ANALISIS SPEKTROMETRI
Hukum Lambert-Beer
Jumlah radiasi yang diserap oleh suatu larutan sampel digambarkan
oleh hukum Beer-Bouguer-Lambert yang umumnya dikenal dengan
istilah hukum Beer.
Po = Intensitas sinar datang
Po C = Konsentrasi spesies penyerap radiasi
P
C b = Tebal media yang dilalui sinar
P = Intensitas sinar yang diteruskan.
b
Menurut Bouguer (1729) dan Lambert (1760): Apabila energi radiasi
elektromagnetik diabsorpsi oleh suatu spesies dengan ketebalan b, maka
kekuatan energi radiasi yang ditransmisikan akan turun secara deret
geometri (eksponensial).
Secara metematis pernyataan tersebut dituliskan dalam bentuk eksponensial sebagai
berikut:
T = P/Po = 10-kb
k : konstanta
T : transmitansi, yaitu fraksi energi radiasi yang ditransmisikan setelah melewati medium
b : ketebalan
Persamaan di atas dapat disusun ulang dalam bentuk logaritmis sebagai berikut:
Log T = Log P/Po = - kb
Pada tahun 1852, Beer dan Bernard menyatakan bahwa suatu hukum yang serupa
dengan hukum Lambert-Bouguer juga berlaku untuk ketergantungan T pada
konsentrasi C, yaitu:
T = P/Po = 10-k’c
Dimana k’ adalah konstanta yang baru yang nilainya berbeda dengan k.
• Real Factor
Terjadi akibat pengabaian perubahan indeks bias dalam medium:
dalam Hk. Beer sesungguhnya ada suku n/(n2+2)2, sehingga e hanya
konstan apabila n konstan. Kenyataan: indeks bias larutan naik
dengan naiknya konsentrasi sehingga nilai suku n/(n2+2)2 mengecil.
Jadi penyimpangan negatif akan terjadi dengan naiknya konsentrasi
larutan
Instrumental Factor
• Hk. Beer berlaku hanya jika berkas sinar yang digunakan benar-
benar monokromatis (terdiri dari hanya satu l). Dalam praktek alat
monokromator tidak pernah dapat menghasilkan sinar yg benar-
benar monokromatis.
• Misal sinar yang dihasilkan monokromator terdiri dari 2 gelombang,
yaitu l dan l’, menurut Hk Beer, Absorbansi pada l1
A=log (Po/P) = e.b,c atau Po/P = 10e.b.c
Dan untuk l’: A=log (P’o/P’) = e’.b.c atau P’o/P’ = 10e’.b.c
Absorbansi total untuk 2 panjang gelombang:
At=log (Po+P’o)/(P+P’), atau
At=log (Po+P’o)/(Po. 10-e.b.c+P’o. 10-e’.b.c)
Jika e = e’, Sinar monokromatis, pers. diatas menjadi sama dg Hk.
Beer
Jika e ¹ e’, sinar polikromatis, terjadi penyimpangan Hk. Beer,
grafik tidak benar-benar linear
e >e’: terjadi penyimpangan negatif, e < e’ = penyimpangan positif
Radiasi dari sumber sinar yang langsung ke detektor tanpa
penyerapan/melewati sampel.
Chemical Factor
• Biasanya diakibatkan proses dissosiasi, assosiasi, pembent. Kompleks, polimerisasi
atau solvolisis dalam larutan
• As. Benzoat dalam air adalah campuran bentuk terionisasi dan tak terionisasi:
C6H5COOH + H2O C6H5COO- + H3O+
(lmaks=273 nm, e=970) (lmaks=268 nm, e=560)
terlihat bahwa absorptivitas molar (e) pada 273 nm akan turun dengan jika larutan
diencerkan atau pH larutan semakin tinggi
• Dalam larutan murni (tidak ditambahkan buffer), K2Cr2O7 akan berada sebagai ion
dikromat dan kromat dalam kesetimbangan:
Cr2O72- + H2O 2CrO42- + 2 H+
Penyimpangan Hk. Beer akan teramati jika larutan diencerkan dengan air,
Konsentrasi spesies Cr2O72- dan CrO42- sangat dipengaruhi oleh pH larutan.
