Anda di halaman 1dari 10

PELATIHAN BAB 11

Nama: Fenti Chakimatul Isnaeni


NIM. A1D018088

Jawaban:
1. Tujuan dilakukannya pengelolaan terhadap penyakit pascapanen adalah untuk
memperkecil hilangnya pascapanen dan menyelamatkan komoditas pascapanen dari
serangan patogen.
2. Peranan benih atau bibit sehat terhadap perkembangan penyakit pascapanen adalah sebagai
penentu keberhasilan panen suatu tanaman melalui pertumbuhannya yang sehat secara
fisiologi dan patologi. Persyaratan benih atau bibit yang sehat, yaitu memiliki penampila n
yang baik, tidak membawa patogen atau serangga hama, bersih, tidak bercampur dengan
benda lain selain benih atau bibit yang diinginkan, bentuk dan ukurannya seragam,
mempunyai daya kecambah dan daya hidup tinggi, serta pohon berproduksi tinggi dan
memiliki rasa yang enak.
3. Pemanenan buah sebaiknya dilakukan dengan menyertakan tangkai buahnya untuk
mencegah masuknya patogen ke dalam buah dan mengurangi kemungkinan infeksi
patogen pascapanen.
4. Tindakan yang dapat dilakukan pada pascapanen untuk mencegah penyakit pascapanen:
a. Pemilihan dan pemilahan, merupakan tindakan awal yang dilakukan sebelum diangkut
ke tempat lain untuk memisahkan produk yang sehat dan yang sakit, yang bentuk
morfologinya baik dan tidak, yang ukurannya seragam, yang tingkat pemasakannya
sama, dan lainnya.
b. Pengemasan, merupakan pencegahan kerusakan fisik dan kimia dengan mengemas
produk menggunakan kemasan yang baik, sehingga dapat mengurangi laju respirasi
dan aktivitas air dari buah dan sayur.
c. Perlakuan air hangat, dilakukan untuk mengurangi tumbulnya penyakit pascapanen,
sebelum produk disimpan atau diangkut dengan memberi perlakuan pencelupan ke
dalam air hangat (40-55℃) dan lama perendaman antara 5-10 menit, sesua dengan jenis
dan ukuran produk.
d. Pelapisan lilin, diperlukan untuk menutup pintu masuk bagi jamur patogen dan
memperpanjang kesegaran buah.
e. Penyimpanan, dilakukan sebelum dipasarkan dan dipengaruhi oleh jenis produk yang
disimpan, kondisi fisik ruang simpan, suhu, kelembaban, atmosfer dalam ruang
simpan, dan tujuan produk disimpan.
f. Pengangkutan, dilakukan dengen ketentuan pengangkutan yang baik dan tepat, seperti
menggunakan alat yang bersih dan baik, dilengkapi dengan pengaturan suhu dan
kelembaban, dan lainnya, sehingga produk tidak mengalami stress dan luka selama
pengangkutan akibat guncangan dan faktor lainnya.
g. Pemasaran, diberi beberapa tindakan perlakuan, seperti pemilahan dengan memisa hka n
produk yang rusak dari yang sehat dan baik, pengambilan dan pengaturan produk
pascapanen dengan hati-hati, penyediaan ruang lembab, perlindungan terhadap sinar
matahari langsung, dan pemasakan produk yang seragam akan mencegah timbulnya
penyakit pascapanen.
5. Persyaratan pengangkutan yang harus dipenuhi untuk mencegah timbulnya penyakit
pascapanen:
a. Menggunakan alat yang bersih dan baik.
b. Dilengkapi dengan pengaturan suhu dan kelembaban.
c. Produk skala kecil dapat dilakukan dengan keranjang bambu yang sesuai dan bersih.
d. Penataan produk diatur dengan baik untuk mencegah guncangan dan luka produk.
e. Tempat penampungan dilengkapi dengan pelindung guncangan yang berupa perca,
serasah, styrofoam, atau lainnya.
f. Pengangkutan jarak jauh (1.000-2.000 km) dapat digunakan kertas kraft sebagai pelapis
wadah, pencucian buah, dan penyusunan buah, sehingga dapat menekan kerusaan
mekanis dan susut bobot buah.
PELATIHAN BAB 12

