Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

PENGUKURAN pH BERBAGAI SUMBER AIR

Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan

Dosen Pengampu: Dr. Agus Suprapto, S.P., M.P.

Disusun oleh:

Kelompok 8 – Rombel 1

1. Brelian Zoga Tama (2140401096)


2. Bunga Mutia Aliasari (2140401108)
3. Muhammad Farhan (2140401114)
4. Cinthia Maharani (2140401115)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar, guna memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dengan topik
“Pengukuran pH Berbagai Sumber Air”.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Dr. Agus Suprapto, S.P., M.P.
selaku dosen pengampu mata kuliah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
yang telah membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami harap
makalah ini dapat memberi informasi bukan hanya untuk kita semua sebagai
Mahasiswa pertanian, melainkan juga untuk khalayak umum dan para pembaca.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih
sangat banyak kekurangan baik secara teknis penulisan maupun dalam
penyampaian materi. Oleh karena itu, kami sangat menerima kritik dan saran yang
akan diberikan oleh pembaca untuk memperbaiki dan menyempurnakan makalah
ini.

Magelang, 23 Maret 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 pH Secara Umum...........................................................................................3
2.2 Indikator Asam Basa......................................................................................3
2.3 Alat Pengukur pH...........................................................................................4
BAB III METODOLOGI.........................................................................................5
3.1 Lokasi Pengambilan Sampel..........................................................................5
3.2 Jenis Penulisan...............................................................................................5
3.3 Sumber Data...................................................................................................6
3.4 Teknik Pengumpulan Data.............................................................................6
3.5 Analisis Data..................................................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................8
4.1 Hasil...............................................................................................................8
4.2 Uji Statistik...................................................................................................11
4.3 Pembahasan..................................................................................................12
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
LAMPIRAN...........................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan bahan yang sangat penting untuk melakukan seluruh
aktivitas kehidupan mahkluk hidup. Seluruh jumlah dari 40 juta mil kubik air
yang berada dibumi, baik yang di dalam atau di permukaan ternyata hanya
0,5% atau 0,2 juta mil kubik yang secara langsung dapat digunakan. Sisanya,
yaitu 97% berbentuk air laut dan 2,5% berbentuk salju dan es abadi
yang dalam keadaan cair baru dapat digunakan (Suriawiria, 2015). Kualitas
air menyatakan tingkat kesesuaian air untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia, mulai dari memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi,
cuci, air irigasi atau air pertanian, peternakan, perikanan, rekreasi dan
transportasi.
Kualitas air dilihat dari segi uji kimia, fisik, biologi, atau uji bau dan
warna. Kualitas air mendeskripsikan kesesuaian untuk penggunaan tertentu.
Air yang digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari khususnya untuk
penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan yang diatur dalam
peraturan Mentri Kesehatan RI No. 416/Menkes/IX/1990 tentang syarat-
syarat dan pengawasan kualitas air, kadar besi dalam air bersih yang
dipergunakan yaitu 1,0 mg/L.
Kandungan bahan-bahan kimia yang ada di dalam air berpengaruh
terhadap kesesuaian penggunaan air. Secara umum karakteristik kimiawi air
meliputi pH yang menyatakan intensitas keasaman atau alkalinitas dari suatu
carian, dan mewakili konsentrasi hidrogen ionnya. pH merupakan parameter
penting untuk menganalisis kualitas air karena pengaruhnya terhadap proses-
proses biologis dan kimia di dalamnya. Air yang diperuntukkan sebagai air
minum sebaiknya memiliki pH netral (+7) karena nilai pH berhubungan
dengan efektifitas klorinasi. pH air yang < 6,5 atau pH asam meningkatkan
korosifitas pada benda-benda logam, menimbulkan rasa tidak enak dan dapat

1
menyebabkan beberapa bahan kimia menjadi racun yang mengganggu
Kesehatan.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah adalah untuk mengetahui derajat keasaman (pH)
dari berbagai sumber air.

1.3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 pH Secara Umum


pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimilik oleh suatu larutan. Ia didefinisikan
sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien
aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga
nilainya didasarkan pada perhitungan teoretis. Skala pH bukanlah skala
absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pHnya
ditentukan berdasarkan persetujuan internasional (Hariyadi, dkk., 2020).
Larutan dengan pH rendah dinamakan “asam” sedangkan yang harga
pHnya tinggi dinamakan “basa”. Skala pH terentang dari 0 (asam kuat)
sampai 14 (basa kuat) dengan 7 adalah harga tengah mewakili air murni
(netral).

