Anda di halaman 1dari 30

A.

Judul Praktikum : Spektrofotometri UV-VIS


B. Tanggal Percobaan : Kamis, 14 Februari 2019 pukul 13.00-16.30 WIB
C. Tujuan Percobaan :- Menentukan Konsentrasi Suatu Larutan
- Mengetahui Pengaruh pH pada panjang gelombang optimum
D. Dasar Teori
Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan
untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang
didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam
spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya
visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang
lebih berperan adalah elektron valensi (Khopkar, 2003).
Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dan spektrum dengan panjang gelombang. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang (Khopkar, 2003).
Spekktrofotometri UV-Visible
Spektrofotometri sinar tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu
sistem kimia pada panjangn gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV)
mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai
panjang gelombang 400-800 nm. Spektrofotometri digunakan untuk mengukur besarnya
energi yang diabsorbsi atau diteruskan. Sinar radiasi monokromatik akan melewati larutan
yang mengandung zat yang dapat diserap sinar radiasi tersebut (Harmita, 2006). Pengukuran
spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik
yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih
banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spectrum UV-Vis sangat
berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit didalam larutan bisa
ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu menggunakan
hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Radiasi elektromagnetik memiliki sifat ganda yang disebut sebagai sifat dualistik
cahaya yaitu:
1) Sebagai gelombang
2) Sebagai partikel-partikel energi yang disebut foton.
Karena sifat tersebut maka beberapa parameter perlu diketahui misalnya panjang
gelombang, frekuensi dan energi tiap foton. Panjang gelombang (l) didefinisikan sebagai
jarak antara dua puncak.
Hubungan dari ketiga parameter di atas dirumuskan oleh Planck yang dikenal dengan
persamaan Planck. Hubungan antara panjang gelombang frekuensi dirumuskan sebagai
c = λ . v atau λ = c/v atau v = c/λ
Persamaan Planck: hubungan antara energi tiap foton dengan frekuensi
E=h.v
E = h . c/ λ
dimana
E = energi tiap foton
h = tetapan Planck (6,626 x 10-34 J.s)
v = frekuensi sinar
c = kecepatan cahaya (3 x 108 m.s-1).
Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa energi dan frekuensi suatu foton akan
berbanding terbalik dengan panjang gelombang tetapi energi yang dimiliki suatu foton akan
berbanding lurus dengan frekuensinya.mMisalnya: energi yang dihasilkan cahaya UV lebih
besar dari pada energi yang dihasilkan sinar tampak. Hal ini disebabkan UV memiliki
panjang gelombang (λ) yang lebih pendek (100–400 nm) dibanding panjang gelombang
yang dimiliki sinar tampak (400–800 nm).
Warna radiasi elektromagnetik yang diserap & yang diteruskan (Komplemen) pada
daerah Vis
λ yang diserap larutan, Warna radiasi Warna radiasi
nm elektromagnetik yang elektromagnetik yang
diserap diteruskan (komplemen)
380-450 Ungu Kuning – Hijau
450-495 Biru Kuning
495-570 Hijau Ungu
570-590 Kuning Biru
590-620 Orange Hijau- Biru
620-750 Merah Biru - Hijau
Hukum lamber-Beer menyatakan hubungan linearitas antara absorban dengan
konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum
Lambert-Beer ada beberapa pembatasan (Rohman, 2007) yaitu :
a. Sinar yang dianggap monokromatis
b. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama
c. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak bergantungterhadap yang lain
dalam larutan tersebut
d. Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi
e. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk menghitung
banyaknya cahaya yang hamburkan:

dan absorbansi dinyatakan dengan rumus:


A= - log T = -log

dimana I0 merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I1 adalah intensitas cahaya
setelah melewati sampel.
Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai:

