Anda di halaman 1dari 21

HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN KACANG-KACANGAN

Kacang Hijau

Hama thrips (Megalurothrips usitatus


Bagnall) merupakan salah satu hama utama
kacang hijau yang sangat merugikan pada
musim kemarau. Pada kondisi kerusakan
tanaman yang parah kehilangan hasil tanaman
dapat mencapai 100%. Tingkat kerusakan
tanaman yang sangat parah terjadi bila kacang
hijau ditanam pada sekitar bulan Mei–Juni.
Apabila ditanam setelah bulan Juli tingkat
serangannya semakin menurun. Menurut Lewis (1973) suhu udara merupakan
faktor iklim yang sangat mempengaruhi populasi Thrips.

Mengingat tingginya resiko kehilangan hasil yang ditimbulkan maka usaha


pengendalian hama Thrips sangat diperlukan. Pada dasarnya pengendalian hama
Thrips dapat dilakukan dengan beberapa cara pengendalian seperti kultur teknis,
penggunaan varietas tahan, biologis dan kimia. Namun demikian, di tingkat petani
usaha pengendalian hama umumnya masih mengutamakan penggunaan
insektisida, karena mudah didapat, mudah diaplikasikan, dan hasilnya cepat
terlihat. Tulisan ini merupakan rangkuman hasilhasil penelitian pengendalian
hama Thrips pada tanaman kacang hijau.

Thrips, M. usitatus, adalah serangga yang termasuk dalam ordo


Thysanoptera (serangga bersayap duri/umbai), subordo Terebranta; Famili
Tripidae dan Genus Megalurothrips (Boror et al., 1996). Thrips mempunyai
ukuran tubuh kecil dan langsing, panjang tubuh sekitar 0,5–5 mm. Tipe alat mulut
adalah penghisap-penggesek. Makanan yang ditelan biasanya dalam bentuk
cairan. Antena pendek, empat sampai sembilan ruas. Thrips mengalami
metamorfosa yang tidak sempurna, dua instar pertama tidak bersayap disebut
larva; instar ketiga disebut prepupa, sedang instar keempat disebut pupa, dan
tahapan selanjutnya adalah dewasa. Thrips berkembang biak secara tidak kawin.

Gejala Serangan Hama Thrips pada Kacang Hijau

Nimfa dan dewasa menghisap cairan pada permukaan daun, sehingga


permukaan atas daun menjadi berbintik-bintik keputihan dan permukaan bawah
daun menjadi nekrotik. Gejala muncul sejak tanaman muda yang dicirikan dengan
daun-daun mengkerut, tanaman menjadi kerdil, pembentukan bunga terlambat
atau bunga menjadi rontok. Dengan rontoknya bunga, polong gagal terbentuk dan
hasil kacang hijau menjadi rendah. Di samping dapat menimbulkan gejala
langsung, beberapa spesies dapat bertindak sebagai vektor virus, sebagai contoh
Thrips palmi dan T. tabaci dapat menyebarkan TSWV (tomato spotted wilt virus)
yang menyebabkan kematian banyak tanaman secara luas (Kranz et al., 1978;
Mughal, 1985).

Pengendalian Thrips dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti


penggunaan varietas tahan, pengendalian secara biologis, kultur teknis, dan secara
kimiawi. Pengendalian dengan Tanaman Tahan Pengendalian dengan
menggunakan galur kacang hijau tahan terhadap serangan Thrips merupakan cara
pengendalian yang praktis, tidak mencemari lingkungan, ekonomis, serta cocok
bila dipadukan dengan cara pengendalian yang lain.
Evaluasi untuk mendapatkan galur-galur kacang hijau tahan terhadap
Thrips telah banyak dilakukan. Hasil evaluasi yang dilakukan Balitkabi diperoleh
satu galur kacang hijau, yakni MLG-716, yang konsisten tahan terhadap serangan
hama Thrips. Pada varietas yang rentan (No.129) intensitas serangan Thrips dapat
mencapai 30%, sedang pada galur yang tahan (MLG 716) intensitasnya hanya
mencapai 7% keduanya terjadi pada kondisi tanpa pengendalian (Indiati, 1995).
Dari hasil pengujian pada tahun 1999, diperoleh sekitar tiga klon baru kacang
hijau (MMC1e-Kp-4, MMC109d-Kp-1 dan MLG-500) yang agak tahan terhadap
serangan Thrips (Indiati dan Anwari, 1999). Pengujian di rumah kaca pada MK
1999 memperlihatkan bahwa kehilangan hasil MLG-716 adalah sekitar 28%
sedang pada Var. No. 129 sebesar 60%. Sedang pada pengujian lapangan MK.
2003 kehilangan hasil MLG-716 adalah sekitar 27,5% dibanding Var. No. 129
sebesar 74,6%.

Teknik Pengendalian

Pengendalian Secara Biologis

Pengendalian biologis pada dasarnya adalah memanfaatkan musuh alami


hama untuk mengendalikan populasi hama. Penerapan pengendalian biologis
harus didasari oleh pengetahuan ekologi tentang keseimbangan ekosistem oleh
pengendali alami yang meliputi parasit, predator dan patogen dalam
mengendalikan hama Thrips. Beberapa pemangsa berpotensi mengendalikan
hama Thrips. Rejesus et al. (1986 Dalam Bernardo, 1991) melaporkan bahwa
kepik Orius tantillus merupakan pemangsa yang paling dominan terhadap nimfa
dan serangga dewasa. Perkembangan pemangsa ini berkisar 16,5 hari untuk betina
dan 14,8 hari untuk yang jantan (Mituda and Calilung, 1989). Satu siklus hidup O.
tantillus dapat mengkonsumsi lebih dari 200 individu Thrips, sedangkan
kemampuan memangsa maksimum kepik dewasa antara 19–20 Thrips dewasa per
hari. Amblyseius sp. juga merupakan pemangsa nimfa Thrips. Daur hidup total
sekitar 4,7 hari, dan pemangsa ini mampu memangsa 2–7 nimfa Thrips per hari.
Pemangsa lain yang potensial adalah Campylomma sp. dan laba-laba Conopistha
sp. yang masing-masing mampu memangsa 1–5 dan 8–25 imago Thrips per hari.
Keduanya dapat memangsa nimfa maupun imago (Mituda dan Calilung 1989).