Penyimpangan Hk. Beer dapat dikontrol dengan menambahkan asam kuat ke dalam
larutan untuk mempertahankan spesies dikromat; atau larutan dapat dibuat sedikit
alkalis agar semua dikromat berubah menjadi kromat sehingga dalam larutan hanya
ada 1 spesies
Kesalahan Fotometri
• Diakibatkan oleh kesalahan sel fotolistrik pada detektor dalam membedakan sinar
datang dan sinar yang ditransmisikan
• Terjadi pada larutan yang sangat encer atau terlampau pekat
• Agar kesalahan analisis minimum perlu dicari range absorbansi (A)/transmitansi (T)
yang memberikan kesalahan minimal. Secara matematis dpt diturunkan pers. Beer:
a.b.c = -log T ; C = -(1/ab) log T . . . . . .. . .(1)
jika pers ini diturunkan diperoleh:
dc = -1/ab (log e)/T dT . . . . . . . . . .. . . . .(2)
Jika pers. (2) dibagi dengan pers(1), diperoleh
dC/C = (log e dT) / (T log T) . . . . . . . . . . . . . (3)
Pers(3) adalah kesalahan relatif konsentrasi (C) yang diakibatkan oleh perubahan T
pers(3) akan bernilai minimum (yang berarti kesalahan juga minimum apabila
turunan persamaan tersebut = 0,
d/dT [(log e dT)/(Tlog T)] = 0
log T + log e = 0 log T = -log e = 0,4343
T = 0,368 atau T = 36,8 % atau A = 0,43
Kekuatan radiasi (P, Po) Energi radiasi yang mencapai Intensitas radiasi (I, Io)
area tertentu pada detektor
per detik.
Absorbansi (A) Log (Po/P) Kerapatan optis, OD Ekstingsi, E
Transmitansi (T) P/Po Transmisi, T
Tebal media (cm), b --- l, d
Absorptivitas molar, e A/b.c Koefisien ekstingsi molar
Contoh-contoh soal:
Suatu larutan sampel dalam sel 1,0 cm setelah diukur dengan
spektrofotometer mentransmisikan 80 % cahaya pada suatu panjang
gelombang tertentu. Jika absorptivitas zat pada l ini = 2,0. Hitunglah
konsentrasi zat tersebut.
Suatu larutan yang mengandung besi 1,00 mg/100 ml (sebagai kompleks besi-
tiosianat) teramati mentransmisikan 70 % dari sinar yang masuk.
Berapakah absorbansi larutan pada l tersebut.
Berapakah fraksi cahaya yang akan diteruskan jika konsentrasi larutan
besi tersebut 4 kali lebih besar.
Instrumentasi Spektrofotmetri (1)
Alat yang dipakai untuk mempelajari absorpsi atau emisi radiasi
elektromagnetik sebagai fungsi panjang gelombang disebut Spektrometer
atau Spektrofotometer. Komponen-komponen utama alat
spektrofotometer adalah:
Sumber Rekorder
Monokromator Sampel Detektor
Radiasi
Instrumentasi (2)
Sumber Radiasi
• Radiasi sinar tampak: umumnya dipakai lampu filamen tungsten
yang mempunyai daerah panjang gelombang 320 – 2500 nm.
Kontrol terhadap voltase sangat diperlukan karena perubahan 1
volt akan mengakibatkan perubahan kekuatan sinar menjadi 4 x
lebih besar. Biasanya digunakan regulator atau stabilisator.
• Radiasi sinar ultraviolet: Umumnya digunakan lampu hydrogen
(atau deuterium) yang menghasilkan radiasi kontinyu pada l = 180
– 375 nm. Ada 2 tipe lampu ini, yaitu yang menggunakan voltase
tinggi dan voltase rendah. Lampu deuterium dapat menghasilkan
intensitas sinar lebih besar dari lampu hydrogen.
Monokromator
Ada 2 jenis monokromator, yaitu:
• Prisma: penguraian sinar didasarkan pada perbedaan indeksnya di
udara dan di dalam prisma, sehingga sinar diteruskan sesuai
dengan panjang gelombang masing-masing.