Jawaban:
1. Strategi pengelolaan yang dapat dilakukan dengan agenisa kimia ada 4, diantaranya ada
strategi pencegahan dan pemusnahan infeksi di lapangan. Adanya lapisan penghala ng,
ketahanan jaringan inang dan ketidakmampuan patogen membentuk bercak aktif dapat
menghambat perkembangan patogen. penggunaan fungisida dapat diterapkan ketika buah
berkembang di lapangan untuk mencegah perkembangan spora dan pembentukan
apresorium. Penyemprotan pelindung setiap 7-14 hari telah banyak digunakan untuk
mencegah patogen antraknosa. Fungisida yang dapat digunakan adalah klorotalonil,
diklorofluanida, kaptan, tiabendazol, dan benomil.
2. Suatu fungisida dapat mengendalikan penyebaran penyakit dari buah terinfeksi ke buah
sehat di dalam ruang simpan dengan cara fumigasi. Sebaran patogen dapat dikurangi
dengan melakukan tindakan fumigasi dengan SO, dalam jarak 10 hari untuk menekan
pertumbuhan Botrytis pada permukaan buah anggur.
3. Contoh penggunaan fungisida dan patogennya:
a. Metalaksil, dapat digunakan untuk mengendalikan infeksi Phytophthora, Pythium dan
beberapa patogen embun tepung. Penggunaannya dengan mengaplikasikan fungis ida
pada buah yang disimpan selama 3 bulan dengan suhu 11℃. Gabungan fungis isda
metalaksil dengan etakonazol juga dapat mengendalikan Penicillium, Geotrichum dan
penyakit busuk coklat.
b. Etokonazol, mampu mengendalikan patogen Geotrichum dan menekan pensporaan
Penicillium. Pengaplikasiannya dengan cara pencelupan buah anggur pada konsentrasi
250 mg/l, maka fungisida ini mampu mengendalikan Phomopsis selama 56 hari pada
suhu 12℃.
c. Tiabendazol, dapat digunakan untuk mengurangi busuk ujung tangkai dan antraknosa
pada buah pepaya dengan konsentrasi 4 g/l P, baik dengan cara pencelupan ke air
hangat atau perlakuan penyemprotan air hangat. Contoh patogennya adalah
Penicillium.
d. Benomil, penggunaannya dapat dilakukan pada buah mangga, pisang, pepaya, nanas,
dan avokad dengan cara pencelupan atau penyemprotan buah pada konsentrasi 100-
500 mg/l. Contoh patogennya adalah Colletotrichum dan Penicillium.
e. Imazalil, dapat digunakan untuk mengendalikan patogen Penicillium digitatum dan
Penicillium italicum pada buah jeruk dengan cara pencelupan, penyiraman, atau
penyemprotan.
4. Terbentuknya isolat jamur patogen yang tahan fungisida adalah saat penggunaan fungis ida
yang terlalu intensif dan terus-menerus.
5. Isolat patogen tahan fungisida dapat menjadi masalah utama karena pengendalian terhadap
serangan patogen akan semakin sulit, hal ini dikarenakan biasanya pengendalian kimia
merupakan alternatif terakhir, namun apabila patogen tahan terhadap fungisida maka perlu
pengembangan alternatif yang lebih efektif dari bahan kimia.
PELATIHAN BAB 13

Jawaban:
1. Pengelolaan hayati pada pascapanen perlu terus dikembangkan karena penggunaa n
fungisida yang terus-menerus dapat menjadikan patogen tahan terhadap fungis ida,
sehingga perlu dikembangankan pengendalian hayati yang lebih ramah lingkungan dan
mampu meminimalisir ketergantungan terhadap penggunaan fungisida.
2. Syarat penting agar antagonis dapat diterapkan terhadap penyakit pascapanen buah dan
sayur:
a. Stabil secara genetika.
b. Efektif pada konsentrasi rendah.
c. Tida memerlukan persyaratan nutrisi khusus.
d. Mampu bertahan hidup dengan baik pada kondisi lingkungan beragam.
e. Diefikasikan terhadap kisaran luas patogen pada keragaman buah dan sayur.
f. Dapat ditumbuhkan pada medium yang murah dalam fermenter.
g. Mudah disiapkan dalam bentuk yang disimpan dan digunakan dengan efektif.
h. Tidak menghasilkan metabolit sekunder yang mungkin berbahaya bagi manusia.
i. Tahan terhadap pestisida.
j. Sesuai dengan perlakuan komoditas secara kimia dan fisis lainnya.
k. Tak patogen terhadap inangnya.
3. Khamir paling umum digunakan sebagai agensia pengendali hayati penyakit pascapanen
karena:
a. Dapat mengoloni permukaan inang dalam waktu lama pada kondisi kering.
b. Menghasilkan polisakarida luar sel yang meningkatkan kemampuan hidupnya dan
membatasi sisi pengolonian dan aliran perkecambahan propagul jamur.
c. Cepat menggunakan nutrisi yang tersedia dan berkembang biak.
d. Sedikit dipengaruhi oleh pestisida.
4. Keterkaitan antara penyaringan mikroba antagonis in vitro dan penyaringan mikroba
antagonis in vivo adalah untuk menemukan mekanisme lain selain antibiosis saat pengujia n
in vitro. Hal ini dikarenakan penyaringan in vitro sering bias dengan pemilihan antagonis
berikutnya yang menghasilkan antibiotika. Namun, sejak antagonis penghasil antibiotika
tidak dapat diterima ketika digunakan terhadap komoditas untuk mengendalikan penyakit
pascapanen, maka penyaringan in vivo sangat disarankan, sehingga dapat menimbulka n
temuan baru tentang mekanisme selain antibiosis.
5. Permasalahan yang mungkin timbul jika antagonis penghasil antibiotik digunakan pada
komoditas buah dan sayur yang disimpan adalah antagonis yang belum diketahui sebagai
patogen akan menjadi patogen pada kondisi tertentu ketika diterapkan pada permukaan
buah dan sayur, masalah ini akan muncul pada saat pendaftaran untuk memasarkan produk.
PELATIHAN BAB 14

