b. Petani kurma di Yaman menggunakan semut predator yang dikumpulkan dari gunung untuk
mengendalikan hama yang berupa semut herbivora di perkebunan kurma yang berada di dataran rendah.
c. Pada tahun 1762 tercatat adanya introduksi musuh alami dari satu negara ke negara lain. Importasi
burung mynah (Gracula religiosa) dari India untuk mengendalikan belalang Nomadacris septemfasciata di
Mauritius.
d. Musuh alami pertama yang dilaporkan digunakan di Eropa tahun 1776, yaitu penggunaan predator
kepik Picromerus bidens (L) untuk mengendalikan tinggi bedbug-Cimycidae.
e. Awal tahun 1800 Erasmus Darwin memberikan penyuluhan kepada petani agar di rumah kaca
menggunakan lalat syrphid dan kumbang koksi untuk mengendalikan kutu daun.
f. Pelepasan parasitoid dari satu lokasi ke lokasi lain di Amerika dilakukan oleh CV Riley yang melepas
parasitoid kumbang moncong Conotrachelus nenuphar yaitu Aphytis mytilaspidis di antara dua kota di
Illinois.
g. Pada tahun 1883 parasitoid Apanteles glomerata dibawa dari England ke USA untuk mengendalikanPieris
rapae. Importasi Trichogramma spp. dari USA ke Kanada untuk mengendalikan telur sawflyNematus
ribesii.
h. Di dunia Barat, kesuksesan praktek pengendalian hayati dicapai pada akhir abad ke-19, yaitu dengan
kesuksesan kumbang Rodolia cardinalis menekan perkembangan populasi hama kutu kapas, Icerya
purchasi di California.
i. Pada tahun 1869 Icerya purchasi masuk ke California dan pada tahun 1886 mampu menghancurkan
industri jeruk. Untuk mengendalikan hama tersebut didatangkan dua musuh alaminya dari Australia yaitu
kumbang koksi/kumbang vedalia Rodolia cardinalis dan parasitoid larva Chryptochaetum iceryae.
j. Greathead (1986) mencatat importasi parasitoid Encarsia berlesi dari Italia ke USA untuk mengendalikan
kutu perisai Pesudaulacapsis pentagona.
k. Selanjutnya, semenjak awal abad ke-20, upaya pengendalian hayati sudah mulai memperhatikan sisi
ekologis dan ekonomis dari agroekosistem. Pasalnya, upaya pemanfaatan musuh alami tidak selalu
berhasil. Misalnya, penggunaan pestisida ditengarai menurunkan populasi musuh alami, sehingga
kekuatan penekanan pada organisme pengganggu menjadi berkurang. Penelitian terkini juga
mengungkapkan kompleksitas hubungan antar organisme, termasuk kompetisi antar jenis predator, yang
dapat mempengaruhi keberhasilan penekanan populasi organisme pengganggu oleh musuh alami.
Pendekatan ini bertujuan untuk konservasi dan meningkatkan dampak musuh alami
yang telah ada pada areal pertanaman. Salah satu caranya adalah dengan
meminimalisasi dampak negatif penggunaan pestisida. Secara umum musuh alami
lebih sensitif terhadap pestisida dibandingkan dengan hama. Efek pestisida pada
musuh alami dapat bersifat langsung (direct effects) dan tidak langsung (indirect
effects). Efek langsung pestisida dapat mempengaruhi kematian musuh alami dalam
waktu kurang dari 24 jam (short term mortality) dan jangka panjang (long term
sublethal).
Beberapa tindakan untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida terhadap musuh
alami :
1. Semprot jika perlu
2. Monitoring populasi hama
3. Hindari kontak musuh alami dengan pestisida
4. Pilih insektisida yang tepat
5. Uji efikasi pestisida
6. Hitung efek samping pestisida
Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan mengubah lingkungan pertanaman dan
cara bercocok tanam dengan cara meningkatkan peran lingkungan untuk meningkatkan
jumlah musuh alami.
Adapun pendekatan yang dapat dilakukan adalah :
1. Mengubah lingkungan pertanaman
2. Mengubah praktik budidaya
PHT muncul dan berkembang setelah praktek dominansi pestisida kimiawi yang menimbulkan efek
samping
Barlet (1956) ==> integrated control ==> teknik kimiawi + teknik pengendalian alami
Stern (1959) ==> Integrated Pest Control (IPC)
1970 ==> IPC ==> Integrated Pest Management (IPM)
Smith & Reynold (1966) ==> system pengelolaan Populasi hama yang memanfaatkan semua teknik
pengendalian yang sesuai secara kompaitabel untuk mengurangi populasi hama dan mempertahankannya
tetap di bawah aras kerusakan ekonomi.
