Anda di halaman 1dari 8

BEBERAPA OPT TANAMAN KAKAO DAN CARA

PENGENDALIANNYA DI WILAYAH KERJA UPPT PANEI TONGAH


KABUPATEN SIMALUNGUN PROPINSI SUMATERA UTARA

Oleh :

Kristina Renawati T dan Mindo Sinaga

BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN MEDAN


JL. ASRAMA NO 124 MEDAN, KEL. CINTA DAMAI, KEC. MEDAN HELVETIA (20126)
TELP. (061) 8470504, 8466787 FAX. (061) 8466771, 8445774
WEBSITE : http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpmedan/
========================================================

1. Pendahuluan
Pengamatan terhadap serangan OPT merupakan salah satu
komponen PHT, dan faktor yang penting dalam usaha merencanakan
strategi pengendalian yang akan dilakukan agar dapat berjalan efektif dan
efisien.
Pengamatan terhadap serangan OPT kakao dilakukan pada 4
(empat) kebun rakyat di wilayah binaan UPPT Panei Tongah, Kab.
Simalungun. Kebun rakyat yang diamati OPT-nya, antara lain yaitu :
a. Kebun petani milik Nasib di Desa Karang Anom Kec. Panei Tongah
dengan umur tanaman 10 tahun, luas kebun 0,5 Ha, varietas (klon)
TSH dan RCL;
b. Kebun petani milik Nelly br. Siregar di Kel. Panei Tongah Kec. Panei
dengan umur tanaman 10-17 tahun, luas kebun 0,5 Ha, varietas (klon)
TSH dan RCL;
c. Kebun petani milik Omry Samosir di Desa Sibisa Dolok Kec. Panei
dengan umur tanaman 10 tahun, luas kebun 0,5 Ha, varietas (klon)
TSH dan RCL;
d. Kebun petani milik Dumorlan Napitupulu di Simpang Panei Kec. Panei
dengan umur tanaman 6 tahun, luas kebun 9 rante, varietas (klon)
dibibitkan sendiri.

1
2. Hasil Pengamatan OPT di Kabupaten Simalungun
Hasil pengamatan OPT di wilayah kerja UPPT Panei Tongah
Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rerataan data jenis OPT dan kriteria serangannya pada masing-
masing kebun petani di Kab. Simalungun

Kriteria Serangan pada Kebun Petani


No. Jenis OPT
Nasib Nelly Omry Dumorlan
1 Helopeltis spp. 1 1 1 3
2 Tikus 0 0 0 0
3 Bajing 2 2 1 0
4 Zeuzera sp. 0 0 0 0
5 Apogonia sp. 1 1 1 1
6 Antraknosa Daun 1 3 2 1
7 VSD 0 0 0 1
8 Busuk Buah Phytophthora spp. 2 3 3 0
9 Busuk Buah Antraknosa 1 3 1 1
10 Kanker Batang 0 2 2 1
11 Jamur Upas (Corticium/Upasia 0 0 0 0
salmonicolor)
12 Jamur Akar Putih (Rigidoporus 0 0 0 0
lignosus)
13 Jamur Akar Merah (Ganoderma sp.) 0 0 0 0

Ket : 0 = Sehat, 1 = Ringan, 2 = Sedang, 3 = Berat


Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan OPT yaitu
adanya pohon pelindung di kebun kakao berdampak terhadap cahaya
matahari yang masuk ke dalam kebun kakao sehingga cahaya matahari
tersebut dapat di-filter (disaring). Tujuan pemangkasan cabang/ranting
yang teratur untuk menghindari tanaman kakao tidak menjadi terlalu
rimbun. Jika pohon pelindung yang terlalu rimbun berdampak negatif
terhadap cahaya matahari yang masuk ke dalam kebun. Cahaya matahari
kurang masuk ke dalam kebun dapat menyebabkan timbulnya penyakit
VSD (Vascular Streak Dieback). Kesuburan tanah yang rendah dapat
meningkatkan serangan penyakit antraknosa. Kesuburan tanah dapat
diperbaiki dengan cara pemupukan yang efektif dan teratur.
Gejala serangan OPT yang ditemukan pada 4 (empat) kebun
tanaman kakao milik petani, dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