Jawaban:
1. Penyakit pada buah mangga:
a. Antraknosa, disebabkan oleh Colletotrichum gleosporioides.
b. Busuk ujung tangkai, disebabkan oleh jamur Diploida natalensis Pole Evan.
c. Noda bakteri, disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. mangiveraeindicae
Doidge.
2. Perbedaan gejala penyakit Botryodiploida dan busuk Aspergillus:
a. Gejala busuk Botryodiploida, daging buah menjadi lunak, berubah menjadi agak cair
dan menimbulkan bau manis mangga, bagian kulit menjadi lunak, berkeriput dan
tampak bintik hitam di permukaan kulit buah yang sakit. Selain itu, gejala penyakit
menimbulkan bercak berwarna coklat, dengan tepi bercak yang tidak teratur.
b. Gejala busuk Aspergillus, buah yang terinfeksi tampak basah dan mengandung cairan
berwarna kuning, selanjutnya akan berubah menjadi coklat dibagian pangkal buah.
Jamur menimbulkan bercak kelabu dengan tepi bercak yang tidak teratur. Bercak akan
menjadi besar pada infeksi berat, sehingga buah menjadi coklat sampai hitam. Apabila
daging buah dikupas, bagian daging buah menjadi lunak dan terkesan basah.
3. Hipotesis tentang infeksi diam pada patogen antraknosa:
a. Hipotesis nutrisi, buah yang dijumpai dengan tidak adanya kandungan gula dan pati
pada jaringan buah, maka jamur akan tetap bertahan pada keadaan diam.
b. Hipotesis toksis, buah akan menghasilkan fitoaleksin setelah terjadi interaksi antara
inang dan patogen, toksin ini akan meningkatkan ketahanan inang dan patogen yang
telah menginfeksi akan berada dalam keadaan tidak bergerak.
4. Tindakan yang dapat diterapkan pada penyakit buah mangga di dalam ruang simpan,
pengelolaan penyakit busuk Botryodiploida adalah dengan pengaturan lubang pertukaran
udara di dalam ruang simpan, yaitu dengan 5% oksigen dan 2 % karbondioksida pada suhu
13℃ untuk penyimpanan selama tiga minggu atau lebih. Pengelolaan lain seperti,
pemisahan dar buah sakit, sanitasi ruang simpan, dan permukaan buah dalam kondisi
kering juga dapat mencegah serangan bakteri.
5. Tindakan pemanenan buah mangga harus dilakukan dengan hati-hati karena untuk
menghindari adanya luka pada permukaan buah yang dapat dijadikan sebagai tempat
infeksi patogen penyebab penyakit tanaman.
6. Pemisahan antara buah yang luka dan sehat dilakukan untuk mencegah dan meminimalis ir
terjadinya penyebaran patogen atau perluasan infeksi pada buah, sehingga kehilanga n
produk akan diperkecil.
7. Gejala penyakit antraknosa pada pisang yaitu adanya bercak coklat berbentuk bundar,
melingkar, dan tenggalam. Apabila dalam kondisi lembab, pada bagian tengah bercak
tampak massa konidium berwarna merah muda sampai merah karat. Bercak dapat menyatu
atau meluas dan menutupi seluruh permukaan buah. Infeksi dimulai dengan bintik kecil
melingkar pada bunga dan kulit buah di ujung tangan.
8. Faktor utama yang mendukung perkembangan penyakit busuk Ceratocystis adalah adanya
luka bekas potongan buah dengan tandannya. Selain itu, juga didukung oleh kondisi suhu
dan kelembaban yang sesuai bagi pertumbuhan patogen. Suhu optimum untuk
pertumbuhan jamur ini berkisar antara 24-26℃ dengan kelembaban tinggi.
9. Penyebab penyakit pada buah pisang:
a. Antraknosa, disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc.
b. Busuk kering, disebabkan oleh jamur Phoma carica-papayae (Tarr.) Punith.
c. Busuk bakteri, disebabkan oleh Erwinia herbicola.