Smith (1978) ==> pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk pengelolaan populasi hama dengan
memanfaatkan beraneka ragam taktik pengendalian secara kompaitabel dalam satu kesatuan koordinasi
pengelolaan.
FAO (2002) ==> suatu pengelolaan hama yang dilakukan dalam konteks lingkungan terkait dan dinamika
populasi hama, memanfaatkan semua teknik dan metode pengendalian yang sesuai serta
mempertahankan populasi hama pada bawah aras ekonomi.
Paradigma PHT
PHT tidak hanya mencakup perpaduan teknologi pengendalian dan pengelolaan ekosistem pertanian tapi
juga peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia Petani
Unsur-unsur PHT
1. Pengendalian alami
2. Pengambilan Sampel
3. Aras Ekonomik
4. Ekologi dan Biologi
Komponen PHT
1. Pengendalian kultur teknis
2. Pengendalian hayati
3. Pengendalian kimiawi
4. pengendalian dengan varietas tahan
5. Pengendalian Fisik dan Mekanis
6. Pengendalian dengan peraturan
Pathogen Serangga
Patogen adalah Mikroorganisme Infeksio yang membuat luka atau membunuh
inangnya.
Patogen menyebabkan penyakit pada tanaman dan hewan.
1. Patogenesis Entomopatogen
1. Kontak Inang
Kebanyakan patogen artropoda tidak memiliki stadio mobile sehingga berlangsung
secara pasif.
Spora cendawan oleh angin, hujan atau serangga.
Kontak antara propagul berbagai tipe patogen merupakan proses random yang
dimediasi oleh proses abiotic.
Beberapa patogen mentransmisikan dari generasi ke generasi (Mother to offspring).
Nematoda dan cendawan mempunyai kemampuan bergerak menuju inang.
2. Penetrasi Inang
Saat Propagul patogen telah kontak dengan inang, tubuh inang dipenetrasi untuk
mencapai jaringan yang peka
Masuk ke tubuh artropoda ke bagian non kitin dari midgut
Nematode dan cendawan mampu melakukan penetrasi ke dalam tubuh artropoda,
3. Reproduksi dalam jaringan Inang
Pathogen bereproduksi pada satu atau beberapa jaringan inang
Reproduksi virus terjadi pada tubuh lemak dan epithelium midgut
d.Keluarnya Propagul Patogen dari Inang atau Cadaver
Proses berikutnya adalah progeny untuk melanjutkan siklus hidupnya
Transmisi vertical terjadi dengan kontaminasi telur kemudian didepositkan ke
lingkungan.
Propagul dilepas secara bebas untuk bertemu dengan inangnya.
Jika pathogen membunuh inangnya, pengeluaran propagul pathogen dilakukan dengan
cara disintegrasi tubuh pathogen yang mati
2. Bakteri
Organisme uniseluler tanpa nukleus tetapi memiliki dinding
Bakteri pathogen serangga non-sprore-forming bacteria dan sprore-forming bacteria
sprore-forming bacteria membentuk spora yang resisten terhadap lingkungan
ekstrem Bacillus, Paenibacillus yang aerobic dan Clostridium yang anaerobic
Isolat Bacillus thuringiensis pertama ditemukan subspecies yang aktif membunuh
ulat (Lepidoptera) dengan subspecies Bt. Varkurstaki (Btk)
Subspecies yang aktif pada diptera Bt. Israelensis (Bti)
Bacillus thuringiensis infeksi ulat sutera (1901) dan ulat serangga hama
gudang Anagasta kuehniella (1911)
Membentuk spora dan tubuh parasporal dalam sporangium.
Saat Bt tertelan oleh serangga, kristal protein akan terlarut dalam kondisi basa dalam
saluran pencernaan dan menghasilkan protoksin karena memiliki enzim proteolitik.
Bagian dari molekul toksin akan melekat pada dinding gut membentuk lubang. Formasi
pores ini menyebabkan terganggunya keseimbangan osmotic sehingga sel bengkak
dan meletus, menyebabkan bakteri dapat menginvasi haemocol serangga. Bakteri
memperbanyak diri, serangga akan mati.