2
Gambar 1. POPT mengamati gejala serangan hama Helopeltis spp. pada buah kakao

Gambar 2. Gejala serangan hama Apogonia spp. di daun kakao

Gambar 3. Gejala serangan hama bajing di buah kakao

3
Gambar 4. Gejala serangan penyakit antraknosa di daun kakao

Gambar 5. Gejala serangan penyakit busuk buah Phytophthora spp. di buah kakao

Kegiatan kaji terap pengembangan model taksasi kehilangan hasil


akibat serangan OPT kakao yang dilakukan di 4 (empat) kebun milik
petani yang merupakan wilayah kerja UPPT Panei Tongah, Kabupaten
Simalungun memiliki keanekaragaman kategori serangan OPT. Hal ini
dikarenakan oleh berbagai faktor seperti faktor alam (iklim/cuaca,
topografi, kelembaban, ketinggian tempat), faktor tanaman (umur
tanaman, klon/varietas tanaman, kesuburan tanah) dan faktor manusia
(pengelolaan kebun seperti pemangkasan cabang, pengaturan jarak
tanam, pohon pelindung, pemupukan tanaman, sanitasi kebun)
Ada 4 (empat) jenis OPT dengan kategori intensitas serangan berat
yaitu Helopeltis spp., busuk buah Phytophthora spp., busuk buah
antraknosa, dan bercak daun antraknosa.

4
3. Cara Pengendalian OPT
Cara pengendalian pengendalian OPT pada tanaman kakao adalah
sebagai berikut :
3.1. Hama Penghisap Buah Kakao (Helopeltis spp.)
Pengendalian hama Helopeltis spp. dapat dilakukan dengan cara :
a) Secara kultur teknis, dengan menggunakan varietas resisten. Seperti
ICCRI 01, ICCRI 02, ICCRI 03, ICCRI 04, dan RCC 70-71;
b) Teknik budidaya, dilakukan dengan cara pemangkasan dan sanitasi
kebun. Pemangkasan dengan membuang tunas air (wiwilan) di sekitar
cabang-cabang utama setiap dua minggu. Tunas air merupakan salah
satu tempat peletakan telur Helopeltis spp. Kebun kakao yang kotor
mendukung perkembangan hama ini sehingga perlu dilakukan
pembersihan gulma di sekitar pertanaman kakao;
c) Secara biologi, dengan menggunakan musuh alami seperti predator,
parasitoid, dan patogen serangga (entomopatogen). Seperti
Coccinella sp., semut hitam (Dolichoderus thoracicus) dan semut
merah (Oecophylla smaragdina);
d) Secara mekanik atau fisik. Dilakukan dengan menangkap serangga
menggunakan alat bantu berupa bambu yang diberi perekat (getah)
pada ujungnya. Penyelubungan buah dengan kantong plastik dapat
dilakukan pada buah yang berukuran 8-12 cm dan salah satu ujung
lainnya dibiarkan terbuka;
e) Secara kimia
(i) Pestisida Nabati
Pengendalian dengan insektisida nabati antara lain serai wangi,
minyak biji mimba, ekstrak biji srikaya, minyak selasih, dan limbah
tembakau;
(ii) Pestisida Sintetik
Pengendalian dengan insektisida sintetik dilaksanakan secara
bijaksana dengan memperhatikan alat aplikasi, jenis, hama,
dosis/konsentrasi, cara, dan waktu aplikasi yang tepat.
Penggunaan insektisida sintetik ini antara lain berbahan aktif

5
kuinalfos + sipermetrin 0,625 l/ha, tiametoksam 0,125 kg/ha, dan
lamda-sihalotrin 0,5 l/ha.

