Sejak pembukaan lahan dan pembersihan kebun harus sekaligus ditujukan untuk
pengendalian gulma sehingga pada saat penanaman areal pertanaman bersih dari gulma.
Gulma berbahaya (noxious weed) seperti alang-alang, mikania, kirinyuh, karendong
dianjurkan diberantas dari pertanaman karet. Diperkebunan karet gulma dapat dikendalikan
dengan cara Mekanis, Kultur Teknis, dan Kimiawi. Ketiga cara tersebut mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga dianjurkan diterapkan secara terpadu,
disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan petani agar diperoleh hasil yang efektif dan
efisien.
Pengendalian gulma di pembibitan berbeda dengan di areal kebun, baik untuk tanaman
yang belum menghasilkan maupun tanaman yang menghasilkan. Areal pembibitan harus
diusahakan selalu bersih dari gulma. Oleh karena itu, pengendalian gulma harus diulang
secara teratur sehingga tidak ada kesempatan hidup bagi gulma.
a) Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cangkul atau kored setiap dua
minggu sekali sampai tajuk saling bersinggungan. Selanjutnya, pengendalian dilakukan
setiap sebulan sekali.
b) Pengendalian secara kimia dilakukan dengan herbisida setelah bibit berumur 4 – 5 bulan,
batangnya berwarna coklat. Penyemprotan harus hati-hati agar percikan herbisida tidak
terlalu banyak mengenai bagian bibit yang masih hijau Herbisida yang dapat digunakan
adalah Gramoxone 1,5/1,0 liter dan Paracol 1,5/1 liter dengan volume semprot60 liter/ha
disemprotkan dua kali berselang dua minggu. (Haryono, 2013).
Areal kebun terdiri dari kebun yang tanamannya belum menghasilkan dan kebun yang
tanamannya sudah menghasilkan. Cara pengendalian dari kedua kebun tersebut harus
dibedakan. Pengendalian gulma di kebun yang belum menghasilkan. dilakukan dengan cara
penanaman tanaman penutup tanah, pemeliharaan piringan atau jalur tanaman, dan
pemeliharaan gawangan tanaman. Perawatan tanaman sebelum menghasilkan meliputi
kegiatan penyulaman, penyiangan, pemupukan, seleksi dan penjarangan, pemeliharaan
tanaman penutup tanah, serta pengendalian hama dan penyakit. (Haryono, 2013)
a). Piringan Tanaman
Piringan tanaman dengan jari-jari 0,5 – 1,0 m agar selalu bersih dari gulma atau
penutupan tanah oleh gulma maksimum 30%. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara
manual atau kimiawi.
Penanaman tanaman penutup tanah kacangan (PTK)/ Legume cover crop (LCC).
Setelah pengolahan tanah/pembukaan lahan selesai segera dilakukan pengajiran. Penanaman
PTK dilakukan setelah pengajiran diupayakan satu tahun sebelum penanaman karet atau
paling lambat bersamaan dengan penanaman karet. PTK ditanam 1,5-2,0 meter dari
ajir/barisan tanaman dalam 4 baris. Kacangan yang digunakan adalah:
Campuran konvensional yaitu Centrosema pubesncens, Calpogonium mucunoides dan
Pueraria javanica dengan perbandingan 2:2:1. Penanaman dilakukan dengan menugal
sedalam kurang lebih 5 cm. Dalam satu lubang diisi 3-5 butir biji, kemudian ditutup
dengan tanah. Jarak dalam barisan 40-50 cm atau dideder sepanjang larikan.
Capologonium caeruleum, ditanam di lapangan dengan bibit dalam polybag yang
berasal dari biji maupun stek. Bibit yang berasal dari biji lebih dahulu dikecambahkan
kemudian dipindahkan ke pembibitan dalam polybag. Bibit yang berasal dari stek,
stek diambil 2 ruas dari tanaman yang cukup tua dan sudah ada tumbuh akarnya,
ditanam dalam polybag. Setelah 3-4 minggu bibit dapat dipindahkan ke lapangan,
jarak tanam dalam barisan 1 m. tiap lubang tanaman diberi pupuk 3 gram rock
phospate. Penanaman dapat dilakukan pada awal musim hujan atau akhir msim
kemarau. Gulma yang tumbuh diantara PTK harus dikendalikan dengan mencabut
atau menggunakan kored agar tidak mengganggu pertumbuhan PTK.
Dari beberapa jenis LCC, saat ini Mucana bracteata merupakan jenis yang paling
banyak digunakan karena memiliki beberapa keunggulan yaitu : pertumbuhannya cepat,
produksi biomassa tinggi, tahan terhadap naungan, tahan terhadap kekeringan, menekan
pertumbuhan gulma, dan tidak sukai ternak. Pemeliharaan LCC sebaiknya dilakukan secara
berkala sejak LCC di tanam di lapangan.
Pemeliharaan Tanaman Penutup Tanah (Legume Cover Crops (LCC). LCC memiliki
banyak manfaat, beberapa manfaat langsung yang ditimbulkan dari penggunaan LCC pada
pertanaman karet diantaranya :
Gulma yang ada pada areal TM umumnya adalah gulma tahan naungan seperti
Axonopus compressus (alang-alang), Mikania micrantha (sembung rambat), Nephrolepis
bisserata (pakis kinca), Cyclossorus aridus (pakis kadal). Tujuan pengendalian gulma pada
jalur TM, adalah
Menurut Meilin (2006), jenis gulma yang ditemukan pada perkebunan karet yang
belum menghasilkan lebih banyak (17 jenis gulma) dari pada gulma yang ditemukan pada
perkebunan karet yang menghasilkan (12 jenis gulma). Ini menunjukkan bahwa jumlah jenis
gulma pada perkebunan karet dipengaruhi oleh umur tanaman karet TBM (< 5 tahun) dan
fase TM (> 5 tahun).
Namun pada pengendalian secara mekanis, diperlukan biaya pengendalian untuk upah
yang lebih banyak, dan proses pengendaliannya juga memerlukan waktu yang lebih lama
dibanding pengendalian secara kimiawi. Hal ini juga dijelaskan oleh Sukman dan Yakup
(1995) bahwa umumnya pengendalian gulma secara mekanis cukup baik dilakukan pada
berbagai jenis gulma setahun, tetapi pada kondisi tertentu juga efektif bagi gulma-gulma
tahunan.