Pengendalian Secara Kultur Teknis

Pengendalian secara kultur teknis merupakan upaya mengelola lingkungan


tanaman sedemikian rupa sehingga lingkungan tersebut kurang cocok bagi
kehidupan dan perkembangan hama. Pengendalian kultur teknis merupakan usaha
pengendalian yang bersifat pencegahan yang dilakukan sebelum terjadi serangan
hama agar populasi hama tidak melampaui nilai ambang kendali. Pengendalian
secara kultur teknis dapat dilakukan melalui penggunaan mulsa dan pemilihan
waktu tanam. Mulsa jerami efektif menurunkan populasi Thrips, karena
penutupan tanah dengan jerami akan mengganggu proses pembentukan pupa di
dalam tanah (Sastrowijoyo, 1991). Cara yang kedua adalah menanam kacang
hijau pada awal musim kemarau (MK I) supaya terhindar dari serangan Thrips,
karena intensitas serangan Thrips mulai meningkat pada bulan-bulan berikutnya.
Hasil penelitian Indiati (2003) memperlihatkan bahwa di Muneng, Probolinggo
intensitas serangan Thrips yang diamati pada tanaman umur tiga minggu sangat
bervariasi. Pada pertanaman yang ditanam pada bulan April intensitas serangan
Thrips masih rendah sekitar 15%, kemudian sedikit meningkat pada pertanaman
bulan Mei. Pada pertanaman bulan Juni ratarata intensitas serangan Thrips
mencapai puncaknya dan menurun pada pertanaman bulan-bulan.

Pengendalian Secara Kimia

Penggunaan insektisida untuk pengendalian hama sebaiknya digunakan


bila cara pengendalian yang lain sudah tidak efektif untuk menekan populasi
hama. Di samping harga yang mahal, penggunaan yang kurang bijaksana akan
mencemari lingkungan. Oleh karena itu aplikasinya harus didasarkan pada nilai
ambang kendali hama yang akan dikendalikan. Insektisida yang digunakan
sebaiknya yang bersifat selektif, artinya insektisida tersebut efektif terhadap hama
sasaran, dan aman terhadap musuh alami hama. Untuk hama Thrips, aplikasi
insektisida baru dilakukan bila di pertanaman kacang hijau ditemukan lebih dari 5
ekor Thrips dewasa per trifoliet daun pucuk pada tanaman berumur 7–14 hari.
Beberapa jenis insektisida yang efektif untuk menekan intensitas serangan Thrips
antara lain insektisida dengan bahan aktif formetanate hydrocloride (Dicarzol 25
SP), diafentiuron (Pegasus 500 SC), imidakloprid (Confidor 5 WP, 70 WS),
methiocarb (Mesurol 50 WP), carbofuran (Furadan 3G) dan fipronil (Regent 50
SP) dengan dosis rekomendasi yang tercantum pada label insektisida yang
bersangkutan. Selain jenis insektisida, waktu dan cara aplikasi juga merupakan
faktor yang menentukan efektivitas pengendalian. Berdasarkan hasil penelitian
lapangan di KP Muneng, musim kemarau (puncak intensitas serangan Thrips)
tahun 2000 dilaporkan bahwa jenis bahan aktif insektisida berpengaruh terhadap
penekanan intensitas serangan Thrips di lapangan. Aplikasi insektisida dengan
bahan aktif fipronil 50 g/l, imidakloprid 70%, formetanate hydrocloride 25%
dengan konsentrasi 1–2 ml/l sekali seminggu efektif menekan intensitas serangan
hama Thrips sampai 2%, dan tidak berbeda nyata di antara ketiganya. Sedangkan
aplikasi insektisida dengan bahan aktif diafentiuron 500 g/l hanya mampu
menekan intensitas serangan Thrips sampai 32% setara dengan ekstrak air serbuk
biji mimba 20 g/l. Pada petak yang tidak dikendalikan intensitas serangan Thrips
dapat mencapai 100%. Pada Aplikasi insektisida dengan bahan aktif fipronil 50
g/l, imidakloprid 70%, formetanate hydrocloride 25 % dengan konsentrasi 1–2
ml/l sekali seminggu hasil yang diperoleh berturut-turut 0,86, 0,82, dan 0,81 t/ha
berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pengendalian yang hanya menghasilkan
0,31 t/ha biji kering. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi hari yang
cerah (tidak hujan) dan tidak berangin, agar takaran insektisida yang diberikan
dapat diambil tanaman secara maksimal.

Kacang Buncis

Hama kumbang daun

Hama kumbang daun ini adalah jenis Henose


pilachna signatipennis atau Epilachna signatipennis.
Kumbang ini sering disebut juga kumbang daun
epilachna. Bentuk tubuhnya oval, berwarna merah atau
coklat kekuningan dengan panjang 6-8 mm. Hama ini tidak terlalu merusak,
namun perlu juga dikendalikan agar tidak menurunkan produktivitas tanaman.
Pengendalian ;
 Pemusnahan telur maupun kumbangnya secara mekanis (manual).
 Penyemprotan dengan pestisida nabati (campuran ; bawang putih, cabe rawit,
jahe, jeruk dan sambiloto.
 Pergiliran tanaman dengan tanaman lain.