Gambar Skala pH

2.2 Indikator Asam Basa


Indikator pH merupakan zat yang dapat berubah warnaapabila pH
lingkungannya berubah. Indikator pH dapat dibedakan menjadiindikator satu
warnadan indikator dua warna. Indikator satu warna adalah yaituindikator
yang mempunyai satu macam warna seperti fenolptalin yang hanya akan
berwarna merah bila dalam lingkungan basa. Indikator dua warna adalah
indikatoryang mempunyai dua warna,yaitu warna asam dan warna basa.
Indikator kuningalizarin mempunyai warna kuning dalam lingkungan asam

3
(warna asam) dan berwarna ungu dalam lingkungan basa (warna basa)
(Sutresna, 2008).

Beberapa indikator yang penting dalam titrasi asam-basa dapat dilihat


pada tabel berikut:

Tabel 1. Indikator pH

2.3 Alat Pengukur pH


Terdapat dua cara yang umum dilakukan dalam melakukan pengukuran
kadar pH suatu cairan atau larutan, yaitu dengan menggunakan kertas lakmus
dan pH meter. Perbedaan pokok dari kedua alat tersebut adalah tampilan dan
keakuratan hasildari pengukuran yang dilakukan. Kertas lakmus mempunyai
output berupa perubahan warna dari setiap pengukuran kadar pH yang
dilakukan. Cara ini kurang akurat, karena outputnya berbentuk perkiraan yang
mendekati dengan skala pH standar. Sedangkan pH meter adalah suatu alat
pengukur pH modern yang mana outputnya dalam tampilan digital. Namun
pada umumnya pH meterharus dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan.
Kalibrasi dilakukan denganmengadjust pH meter sesuai cairan pH standar
(Buffer Solution) yang diukur (Parning, 2006).

4
5
BAB III
METODOLOGI

3.1 Lokasi Pengambilan Sampel


Analisis pH pada berbagai jenis air dilaksanakan pada berbagai tempat di
Kabupaten Magelang dan Kota Magelang. Berikut merupakan daftar tempat
pengambilan sampel air beserta jenis air yang didapat.
Tabel 2. Daftar Tempat Pengambilan Sampel Air
No Jenis Air Tempat Pengambilan Sampel
1. Air Sawah A Jalan Dumpoh Raya Potrobangsan
Kecamatan Magelang Utara
2. Air Sawah B Tanjunganom, Kecamatan Salaman
3. Air Mineral A Le Minerale
4. Air Mineral B Nestle Pure Life
5. Air Selokan Pirikan, Kecamatan Secang
6. Air Limbah Tahu Pirikan, Kecamatan Secang
7. Air Sumur Donorojo, Kecamatan Mertoyudan
8. Air PDAM Tanhunganom, Kecamatan Salaman
9. Air Sungai Tanjunganom, Kecamatan Salaman
10. Air Kolam Ikan Pirikan, Kecamatan Secang

3.2 Jenis Penulisan


Jenis metode penelitian yang dipilih adalah deskriptif analisis, adapun
pengertian dari metode deskriptif adalah suatu metode yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui
data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya melakukan
analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Dengan kata
lain penelitian deskriptif analitis mengambil masalah atau memusatkan
perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat penelitian
dilaksanakan, hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk
diambil kesimpulannya. Maka dalam penulisan makalah analisis pH pada
berbagai jenis air penulis menggunakan metode deskriptif analisis karena
dirasa cocok untuk mengetahui derajat keasaman pada berbagai sampel air
yang digunakan.

6
3.3 Sumber Data
Data adalah sekumpulan informasi, fakta-fakta, atau simbol-simbol
yang menerangkan tentang keadaan objek penelitian. Data yang sudah
didapat akan dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek
penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperolah dengan melakukan
pengukuran langsung terhadap besar pH pada berbagai jenis air dengan
menggunakan pH meter.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber
yang sudah ada, bukan dari penelitian langsung oleh peneliti. Data
sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumen yang
sudah terdokumentasikan, seperti buku, jurnal dan sumber pustaka
lainnya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu suatu cara yang digunakan oleh peneliti
guna mendapatkan informasi yang akurat mengenai penelitian yang
dilakukan. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu :
1. Observasi
Metode observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang dilakukan melalui suatu pengamatan yang disertai dengan adanya
berbagai pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran.
Metode observasi digunakan dalam pengamatan terhadap jenis air yang
cocok untuk dijadikan sampel analisis pH.
2. Pengukuran Langsung
Sampel air yang sudah diobservasi kemudian dilakukan
pengukuran langsung terhadap besar pH pada berbagai jenis air dengan
menggunakan pH meter.
3. Studi Pustaka

7
Studi pustaka adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti
dengan mengumpulkan sejumlah buku atau sumber terpercaya yang
berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian. Penelitian yang
dilakukan dengan cara menelaan sumber kepustakaan untuk memperoleh
data analisis derajat keasaman pada berbagai jenis air.
3.5 Analisis Data
Proses menganalisis data dilakukan setelah seluruh data terkumpul.
Data dianilisis dengan menggunakan uji statistik. uji statistik adalah beragam
teknik analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis,
membandingkan dua atau lebih sampel, serta menentukan hubungan antara
dua variabel atau lebih. Hasil uji kemudian dianalisis dan dapat ditarik
kesimpulan dari permasalahan.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 3. Hasil Pengukuran pH
pH
Lokasi ΣX
I II III
Air sawah A (Dumpoh)

7 7,1 7,1 7,07

Air sawah B (Salaman)

6,8 6,8 6,7 6,77

Le Minerale 6,9 7 7 6,97

9
Nestle Pure Life

6,9 6,9 6,8 6,87

Air selokan

8,4 8,4 8,4 8,4

Air limbah tahu 4 4 4 4

10
Air sumur

6,3 6,3 6,3 6,3

Air PDAM

6,8 6,8 6,8 6,8

Air Sungai 7,2 7,2 7,2 7,2

11
Air kolam ikan

7,1 7,2 7,2 7,17

Sumber: Data Primer, 2024


4.2 Uji Statistik
Tabel 4. Uji Statistik

Sumber: Data Primer, 2024

Diagram Rata-Rata pH

12
Rata-Rata pH
9.00
8.00
7.00
6.00
5.00
Nilai pH

4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Macam Air

Sawah A (Dumpoh) Sawah B (Salaman) Le Minerale Nestle Pure Life


Selokan Limbah Tahu Sumur PDAM
Sungai Kolam Ikan

Diagram Uji Statistik

Uji Statistik
9.00

8.00

7.00

6.00

5.00

4.00
Nilai

3.00

2.00

1.00

0.00
Nilai Tengah Simpangan Baku Nilai Z
-1.00

-2.00

Sawah A (Dumpoh) Sawah B (Salaman) Le Minerale Nestle Pure Life


Selokan Limbah Tahu Sumur PDAM
Sungai Kolam Ikan

13
4.3 Pembahasan
Air merupakan bahan yang sangat vital yang tidak dapat dipisahkan dari
seluruh aktivitas kehidupan mahkluk hidup di bumi ini. Kualitas air
menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentudalam
memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk memenuhi
kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air irigasi atau
pertanian, peternakan, perikanan, rekreasi dan transportasi. Kualitas air
mencakup tiga karakteristik, yaitu fisika, kimia dan biologi. Kualitas air dapat
diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut.
Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji
kenampakan (bau dan warna) (Harianti dan Nurasia. 2016).

Kualitas kimia dari air dapat diuji menggunakan analisis derajat


keasamaan (pH) dengan menggunakan pH meter. pH adalah singkatan dari
"potential of hydrogen" atau "power of hydrogen". pH adalah ukuran
konsentrasi ion hidrogen dalam air. pH sangat penting sebagai parameter
kualitas air karena pH mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa
bahan dalam air (Soepomo, 2014).
Dari pengukuran derajat keasaman air sawah di daerah Dumpoh,
Potrobangsan diperoleh hasil pH 7 pada pengukuran pertama, pH 7,1 pada
pengukuran ke-2 dan pH 7,1 pada pengukuran yang ke-3. Sehingga diperoleh
rata-rata pH 7,07. Selanjutnya untuk pengukuran derajat keasaman air sawah
(B) di daerah Tanjunganom, Kecamatan Salaman diperoleh hasil pH 6,8 pada
pengukuran pertama, pH 6,8 pada pengukuran ke-2 dan pH 6,7 pada
pengukuran yang ke-3. Sehingga diperoleh rata-rata pH 6,77. Ke dua hasil
pengukuran baik di sawah A dan B menunjukkan rata-rata pH 7,07 dan 6,77
yang menujukkan ke dua air sawah tersebut memiliki pH yang netral
sebagaimana yang dinyatakan oleh Harianti dan Nurasia (2016) yang
menyatakan bahwa pH air netral adalah berkisar antara 6,7-7,2. Selain itu pH
air sawah yang terdapat di dua lokasi tersebut dikatakan baik dan memenuhi
syarat air irigasi yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

14
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 adalah tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air. Kisaran pH yang baik berdasarkan
peraturan tersebut untuk air irigasi sebesar 5,0 - 9,0. Air yang memiliki pH
terlalu asam mengandung banyak hidrogen, sedangkan pH terlalu basa
mengandung banyak hidroksida sehingga dapat menyebabkan
ketidakseimbangan unsur hara, dapat menurunkan daya serap nutrisi tanaman,
dan bisa merusak sel tanaman sehingga terganggunya metabolisme tumbuhan
(Maura, dkk. 2023).
Selanjutnya untuk pengukuran derajat keasaman air mineral dalam
kemasan dengan merk dagang Le Minerale diperoleh hasil pH 6,9 pada
pengukuran pertama, pH 7 pada pengukuran ke-2 dan pH 7 pada pengukuran
yang ke-3. Sehingga diperoleh rata-rata pH 6,97. Dan untuk air mineral dalam
kemasan dengan merk dagang Nestle Pure Life Minerale diperoleh hasil pH
6,9 pada pengukuran pertama, pH 6,9 pada pengukuran ke-2 dan pH 6,8 pada
pengukuran yang ke-3. Sehingga diperoleh rata-rata pH 6,87. Berdasarkan
hasil tersebut maka dari dua merk dagang yang diukur dikatakan memiliki pH
yang netral sebagaimana yang tercamtum dalam PERMENKES NOMOR
492/MENKES/PER/1V/2010, salah satu syarat kualitas air minum adalah
nilai pH air minum menjadi netral (6.5 – 8.5).
Pada pengukuran derajat keasaman air selokan yang berada di daerah
Pirikan, Kecamatan Secang diperoleh hasil pH 8,4 pada pengukuran pertama,
pH 8,4 pada pengukuran ke-2 dan pH 8,4 pada pengukuran yang ke-3.
Sehingga diperoleh rata-rata pH 8,4. Berdasarkan hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa pH air selokan tersebut tergolong dalam basa kuat karena
pH-nya lebih dari 7. Untuk membedakan nilai pH, maka ada ketentuan
tertentu untuk membedakan nilai pH, jika memiliki nilai normal pH 7, tetapi
jika bersifat basa maka pH lebih dari 7 dan sedangkan bersifat asam maka pH
kurang dari 7 (Djoharam,dkk. 2018). Salah satu faktor yang menyebabkan air
selokan di daerah tersebut mempunyai pH yang tinggi dikarenakan ada
beberapa oknum warga yang membuang air limbah air sabun dan detergen ke
saluran air tersebut.

15
Pada pengukuran derajat keasaman air limbah pabrik tahu yang berada
di daerah Pirikan, Kecamatan Secang diperoleh hasil pH 4 pada pengukuran
pertama, pH 4 pada pengukuran ke-2 dan pH 4 pada pengukuran yang ke-3.
Sehingga diperoleh rata-rata pH 4. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa pH air selokan tersebut tergolong dalam asam kuat karena pH-nya
kurang dari 7. Untuk membedakan nilai pH, maka ada ketentuan tertentu
untuk membedakan nilai pH, jika memiliki nilai normal pH 7, tetapi jika
bersifat basa maka pH lebih dari 7 dan sedangkan bersifat asam maka pH
kurang dari 7 (Djoharam,dkk. 2018). Air limbah pabrik tahu memiliki pH
yang rendah atau asam dikarenakan dalam pembuatan tahu menggunakan
cuka sebagai bahan tambahan selain itu dapat disebabkan oleh tingginya
asam-asam amino dari proses fermentasi kedelai (Amalia dkk.2022).
Pada pengukuran derajat keasaman air sumur yang berada di daerah
Donorejo, Kecamatan Mertoyudan diperoleh hasil pH 6,3 pada pengukuran
pertama, pH 6,3 pada pengukuran ke-2 dan pH 6,3 pada pengukuran yang ke-
3. Sehingga diperoleh rata-rata pH 6,3. Berdasarkan hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa pH air selokan tersebut tergolong dalam asam lemah karena
pH-nya kurang dari 7. Untuk membedakan nilai pH, maka ada ketentuan
tertentu untuk membedakan nilai pH, jika memiliki nilai normal pH 7, tetapi
jika bersifat basa maka pH lebih dari 7 dan sedangkan bersifat asam maka pH
kurang dari 7 (Djoharam,dkk. 2018).
Pengukuran derajat keasaman air PDAM di Desa Tanjunganom,
Kecamatan Salaman diperoleh hasil pH 6,8 pada pengukuran pertama, pH 6,8
pada pengukuran ke-2 dan pH 6,8 pada pengukuran yang ke-3. Sehingga
diperoleh rata-rata pH 6,8. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pH air
PDAM netral sebagaimana yang dinyatakan oleh Harianti dan Nurasia (2016)
yang menyatakan bahwa pH air netral adalah berkisar antara 6,7-7,2.
Selanjutnya pengukuran derajat keasaman air sungai di Desa
Tanjunganom, Kecamatan Salaman diperoleh hasil pH 7,2 pada pengukuran
pertama, pH 7,2 pada pengukuran ke-2 dan pH 7,2 pada pengukuran yang ke-
3. Sehingga diperoleh rata-rata pH 7,2. Dari hasil tersebut dapat dikatakan

16
bahwa pH air sungai netral sebagaimana yang dinyatakan oleh Harianti dan
Nurasia (2016) yang menyatakan bahwa pH air netral adalah berkisar antara
6,7-7,2.
Terakhir untuk pengukuran derajat keasaman air kolam di Pirikan,
Kecamatan Secang diperoleh hasil pH 7,1 pada pengukuran pertama, pH 7,2
pada pengukuran ke-2 dan pH 7,2 pada pengukuran yang ke-3. Sehingga
diperoleh rata-rata pH 7,17. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pH air
kolam tersebut netral sebagaimana yang dinyatakan oleh Harianti dan Nurasia
(2016) yang menyatakan bahwa pH air netral adalah berkisar antara 6,7-7,2.

BAB V
KESIMPULAN

pH adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen dalam air. pH sangat penting


sebagai parameter kualitas air karena pH mengontrol tipe dan laju kecepatan
reaksi beberapa bahan dalam air. Berdasarkan hasil pengukuran pH berbagai
sumber air dapat disimpulkan bahwa sumber air yang bersifat netral, yaitu air
sawah A (7,07), air sawah B (6,77), air Le Minerale (6,97), air Nestle Pure Life
(6,87), air sungai (7,2) air PDAM (7,2), dan air kolam (7,17). Pada sifat asam kuat
terdapat air limbah tahu (4) dan asam lemah terdapat air sumur (6,3). Pada basa
kuat terdapat air selokan (8,4).

17
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R. N., Devy, S. D., Kurniawan, A. S., Hasanah, N., Salsabila, E. D.,
Ratnawati, D. A. A., ... dan Aturdin, G. A. 2022. Potensi Limbah Cair
Tahu sebagai Pupuk Organik Cair di RT. 31 Kelurahan Lempake Kota
Samarinda. ABDIKU: Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas
Mulawarman, 1(1), 36-41.
Djoharam, V., Riani, E., dan Yani, M. 2018. Analisis kualitas air dan daya
tampung beban pencemaran sungai pesanggrahan di wilayah provinsi DKI
Jakarta. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan (Journal
of Natural Resources and Environmental Management), 8(1), 127-133.
Harianti, H., dan Nurasia, N. 2016. Analisis warna, suhu, pH dan salinitas air
sumur bor di Kota Palopo. Prosiding, 2(1).
Hariyadi, H., M. Kamil., dan P. Ananda. 2020. Sistem Pengecekan pH Air
Otomatis Menggunakan Sensor pH Probe Berbasis Arduino Pada
Sumur Bor. Rang Teknik Journal, 3(2), 340-346.
Maura, C. S., Affifah, A. N., Nababan, B. P., Rozak, D. N. L. A., Syah, S. A.,
Sari, Y., & Putri, A. A. 2023. Analisis Sifat Fisika dan Kimia terhadap
Kualitas Air Irigasi Pada Lahan Sawah di Desa Cisarua RT 01 RW 03
Bogor. Risenologi, 8(1), 45-49.
Parning. 2006. Kimia. Penerbit Yudhistira. Jakarta.
Soepomo. 2014. Hubungan Kualitas Air (pH) dan Personal Hygiene dengan
Keluhan Penyakit Kulit di Desa Sumberrahayu Kecamatan Moyudan
kabupaten Sleman Yogyakarta. (3)1.
Suriawiria, U. 2015. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Penerbit
PT. Alumni: Bandung.
Sutresna, N. 2008. Cerdas Belajar Kimia. Grafindo. Bandung.

18
LAMPIRAN

Penyiapan Alat dan Bahan

Pengambilan Sampel Air

Proses Pengukuran pH Proses Pengukuran pH


Sumber: Dokumen Pribadi, 2024

19

Anda mungkin juga menyukai