan meningkatkan kapasitas tahan kation tanah. Disamping itu pupuk kandang

dapat melepaskan unsur P dari oksida Fe dan Al, dan dapat memperbaiki sifat - fisik

dan struktur tanah, serta dapat membentuk senyawa kompleks dengan unsur makro

dan mikro sehingga dapat mengurangi proses pencucian unsur.

b. Tanah

Tekstur tanah Ultisol bervariasi, berkisar dari pasir sampai dengan lempung
12

berpasir. Fraksi lempung tanah ini umumnya didominasi oleh mineral silikat tipe 1:1

serta oksidan dan hidroksida Fe dan Al, sehingga fraksi lempung tergolong

beraktivitas rendah dan daya memegang lengas juga rendah. Karena umumnya

memiliki kandungan bahan organik rendah dan fraksi lempungnya beraktivitas rendah

maka kapasitas tukar kation tanah (KTK) tanah Potsolik juga rendah, sehingga relatif

kuat memegang hara tanaman dan unsur hara mudah tercuci.

Tanah podsolik merah kuning atau Ultisol termasuk tanah bermuatan

terubahkan (Variable charge), sehingga nilai KTK dapat berubah bergantung nilai pH

nya. Peningkatan pH akan diikuti oleh peningkatan KTK, lebih mampu mengikat hara

K dan tidak mudah tercuci.

Hasil penelitian Sukarji dan Hasril, (1994) menunjukkan pada jenis tanah

Podsolik Merah Kuning, penggunaan tanah lapisan bawah (30-60 cm) dengan

kadar 67% (67% subsoil + 33% topsoil) dan 100% subsoil menghasilkan

pertumbuhan bibit yang kurang baik, sedangkan pada kadar 33% (33 % subsoil +

67 % topsoil) memberikan pertumbuhan yang tidak berbeda nyata dengan kontrol

(100 % topsoil).

c. Pupuk Organik

Suwardjono, (2003) mengatakan bahwa pemberian pupuk kandang dapat

memperbaiki sifat fisik tanah sehinga, dapat menunjang pertumbuhan dan

perkembangan perakaran tanaman. Peranan dari pupuk kandang antara lain (1)

mengembangkan beberapa unsur hara seperti fosfor, nitrogen, sulfur, dan

kalium, (2) meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, (3) melepaskan unsur P dari

oksida Fe dan Al, (4) memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, dan (5)

membentuk senyawa kompleks dengan unsur makro dan mikro sehingga dapat
13

mengurangi proses pencucian unsur.

Pemberian bahan organik pada tanah masam dapat meningkatkan serapan

P karena setelah bahan organik terdekomposisi akan menghasilkan beberapa

unsur hara seperti N, P dan K serta menghasilkan asam humat dan fulvat yang

memegang peranan penting dalam pengikatan Fe dan Al yang larut dalam tanah

sehingga ketersediaan P akan meningkat (Hasanudin, 2003).

Menurut Soetedjo, (2004) bahwa pupuk organik kirinyu (Chromolaena

odorata) adalah kaya nitrogen. Dalam penelitian di laboratorium kandungan hara

kirinyu (Chromolaena odorata) dalam daun adalah : N 5,2% , P 0,8%, K

2,89% , Ca 3,19%, Mg 0,71% Na 0,01% (Soetedjo, 2004). Dari data tersebut

bahwa Kirinyu (Chromolaena odorata) dapat digunakan dengan baik sebagai

pupuk organik baik di lahan pertanian maupun di pembibitan.Tingginya

kandungan N tersebut adalah dapat memacu peretumbuhan.

4.1.2. Cahaya

Dalam siklus hidupnya setiap tanaman memerlukan cahaya matahari yang

berperan dalam fotosintesis. Peranan utama cahaya matahari dalam fotosintesis

antara lain sebagai sumber energi, sebagai pengangkut elektron untuk

membentuk reduktan dalam bentuk NADPH, dan berperan dalam reduksi CO2

menjadi C6H12O6 (Ariffin, 1989).

Menurut Fitter dan Hay (1992), secara fisiologis cahaya mempunyai

pengaruh baik langsung maupun tidak langsung. Pengaruhnya pada metabolisme

secara langsung melalui fotosintesis, serta secara tidak langsung melalui

pertumbuhan dan perkembangan tanaman, keduanya sebagai akibat respon

metabolik yang langsung dan lebih kompleks oleh pengendalian morfogenesis.


14

Cahaya yang berperan dalam fotosintesis jika dilihat dari sifat gelombangnya

adalah cahaya yang masuk dalam ukuran PAR (Photocintetic Active Radiation)

atau yang biasanya dikenal dengan cahaya tampak (vicible light). PAR ini hanya

menduduki 45 persen dari total radiasi matahari dan hanya radiasi dengan panjang

0,4 0,7 mikron yang aktif digunakan dalam proses Fotosintesis (Sugito, 1994)

Intensitas cahaya pada siang hari di dataran tinggi di Indonesia (1000 m

dpl) adalah sebesar 50.000 lux. Oleh karena itu untuk memperoleh intensitas

cahaya yang sesuai bagi tanaman gambir pada pembibitan diperlukan naungan

misalnya dengan paranet. Menurut Schmidt, (2002) , paranet berfungsi sebagai

pelindung bibit dari intensitas cahaya matahari, paranet berfungsi juga untuk

melindungi bibit dari curah hujan yang tinggi, angin, suhu yang fluktuatif (Schmidt,

2002).

Prastowo dan Roshetko, (2006) menyatakan bahwa fungsi naungan pada

bibit sewaktu kecil adalah mengatur sinar matahari yang masuk ke pembibitan,

menciptakan iklim mikro yang ideal bagi pertumbuhan awal bibit, menghindarkan

bibit dari sengatan matahari langsung yang dapat membakar daun daun muda

serta menurunkan suhu tanah di siang hari, memelihara kelembaban tanah,

mengurangi derasnya curahan air hujan dan menghemat penyiraman air.

Pengaruh intensitas cahaya terhadap bibit.

Hasil penelitian pada tanaman anggrek menunjukkan, tanaman yang

mendapat intensitas cahaya 55%, menghasilkan daun terlebar, dan pembentukan

tunas terbaik dibandingkan tanaman yang mendapat perlakuan intensitas cahaya

65% dan 75% (Widiastoety dan Bahar, 1995). Hal ini didukung oleh hasil

penelitian Widiastoety, dkk (2000), yang menunjukkan tanaman yang dihadapkan


15

pada intensitas cahaya 55% memberikan produksi bunga dan lebar daun tertinggi

serta pembentukan tunas terbaik, sedangkan naungan 75% menyebabkan tanaman

menghasilkan panjang tangkai bunga tertinggi.

Pada penelitian yang menggunakan bibit kayu bawang naungan yang

terbaik adalah pada kerapatan 55% memberikan pertumbuhan bibit yang lebih

baik dibanding dengan perlakuan tanpa paranet ,khususnya pada paranet tinggi

dengan diameter tanaman 30,05 cm dan 4,85 cm pada umur 3 bulan di persemaian

(Siahaan dkk , 2007).

Pemberian naungan pada berbagai stadia pertumbuhan pada berbagai

macam varietas tanaman kedelai berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga per

tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi per tanaman, berat 100

biji, dan produksi biji kering. Pemberian naungan 20% memberikan hasil yang

lebih baik apabila diaplikasikan pada awal pengisian polong dibandingkan dengan

awal tanam atau awal berbunga (Herawati dan Saaludin, 1995).

Figa, ( 2007 ) menunjukkan bahwa tanaman pada bibit beringin yang

hidup tanpa naungan tanaman jauh lebih tinggi dari pada tanpa naungan serta

pertumbuhan yang relatif lambat. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan

bibit beringin sangat dipengaruhi oleh cahaya.