Hama Penggerek Daun

Hama penggerek daun ini umumnya adalah kenis Etilla zinckenella.


Gejalanya polong yang masih muda mengalami kerusakan, bijinya banyak yang
keropos. Namun kerusakan ini tidak sampai mematikan tanaman.
Pengendalian ;
 Penggunaan pestisida.
 Waktu penyemprotan sebaiknya di sore hari. Untuk pencegahan dan
pengendalian sebaiknya disemprot secara berkala ( seminggu sekali)

Hama Lalat Kacang

Lalat kacang ini adalah jenis Agromyza phaseoli yang termasuk famili
Agromyzidae. Lalat betina mempunyai panjang 2,2 mm sedangkan jantan lebih
kecil yakni 1,9 mm.

Gejala serangan hama ini adalah lubang-lubang pada daun dengan arah tertentu,
yaitu dari tepi daun menuju tungkai atau tulang daun. Gejala lebih lanjut berupa
pangkal daun membengkok atau pecah. Kemudian tanaman menjadi layu, berubah
kuning dan akhirnya mati muda. Bila tidak sampai mati, tanaman menjai kerdil
dan produktifitasnya sedikit.
Pengendalian ;
 Pada saat pengolahan tanah, setelah biji-biji buncis ditanam, sebaiknya lahan
langsung diberi penutup dari jerami atau daun pisang. Penanaman dilakukan
secara serentak. Dengan demikian mencegah lalat kacang ini hinggap untuk
meletakkan telurnya.
 Pengendalian juga dengan penyemprotan pestisida nabati ( campuran bawang
putih, cabe rawit, daun mimpba, daun tomat, merica dan sambiloto).
Penyemprotan dilakukan 2 sd 3 kali sampai 20 HST ( Hari setelah tanam)
tergantung berat ringan serangan.
Hama Kutu Daun

Kutu daun atau Aphis gossypii tidak hanya menyerang tanaman buncis saja,
melainkan dapat memakan segala tanaman. Tanaman inangnya antara lain; kapas,
semangka, cabaik, terong, bunga sepatu dan jeruk. Kutu daun berwarna hijau tua
sampai hitam atau kuning coklat.
Gejala yang tampak adalah pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, batang
memutar (memilin), daun keriting dan berwarna kuning.
Pengendalian ;
 Pengendalian secara ekosisitemik dengan memasukkan/memelihara musuh
alami berupa belalang sembah, kumbang koksi(kepik) dan lembing. Pohon mint,
adas, dill, yarrow, cengkeh, dan dandelion dikenal dapat menarik
minat lacewing, kumbang koksi dan sejenis serangga yang sebenarnya
dinamakan “predator kutu daun.” Menempatkan tanaman ini di sekitar tanaman
yang ingin Anda lindungi dapat menarik predator sehingga dapat mengendalikan
populasi kutu daun.
 Penggunaan pestisida nabati (dengan campuran bawang putih, bawang merah,
cabe rawit, daun mimba, daun tomat dan sambiloto). Penyemprotan dapat
dilakukan berkala 1 atau 2 minggu sekali.

Hama Ulat Jengkal Semu

Ulat jengkal semu ini bisanya dari jenis Pluia signata (Phytometra
signata) dan jenis Plusia Chalcites. Panjang ulat ini kurang lebih 2 cm, berwarna
hijau dengan garis samping berwarna lebih muda.
Gejala serangan pada daun berlubang-lubang. Tanaman menjadi kerdil dan
berakibat produktivitas menurun.
Pengendalian ;
1. Dengan cara mekanis.
2. Sanitasi dengan pembersihan gulma-gula yang dapat dijadikan sarang
persembunyian hama tersebut.
3. Penyemprotan pestisida.

Hama Ulat Penggulung Daun

Ulat penggulung daun ini dari jenis Lamprosema Indicata dan jenis
Lamprosema Diemenalis.
Gejala serangan yang nampak yakni pada daun akan kelihatan menggulung dan
apabila dibuka biasanya terdapat ulat yang dilindungi oleh benang-benang sutera
dan kotoran. Polongan sering pula ikut direkatkan bersama-sama dengan daunnya.
Daun juga terdapat lubang-lubang bekas gigitan dari tepi sampai ketulang utama,
hingga habis tinggal urat-uratnyta saja.

Pengendalian ;
 Secara mekanis dengan membuang daun yang terserang tersebut. Dikumpulkan
untuk kemudian dapat dimusnahkan dengan cara dibakar ditimbun di tanah.

 Penyemprotan pestisida.

Kacang Tanah

Hama utama pada tanaman kacang tanah yang menyerang tanaman sejak
tanaman tumbuh hingga menjelang panen terdiri lebih dari 20 spesies. Namun
hanya beberapa hama utama yang penting yakni: pengisap daun (Kutu Aphis A.
craccivora, kutu kebul Bemisia tabaci, tungau merah Tetranychus cinnabarius,
Thrips spp. dan wereng Empoasca spp.), pemakan daun (ulat grayak Spodoptera
litura, ulat jengkal Chrysodeixis chalsites) ulat penggulung daun Lamprosema
indicata, ulat buah Helicoverpa spp., pengorok daun Aproerema modicela, hama
polong (rayap Odontotermes spp, lundi Holotrichia spp., Dermaptera Anisolobis
annulipes), dan hama pemakan biji (Kumbang bubuk Tribolium casteneum, dan
ulat biji Corcyra cephalonica).

Hama Pengisap Daun

Aphis craccivora Koch.


Homoptera: Aphididae
Bioekologi. Tubuh Aphis
craccivora berukuran kecil,
lunak, dan berwarna hitam.
Sebagian besar jenis serangga ini
tidak bersayap, tetapi bila populasi
meningkat, sebagian serangga dewasanya membentuk sayap bening. Aphis
dewasa yang bersayap ini kemudian pindah ke tanaman lain untuk membentuk
koloni baru. Serangga ini menyukai bagian-bagian muda dari tanaman inangnya.
Panjang tubuh Aphis dewasa berkisar 1–1,6 mm. Nimfa Aphis dapat dibedakan
dengan imagonya dari jumlah ruas antena yang lebih sedikit pada nimfa yang
lebih muda. Jumlah antena nimfa instar satu umumnya 4 atau 5 ruas, instar kedua
5 ruas, instar tiga 5 atau 6 ruas dan instar empat atau imago 6 ruas. Serangga
muda (nimfa) dan imago (dewasa) mengisap cairan tanaman. Serangan pada
pucuk tanaman muda menyebabkan pertumbuhan tanaman kerdil. Hama ini juga
bertindak sebagai vektor (serangga penular) berbagai penyakit virus kacang-
kacangan (Soybean Mosaic Ynts, Soybean Yellow Mosaic Virus, Bean Yellow
Mosaic Virus, Soybean Dwarf Yrus, Peanut Stripe Virus, dll). Hama ini
menyerang tanaman kacang tanah muda sampai tua. Cuaca panas pada musim
kemarau sering menyebab 254 Marwoto: Hama Utama Kacang Tanah dan
Strategi Pengendaliannya Pengendalian - Tanam serempak. - Semprot insektisida
(Lampiran 1) bila telah mencapai ambang kendali (kerusakan daun 12,5%).

Kutu Kebul Bemisia tabaci Gennadius


Homoptera: Aleyrodidae. Bioekologi.
Serangga dewasa kutu kebul berwarna putih
dengan sayap jernih, ditutupi lapisan lilin
yang bertepung. Ukuran tubuhnya berkisar 1–
1,5 mm (Gambar 2). Serangga dewasa
meletakkan telur di permukaan bawah daun
muda. Telur berwarna kuning terang dan bertangkai seperti kerucut. Stadia telur
berlangsung selama 6 hari. Serangga muda (nimfa) yang baru keluar dari telur
berwarna putih pucat, tubuhnya berbentuk bulat telur dan pipih. Hanya instar satu
kaki berfungsi, sedang instar dua dan tiga melekat pada daun selama masa
pertumbuhannya. Panjang tubuh nimfa 0,7 mm. Stadia pupa terbentuk pada
permukaan daun bagian bawah. Ada jenis lain yang lebih besar disebut
Aleurodicus dispersus atau kutu putih. Kutu kebul Bemisia tabaci. Serangga muda
dan dewasa mengisap cairan daun. Ekskreta kutu kebul menghasilkan embun
madu yang merupakan media tumbuh cendawan jelaga, sehingga tanaman sering
tampak berwarna hitam. Kutu kebul merupakan serangga penular penyakit
Cowpea Mild Mottle Virus (CMMV) pada kacang tanah dan kacang-kacangan
lain. Hama ini dapat menyerang tanaman dari famili Compositae, Cucurbitaceae,
Cruciferae, Solanaceae, dan Leguminoceae. Pengendalian - Tanam serempak -
Semprot insektisida bila telah mencapai ambang kendali (kerusakan daun 12,5%).
- Penggunaan varietas tahan.

Tungau Merah
Tetranychus cinnabarius
Boisduval Acarina:
Tetranycidae Bioekologi.
Tubuh tungau berwarna
merah dengan tungkai putih.
Panjang tubuhnya sekitar
0,5 mm. Perkembangan dari telur hingga menjadi tungau dewasa berlangsung
selama lebih kurang 15 hari.Telur diletakkan di permukaan bawah daun kacang
tanah. Warna telur kuning pucat dan berbentuk bulat dengan ukuran 0,15 mm.
Pada musim kering, perkembangbiakkan populasi tungau sangat cepat. Tungau
menyerang tanaman dengan mengisap cairan daun sehingga daun berwarna
kekuning-kuningan. Pada daun yang terserang akan dijumpai jaringan benang
halus yang digunakan oleh tungau dewasa untuk berpindah ke daun lain yang
masih segar dengan cara bergantung pada benang. Selain kacang tanah, tungau
merah juga menyerang, kacang hijau, kacang tunggak, kacang panjang, ubikayu,
pepaya dan karet

Thrips Scirtothrips
dorsalis Hood Thrips palmi
Karny Frankliniella schultzei
Trybon Callothrips indicus
Bagnall Thysanoptera :
Thripidae Bioekologi. Thrips
merupakan serangga kecil
hidup di bagian bunga dan cekungan/ lipatan daun pada tanaman kacang tanah.
Ukuran serangga ini hanya 2 mm, berwarna kuning krem. Telur diletakkan di
dalam jaringan daun muda. Siklus nimfa mengalami empat kali ganti kulit dan
langsung menjadi serangga dewasa. Pada kondisi optimal, serangga muda (nimfa)
berumur 15 hari, umur serangga dewasa 20 hari dan dapat meletakkan telur 40–50
butir. Thrips terdapat sepanjang tahun da n populasi meningkat pada musim
kemarau/panas. Nimfa dan serangga dewasa menghisap daun, menyebabkan
nekrotik dan serangan berat daun menjadi keriting. Serangan pada daun muda
menyebabkan daun nekrotik dan keriting, dapat menyebabkan gagal panen.

Wereng Empoasca spp. Hemiptera :


Cicadellidae Bioekologi. Hama ini
juga dikenal dengan nama sikada,
menyerang kacang tanah pada
musim kemarau, kehilangan hasil
dapat mencapai 40%. Sikada pada
kacang tanah berwarna hijau
kekuningan, berukuran 3 mm, serangga jantan lebih kecil daripada serangga
betina. Telur diletakkan di dalam jaringan daun, dekat tulang daun di permukaan
bawah. Bentuk telur seperti buah alpukat. Seekor sikada betina dapat meletakkan
40 butir telur, telur menetas dalam 7–10 hari. Lama periode nimfa 7–14 hari.
Nimfa dan serangga dewasa mengisap cairan daun muda dari permukaan bawah
daun. Kerusakan pada daun muda, urat daun menjadi putih. Serangan pada
tanaman muda menjadikan tanaman layu. Pada tanaman yang lebih tua, ujung
daun muda yang terserang berwarna kuning membentuk huruf V. Kacang tanah
yang terserang sikada tampak lebih kuning daripada tanaman sehat. Hama
Empoasca dan gejala serangan pada daun kacang tanah.

Hama Pemakan Daun

1. Ulat Grayak Spodoptera litura Fabricius Lepidoptera : Noctuidae


Bioekologi. Serangga dewasa berupa ngengat abu-abu, meletakkan telur pada
daun secara berkelompok. Ukuran tubuh ngengat betina 1,4 cm, sedangkan
ngengat jantan 1,7 cm. Setiap kelompok telur terdiri dari 30–700 butir yang
ditutupi oleh bulu-bulu berwarna merah kecoklatan. Telur akan menetas setelah 3
hari. Ulat yang baru keluar dari telur berkelompok di permukaan daun dan makan
epidermis daun. Setelah beberapa hari, ulat mulai hidup berpencar. Ulat grayak
aktif makan pada malam hari, meninggalkan epidermis atas dan tulang daun
sehingga daun yang terserang dari jauh terlihat berwarna putih. Panjang tubuh ulat
yang telah tumbuh penuh 50 mm. Kepompong terbentuk di dalam tanah. Setelah
9–10 hari, kepompong akan berubah menjadi ngengat dewasa. Selain memakan
daun, ulat dewasa memakan polong muda dan tulang daun muda, sedang pada
daun yang tua, tulang-tulangnya akan tersisa. Selain kacang tanah, ulat grayak
juga menyerang jagung, kentang, tembakau, kacang hijau, bayam dan kobis.
Gambar 6. Ulat, kelompok, dan imago hama ulat grayak Spodoptera litura.
Pengendalian - Tanam serempak. - Pemantauan secara rutin semprot insektisida
(Lampiran 1) apabila telah mencapai ambang kendali (2 ekor/ 8 tanaman).

2. Ulat Jengkal Chrysodeixis chalcites Esper; Thysanoplusia (=


Trichoplusia) orichalcea Fabricius Lepidoptera : Noctuidae 258 Marwoto: Hama
Utama Kacang Tanah dan Strategi Pengendaliannya Bioekologi. Ngengat betina
meletakkan telur pada permukaan bawah daun secara satu persatu. Mula-mula
telur berwarna putih kemudian berubah menjadi kuning. Setelah 3–4 hari, telur
akan menetas. Ulat yang keluar berwarna hijau dan dikenal dengan sebutan ulat
jengkal karena perilaku jalannya. Ulat dewasa membentuk kepompong dalam
daun yang dianyam. Panjang tubuh ulat yang telah mencapai pertumbuhan penuh
sekitar 4 cm. Setelah 7 hari, kepompong akan berubah menjadi ngengat (Gambar
7). Ukuran tubuh ngengat betina 1,3 cm, sedangkan yang jantan 1,7 cm. Ulat
makan daun dari arah pinggir. Serangan berat pada daun mengakibatkan hanya
tulang-tulang daun yang tersisa dan keadaan ini biasanya terjadi pada fase
pengisian polong. Ulat jengkal bersifat polifag. Selain kacang tanah, ulat jengkal
juga menyerang tanaman jagung, kentang, tembakau dan kacang-kacangan lain.
Gambar 7. Imago dan larva ulat jengkal Chrysodeixis chalcites Esper. (Sumber:
www.africanmoths.com). Pengendalian - Tanam serempak - Semprot insektisida
(Lampiran 1) bila telah mencapai ambang kendali (kerusakan daun 12,5%).

3. Ulat Penggulung Daun Omiodes (=Lamprosema, Hedylepta) indicata


Fabricius Lepidoptera : Pyralidae Bioekologi. Ngengat betina berukuran kecil,
berwarna coklat kekuningan dengan lebar rentangan sayap 20 mm. Ngengat betina
meletakkan telur secara berkelompok pada daun-daun muda. Setiap kelompok
terdiri dari 2–5 butir. Ulat yang keluar dari telur berwarna hijau, licin, transparan
dan agak mengkilap (Gambar 8). Pada bagian punggung (toraks) terdapat bintik
hitam. Seperti namanya, ulat ini membentuk gulungan daun dengan merekatkan
daun yang satu dengan yang lainnya dari sisi dalam dengan zat perekat yang
dihasilkannya. Di dalam gulungan, ulat memakan daun, sehingga akhirnya tinggal
tulang daunnya yang tersisa. Panjang tubuh ulat yang telah tumbuh penuh 20 mm.
Kepompong terbentuk di dalam gulungan daun. Kadang-kadang ulat jenis
Tortricidae dijumpai dalam gulungan daun. Serangan hama ini terlihat den
Monograf Balitkabi No. 13 259 Gambar 8. Ulat penggulung daun Omiodes
(=Lamprosema, Hedylepta) indicata Fabricius. Pengendalian - Tanam serempak -
Pemantauan secara rutin, apabila populasi tinggi semprot dengan insektisida