A= a . b . c atau A = ε . b . c
dimana:
A = absorbansi
b/l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm)
c = konsentrasi larutan yang diukur
ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam
molar)
a =tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm).
Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang hamburkan
diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-beer atau Hukum Beer,
berbunyi: “Jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang
diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari
konsentrasi zat dan tebal larutan”.
Penyimpangan hukum Lambert Beer
Grafik antara absorbansi A vs C menurut hukum Lambert-Beer seharusnya selalu
memberikan kurva yang linier, namun demikian penyimpangan terhadap hukum ini kadang-
kadang terjadi. Penyebab terjadinya penyimpangan hukum Lambert-Beer dikelompokkan
menjadi 3, yaitu :
1. Real Factor
Penyimpangan ini terjadi karena pada waktu penurunan hukum Lambert Beer terjadi
pengabaian perubahan indeks bias sepanjang medium yang dilalui sinar. Sebenarnya yang
berbanding lurus dengan C bukan hanya konstanta ε, tetapi juga faktor ε x n/(n2 + 2)2.
Indeks bias larutan naik dengan naiknya konsentrasi, yang berarti bahwa faktor n/(n2 +
2)2 nilainya mengecil. Penyimpangan negatif akan terlihat dengan naiknya C larutan.
2. Instrumental Factor
Penyebab penyimpangan ini adalah sinar elektromagnetik yang digunakan dalam
analisa tidak monokromatis, dan umumnya terdiri dari beberapa λ. Contoh : Misalkan
sinar yang dipakai untuk analisis terdiri dari 2 λ, λ dan λ’, menurut hukum Lambert-Beer
absorbansi pada λ adalah :
A = Log (Po/P) = ε b c atau Po/P = 10 εbc
Sedangkan pada λ’ adalah
A = Log (Po/P) = ε’ b c atau Po/P = 10 ε’bc
Kekuatan radiasi pada kedua panjang gelombang tersebut sebelum melewati medium
penyerap radiasi adalah Po + Po’ dan setelah melewati medium penyerap radiasi adalah P
+ P’, sehingga A total pada kedua λ tersebut adalah : At = Log {(Po + Po’)/(P +
P’)}
3. Chemical Factor
Penyimpangan dari Hukum Lambert Beer seringkali disebabkan oleh faktor-faktor
kimia, seperti : disosiasi, asosiasi, pembentukan kompleks, polimerisasi atau solvolisis.
Contoh : Asam benzoat dalam larutan berada sebagai campuran dari bentuk terionisasi
dan bentuk tak terionisasi dari asam tersebut.
Dalam larutan encer terjadi kesetimbangan sbb :
C6H5COOH + H2O C6H5COO- + H3O+
(λmaks = 273 nm; ε = 970) (λmaks = 268 nm; ε = 560)
dari reaksi di atas terlihat bahwa absorptivitas molar, ε pada λ maks 273 nm akan turun
dengan naiknya pengenceran larutan atau pada pH tinggi karena disosiasi asam benzoat
semakin besar.

Ketiga faktor tersebut dapat menyebabkan kurva A vs C menjadi kurva cekung


(penyimpangan positif) atau kurva cembung (penyimpangan negatif).

A
C
C

A = Penyimpangan positif
B = Penyimpangan negatif
C = Tidak terjadi penyimpangan

Penyebab non linearitas ini adalah:


 Deviasi koefisien ekstingsi pada konsentrasi tinggi (>0,01 M), yang disebabkan oleh
interaksi elektrostatik antara molekul karena jaraknya yang terlalu dekat.
 Hamburan cahaya karena adanya partikel dalam sampel.
 Flouresensi atau fosforesensi sampel.
 Berubahnya indeks bias pada konsentrasi yang tinggi.
 Pergeseran kesetimbangan kimia sebagai fungsi dari konsentrasi.
 Radiasi non-monokromatik; deviasi bisa digunakan dengan menggunakan bagian
datar pada absorban yaitu pada panjang gelombang maksimum.
 Kehilangan cahaya.
Salah satu syarat senyawa dianalisis dengan spektrofotometri yaitu senyawa tersebut
mengandung gugus kromofor. Kromofor adalah gugus fungsional yang mengabsorbsi
radiasi ultraviolet dan tampak, jika diikiat oleh gugus ausokrom. Hamper semua kromofor
mempunyai ikatan rangkap berkonjungasi diena (C=C-C=C), dienon (C=C-C=O), benzene
dan lain-lain. Ausokrom adalah gugus fungsional yang mempunyai electron bebas, seperti –
OH, NH2, NO2, -X (Harmita, 2006).

Fungsi masing-masing bagian:


1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan berbagai
macam rentang panjang gelombang. Untuk sepktrofotometer
 UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi hidrogen
 VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram
 UV-Vis menggunakan photodiode yang telah dilengkapi monokromator
 Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR
2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah cahaya
yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monaokromatis. Jenis
monokromator yang saat ini banyak digunakan adalan gratting atau lensa prisma dan
filter optik. Jika digunakan grating maka cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya.
Sedangkan filter optik berupa lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan sesuai
dengan warnya lensa yang dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna dalam satu alat yang
digunakan sesuai dengan jenis pemeriksaan. Pada gambar di atas disebut sebagai
pendispersi atau penyebar cahaya. dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya
atau cahaya dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel. Pada gambar
di atas hanya cahaya hijau yang melewati pintu keluar. Proses dispersi atau penyebaran
cahaya seperti yang tertera pada gambar.