3.2. Penyakit Busuk Buah Phytophthora spp.


Pengendalian penyakit Phytophthora spp. dapat dilakukan dengan
cara :
a) Kultur teknis, dengan melakukan pemangkasan (tanaman kakao
maupun tanaman penaung), pemupukan yang berimbang;
pengelolaan gulma, perbaikan drainase, pemanenan buah yang
terinfeksi sesering mungkin, sanitasi pohon dan kebun secara terus
menerus;
b) Pengendalian biologi yang dikombinasikan dengan kultur teknis
memberikan hasil yang lebih baik. Mengkombinasikan metode
pengendalian secara genetik (tanaman resisten), biologi, kimia, dan
praktek-praktek budidaya tanaman dalam suatu kegiatan yang
terpadu sehingga diperoleh teknik pengelolaan penyakit yang
berkelanjutan;
c) Aplikasi agens hayati Trichoderma spp. adalah suspensi spora jamur
disemprotkan ke buah kakao sehat sebagai tindakan preventif dengan
dosis 200 g/l. Aplikasi Trichoderma spp. yang layak dilakukan adalah
pemberian suspensi spora agens hayati yang disiramkan pada lubang
berisi serasah tanaman dan buah sakit yang dipendam di tanah.
Penambahan kotoran sapi atau kambing dan substrat rumput-
rumputan, akan mempercepat proses dekomposisi limbah kakao yang
dibenam di kebun.

3.3. Penyakit Busuk Buah Antraknosa dan Bercak Daun Antraknosa


Penyebab penyakit antraknosa adalah jamur Colletotrichum
gloeosporioides, yang dapat dikendalikan dengan cara :
a) Penyemprotan pestisida pada masa pembibitan kakao. Penggunaan
pestisida secara berlebihan oleh petani dapat memberikan dampak

6
negatif yaitu dapat menimbulkan resistensi hama dan penyakit serta
pencemaran lingkungan;
b) Pengendalian hayati dengan menggunakan berbagai jasad
mikroorganisme seperti bakteri kitinolitik. Diantaranya adalah genus-
genus Aeromonas, Alteromonas, Chromobacterium, Enterobacter,
Ewingella, Pseudoalteromonas, Pseudomonas, Serratia, Vibrio,
Bacillus, Pyrococcus, Burkholderia cepacia, Bacillus subtilis,
Enterobacter cloacae, Agrobacterium radiobacter dan Streptomyces
griseoviridis.

4. Penutup
Ditemukan 4 (empat) jenis OPT dengan kategori intensitas
serangan berat pada kebun wilayah kerja UPPT Panei Tongah Kabupaten
Simalungun yaitu Helopeltis spp., busuk buah Phytophthora spp., busuk
buah antraknosa, dan bercak daun antraknosa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan OPT pada
tanaman kakao yaitu faktor alam meliputi iklim/cuaca, topografi,
kelembaban, ketinggian tempat, faktor tanaman meliputi umur tanaman,
klon/vaietas tanaman, kesuburan tanaman, dan faktor manusia meliputi
pengelolaan kebun seperti pemangkasan cabang, pengaturan jarak
tanam, pohon pelindung, pemupukan tanaman, sanitasi kebun.

Daftar Pustaka

Barthakur, B.K. 2011. Recent Approach of Tocklai to Plant Protection in


Tea in North East India. Science and Culture.

Darwis, M., dan Atmadja, W.R. 2010. Pemanfaatan Sepuluh Jenis


Tanaman Obat dan Aromatik Untuk Pengendalian Hama Helopeltis
theivora Watch. In Prosiding Seminar Nasional VI: Peranan
Entomology dalam Mendukung Pengembangan Pertanian Ramah
Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat. Bogor. Perhimpunan
Entomologi Indonesia (PEI).

Duffy B.K, Andrew S, Weller D.M. 1995. Combination of Trichoderma


coningii with Pseudomonads fluorescen for control of take-all on
wheat. Phytpathology.

7
Gunaeni. 2006. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kakao. Edisi
Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Gusti I., F Soesanthy, dan A. D. Hapsari. 2015. Pengendalian Helopeltis


spp. (Hemiptera : Miridae) Pada Tanaman Kakao Mendukung
Pertanian Terpadu Ramah Lingkungan. Balai Penelitian Tanaman
Industri dan Penyegar. Sukabumi.

Karmawati, E., Mahmud Z, Syakir M, Munarso J, Ardana K, dan Rubiyo.


2010. Budidaya dan Pasca Panen Kakao. Badan Litbang Pertanian.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai