Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

PRAKTIKUM TEKNIK LABORATORIUM

PH Meter dan Makanan

Disusun oleh :

Nama : TESA MANISA

NIM : F1071131025

Semester : II A (REG A)

Kelompok : 4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2014
A. Pendahuluan
Makanan mempunyai kadar keasamannya masing-masing, terutama buah-buahan.
Kadar keasaman itu sendiri berbeda-beda pada setiap jenis makanan. Pada umumnya kadar
keasaman dapat kita ketahui dengan melalui suatu pengukuran dengan alat. Alat yang dapat
mengukur kadar atau derajat keasaman suatu bahan disebut pH meter.
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion
hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah
skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional. PH meter adalah sebuah alat elektronik yang berfungsi
untuk mengukur pH (derajat keasaman atau kebasaan) suatu cairan (ada elektroda khusus
yang berfungsi untuk mengukur pH bahan-bahan semi-padat). Sebuah pH meter terdiri dari
sebuah elektroda (probe pengukur) yang terhubung ke sebuah alat elektronik yang mengukur
dan menampilkan nilai pH. Derajat keasaman (pH) merupakan nilai yang menunjukkan
suau bahan bersifat asam (<7), basa (>7), atau netral (=7). Derajat keasaman pakan akan
mempengaruhi nilai pH perut karena pH normal perut akan meningkat seiring dengan
meningkatnya nilai pH pakan (Qomariyah, 2004).
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan ia di definisikan sebagai kologaritma aktivitas ion
hydrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hydrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental sehingga nilainya didasarkan paa perhitungan teoritis. Suatu pH bukanlah skala
absolut. Ia bersifat relative terhadap sekumpulan larutan standar pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional.
Ph meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur derajat keasaman suatu
bahan. Bagian yang terpenting dari pH meter adalah elektroda pH. Terdapat dua macam
elektroda, yaitu elektroda gelas dan elektroda kombinasi atau elektroda pembanding. pH
meter dapat digunakan untuk reaksi oksidasi dan reduksi sehingga dapat mengukur potensial
dari larutan.
Air murni bersifat netral, dengan pH nya pada suhu 25oC ditetapkan sebagai 7,0.
Larutan dengan pH kurang dari 7 disebut bersifat asam., dan larutan dengan pH lebih dari
tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang
terkait dengan kehidupan atau industry pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran,
pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan), dan oseanografi. Tentu saja bidang-bidang
sains dan teknologi lainnya juga memakai meskipun dalam frekuensi yang lebih
rendah(Adijuwono, 1992).
Nilai pH atau derajat keasaman dapat ditentukan dengan lebih akurat jika
diukur dengan menggunakan pH meter dengan syarat baterai yang digunakan masih memilki
cukup banyak energy dan sebelum memulai pengukuran tingkat/derajat keasaman suatu bahan
terlebih dahulu harus dilakukan pengklaribrasian dengan cara memutar baut menggunakan
pression screw driver dahulu sambil ujung dari pH meter direndam dilarutan khusus yaitu
larutan buffer sampai menunjukkan angka 7 atau menunjukkan angka 14. Jika hal tersebut
tidak dilakukan maka hasil yang didapat dari hasil pengukuran tidak mendapatkan hasil yang
valid (Lubis, 1993).
Terdapat pH meter portable (mudah dibawa) yang dijalankan dengan baterai ,
walaupun yang menggunakan tenaga listrik lebih efektif dan lebih efisien. pH meter dengan
elektrolit ombinasi cocok untuk pengukur sampel yang jumlah nya sedikit. Elektroda yang
dibuat dari spoxy yang berupa pelindung tabung gas yang cukup panjang dapat mengurangi
kemungkinan pecah. Pengecekan dan pengukuran pH dapat dilakukan dengan otomatis tapi
hanya dibuat untuk suatu laboratorium tertentu. Dapat pula untuk membuat kurva dari
komponen pH meter, buret otomatis, serta dilengkapi dengan recorder. Selain pH meter di
atas terdapat pula pH meter yang tidak mudah dibawa yaitu pH meter bench (Hardjono,
2001).
Pengukuran pH secara kasar biasa dilakukan dengan kertas pH atau kertas indicator
pH, dengan perubahan warna pada level pH yang bervariasi. Indicator ini mempunyai
keterbatasan pada tingkat akurasi pengukuran dan dapat terjadi kesalahan pengamatan warna
yang disebabkan larutan sampel yang berwarna atau sampel yang keruh.
Dengan melihat derajat keasaman (pH) suat makanan apabila Ph>7 maka makanan itu derajat
keasamannya sedikit dan hamper tidak ada (basa), sedangkan bila pH<7 maka makanan itu
memiliki derajat keasaman yang tinggi, dan sebaiknya konsumsi makanan dengan pH<7 harus
dikurangi karena dapat mengganggu kesehatan. Makanan dengan pH<5 dapat menyebabkan
terganggunya system pencernaan, sebab pH dalam tabung sudah asam, sehingga apabila
makanan dengan pH<5 tetap dikonsumsi dengan jumlah yang banyak akan menyebabkan
beberapa penyakit, dari penyakit yang ringan sampai penyakit yang berat seperti kenker usus,
menipisnya lambung (lambung bocor), dan lain-lain (Adijuwono, 1992).
Pengukuran pH yang lebih akurat biasa dilakukan dengan menggunakan pH meter.
System pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda
refferensi, dan alat pengukur impedansi tinggi. pH elektroda dapat diasumsikan sebagai
battery, dengan voltase yang bervariasi hasil pengukuran dari pH larutan yang akan diukur.
Larutan penyangga buffer solution digunakan untuk dapat meminimalkan perubahan
konsentrasi H+ dan OH- agar seimbang (Goenawan, 2008).
Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial elektro kimia
yang terjadi antara larutan yang terdapat di dalam elektroda gelas yang telah diketahui dengan
larutan yang terdapat di luar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan
lapisantipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukurannya
relatif kecil dan aktif. Elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion
hidrogen atau diistilahkan dengan potential of hidrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik
dibutuhkan suatu elektroda pembanding. Sebagai catatan, alat tersebut tidak mengukur arus
tetapi hanya mengukur tegangan. Skema elektrode pH meter akan mengukur potensial listrik
antara Merkuri Klorid (HgCl) pada elektroda pembanding dan potassium chloride (KCl) yang
merupakan larutan di dalam gelas elektroda serta petensial antara larutan dan elektroda perak.
Tetapi potensial antara sampel yang tidak diketahui dengan elektroda gelas dapat berubah
tergantung sampelnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan kalibrasi dengan menggunakan
larutan yang equivalent yang lainnya untuk menetapkan nilai pH (Suyanta, 2010).
Elektroda pembanding calomel terdiri dari tabung gelas yang berisi potassium kloride
(KCl) yang merupakan elektrolit yang berinteraksi dengan HgCl diujung larutan KCl. Tabung
gelas ini mudah pecah sehingga untuk menghubungkannya digunakan keramik berpori atau
bahan sejenisnya. Elektroda semacam ini tidak mudah terkontaminasi oleh logam dan unsure
natrium. Elektroda gelas terdiri dari tabung kaca yang kokoh dan tersambung dengan
gelembung kaca yang tipis. Di dalamnnya terdapat larutan KCl yang buffer ph 7. Elektroda
perak yang ujungnyamerupakan perak kloride (AgCl2) dihubungkan ke dalam larutan
tersebut. Untuk meminimalisir pengaruh elektrik yang tidak diinginkan, alat tersebut
dilindungi oleh suatu lapisan kertas pelindungyang biasanya terdapat di bagian dalam
elektroda gelas. Pada kebanyakan pH meter modern sudah dilengkapi dengan thermistor
temperature, yakni suatu alat untuk mengkoreksi pengaruh temperature. Antara elektroda
pembanding dengan elektroda gelas sudah disusun dalam satu kesatuan (Supriatna, 2011).

pH meter harus dikalibrasi sebelum dan setelah setiap pengukuran. Untuk penggunaan
normal kalibrasi harus dilakukan pada awal pemakaian. Kalibrasi harus dilakukan dengan
setidaknya dua standar solusi yang buffer span kisaran nilai pH yang akan diukur. Ph buffer
yang dapat diterima pada pH 4 dan pH 10. PH meter memiliki satu kontrol (kalibrasi) untuk
mengatur pembacaan meter sama dengan nilai standar pertama buffer dan kontrol kedua
(kemiringan) yang digunakan untuk mengatur pembacaan meter dengan nilai buffer kedua.
Kontrol ketiga memungkinkan suhu harus ditetapkan. Proses kalibrasi tegangan berhubungan
yang dihasilkan oleh probe (kira-kira pH 0,06 volt per unit) dengan skala pH. Setelah setiap
satu pengukuran, pesawat itu dibilas dengan air suling atau air deionized untuk
menghilangkan jejak dari solusi yang diukur, mengusap dengan tisu yang bersih untuk
menyerap sisa air yang dapat mengencerkan sampel dan dengan demikian mengubah
membaca, dan kemudian cepat-cepat terbenam solusi lain. Ketika tidak digunakan, ujung
probe basah harus dijaga. Hal ini biasanya tetap direndam dalam larutan asam pH sekitar 3.0.
Dalam keadaan darurat, diasamkan dengan menggunakan air keran, tetapi air suling atau air
deionised tidak boleh digunakan untuk jangka panjang sebagai probe penyimpanan air yang
relatif ionless "sucks" ion keluar dari probe melalui difusi, yang mengalami degradasi itu.
Kadang-kadang (sekitar sekali sebulan), itu dapat dibersihkan dengan menggunakan elektroda
pH larutan pembersih, umumnya suatu larutan 0,1 M asam klorida (HCl) digunakan [1],
mempunyai pH sekitar satu (Rusbiono, 2004).

Praktikum pH meter dan makanan ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui derajat
keasaman pada nanas dengan tingkat kematangan yang berbeda dan asam cuka dengan
konsentrasi yang berbeda serta untuk mengetahui pengaruh pengenceran terhadap perubahan
pH. Dengan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: Apa itu kertas indkator pH?,
Bagaimana cara menggunakan kertas tersebut dengan benar?, Bagaimana derajat keasaman
pada nanas dengan tingkat kematangan yang berbeda?, Bagaimana derajat keasaman asam
cuka dengan konsentrasi yang berbeda?, Bagaimana pengaruh pengenceran terhadap
perubahan pH?

B. Metodologi

Pada praktikum pH Meter dan Makanan, dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Juni
2014 di laboratorium 1 pendidikan biologi FKIP UNTAN pada praktikum kali ini alat yang
kami gunakan adalah sebgai berikut: kertas indikator pH, serbet, baskom, gelas ukur, gelas
kimia, pisau, dan blender dan bahan yang kami gunakan adalah buah nanas yang matang, buah
nanas yang setengah matang, buah nanas mentah, akuades dan asam cuka. Dengan cara kerja dari
praktikum kami kali ini adalah Pada praktikum kali ini yaitu tentang PH meter dan Makanan,
untuk percobaan yang pertama telah disiapkan oleh praktikan 3 buah nanas dengan 3 tingkat
kematangan yang berbeda, yaitu matang, setengah matang, dan mentah (muda). Kemudian,
ketiga buah nanas tersebut masing-masing diblender hingga menjadi sangat halus. Nanas yang
telah diblender ini kemudian disaring menggunakan serbet dan diambil ekstraknya. Ekstrak
dari ketiga nanas ini kemudian diukur pH nya dengan menggunakan kertas indikator pH dan
hasil pengukuran yang didapat dicatat ke dalam tabel hasil pengamatan. Selanjutnya dari
setiap nanas tersebut diambil 1 ml ekstraknya dan masing-masing dimasukkan ke dalam gelas
kimia. Setiap gelas kimia tersebut ditambahkan akuades sebanyak 9 ml dan diaduk sampai
merata. Setelah itu diukur pH nya menggunakan kertas indikator pH dan di catat hasil
pengukuran ke dalam table pengamatan. Kemudian 2 ml ekstraknya dan masing-masing
dimasukkan ke dalam gelas kimia. Setiap gelas kimia tersebut ditambahkan akuades sebanyak
18 ml dan diaduk sampai merata. Setelah itu diukur pH nya menggunakan kertas indikator pH
dan di catat hasil pengukuran ke dalam table pengamatan.

Pada percobaan yang kedua yaitu asam cuka (CH3COOH) 100%. Pertama-tama
ditentukan perbandingan volume air dan volume cuka sehingga didapatkan konsentrasi asam
cuka yang diinginkan dengan menggunakan rumus McukaVcuka = MairVair . setelah didapatkan
volume cuka yang diinginkan, kemudian larutkan cuka dengan volume yang telah didapatkan
tersebut dengan sejumlah air sampai volume nya mencapai 100 ml. setelah itu di aduk hingga
merata dan diukur pH menggunakan indikator pH. Diulangi lagi perlakuan tersebut dengan
konsentrasi asam cuka yang berbeda.

C. Hasil dan Pembahasan


1. Tabel hasil pengamatan pH meter dengan dengan tingkat kematangan yang
berbeda

Kelompok Sebagai pH
Nanas
Ulangan Ekstrak 10-1 10-2
1-2 4 5 5
3-4 4 5 5
Nanas Muda
5-6 4 5 5

Rata-rata 4 5 5
1-2 4 5 5
3-4 4 5 5
Nanas 1/2 Matang
5-6 4 5 5

Rata-rata 4 5 5
1-2 4 5 5
Nanas Matang 3-4 4 5 5
5-6 4 5 5
Rata-rata 4 5 5

2. Tabel volume dan konsentrasi pengenceran asam cuka

Volume air suling


Volume awal Konsentrasi
Konsentrasi yang ditambahkan
asam cuka akhir asam
Pengenceran awal asam untuk mendapatkan
dipergunakan cuka yang
cuka (NI) % 50 ml akhir asam
(V1) ml dibuat (%)
cuka
50 ml 100% 25 ml 50 % 25 ml
40 ml 100% 20 ml 50 % 30 ml
30 ml 100% 15 ml 50 % 35 ml
20 ml 100% 10 ml 50 % 40 ml
10 ml 100% 5 ml 50 % 45 ml
1 ml 100% 0,5 ml 50 % 49,5 ml
Rata-Rata 100 % 12,6 ml 50 % 37,4 ml

3. Tabel hasil pengamatan konsentrasi asam cuka yang berbeda


NO KONSENTRASI ASAM CUKA
KELOMPOK 1% 10 % 20 % 30 % 40 % 50 % 100 %
1 dan 2 3 3 3 3 3 3 2
3 dan 4 3 3 3 3 3 3 2
5 dan 6 3 3 3 3 3 3 2
Rata-rata 3 3 3 3 3 3 2
Grafik dari Ekstrak Nanas
4.5

3.5

2.5
pH

1.5

0.5

0
Nanas muda Nanas setengah matang Nanas masak

Grafik dari 10-1


6

4
pH

0
Nanas muda Nanas setengah matang Nanas mentah
Grafik dari 10-2
6

4
pH

0
Nanas muda Nanas setengah matang Nanas mentah

Grafik Asam Cuka


3.5

3
1%
2.5
10%
2 20%
pH

30%
1.5
40%
1 50%

0.5 100%

0
Rata-Rata Konsentrasi Asam Cuka (%)

Standar deviasi pada Nanas muda

1. pH ekstrak
x

x- ( x- )
4 4 0 0
4 4 0 0
4 4 0 0
( ) = 0
2. pH 10-1

x

x- ( x- )
4 4 0 0
4 4 0 0
4 4 0 0
( ) = 0

3. pH 10-2

x

x- ( x- )
4 4 0 0
4 4 0 0
4 4 0 0
( ) = 0

Standar deviasi pada nanas setengah matang

1. pH Ekstrak

x

x- ( x- )
4 4 0 0
4 4 0 0
4 4 0 0
( ) = 0

2. pH 10-1

x

x- ( x- )
4 4 0 0
4 4 0 0
4 4 0 0
( ) = 0

3. pH 10-2

x

x- ( x- )
4 4 0 0
4 4 0 0
4 4 0 0
( ) = 0
Standar deviasi pada nanas matang

1. pH Ekstrak

x
x-
( x- )
4 4 0 0
4 4 0 0
4 4 0 0
( ) = 0

2. pH 10-1

x
x-
( x- )
4 4 0 0
4 4 0 0
4 4 0 0
( ) = 0

3. pH 10-2

x
x-
( x- )
4 4 0 0
4 4 0 0
4 4 0 0
( ) = 0

Standar deviasi pada konsentrasi asam cuka 1%

x
x-
( x- )
3 3 0 0
3 3 0 0
3 3 0 0
( ) = 0

Standar deviasi pada konsentrasi asam cuka 10%

x
x-
( x- )
3 3 0 0
3 3 0 0
3 3 0 0
( ) = 0
Standar deviasi pada konsentrasi asam cuka 20%