• Difraksi Grating: Penguraian sinar didasarkan pada grating
(permukaan benda seperti gergaji), grating dapat diputar dengan
sudut tertentu, sehingga diperoleh sinar dengan l seperti yang
diinginkan.
Gambar Monokromator
Instrumentasi (3)
Kontainer sample (sel/kuvet)
Sel atau Kuvet tempat sample (biasanya berupa larutan) ditempatkan harus
terbuat dari bahan yang tembus radiasi pada panjang gelombang yang akan
digunakan untuk pengukuran absorbansi. Untuk bekerja pada daerah
ultraviolet (<350 nm) digunakan sel yang terbuat dari kuarsa atau silika fused.
Sel jenis ini juga dapat dipakai pada daerah tampak dan sampai pada l = 3
mm di daerah radiasi inframerah.
Jika kita hanya bekerja pada daerah tampak maka dapat dipakai sel-sel
berikut ini:
• Sel kaca silikat: 350 nm – 2 mm.
• Sel dari Plastik: untuk daerah tampak (350 – 750 nm).
Detektor
Ada tiga jenis detector yang biasa digunakan pada alat spektrofotometer,
yaitu:
• Sel Fotovoltaik (Barrier-layer)
• Phototube
• Photomultiplier tube
Dari ketiga jenis detector di atas Photomultiplier tube memberikan
keuntungan-keuntungan karena lebih sensitive sehingga mampu
membedakan perubahan intensitas sinar meskipun sinar yang sampai ke
detector sangat lemah. Detektor jenis inilah yang sekarang banyak dipakai.
MACAM-MACAM SPEKTROFOTOMETER
Meskipun secara umum spektrofotometer mempunyai rancangan dasar sebagaimana
dibahas dalam sub-bab sebelumnya, namun demikian setidaknya ada tiga jenis
spektrofotometer yang telah dikenal.
• Spektrofotometer berkas tunggal (single beam)
• Spektrofotometer berkas ganda (double beam)
• Spektrofotometer Gilford
Pengukuran Analit
Mencari l maksimum (lmaks)
Tujuan : memperoleh serapan maksimum
Serapan maksimum diperoleh jika pengukuran dilakukan
pada lmaks
Perubahan serapan per unit konsentrasi pada lmaks adalah
sangat besar
Semua yang terserap larutan uji idealnya juga terukur
maksimal oleh spektrofotometer “ sehingga diperoleh hasil
uji yang maksimal.
lmaks harus dicari walaupun dalam prosedur aslinya
biasanya juga telah disebutkan
• Standar à larutan yang mendapat perlakuan yang sama dengan analt dan
mengandung komponen analat dengan konsentrasi tertentu yang diketahui
dengan pasti.
Volume larutan
standar Volume larutan Konsentrasi Absorbansi
Besi = 20ppm pengompleks dan air (mL) (ppm) (A)
0 100 0 0,2
10 90 2 0,4
20 80 4 0,6
30 70 6 0,8
Jika suatu sampel air sungai setelah dianalisis diperoleh absorbansi = 0,3
berapa ppm kandungan besi (Fe2+) dalam sampel tersebut?
Latihan:
Volume larutan standar Volume larutan Absorbansi
Besi (Fe2+) = 20ppm pengompleks dan air (mL)
0 50 0,12
5 45 0,20
10 40 0,38
15 35 0,56
20 30 0,70
25 25 0,86
Volume standar
Volume sampel Cu(II) 10ppm
(mL) (mL) Konsentrasi Absorbansi
25 0 0 0,13
25 5 1 0,23
25 10 2 0,33
25 15 3 0,43
A (440) = A Cr + A Mn
A540) = A Cr + A Mn
A (440) = Ȝx1 b Cx + Ȝy1 b Cy
A(545) = Ȝx2 b Cx + Ȝy2 b Cy
Tentukan terlebih dulu nilai a pada x1, y1, x2 dan y2 menggunakan larutan murni
Ȝx1 (440)= 0,374 /(1 cm x 1x 10-3 M) = 374 Ȝy1 (Mn440) = 0,019/ (1 cm x 2 x 10-4M) = 85
Ȝx2 (545) = 0,009/(1 cm x 1 x 10-3M) = 9 Ȝy2 (Mn545) = 0,475/ 1 cm x 2 x 10-4 = 2375