10. Tindakan pengendalian yang diterapkan terhadap kelompok penyakit busuk ujung tangkai
buah pepaya adalah:
a. Hindari terjadinya luka saat penanganan buah pascapanen.
b. Pemberian perlakuan air hangat pada suhu 53℃ selama 10 menit.
c. Pengaturan suhu dan kelembaban ruang simpan serta tempat pengangkutannya.
d. Selain itu, sanitasi dan penyemportan dengan fungisida pada bunga saat masih di
lapangan dapat membantu mengurangi serangan jamur ketika buah di panen. Fungis ida
yang dapat dipakai adalah tiabendazol dan benomil dengan dosis anjuran.
e. Penerapan metabolit sekunder jamur atau bakteri antagonis dengan cara penyemprotan
buah atau bunga pepaya jika tanaman masih terjangkau. Aplikasi metabolit sekunder
dapat dilakukan dengan cara perendaman buah selama 15-30 menit.
f. Pengelolaan penyakit pascapanen terpadu dengan memadukan beberapa teknik
pengelolaan di atas yang sesuai.
11. Gejala penyakit busuk lunak pada kentang, gejala awal tampak pada penyimpanan berupa
bercak kebasahan berukuran kecil di permukaan produk. Bercak membesar dengan cepat
dalam diameter atau kedalaman dan menyebabkan penguraian sel pada jaringan yang
terinfeksi, sehingga bagian tersebut berwarna krem dan berlendir, kemudian mati. Daerah
terinfeksi menjadi lunak dan seperti bubur, sedangkan permukaannya berubah warna dan
tampak suram. Infeksi berat akan mengakibatkan seluruh bagian umbi menjadi lunak,
berair, membusuk dalam 3-5 hari dan hampir tidak berbau. Kemudian bakteri sekunder
akan tumbuh pada jaringan busuk dan menghasilkan bau tidak sedap.
12. Proses infeksi patogen busuk hitam pada wortel, infeksi primer melalui daun atau langsung
dari tanah ke akar wortel yang mengontaminasi wortel sampai ke penyimpanan. Di dalam
ruang simpan, konidium dan miselium dapat tersebar dari satu wortel ke wortel lain yang
didukung oleh kelembaban di atas 92%. Perkembangan penyakit yang cepat dipengaruhi
oleh kelembaban paling sedikit 91%. Infeksi terjadi pada suhu 0-30℃ dengan suhu
optimum 27℃.
13. Penyebab penyakit pada ubi jalar:
a. Busuk lunak, disebabkan oleh jamur Rhizopus nigricans Ehrenb.
b. Busuk hitam, disebabkan oleh jamur Ceratocystis fimbriata Ellis & Halsted.
14. Perbedaan gejala penyakit busuk hitam pada wortel dan ubi jalar:
a. Pada wortel, tampak bercak agak tertekan berbentuk bulat dan tenggelam. Bagian ujung
yang terinfeksi menyebabkan seluruh bagian lainnya menjadi busuk. Jaringan yang
busuk berwarna hitam, lembab dan tidak berbau. Wortel yang disimpan dalam kondisi
kering tampak busuk kering dan bertepung. Bercak ditandai oleh batas hitam yang
memisahkan jaringan sakit dengan jaringan sehat. Miselium jamur tumbuh dengan
warna keijauan dan konidium hitam.
b. Pada ubi jalar, gejala awal berupa bercak coklat berbentuk bulat, agak tenggelam, dan
berdiameter 0,5 cm. Bercak kemudian semakin lebar dan berwarna hitam kehijauan,
perkembangan miselium berwarna kelabu. Jaringan yang terinfeksi akan berasa pahit
dan setelah dimasak akan berbau khas busuk ini.
Perbedaan yang paling mencolok adalah pada warna bercak dan warna miselium yang
tumbuh.
15. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan karena suhu dingin adalah
dengan penghangatan sesekali selama penyimpanan, sehingga sel dapat memperbaik i
kerusakan akibat suhu rendah dan menyebabkan sintesis senyawa penyebab sel lebih tahan
terhadap suhu rendah.

Anda mungkin juga menyukai