4. Ulat buah Helicoverpa (Heliothis) Helicoverpa (Heliothis) armigera


Huebner Lepidoptera : Noctuidae Bioekologi. Telur diletakkan secara terpencar
satu per satu pada daun, pucuk atau bunga pada malam hari. Telur biasanya
diletakkan pada tanaman berumur 2 minggu setelah tanam. Telur berwarna kuning
muda. Setelah 2–5 hari, telur menetas menjadi ulat. Ulat yang baru keluar
kemudian makan kulit telur. Ulat muda makan jaringan daun, sedangkan ulat
instar yang lebih tua makan bunga, polong muda dan biji. Warna ulat tua
bervariasi, hijau kekuning-kuningan, hijau, coklat atau agak hitam kecoklatan.
Tubuh ulat sedikit berbulu. Panjang tubuh ulat pada pertumbuhan penuh sekitar 3
cm dengan lebar kepala 3 mm. Kepompong terbentuk di dalam tanah. Setelah 12
hari, ngengat akan keluar. Warna tubuh ngengat kuning kecoklatan. Ciri khusus
cara makan ulat Helicoverpa adalah kepala dan sebagian tubuhnya masuk ke
dalam polong. Selain makan polong, ulat juga menyerang daun dan bunga.
Serangga hama ini mempunyai banyak tanaman inang: kacang hijau, kacang
buncis, kacang tanah, gude, kentang, tomat, kapas, jagung, kentang, kubis,
bawang merah, apel, jarak, tembakau, sorgum, jeruk dan bunga matahari. Hama
ulat buah Helicoverpa (Heliothis) armigera Huebner.

5. Pengorok daun Aproerema modicela Deventev Lepidoptera :


Gelechiidae Bioekologi. Hama ini merupakan hama kunci di India maupun di
Indonesia, mempunyai tanaman inang yang terbatas, salah satunya tanaman
kacang tanah. Serangga hama dewasa berwarna kecoklatan dan keabu-abuan,
panjang tubuh 6 mm, rentang sayap 10 mm (Gambar 10). Telur berwarna
mengkilap, diletakkan secara individu biasanya di bawah permukaan daun.
Serangga betina dapat meletakkan hingga 200 butir. Telur menetas dan larva
muda langsung menggerek/mengorok di dalam daun di antara epidermis atas dan
bawah. Gejala serangan dapat diamati dengan adanya perubahan warna daun
menjadi kecoklatan seperti kering. Serangan berat di lapangan, terlihat daun
kacang tanah seperti terbakar. Pertumbuhan dan perkembangan hama ini dipicu
dengan keadaan musim yang kering. Hama pengorok daun Aproerema modicela,
gejala seranag pada daun dan serangan di lapang dalam uji varietas (Sumber: R.
Rao GV & Rameshwar Rao V. 2013). Pengendalian - Pemantauan secara rutin. -
Bila diketahui serangan mencapai 12,5% semprot dengan insektisida sistemik.

Hama Polong

1. Rayap Odontotermes spp Isoptera : Termitidae Bioekologi. Rayap


menyerang tanaman kacang tanah melalui tiga cara: (1) masuk langsung ke dalam
sistem perakaran, menggerek di dalam akar dan batang, dan akhirnya
menyebabkan tanaman mati, (2) langsung menggerek dan melubangi polong dan
merusak biji, dan (3) langsung merusak urat polong kacang tanah. Polong yang
terserang rayap menjadikan kacang tanah peka terhadap serangan jamur
Aspergillus spp. Rayap tersebar di Asia dan berbahaya pada kacang tanah yang
ditanam pada tanah yang berwarna kemerahan dan berpasir, namun tidak
menyebabkan kerusakan yang tinggi pada tanah Vertisol. Kacang tanah yang
terlambat panen, kerusakan oleh rayap lebih besar. Hama rayap Odontotermes
spp. (Sumber: R. Rao GV & Rameshwar Rao V. 2013). Pengendalian -
Membersihkan sisa tanaman. - Tanam serempak. - Pengairan. - Insektisida butiran
(Lampiran 1).

2. Lundi Holotrichia spp. Coleoptera : Melolontidae Bioekologi. Hama


lundi bersifat polifag, menimbulkan kerusakan pada berbagai tanaman. Kerusakan
berat terjadi pada tanaman yang ditanam di tanah pasir. Telur diletakkan secara
tunggal di dalam tanah 5–20 cm. Telur berwarna putih berbentuk lonjong
berukuran 2,0–2,5 mm, lama stadium telur 9–11 hari. (Gambar 12). Larva yang
baru menetas makan bahan organik, larva mengalami 2 kali ganti kulit. Lama
instar pertama 13–19 hari, instar kedua 31–39 hari dan instar ketiga 118–131 hari.
Kepompong dibentuk di dalam tanah, lama stadium kepompong 15 hari. Serangga
dewasa atau kumbang berukuran 7 x 20 mm. Kumbang keluar dari dalam tanah
pada malam hari, setelah hujan turun. Penerbangan yang paling banyak antara
pukul 18.00–20.00. Daya terbang kumbang tidak terlalu jauh, hanya di sekitar
permukaan tanah. Kumbang dewasa setelah keluar dari tanah segera kawin.
Kumbang betina meletakkan telur sekitar 30 butir. Gejala serangan dapat dilihat
dari larva yang baru menetas makan bulu akar dan bintil akar, sedangkan larva
instar tiga memotong ujung akar, sehingga tanaman layu dan mati. Telur, larva
dan imago hama lundi Holotrichia spp. (Sumber: R. Rao GV & Rameshwar Rao
V. 2013). 262 Marwoto: Hama Utama Kacang Tanah dan Strategi
Pengendaliannya Pengendalian - Memajukan waktu tanam dan tanam serempak
kurang dari 10 hari. - Pengolahan tanah dan pengairan. - Lampu perangkap. -
Insektisida granula/butiran (Lampiran 1). 2. Cocopet, Dermaptera Anisolobis
annulipes Lucas Dermaptera : Forficulidae Bioekologi. Anisolobis annulipes
dikenal sebagai cocopet. Hama ini merusak polong kacang tanah dan termasuk
hama yang penting. Serangan hama ini di kabupaten Tuban dapat menurunkan
hasil sampai 50%. Gambar 13. Telur, imago, dan gejala serangan Anisolobis
annulipes hama pada polong kacang tanah (Sumber: R. Rao GV & Rameshwar
Rao V. 2013) Serangga dewasa kawin 7–10 hari setelah muncul, dan meletakkan
telur 10–23 hari kemudian. Telur berwarna putih, diletakkan di dalam kelompok
dan menetas setelah 7–11 hari. Seekor serangga betina mampu meletakkan telur
21–108 butir. Sepanjang hidupnya nimfa melewati 5 instar dan serangga dewasa
hidup sampai 252 hari. iklus hidup dari telur hingga dewasa 56–72 hari. Cocopet
menggerek polong dan makan biji, lubang gerekan berisi kotorannya dan tanah.
Tanaman yang terserang nampak segar dan tidak mengalami perubahan, tetapi
bijinya rusak (Gambar 13). Pengendalian - Tanam serempak - Pengairan -
Insektisida butiran (Lampiran 1).