x
x-
( x- )
3 3 0 0
3 3 0 0
3 3 0 0
( ) = 0

Standar deviasi pada konsentrasi asam cuka 30 %

x

x- ( x- )
3 3 0 0
3 3 0 0
3 3 0 0
( ) = 0

Standar deviasi pada konsentrasi asam cuka 40 %

x

x- ( x- )
3 3 0 0
3 3 0 0
3 3 0 0
( ) = 0

Standar deviasi pada konsentrasi asam cuka 50 %

x

x- ( x- )
3 3 0 0
3 3 0 0
3 3 0 0
( ) = 0

Standar deviasi pada konsentrasi asam cuka 100 %

x

x- ( x- )
3 3 0 0
3 3 0 0
3 3 0 0
( ) = 0
Pada praktikum kali ini yaitu tentang PH Meter dan Makanan dimana
praktikum ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui derajat keasaman pada nanas dengan
tingkat kematangan yang berbeda dan asam cuka dengan konsentrasi yang berbeda serta
untuk mengetahui pengaruh pengenceran terhadap perubahan pH. Alat dan bahan yang kami
gunakan pada praktikum kali ini yaitu pisau, gelas ukur, gelas kimia, kertas pH, 3 buah nanas
(matang, setengah matang, mentah), cuka makan, dan air. Pada praktikum kali ini
menggunakan kertas pH untuk mengukur derajat keasamannya. Dimana fungsi dari kertas pH
ini adalah sebagai alat yang dapat digunakan untuk mengukur derajat keasaman suatu bahan
dan derajat keasamaan ini dinyatakan dalam bentuk angka. Dimana apabila pH lebih kecil
dari 7, maka bahan tersebut tergolong asam dan jika pH lebih besar dari 7 maka bahan
tersebut tergolong basa. Dimana pada praktikum kali ini bahan yang digunakan memiliki pH
yang tergolong asam, yakni asam cuka dan nanas. Semakin kecil derajat keasaman pada suatu
bahan, maka bahan tersebut semakin asam dan apabila derajat keasamannya semakin besar
maka sifat asamnya akan kecil. Adapun cara menggunakan kertas pH secara benar adalah
dengan mengambil kertas pH dari kotaknya kemudian kertas tersebut dicelupkan
seluruhnya(pada bagian yang terdapat warna) pada larutan yang ingin diketahui berapa pH
nya. Didiamkan selama beberapa detik, kemudian kertas pH diangkat dari larutan tersebut dan
dicocokkan warnanya pada kotak kertas pH yang terdapat indikator pH untuk mengetahui
besar pH yang dimiliki larutan tersebut. Setelah dicocokkan maka didapatlah besar pH nya
setelah itu kertas pH segera dibuang agar tidak digunakan kembali pada larutan yang lain. ada
baiknya menggunakan kertas pH yang baru saat akan mengetahui besar pH suatu larutan yang
lain agar besar pH dapat diketahui secara akurat.
Dari hasil pengamatan ini diketahui bahwa nanas mentah (muda) memiliki
derajat keasaman lebih rendah/lebih tinggi kadar asamnya jika dibandingkan dengan nanas
yang setengah matang. Sedangkan nanas setengah matang lebih rendah derajat
keasamannya/lebih tinggi kadar asamnya daripada nanas yang matang. Hal ini menujukkan
bahwa derajat keasaman pada nanas bergantung dari tingkat kematangan pada nanas. Semakin
matang nanas, maka derajat keasamannya semakin tinggi, begitu pula sebaliknya, semakin
muda nanas maka derajat keasamannya semakin rendah.
Hal ini pulalah yang terjadi pada pengujian asam cuka. Asam cuka murni
dengan kadar 100% akan memiliki pH lebih kecil dibandingkan asam cuka yang diencerkan
1%, 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%. Hal ini dibuktikan bahwa air yang digunakan pada saat
pengenceran berperan sehingga kadar keasaman akan semakin rendah/derajat keasamannya
akan tinggi karena kandungan asamnya bercampur dengan air. Semakin tinggi persen kadar
asam cuka, maka semakin tinggi kadar asamnya. Sehingga derajat keasamannya akan semakin
kecil. Penggunaan air digunakan dalam pengenceran nanas dan asam cuka karena air memiliki
sifat netral. Sehingga dapat menaikkan derajat keasaman yang sebelumnya asam dan
menurunkan derajat keasaman yang sebelumnya basa.
Hasil pengamatan yang kami dapatkan dari praktikum kali ini adalah pada pH
ekstrak nanas(nanas muda, nanas setengah matang dan nanas matang) sebesar 4 dan pH 10 -1
dan 10-2 sebesar 5(nanas muda, nanas setengah matang dan nanas matang). Hasil pengamatan
kami menunjukkan nilai yang tidak valid, yang dapat dipicu akibat kesalahan saat kami
melakukan praktikum dan ketidakcermatan kami saat mengamati indikator pH. Hasil yang
seharusnya kami dapatkan adalah pH pada nanas muda lebih kecil dari nanas setengah matang
dan pH pada nanas setengah matang lebih kecil daripada nanas matang. Berbeda dengan
pengamatan pada asam cuka, dimana dengan penambahan air, maka pH nya akan semakin
besar. Berbeda dengan kadar asam cuka 100%, pH nya lebih kecil dari pH asam cuka yang
ditambah air sehingga konsentrasi asamnya menurun/encer.

D. Penutup

pH merupakan suatu tingkatan keasaman dari suatu bahan yang ditentukan dengan
angka. Apabila nilai pH kurang dari tujuh, maka bahan yang diidentifikasi dapat dikatakan
bersifat asam. Apabila nilai pH lebih dari tujuh, maka bahan dapat dikatakan bersifat basa. pH
dari buah nanas ternyata nanas muda dan nanas setengah matang memiliki tingkat keasaman
lebih kecil dibandingkan dengan nanas matang. Tingkat keasaman semakin kecil dan pH
semakin besar saat dilakukan pengenceran. Asam cuka murni dengan kadar 100% akan
memiliki pH lebih kecil dibandingkan asam cuka yang diencerkan 1%,10%,20%,30%,40%,
dan 50%. Semakin muda tingkat kematangan nanas, maka semakin tinggi kadar asamnya.
Semakin tinggi persen kadar asam cuka, maka semakin tinggi kadar asamnya.

Ada baiknya praktikum lebih teratur dan terarah agar praktikan dapat memahami apa
yang dipraktikumkan.
DAFTAR PUSTAKA

Adijuwono. 1992. Managemen Laboratorium. Bandung: IPB.

Goenawan. 2008. Pengukuran pH. (online).


(http://blog.goenawan.ac.id/2008/12/12/pengukuran-ph.html. Diakses Tanggal 15
Juni 2014).

Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM Press.

Lubis, M. 1993. Pengelolaan Laboratorium IPA. Jakarta: Depdikbud.

Qomariyah,N.2004.Uji Derajat Keasaman (pH), Kelarutan, Kerapatan dan Sudut Tumpukan


untuk Mengetahui Kualitas Bahan Pakan Sumber Protein. Volume 78, 35.

Rusbiono, Momo. 2004. Modul Pengadministrasian Alat dan Bahan Sains. Jakarta :
Dikmenjur.

Supriatna, Mamat. 2011. Studi Penelusuran Pengelolaan Laboratorium Sains Sebagai


Analisis Kebutuhan Untuk Program Diklat Pengelola laboratorium Bandung:
Widyaiswara P4TK IPA.

Suyanta. 2010. Jurnal Manajemen Operasional Laboratorium. Yogyakarta : UNY.

LAMPIRAN
Perhitungan

Standar deviasi pada Nanas muda

pH ekstrak
x

x- ( x- )
4 4 0 0
4 4 0 0
4 4 0 0
( ) = 0
( )
SD = 1

0
= 31

0
= 2
=0

pH 10-1

x

x- ( x- )
4 4 0 0
4 4 0 0
4 4 0 0
( ) = 0
()
SD = 1

0
= 31

0
= 2
=0

pH 10-2

x

x- ( x- )
4 4 0 0
4 4 0 0
4 4 0 0
( ) = 0
( )
SD = 1

0
= 31

0
= 2

=0

Standar deviasi pada nanas setengah matang

pH Ekstrak

x

x- ( x- )
4 4 0 0
4 4 0 0
4 4 0 0
( ) = 0
( )
SD = 1
0
= 31

0
= 2

=0

pH 10-1

x

x- ( x- )
4 4 0 0
4 4 0 0
4 4 0 0
( ) = 0
( )
SD = 1

0
= 31

0
= 2

=0

pH 10-2

x

x- ( x- )
4 4 0 0
4 4 0 0
4 4 0 0
( ) = 0
( )
SD = 1

0
= 31

0
= 2

=0

Standar deviasi pada nanas matang

pH Ekstrak

x
x-
( x- )
4 4 0 0
4 4 0 0
4 4 0 0
( ) = 0
( )
SD = 1

0
= 31

0
= 2

=0

pH 10-1

x
x-
( x- )
4 4 0 0
4 4 0 0
4 4 0 0
( ) = 0
( )
SD = 1

0
= 31

0
= 2

=0

pH 10-2

x
x-
( x- )
4 4 0 0
4 4 0 0
4 4 0 0
( ) = 0
( )
SD = 1

0
= 31

0
= 2

=0
Standar deviasi pada konsentrasi asam cuka 1%

x
x-
( x- )
3 3 0 0
3 3 0 0
3 3 0 0
( ) = 0
( )
SD = 1

0
= 31

0
= 2

=0

Standar deviasi pada konsentrasi asam cuka 10%

x
x-
( x- )

3 3 0 0
3 3 0 0
3 3 0 0
( ) = 0
( )
SD = 1

0
= 31

0
= 2

=0

Standar deviasi pada konsentrasi asam cuka 20%

x
x-
( x- )
3 3 0 0
3 3 0 0
3 3 0 0
( ) = 0
( )
SD = 1

0
= 31

0
= 2

=0

Standar deviasi pada konsentrasi asam cuka 30 %

x

x- ( x- )
3 3 0 0
3 3 0 0
3 3 0 0
( ) = 0
( )
SD = 1

0
= 31

0
= 2

=0

Standar deviasi pada konsentrasi asam cuka 40 %

x

x- ( x- )
3 3 0 0
3 3 0 0
3 3 0 0
( ) = 0
( )
SD = 1

0
= 31

0
= 2

=0
Standar deviasi pada konsentrasi asam cuka 50 %

x

x- ( x- )
3 3 0 0
3 3 0 0
3 3 0 0
( ) = 0
( )
SD = 1

0
= 31

0
= 2

=0

Standar deviasi pada konsentrasi asam cuka 100 %

x

x- ( x- )
3 3 0 0
3 3 0 0
3 3 0 0
( ) = 0
( )
SD = 1

0
= 31

0
= 2

=0

- Perhitungan volume dan konsentrasi pengenceran asam cuka

1. 1%

V1M1=V2.M2
V1. 100% = 1.50
50
V1=
100
= 0.5ml
= 50ml-0.5ml= 49.5 ml

1. 10%
V1M1=V2.M2
V1. 100% = 10.50
500
V1=
100
= 5ml
= 50ml-5ml= 45 ml
2. 20%
V1M1=V2.M2
V1. 100% = 20.50
1000
V1=
100
= 10ml
= 50ml-10ml= 40 ml
3. 30%
V1M1=V2.M2
V1. 100% = 30.50
1500
V1=
100
= 15ml
= 50ml-15ml= 35 ml
4. 40%
V1M1=V2.M2
V1. 100% = 40.50
2000
V1=
100
= 20ml
= 50ml-20ml= 30 ml

5. 50%
V1M1=V2.M2
V1. 100% = 50.50
2500
V1=
100
= 25ml
= 50ml-25ml= 25 ml

Anda mungkin juga menyukai