Larva yang terinfeksi Bt akan berhenti makan, berhenti bergerak, kemudidan diare,
warnanya menjadi gelap dan akhirnya mati.
Tiga spesies genera Bacillus dikembangkan untuk mengendalikan invetebrata lain
B. spharicus larva nyamuk Culex spp. Toleran air tercemar
Paenibacillus popilliae bakteri penginfeksi larva atau uret Coleoptera dengan cara
termakan. Hemolim dan abdomen dari larva berubah warna menjadi milky milky
diseases.
Non-spore-bacterium
Ditemukan pada golongan Enterobacteriaceae dan Pseudomonidiaceae
Patogenisitas rendah dalam organ pencernaan serangga, tetapi tinggi dalam hemocoel
Semakin tinggi tingkat stress inang semakin mudah terinfeksi
Serratia marcencens spesies yang sangat patogenik, masuk ke tubuh inang lewat
mulut bersama makanan.
3. Nematoda Entomopatogen
Nematoda Entomopatogen (NEP) Agen pengendali hayati family
Steinernematidae dan Heterorhabditidae
Membunuh serangga dengan bantuan bakteri yang diperoleh dari simbiotik mutualistic
dalam saluran pencernaannya (intestine).
Xenorhabdus berasosiasi dengan Heterorhabditisi spp
NEP diisolasi menggunakan larva ngengat lilin Galleria mellanolla.
Kedua famili ini kecil kurang dari 1-3 mm panjangnya.
Termasuk ke dalam ordo Rhabditida.
Masuk ke tubuh inang untuk melakukan reproduksi
Hanya bersimbiosis dengan bakteri
Juvenil stadia 3 membawa bakteri pada saluran pencernaan, sampai menginfeksi
inang kemudian bakteri dikeluarkan.
Inang mati 2-3 hari oleh toxic dari bakteri. Serangga inang menjadi sumber nutrient
bagi bakteri
Nematoda berada pada serangga inang dalam 2-3 generasi setelah itu free living
juvenile infektif secara aktif mencari inangnya.
Strategi NEP mencari inang :
1. Sit and wait (ambusher) serangga inang yang aktif bergerak akan terinfeksi.
2. Pencarian inang (cruiser) aktif bergerak dalam tanah mencari inang yang tidak aktif
bergerak
NEP memiliki keunggulan dibanding pestisida kimia :
1. Kemampuan mencari dan membunuh inang dengan cepat
2. Survive dan recycling di dalam tanah
3. Aman terhadap lingkungan
4. Mudah diproduksi secara massal
5. Mudah diaplikasikan menggunakan alat semprot standard
Penggunaan nematode mengendalikan moluska dan serangga hama yang hidup di
tanah dan tersembunyi.
Obligat nematoda berukuran 5-20 cm atau lebih
Mermithidae membunuh serangga hama, menyelesaikan siklus hidup pada serangga
tersebut kemudian meninggalkan inangnya dan masuk ke lingkungan.
Menyerang nyamuk, lalat, wereng daun dan belalang
4. Cendawan Entomopatogen
Menginfeksi langsung dengan mempenetrasi kutikula
Pada kondisi yang favourable, spora akan berkecambah, mempenetrasi kutikula dan
masuk ke hemocoel
Cendawan bereproduksi pada hemocoel dari bentuk yeast-like hifa. Hemocoel terisi
oleh tubuh hifa. serangga akan mati dan cendawan melanjutkan siklus dalam fase
saprofitik.
A. Zygomicota
Ordo Entomophthoralean memiliki banyak spesies cendawan dalam regulasi serangga.
Siklus hidup kompleks
Resting spores, dinding tebal untuk survive di alam yang tidak menguntungkan dan
spora infektif sebagai konidia primer.
Enthomophoga grili menyerang belalang; zoophthora kumbang; Entomophoga
maimiga ngengat gipsi ; Zoophthora radicans wereng daun
Produksi resting spore atau konidia tergantung stadia serangga inang
Jika menginfeksi wereng muda konidia Primer
Jika menginfeksi wereng lebih tua resting spore
Cendawan menginfeksi hemocoel serangga
Resting spore diproduksi ketika serangga inang mati, berfungsi agar tetap survive pada
lingkungan yang tidak menguntungkan, terutama musim dingin.
Musim semi, resting spore akan berkecambah dan membentuk konidia infektif.
B. Ascomycota
Cendawan entomopatogen
Terbagi atas Ascomycota dan deutromycota (imperfecti)
Cendawan Beauveria, Metarhizium, Nomurea, Verticillium dan Paecilomycetes.
Taksonomi dan identifikasi berdasar struktur konodiofor
Siklus aseksual sederahana
Konidia infektif melekat pada kutikula serangga inang yang peka, berkecambah, dan
membentuk tabung kecambah, menembus kutikula serangga inang menuju hemocoel,
cendawan akan memperbanyak diri dengan tunas (budding) tubuh hifa sampai seluruh
ruang hemocoel terisi hifa hingga penuh dan serangga inang mati.
Cendawan ascomycetes dapat tumbuh pada media buatan
Nomurea rileyi yang tumbuh pada media buatan akan memproduksi konidia berwarna
hijau tapi miselia berwarna putih.
1. Baculovirus
Terdiri dari Nuclear polyhedrosis virus (NPV) dan granulosis Virus (GV).
Infeksi baculovirus terjadi ketika polyhedral atau granule tertelan serangga inang yang
peka, yang selanjutnya akan terlarut dalam isi saluran pencernaan.
Virion dikeluarkan ketika polyhedra pecah
Virion akan memasuki sel midgut seperti pada tubuh lemak, epidermis, dan sel darah.
Infeksi bavulovirus wilting diseases jaringan tubuh inang menjadi likuid dan infeksi
pada epidermis menyebabkan tubuh inang melting, melepas partikel virus ke alam.
Sering menyerang Lepidoptera, sawfly dan larva nyamuk.
3. Graulosis Viruses
Mirip secara struktur dan pathogenesis seperti NPV
Virionsingly occluded dalam tubuh oklusi yang kecil granula
Tipe genetic dari GV :
1. Menginfeksi sel midgut dan hanya pada tubuh lemak
2. Diisolasi dari codling moth, Cydia pomonella
3. Hanya ditemukan pada grapeleaf skeletonizer, Harrisina brillian.
6. Mikrosporidia
Patogen penting pada serangga
Eukariotik, terkecil, sopra uniseluler, tidak punya mitokondria, obligat parasite
intraseluler,
Taksonomi status secara tradisional masuk dalam protozoa, berdasarkan bukti biologi
lebih dekat ke cendawan primitive.
Mempunyai filament polar, menusuk sel dalam dinding midgut
Spora masuk ke sitoplasma sel dan memulai reproduksi vegetatif
Bisa uninukleat bisa juga binukleat
Transmisi dapat terjadi secara horizontal karena tertelan, vertical atau keduanya atau
inokulasi secara mekanis oleh parasitoid
Survival serangga inang tergantung dosis, stadia serangga terinfeksi, virulensi dan
kebugaran serangga inang.
Menyebabkan penyakit kronis
Memberi pengaruh berupa penurunan kesuksesan ganti kulit pada dewasa, mereduksi
longevitas dan fekunditas.
Spora infektif terbentuk dalam ribuan atau jutaan per inang tergantung spora dan inang.
Penyakit tanaman adalah malfungsi sel dan jaringan tanaman, menghasilkan luka
kontinu yang berkembang menjadi gejala.
a. Kompetisi Sumberdaya
Terjadi ketika dua mikroba membutuhkan sumberdaya yang jumlahnya terbatas
Kompetisi sumberdaya umumnya berupa persaingan mendapatkan nutrisi seperti karbon
dan nitrogen.
Kompetisi lingkungan terjadi jika kondisi lingkungan terbatas.
Mikroba non patogenik dapat dijadikan competitor mikroba pathogen berkoloni
b. Parasitisme
Beberapa mikroba menyerang secara langsung mikroba lain dan menjadikannya
sebagai nutrisi
Membutuhkan kontak langsung antar mikroba hiperparasitisme
Contoh : hubungan parasitasi Trichoderma yang menekan penyakit tanaman yang
diakibatkan populasi pathogen dalam tanah
c. Antibiosis
Antibiotik Senyawa organik yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat
mengganggu pertumbuhan dan aktivitas metabolism mikroorganisme lain.
Antibiosis mikroba yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba lain dengan
antibiotic yang diproduksinya, yang mengakibatkan organisme lain akan mati karena
selnya mengalami endolisis dan sel sitoplasma menjadi hancur.
Antibiotik dapat didifusikan pada water fil atau tanah lembab sehingga tidak memerlukan
kontak langsung antara antagonis dengan pathogen tumbuhan.
Antibiotik jarang diproduksi oleh mikroba dalam tanah dan tidak mampu untuk persisten
dalam waktu yang lama.
3. Mikoriza
Jamur yang berasosiasi pada perakaran tanaman
Tumbuh secara eksternal pada perakaran ektomikoriza
Tumbuh dalam perakaran endomikoriza
Mikoriza mengambil nutrisi dari perakaran tanaman, dan mikoriza membantu tanaman
dalam penyerapan nutrisi akar.
Pembibitan pinus yang diinokulasi mikoriza menunjukkan ketahanan terhadap pathogen
chromis serta kapas yang menunjukkan ketahanan terhadapVerticillium dahlia.
Pengendalian Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki oleh
manusia melalui kompetisi ruang, waktu dan sumber nutrisi.
3. Pelepasan Terbatas
4. Pelepasan Pada Areal yang lebih luas
5. Monitoring tempat pelepasan
6. Redistribusi
7. Pemeliharaan Populasi
Patogen Tanaman Untuk mengendalikan Gulma
Mikroba (jamur, virus, bakteri) mampu tumbuh dan bereproduksi memanfaatkan
tanaman sebagai sumber nutriennya.
Patologi tanaman ilmu yang mempelajari mikroba yang dapat menimbulkan penyakit
pada tanaman dengan ttitik fokus pada bagaimana mengendalikan mikroba dan
mengelola populasinya.
Parasitoid adalah suatu serangga parasitik yang hidup pada atau di dalam tubuh suatu
serangga (atau arthropoda lain) inang yang lebih besar dan akhirnya membunuh inang
tersebut.
Karakteristik parasitoid
Parasitoid Serangga dengan Stadia Pra dewasa Menjadi Parasit di dalam tubuh
serangga lain , sementara stadia dewasanya hidup bebas
Parasitoid meletakan lebih dari satu telur pada satu inang superparasitisme
Dua atau lebih spesies parasitoid menyerang satu inang multiparasitisme
Kategori Parasitoid peletakkan telur
Parasitoid meletakan di dalam tubuh inang endoparasitoid
Parasitoid yang mematikan inang terlebih dahulu, inangnya paralysis, telur diletakkan
pada permukaan tubuh inang/ dekat inang ektoparasitoid
Spesies parasitoid yang hidup dalam inangnya yang masih hidup Koinobiont
Spesies parasitoid yang hidup pada atau dalam inang yang sudah mati idiobiont
Spesies Parasitoid yang menyerang parasitoid lain hyperparasitoid/parasitoid
sekunder
Pada sebagian spesies, semua telur sudah masak, dapat diletakkan tanpa menunggu
berkembang terlebih dahulu pro-ovigenik
Pada sebagian spesies, sebagian telur masak dan sebagian belum, telur akan masak
secara gradual synovigenik
Proses penemuan inang dalam jarak pendek ditentukan oleh senyawa tertentu.
Arresant senyawa yang lebih volatile dibanding attractans. Sering diproduksi inang
ketika dalam proses makan atau peletakkan telur.
Parasitik Hymenoptera
Hymenoptera Sympitica (sawflies)
Aprocita (Parasitic Wasps)
Apocrita
Aculeata
Aculeata spesies monophyletic (Semut, tabuhan, lebah)
Parasitica parasitoid serangga hama (Trigonalyoidea, Evanoidae, Cynipoidea,
Chalcidoidea, proctotrupoidea, ceraphoronoidea, stephanoidea dan Ichneumonoidea.
Sebagian Besar Aculeata tabuhan Predator seperti semut dan tabuhan atau
Phytophagus seperti lebah.
Aculaeta Parasitoid Chrysidodea dan Vespoidea
1. Chrysidodea Famili Drynidae (Parasitoid wereng daun dan superfamily dalam ordo
homoptera), Famili Bethylidae (Menyerang Coleoptera dan Lepidoptera), Famili
Chrysididae (Cleptinae:Parasitoid pre-pupa atau pupaTenthtrendinid sawflies;
Elampinae ; Chrysidinae : parasitoid atau kleptoparasitoid pada tabuhan dan lebah.)
2. Vespoidea Tiphiidae (parasitoid pada larva kumbang), Mutillidae (parasitoid pada
larva dan pupa tabuhan dan lebah), Scoliidae (parasitoid larva scarabaeid di dalam
tanah), Sphecidae (tabuhan Predator, ektoparasitoid pada jengkerik).
Parasitoid Diptera