Hama Biji

1. Kumbang Bubuk Tribolium castaneum Herbst Coleoptera :


Tenebrionidae Monograf.
Bioekologi. Serangga ini merupakan hama penting pada biji kacang tanah
di dalam gudang. Kumbang agak pipih, memanjang berwarna coklat, berukuran
3–4 mm, lama hidup kumbang 18 bulan (Gambar 14). Gambar 14. Kumbang
Bubuk Tribolium castaneum dan gejala serangan (Sumber: R. Rao GV &
Rameshwar Rao V. 2013). Telur diletakkan secara tunggal. Seekor kumbang
betina mampu bertelur 46 butir sepanjang hidupnya. Larva yang baru menetas
berbentuk lonjong berwarna putih kecoklatan dan makan biji. Larva berambut
halus. Kepompong diletakkan di antara biji yang dimakan. Lama periode telur
sampai menjadi kumbang 20 hari pada suhu 35 C dan kelembaban 79% tetapi
dapat menjadi 141 hari pada suhu 25 C dan kelembaban 70%. Gejala serangan
ditunjukkan dengan larva dan kumbang makan biji kacang tanah sehingga
menjadi berlubang, apabila kerusakan berat yang tersisa tinggal kulitnya saja.
Pengendalian - Biji bebas telur hama - Kadar air simpan 11% - Gudang bebas
hama - Untuk benih dapat perlakuan benih dengan insektisida – Fumigasi.

2. Ulat biji Corcyra cephalonica Stainton Lepidoptera: Galleridae


Bioekologi. Serangga ini dikenal sebagai hama pada beras. Selain pada beras dan
kacang tanah hama ini juga menyerang jagung, sorgum, dan gandum. Ngengat
berukuran kecil 12–15 mm, lebar bentangan sayap 20 mm. Apabila istirahat
sayapnya selalu tertutup. Sayap depan berwarna coklat abu-abu dengan urat-urat
berwarna lebih gelap .

PENGENDALIAN TERPADU Pendekatan Pengendalian Hama dan


Penyakit Pengendalian hama pada tanaman kacang tanah berlandaskan strategi
penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT menurut Untung (1993,
2006), dan Marwoto et al. (1990) adalah suatu cara pendekatan atau cara
pengendalian hama dan penyakit yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan
efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang berwawasan
lingkungan yang berkelanjutan. Strategi PHT adalah mendukung secara
kompatibel semua teknik atau metode pengendalian hama dan penyakit
didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi. Prinsip operasional yang digunakan
dalam PHT adalah: 1. budidaya tanaman sehat. Tanaman yang sehat mempunyai
ketahanan ekologi yang tinggi terhadap gangguan hama dan penyakit. Untuk itu
penggunaan paket teknologi produksi dalam praktek agronomis yang
dilaksanakan harus diarahkan kepada terwujudnya tanaman yang sehat. 2.
pelestarian musuh alami. Musuh alami (parasit, predator, dan patogen serangga)
merupakan faktor pengendali hama/penyakit penting yang perlu dilestarikan dan
dikelola agar mampu berperan secara maksimum dalam pengaturan populasi hama
di lapang. 3. pemantauan ekosistem secara terpadu. Pemantauan ekosistem
pertanaman yang intensif secara rutin oleh petani merupakan dasar analisis
ekosistem untuk pengambilan keputusan dan melakukan tindakan yang
diperlukan. Monograf Balitkabi No. 13 265 4. petani sebagai ahli PHT. Petani
sebagai pengambil keputusan dan ketrampilan dalam menganalisis ekosistem serta
mampu menetapkan keputusan pengendalian hama secara tepat sesuai dengan
dasar PHT.

Kacang panjang

Klasifikasi :Divisi : Spermatophyta, sub divisi : Angiospermae, kelas :


Dicotyledoneae, bangsa : Rosales, suku : Leguminosae (Papilionaceae), marga :
Vigna, jenis : Vigna cylindrica (L.) Skeels. Nama umum/dagang : Kacang panjang
(Hutapea et al., 1994).

Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semak yang


hidupnya menjalar dan tanaman kacang panjang ini merupakan tanaman semusim
yang dengan tinggi kurang lebih 2,5 m pada bagian batang tanaman kacang
panjang ini umumnya tumbuhnya tegak, silindris, lunak dan berwarna hijau
dengan permukaan licin kemudian daunnya majemuk, lonjong, berseling, panjang
6-8 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan
menyirip, tangkai silindris, panjang kurang lebih 4 cm, dan berwarna hijau.
Kemudian bunga tanaman kacang panjang ini terdapat pada ketiak daun,
majemuk, tangkai silindris, panjang kurang lebih 12 cm, berwarna hijau keputih-
putihan, mahkota berbentuk kupu-kupu, berwarna putih keunguan, benang sari
bertangkai, panjang kurang lebih 2 cm, berwarna putih, kepala sari kuning, putik
bertangkai, berwarna kuning, panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu.
Kemudian buah tanaman kacang panjang ini berbentuk polong, berwarna hijau,
dan panjang 15-25 cm. Bijinya lonjong, pipih, berwarna coklat muda. Akarnya
tunggang berwarna coklat muda (Hutapea et al., 1994).

Hama Penyakit dan Pengendalian

 Lalat kacang (Ophiomya phaseoli Tryon)


Gejala: terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang daun, pertumbuhan
tanaman kacang panjang yang terserang lalat kacang pertumbuhannya akan
terhambat dan daun tanaman kacang panjang akan berwarna kekuningan dengan
pangkal batang terjadi perakaran sekunder dan membengkak.

Pengendalian lalat kacang dapat dilakukan dengan cara pergiliran tanaman


yang bukan dari famili kacang-kacangan dan penyemprotan dengan PESTONA.

 Kutu daun (Aphis cracivora Koch)


Gejala: pertumbuhan tanaman kacang panjang dapat terlambat karena
hama kutu daun ini mengisap cairan sel tanaman kacang panjang dan penurunan
hasil pemanenan. Kutu daun ini biasanya hidup bergerombol di pucuk tanaman
kacang panjang dan berperan sebagai vektor virus.

Pengendalian kutu daun dapat dilakukan dengan cara rotasi tanaman


kacang panjang dengan tanaman yang bukan famili kacang-kacangan dan dengan
penyemprotan Natural BVR

 Ulat grayak (Spodoptera litura F.)


Gejala: daun tanaman kacang panjang yang terserang ulat gerayak akan
berlubang-lubang dengan ukuran yang tidak pasti, biasanya serangan berat ulat
gerayak ini terjadi pada musim kemarau selain itu ulat gerayak ini juga
menyerang polong buah tanaman kacang panjang.

Pengendalian ulat gerayak ini bisa dilakukan dengan cara kultur teknis, rotasi
tanaman kacang panjang dengan tanaman yang bukan famili kacang-kacangan dan
dapat juga dilakukan dengan penanaman serempak natural VITURA.
 Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L)
Gejala: biji tanaman kacang panjang yang terserang penggerek batang akan
rusak berlubang-lubang dan akan hancur sampai 90%.

Pengendalian penggerek biji ini dapat dilakukan dengan cara membersihkan


dan memusnahkan sisa-sisa tanaman kacang panjang karena sisa-sisa tanaman
kacang panjang dapat dijadikan tempat persembunyian hama penggerek biji ini
atau dapat juga dilakukan yaitu benih kacang panjang diberi perlakuan minyak
jagung 10 cc/kg biji.

 Ulat bunga ( Maruca testualis)


Gejala: bunga tanaman kacang panjang yang terserang ulat bunga biasanya
larva ulat bunga yang menyerang bunga yang sedang membuka, kemudian larva
ulat bunga ini memakan polong.

Pengendalian ulat bunga ini dapat dilakukan dengan rotasi tanaman dan
menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman dan dengan disemprot larutan
PESTONA.

 Penyakit Antraknose ( jamur Colletotricum lindemuthianum )


Gejala: serangan dapat diamati pada bibit yang baru berkecamabah,
semacam kanker berwarna coklat pada bagian batang dan keping biji.

Pengendalian penyakit antraknose dapat dilakukan dengan rotasi tanaman,


perlakuan benih sebelum ditanam dengan Natural GLIO dan POC NASA dan
membuang rumput-rumput dari sekitar tanaman.

 Penyakit mozaik ( virus Cowpea Aphid Borne Virus/CAMV).


Gejala: pada daun-daun muda terdapat gambaran mosaik yang warnanya
tidak beraturan. Penyakit ditularkan oleh vektor kutu daun.

Pengendalian penyakit mozaik dapat menggunakan benih sehat dan bebas


virus, semprot vector kutu daun dan tanaman yang tersersang dicabut dan dibakar.
 Penyakit sapu ( virus Cowpea Witches-broom Virus/Cowpea Stunt Virus.)
Gejala: pertumbuhan tanaman terhambat, ruas-ruas (buku-buku) batang sangat
pendek, tunas ketiak memendek dan membentuk "sapu". Penyakit ditularkan kutu
daun. Pengendalian penyakit ini sama dengan pengendalian penyakit mosaik.

Layu bakteri ( Pseudomonas solanacearum )

Gejala: tanaman mendadak layu dan serangan berat menyeabkan tanaman


mati. Pengendalian layu bakteri ini dapat dilakukan dengan rotasi tanaman,
perbaikan drainase dan mencabut tanaman yang mati dan gunakan Natural GLIO
pada awal tanam.
HAMA PADA TANAMAN KACANG – KACANGAN

OLEH

NASIP 160301037
NUR SALINA 160301100
MEY LAURENTIA Br MANALU 160301102
LEON AMANTA HALOMOAN 160301249

HAMA DAN PENYAKIT 2016

TUGAS HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITASSUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Anda mungkin juga menyukai