Firman dan Ruskandi, (1995) menyatakan pengaruh naungan pada

penyambungan tanaman jambu mete menunjukkan bahwa tanaman yang

disambung di bawah paranet menghasilkan persentase tingkat keberhasilan

paling tinggi pada umur 4 bulan setelah penyambungan. Hal ini kemungkinan

disebabkan iklim mikro pada tempat tersebut berada dalam kondisi yang stabil,

tidak berfluktuasi tajam sehingga mendukung proses perlautan batang bawah dan
16

batang atas.

Hasil penelitian Mansur, ( 2009 ) pengaruh pertumbuhan dan pembuahan

tanaman Vamili terhadap naungan menunjukkan bahwa naungan dengan

kerapatan (65-75) kurang baik untuk semua parameter pertumbuhan

vegetatif.Tingkat naungan terbaik adalah (35-5%) untuk klon 1 maupun klon 2.

4.2. Faktor bahan stek

Kondisi fisiologis tanamn mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan

stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan

makanan, dan zat pengatur tumbuh (Kramer dan Kozlowzky, 1960)

a. Umur bahan stek

Menurut Hartman (1983), stek yang berasal dari tanaman muda akan lebih

mudah berakar dari pada yang berasal dari tanaman tua, hal ini disebabkan apabila

umur tanaman semakin tua maka terjadi peningkatan produksi zat-zat penghambat

perakaran dan penurunan senyawa fenolik yang berperan sebagai auksin kofaktor

yang mendukung inisiasi akar pada stek.

b. Jenis tanaman

Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Keberhasilan

dengan cara stek bergantung pada kesanggupan jenis tersebut untuk berakar. Ada

jenis yang mudah berakar dan ada yang sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan

kehadiran cincin sklerenkim yang kontinyu merupakan penghambat anatomi pada

jenis-jenis sulit berakar, dengan cara menghalangi tempat munculnya adventif

(Kramer, 1960).
17

c. Adanya tunas dan daun pada stek

Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila

seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas

berfungsi sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin

yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin

(Hartman, 1983).

d. Persediaan bahan makanan

Menurut Haber (1957) persediaan bahan makanan sering dinyatakan

dengan perbandingan antara persediaan karbohidrat dan nitrogen (C/N ratio).

Ratio C/N yang tinggi sangat diperlukan untuk pembentukan akar stek yang

diambil dari tanaman dengan C/N ratio yang tinggi akan berakar lebih cepat dan

banyak dari pada tanaman dengan C/N ratio rendah.

e. Zat pengatur tumbuh

Menurut Heddy (1991) hormon berasal dari bahasa Yunani yang artinya

menggiatkan. Hormon pada tanaman menurut batasan adalah zat yang hanya

dihasilkan oleh tanaman itu sendiri yang disebut fitohormon dan zat kimia sintetik

yang dibuat oleh ahli kimia (Kusumo, 1984). Hormon tanaman (fitohormon)

adalah regulators yang dihasilkan oleh tanaman sendiri dan pada kadar rendah

mengatur proses fisiologis tanaman. Hormon biasanya mengalir di dalam tanaman

dari tempat dihasilkannya ke tempat keaktifannya (Kusumo, 1984). Salah satu

hormon tumbuh yang tidak lepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan

tanaman adalah auksin. Thimann (1973) dalam Kusumo (1984) berpendapat

bahwa hubungan antara pertumbuhan dan kadar auksin adalah sama pada akar,

batang dan tunas yaitu auksin merangsang pertumbuhan pada kadar rendah,
18

sebaliknya menghambat pertumbuhan pada kadar tinggi. Kadar optimum hormon

untuk pertumbuhan akar jauh lebih rendah kira-kira 1.100.000 dari kadar optimum

untuk pertumbuhan batang (Kusumo, 1984).

Anda mungkin juga menyukai