3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel


 UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya
terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika
memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan
plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer
sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.
 IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya dioleskan pada dua
lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam bentuk larutan dimasukan ke dalam sel
natrium klorida. Sel ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang
dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya mahal.
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya
menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
 Kepekaan yang tinggi
 Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
 Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
 Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
 Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
Macam-macam detektor :
 Detektor foto (Photo detector)
 Photocell, misalnya CdS.
 Phototube
 Hantaran foto
 Dioda foto
 Detektor panas
5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik yang
berasal dari detektor.
Istilah – istilah penting yang berkaitan dengan spektrofotometri UV-Vis
1. Kromofor
Gugus tak jenuh kovalen yang bertanggung jawab terhadap terjadinya peristiwa adsorpsi
radiasi oleh molekul (Contoh : C=C, C=O dan NO2)
2. Auksokrom
Gugus jenuh yang apabila terikat pada kromofor dapat menyebabkan perubahan λ dan
intensitas absorbansi maksimum molekul (Contoh : -OH, -NH2 dan –Cl)
3. Pergeseran Batokromik
Pergeseran adsorpsi molekul ke λ yang lebih tinggi akibat substitusi suatu auksokrom
atau karena pengaruh solven. Disebut juga dengan red-shift.
4. Pergeseran Hipsokromik
Pergeseran adsorpsi molekul ke λ lebih rendah akibat substitusi suatu auksokrom atau
karena pengaruh solven. Disebut juga dengan blue-shift.
5. Efek Hiperkromik
Kenaikan intensitas adsorpsi molekul terhadap radiasi.
6. Efek Hipokromik
Penurunan intensitas adsorpsi molekul terhadap radiasi.

Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan


1) Larutan yang dianalisis merupakan larutan berwarna
Apabila larutan yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak berwarna, maka larutan
tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi larutan yang berwarna. Kecuali apabila
diukur dengan menggunakan lampu UV.
2) Panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang yang mempunyai
absorbansi maksimal. Hal ini dikarenakan pada panajgn gelombang maksimal,
kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang tersebut, perubahan
absorbansi untuk tiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Selain itu disekitar
panjang gelombang maksimal, akan terbentuk kurva absorbansi yang datar sehingga
hukum Lambert-Beer dapat terpenuhi. Dan apabila dilakukan pengukuran ulang, tingkat
kesalahannya akan kecil sekali.
3) Kalibrasi Panjang gelombang dan Absorban
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan dan
cahaya yang diabsorbsi. Hal ini bergantung pada spektrum elektromagnetik yang diabsorb
oleh benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu
tergantung pada senyawa yang terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan kalibrasi panjang
gelombang dan absorban pada spektrofotometer agar pengukuran yang di dapatkan lebih
teliti.

Metil Merah
Dalam larutan air, metil merah ditemukan sebagai suatu “zwitter ion”, dalam suasana
asam (kondisi I), senyawa ini berupa HMR (merah), sedangkan dalam suasana basa (kondisi
II), senyawa ini berupa MR- (kuning). Keadaan kesetimbangan antara kedua bentuk metil
merah yang berlainan warnanya itu ditunjukkan sebagai berikut,
HMR ====== H+ + MR- …………………. (1)
(merah) (kuning)

Tetapan pengionan metil merah (Ka) dirumuskan sebagai berikut:


[H+][MR−]
Ka = [𝐻𝑀𝑅]
atau bisa juga ditulis sebagai :
pKa = pH - log [MR-]/[HMR] ……………. (2)
Harga Ka bisa dihitung dari persamaan (2), dengan cara pengukuran perbandingan
[MR]/[HMR] pada pH tertentu yang diketahui. Karena kedua bentuk metil merah
mengabsorbsi kuat di daerah cahaya tampak, maka perbandingan tersebut dapat
ditentukan secara spektrofotometri sinar tampak.
E. Alat dan Bahan
Alat :
1. Gelas kimia 50 ml 5 buah
2. Labu ukur 10 mL 3 buah
3. Gelas ukur 10ml 1 buah
4. Pipet tetes 10 buah
5. Pipet gondok 1 buah
6. Tabung reaksi 5 buah
7. Spektrofotometer UV-Vis 1 set

Bahan:
1. Metil merah 50 ppm 30 mL
2. HCl 0,4M 2 mL
3. NaOH 0,4M 2 mL
4. Aquades 50 mL
VII. Alur Percobaan
1. Penentuan konsentrasi suatu larutan
a. Penyiapan larutan baku

Larutan baku metil merah 50 ppm


1. Ditambah aquades hingga konsentrasi 1, 3,
5, 10, 15 ppm (pengenceran)

Larutan baku metil merah


konsentrasi 1, 3, 5, 10, 15 ppm

b. Penetuan panjang gelombang optimum


Larutan dengan konsentrasi terendah

1. Diukur absorbansi larutan pada λ 300-600 nm


2. Dibuat kurva serapan (A vs C )
λ optimum

c. Pembuatan kurva kalibrasi

Larutan standart 1,3,5,7,10 ppm

1. Diukur absorbansi
2. Dibuat kurva kalibrasi (A vs C)
pada λ optimum
3. Ditentukan persamaan kurva

Persamaan kurva kalibrasi


a. Penentuan konsentrasi suatu larutan

Larutan metil merah konsentrasi tertentu

3. Diamati
4. Dicatat nilai absorbansinya
5. Dihitung konsentrasi larutan metil merah
menggunakan kurva kalibrasi
Konsentrasi larutan metil merah

1 mLlarutan metil merah 50 ppm

6. Diencerkan dengan aquades dalam labu


ukur 25 mL

Larutan A

. 1 mLlarutan metil merah 50 ppm

7. + 2 mL HCl 0,4 M
8. Diencerkan dalam labu ukur 100 mL
9.
Larutan B
1 mLlarutan metil merah 50 ppm

12. + 2 mL NaOH 0,4 M


13. Diencerkan dalam labu ukur 100 mL
14.
Larutan C

Larutan A,B,C

10. Dianalisis dengan spektro UV-VIS pada


panjang gelombang 300-600 nm
11.
absorbansi
b. Penentuan konsentrasi suatu larutan

Larutan metil merah konsentrasi tertentu

15. Diamati
16. Dicatat nilai absorbansinya
17. Dihitung konsentrasi larutan metil
merah menggunakan kurva kalibrasi
Konsentrasi larutan metil merah

1 mLlarutan metil merah 50 ppm

18. Diencerkan dengan aquades dalam


labu ukur 25 mL

Larutan A

. 1 mLlarutan metil merah 50 ppm

19. + 2 mL HCl 0,4 M


20. Diencerkan dalam labu ukur 100 mL
21.
Larutan B

1 mLlarutan metil merah 50 ppm

24. + 2 mL NaOH 0,4 M


25. Diencerkan dalam labu ukur 100 mL
26.
Larutan C

Larutan A,B,C

22. Dianalisis dengan spektro UV-VIS pada


panjang gelombang 300-600 nm
23.
absorbansi
HASIL PENGAMATAN

Hasil Pengamatan
No. Prosedur Percobaan Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
a. Penyiapan larutan baku - Larutan baku metil - Metil merah 50 ppm + - Semakin tinggi Pada percobaan

Larutan baku metil merah 50 merah : merah aquades : merah pekat konsentrasi, maka penentuan konsentrasi
ppm pekat - Metil merah 10 ppm : semakin besar absorbansi suatu larutan
27. Ditambah aquades hingga - Aquades : tidak merah pekat (+++) - Konsentrasi berbanding didapatkan larutan
konsentrasi 1, 3, 5, 10, 15 ppm berwarna - Metil merah 7 ppm : lurus dengan absorbansi standar metil merah
(pengenceran)
Larutan baku metil merah konsentrasi 1, 3, merah pekat (++) - MM(aq) + H2O(l0 → dengan konsentrasi 1,
5, 10, 15 ppm
- Metil merah 5 ppm : MM(aq) 3, 5, 7, 10.
merah pekat (+)
- Metil merah 3 ppm :
merah muda (+++) (aq) + H2O(l)
- Metil merah 1 ppm :
merah muda (++)

(Messi Eka,2014)
b Penentuan panjang gelombang optimum - λ optimum = 434,90 nm - Panjang gelombang Pada percobaan
Larutan konsentrasi terendah optimum menunjukkan panjang gelombang
32. Diukur absorbansi larutan pada λ serapan cahaya optimum didapatkan
300-600 nm maksimum oleh larutan panjang gelombang
33. Dibuat kurva serapan (A vs C )
sampel optimum sebesar
λ34.
optimum
434,90 nm
c. Pembuatan kurva kalibrasi - - ASTD 1 : 0,038 - Persamaan kurva : Pada percobaan
- ASTD 2 : 0,104 y = ax + b penyiapan kurva
Larutan standart 1,3,5,7,10
ppm - ASTD 3 : 0,160 kalibrasi didapatkan
37. Diukur absorbansi - ASTD 4 : 0,211 persamaan kurva
38. Dibuat kurva kalibrasi (A vs
- ASTD 5 : 0,276 kalibrasi.
C) pada λ optimum
39. Ditentukan persamaan kurva - A sampel : 0,145 y = 0,0263 x + 0,021
R2 = 0,9924
Persamaan kurva kalibrasi

d. Penentuan konsentrasi suatu larutan - Larutan baku metil - Larutan baku metil Pada percobaan
merah : merah merah + HCl : larutan penentuan konsentrasi
Larutan metil merah konsentrasi tertentu
pekat warna merah (aq) + HCl(l) suatu larutan
40. Diamati - Aquades : tidak - Larutan baku metil didapatkan
41. Dicatat nilai absorbansinya
42. Dihitung konsentrasi larutan metil berwarna merah + HCl + aquades : konsentrasi larutan
merah menggunakan kurva kalibrasi - HCl : tidak larutan warna merah → metil merah sebesar
Konsentrasi larutan metil merah berwarna - Larutan baku metil 4,71 ppm
- NaOH : tidak merah + NaOH : larutan

1 mLlarutan metil merah 50 ppm berwarna warna kuning (Messi Eka,2014)

49. Diencerkan dengan aquades - Larutan baku metil


dalam labu ukur 25 mL merah + NaOH + Penambahan larutan asam

Larutan A aquades : larutan warna atau basa akan


kuning mempengaruhi pH larutan
- λ dalam suasana normal sehingga akan terjadi
1 mLlarutan metil merah 50 ppm : 434,90 nm pergeseran panjang
50. + 2 mL HCl 0,4 M - λ dalam suasana asam : gelombang larutan sampel
51. Diencerkan dalam labu ukur 523,70 nm
Larutan B - λ dalam suasana basa :
428,30 nm
-
1 mLlarutan metil merah 50 ppm
53. + 2 mL NaOH 0,4 M
54. Diencerkan dalam labu ukur
Larutan

Larutan A,B,C

56. Dianalisis dengan spektro UV-


VIS pada panjang gelombang 300-
600 nm
absorbansi
Analisis dan Pembahasan

Pada hari Kamis, 14 Februari 2019 dilakukan praktikum yang berjudul Spektrofotometer
UV-Visible dengan tujuan menentukan konsentrasi suatu larutan dan mengetahui pengaruh pelarut
dan pH pada panjang gelombang optimum. Metode yang dilakukan yaitu metode spektrofotometri.
Spektrofotometri yaitu metode analisis kuantitatif terhadap transmisi cahaya suatu materi sebagai
fungsi panjang gelombang. Prinsip kerja spektrofotometer uv-vis adalah interaksi yang terjadi antara
energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan molekul. Besar energi yang
diserap tertentu dan menyebabkan elektron tereksitasi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi
yang memiliki energi lebih tinggi. Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan hukum Lambert Beer,
yaitu bila cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut
diserap oleh analit, sebagian lagi teruskan.
Pertama disiapkan bahan-bahan dan alat yang digunakan untuk percobaan. Bahan yang
digunakan yaitu larutan metil merah dengan konsentrasi 50 ppm, HCl, NaOH dan aquades. Alat
yang digunakan yaitu labu ukur 100 mL, gelas kimia 50 mL, gelas kimia 100 mL, dan pipet volume.

Pada tujuan yang pertama yaitu menentukan konsentrasi suatu larutan. Dilakukan percobaan
pertama yaitu larutan baku metil merah dengan konsentrasi 50 ppm yang memiliki warna merah
dilakukan pengenceran secara bertingkat dengan konsentrasi 1 ppm, 3 ppm, 5 ppm, 7 ppm dan 10
ppm. Bentuk metil merah yaitu solid, namun dilakukan peengenceran menggunakan aqudes, berikut
yaitu reaksinya

(s) + H2O (l)  (aq)

Fungsi pengenceran dengan aquades yaitu agar larutan metil merah yang tersedia dapat
diubah menjadi beberapa konsentrasi tertentu dan tidak terlalu pekat saat diukur absorbansinya dan
aquades merupakan pelarut yang sesuai dengan larutan metil merah 50 ppm. Untuk mendapatkan
volume yang butuhkan, digunakan persamaan sebagai berikut :
M1.V1 = M2.V2

agar diperoleh berapa volume metil merah yang diencerkan sehingga diperoleh konsentrasi
yang diinginkan.

Konsentrasi Volume metil merah


1 ppm 33,3 mL dengan
konsentrasi 3 ppm
3 ppm 60 mL dengan
konsentrasi 5 ppm
5 ppm 71,429 mL dengan
konsentrasi 7 ppm
7 ppm 70 mL dengan
konsentrasi 10 ppm
10 ppm 20 mL dengan
konsentrasi 50 ppm

 Pengenceran 10 ppm.
Menggunakan persamaan diatas, didapat volume metil merah 50 ppm sebesar 20 mL. larutan
metil merah di pipet sebanyak 20 mL menggunakan pipet volume dan dimasukkan ke dalam labu
ukur 100 mL. Ditambahkan aquades tidak berwarna sampai tanda batas. Lalu dilakukan pengocokan
secara perlahan sehingga larutan homogen. Terjadi perubahan warna yaitu menjadi oranye (+++).
Hasil dari pengenceran dengan konsentrasi 10 ppm di tuangkan ke dalam gelas kimia 100 mL
dengan dilabeli 10 ppm.

 Pengenceran 7 ppm.
Menggunakan persamaan diatas, didapat volume metil merah 10 ppm sebesar 70 mL. larutan
metil merah di pipet sebanyak 70 mL menggunakan pipet volume dan dimasukkan ke dalam labu
ukur 100 mL. Ditambahkan aquades tidak berwarna sampai tanda batas. Lalu dilakukan pengocokan
secara perlahan sehingga larutan homogen. Terjadi perubahan warna yaitu menjadi oranye (++).
Hasil dari pengenceran dengan konsentrasi 7 ppm di tuangkan ke dalam gelas kimia 100 mL dengan
dilabeli 7 ppm.

 Pengenceran 5 ppm.
Menggunakan persamaan diatas, didapat volume metil merah 7 ppm sebesar 71,429 mL.
larutan metil merah di pipet sebanyak 71,5 mL menggunakan pipet volume dan dimasukkan ke
dalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan aquades tidak berwarna sampai tanda batas. Lalu dilakukan
pengocokan secara perlahan sehingga larutan homogen. Terjadi perubahan warna yaitu menjadi
kuning (+++). Hasil dari pengenceran dengan konsentrasi 5 ppm di tuangkan ke dalam gelas kimia
100 mL dengan dilabeli 5 ppm.

 Pengenceran 3 ppm.
Menggunakan persamaan diatas, didapat volume metil merah 5 ppm sebesar 60 mL. larutan
metil merah di pipet sebanyak 60 mL menggunakan pipet volume dan dimasukkan ke dalam labu
ukur 100 mL. Ditambahkan aquades tidak berwarna sampai tanda batas. Lalu dilakukan pengocokan
secara perlahan sehingga larutan homogen. Terjadi perubahan warna yaitu menjadi kuning (++).
Hasil dari pengenceran dengan konsentrasi 3 ppm di tuangkan ke dalam gelas kimia 100 mL dengan
dilabeli 3 ppm.

 Pengenceran 1 ppm.
Menggunakan persamaan diatas, didapat volume metil merah 3 ppm sebesar 33,33 mL.
larutan metil merah di pipet sebanyak 33,5 mL menggunakan pipet volume dan dimasukkan ke
dalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan aquades tidak berwarna sampai tanda batas. Lalu dilakukan
pengocokan secara perlahan sehingga larutan homogen. Terjadi perubahan warna yaitu menjadi
oranye (++). Hasil dari pengenceran dengan konsentrasi 1 ppm di tuangkan ke dalam gelas kimia
100 mL dengan dilabeli 1 ppm.

Sampel yang bisa dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis merupakan sampel dalam
bentuk larutan dan berwarna. Jika tidak berwarna, perlu diberikan reagen yang menyebabkan warna
pada larutan yang akan dianalisis tetapi yang tidak menyerap pada panjang gelombang yang sama
dengan analit.
Setelah dilakukan pengenceran bertingkat dan didapatkan konsentrasi larutan baku metil merah
sebesar 1, 3, 5, 7, 10 ppm dilakukan pengukuran absorbansi menggunakan instrumen
spektrofotometer UV-Vis untuk menentukan panjang gelombang optimum. Larutan yang digunakan
untuk mengukur panjang gelombang optimum yaitu larutan metil merah dengan konsentrasi 10 ppm.
Sebelum dilakukan pengukuran absorbansi sampel. Dilakukan kalibrasi menggunakan aquades dan
di tekan auto zero. Dan pada layar tertera tulisan 0,000 Abs. maka instrument telah dikalbrasi dan
siap digunakan.

Larutan metil merah 10 ppm dimasukkan ke dalam kuvet pada bagian depan spektrofotometer. Dan
di setting untuk mendapatkan panjang gelombang optimum. Dan di hasilkan panjang gelombang
optimum sebesar 434,90 nm. Lalu dilakukan pengukuran absorbansi larutan metil merah dengan
konsentrasi 7, 5, 3, 1 ppm dan sampel secara bergantian dari konsentrasi terbesar ke yang terkecil.
Dan didapatkan absorbansi masing-masing konsentrasi sebesar :

Konsentrasi Absorbansi
1 ppm 0,038
3 ppm 0,104
5 ppm 0,160
7 ppm 0,211
10 ppm 0,276
X 0,145
Dari table diatas, konsentrasi tertinggi yaitu ppm dan memiliki nilai absorbansi tertinggi. Maka ini
sesuai dengan teori Lambert Beer, nilai absorbansi akan sebanding dengan konsentrasi.
Berikut adalah grafik Absorbansi VS Konsentrasi :
A VS C
0.3
0.25 y = 0.0263x + 0.021
R² = 0.9924

Absorbansi
0.2
0.15
Series1
0.1
Linear (Series1)
0.05
0
0 5 10 15
konsentrasi

Dari grafik diatas didapatkan nilai regresi dan persamaan dari grafik tersebut. Dengan nilai R2 =
0.9924 dan bersamaan yaitu y = 0.0263x + 0.021. dari persamaan tersebut dapat ditentukan
konsentrasi sampel dengan persamaan berikut :
y = 0.0263x + 0.021
0,145 = 0.0263x + 0.021

Dan didapat nilai konsentrasi sampel sebesar 4,71 ppm. Konsentrasi tersebut tidak sesuai dengan
nilai konsentrasi yang digunakaan yaitu sebesar 3 ppm. Ada beberapa factor yang menyebabkan
perbedaan konsentrasi sampel yaitu :
1. Kurangnya membersihkan kuvet, sehingga apa beberapa partikel senyawa yang memiliki
konsentrsi lebih tinggi ikut menyerap sinar radiasi.
2. Adanya kesalahan dalam penyettingan instrument

2. Pergeseran panjang gelombang


Pada percobaaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH terhadap pergeseran panjang
gelombang. Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat larutan metil merah dalam suasana
netral. Larutan ini sebagai keadaan awal atau dasar yangdigunakan sebagai acuan panjang
gelombang metil merah. Sebanyak 10 mL larutan metil merah 50 ppm dimasukan ke dalam labu
ukur 100 mL. kemudian diencerkan dengan aquades. Pengenceran berfungsi agar adsobansi sampel
tidak melebihi 1 dan menghindari limit detector dari spektrofotometer. Setelah diencerkan warna
larutan berubah menjadi oranye.

Langkah kedua yang dilakukan adalah membuat larutan metil merah dalam suasana asam.
Sebanyak 10 mL larutan metil merah 50 ppm dimasukan ke dalam labu ukur 100 mL. lalu
ditambahkan aqades sampai tanda batas. Ditambahkan 2 mL HCl 0,4 M. HCl berfungsi sebagai
pemberi suasana asam dengan cara mendonorkan ion H+. Kemudian diencerkan dengan aquades.
Pengenceran berfungsi agar adsobansi sampel tidak melebihi 1 dan menghindari limit detector dari
spektrofotometer. Setelah diencerkan warna larutan berubah menjadi merah muda pekat. Berikut
adalah reaksi metil merah dengan HCl.
(aq) + HCl (aq)  (aq)

Pada penambahan HCl ada reaksi substitusi pada atom nitrogen, yang awalnya rangkap 2
menjadi berikatan dengan H+.

Langkah ketiga yaitu pembuatan larutan metil merah dengan penambahan larutan NaOH
dengan konstrasi 0,4 M. pertama dimasukkan larutan metil merah dengan konsentrasi 50 ppm di
masukkan ke dalam labu ukur 100 mL dengan volume sebesar 10 mL. lalu di tambahakan 2 mL
larutan NaOH 0,4 M. terjadi perubahan warna menjadi kuning. Lalu di tambahkan aquades sampai
tanda batas. Dan dilakukan pengocokan perlahan hingga larutan homogen. Lalu dituangkan larutan
ke dalam gelas kimia, warna larutan yaitu kuning. Reaksi yang terjadi yaitu :

(aq) + NaOH (aq)  (aq)


Pada reaksi ini, H+ yang berikatan dengan COO- terlepas dan berikatan dengan ion OH- dari
NaOH membentuk air.
Lankah selanjutnya dilakukan pengukuran absorbansi 3 larutan yang elah dibuat yaitu
larutan metil merah dengan konsentrasi 10 ppm, larutan metil merah dengan penambahan NaOH,
dan larutan metil merah dengan penambahan HCl. Di dapatkan data sebagai berikut :

Suasana Absorbansi Panjang gelombang


Netral 0.116 434 nm
Asam 0.399 523,7 nm
Basa 0,161 428,3 nm

Setelah diketahui panjang gelombang dan absorbansi masing-masing larutan. Maka dapat
diidentifikasi mengenai pergeseran batokromik dan hipokromik. Dalam larutan suasana asam
dengan penambahan HCl terjadi pergeseran batokromik yaitu pergeseran panjang gelombang
menuju panjang gelombang yang lebih tinggi. Pergeseran ini disebabkan oleh berubahnya ikatan
rangkap N=N menjadi ikatan tunggal N-N. Sedangkan pada larutan suasana basa dengan
penambahan NaOH terjadi pergeseran intensitas serapan menjadi lebih rendah atau juga disebut
pergeseran hipokromik. Pergeseran ini diakibatkan atom H pada gugus fungsi karboksilat lepas
membentuk COO-.
Kesimpulan
1. λ optimum dari metil merah yaitu 430,90 nm dengan persamaan
y = 0,0263 x + 0,021, dan diperoleh konsentrasi sampel adalah 4,71 ppm.
2. a. λ larutan metil merah netral 434 nm
b. λ larutan metil merah pada suasana asam 523,7 nm
c. λ larutan metil merah pada suasana basa 428,3 nm
Analisis pembahasan

Daftar Pustaka

Day,R.A dan A.L.Underwood.2002.Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga


Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Mode dan Cara Perhitungannya. Majalah
Ilmu Kefarmasian [serial on internet]dikutip 23 Desember 2016 vol 1 No.3 Available
from : http://departemenfarmasai-fmipa.com
Khopkar, S. M. (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Messi,Eka. 2014. Penentuan Konstanta Disosiasi Metil Merah Secara Spektrofotometri.
Jakarta.
Rohman, A.2007. Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Lampiran

Lampiran Foto

No. Gambar Keterangan


1. 20 mL metil merah 50 ppm

2. 20 mL 50 ppm metil merah yang telah


diencerkan

3. Larutan metil merah dengan konsentrasi


1,3,5,7,10 ppm

4. 10 mL metil merah dengan penambahan 2


mL HCl
5. larutan yang diukur absorbansinya pada
spektrofotometri UV-VIS
Lampiran Perhitungan
Pengenceran 1,3,5,7,10

10 ppm
50 ppm.x = 10 ppm x 100 mL
50.x =1000
1000
x= 50
= 20 mL

7 ppm
10 ppm.x = 7 ppm x 100 mL
10.x = 700
700
x= 10
= 70 mL
5 ppm
7 ppm. x = 5 ppm x 100 mL
7.x= 500
500
x= 7
= 71,4286 mL
3 ppm
5 ppm.x = 3 ppm x 100 mL
5.x= 300
300
x= 5
= 60 mL
1 ppm
3 ppm. x= 1 ppm x 100 mL
3.x = 100
100
x= 3
= 33,33 mL
Konsentrasi sampel

Y= 0,0263x + 0,021
R2 = 0,9924
A= 0,145

y= 0,0263x + 0,021
0,145 = 0,0263x + 0,021
0,124=0,0263x
x= 4,7146 pm

Anda mungkin juga menyukai