BAB I
I. Pendahuluan
Penentuan struktur senyawa kimia secara spektroskopi merupakan cara yang efisien dan
efektif karena menggunakan jumlah cuplikan yang sedikit (dalam orde mg), pengukuran
yang cepat dan tidak merusak cuplikan sehingga dapat diperoleh kembali. Prinsip
pengukuran dengan spekroskopi didasarkan pada absorpsi sinar oleh molekul sehingga
terjadi proses eksitasi dan de-eksitasi elektron pada molekul yang mengakibatkan dapat
dilakukan pengukuran spektrum absorpsi dari suatu senyawa kimia. Hubungan antara
panjang gelombang sinar yang diserap dengan energi dinyatakan dengan persamaan
Plank: E = h = hc/,, dimana E = energi , h tetapan Plank, = frekwensi, c =
kecepatan rambat cahaya dan = panjang gelombang. Didasarkan pada harga panjang
gelombang maka elusidasi struktur dengan metoda spektroskopi dapat dilakukan dengan
spektroskopi: sinar tampak pada daerah panjang gelombang 350 750 nm, ultra violet
dekat 200 350 nm, ultraviolet jauh 150 200 nm, inframerah 750 nm 2,5 m.
Selain keempat metoda spektroskopi di atas elusidasi struktur senyawa kimia juga
dapat dilakukan dengan difraksi sinar X pada daerah panjang gelombang lebih kecil dari
150 nm, spektroskopi resonansi magnit inti yang didasarkan pada eksitasi dan relaksasi
inti atom pada senyawa yang diukur pada daerah panjang gelombang radio dan juga
spektroskopi massa yang didasarkan pada reaksi tumbukan antara molekul dengan
elektron berenergi tinggi atau tumbukan antara molekul senyawa dengan atom dan atau
molekul lain yang berenergi tinggi.
Pada tulisan ini akan dibahas elusidasi struktur senyawa kimia yang didasarkan
pada : spektroskopi ultraviolet (UV) dekat, spektroskopi inframerah (IR), spektroskopi
resonansi magnit inti (RMI), spektroskopi massa (MS), spektroskopi difraksi sinar X, dan
elusidasi struktur menggunakan kelima spektrum di atas.
BAB II
II.
Dari diagram di atas terlihat bahwa transisi dari * memerlukan energi yang besar
sehingga absorpsi terjadi pada panjang gelombang yang kecil yaitu pada daerah
ultraviolet jauh.
Hal yang sama terjadi pada transisi ----- * dan n -----*, sedangkan transisi n ------ *
dan ------ * memerlukan energi yang kecil sehingga mengabsorpsi pada panjang
gelombang yang besar yaitu pada daerah ultraviolet dekat.
Absorbsi sinar oleh suatu senyawa
ditentukan oleh harga absorbsivitas molar = yaitu kemampuan suatu gugus untuk
menyerap sinar yang dinyatakan dengan a. P x 10 23.
dimana : a = Luas target, P = Kemungkinan target menyerap sinar
Transisi elektronik dari * terletak di daerah ultraviolet jauh dengan nilai yang
tinggi, transisi elektronik dari terletak di daerah ultraviolet dekat dengan nilai
yang tinggi, sedangkan transisi dari n --- * terletak pada daerah ultraviolet dekat
dengan yang kecil, oleh sebab itu transisi elektronik dari n --- * dinamakan transisi
terlarang.
Pola spektrum absorpsi dari transisi elektronik * ,dan n --- * dapat
dilihat pada gambar-2 :
C-C
C=C
C=X
C=CC=C
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa transisi yang memerlukan energi yang kecil
adalah transisi dari sistem ikatan rangkap yang tekonyugasi dan transisi dari C=X,
sehingga adanya spektrum absorpsi pada daerah panjang gelombang ultraviolet dekat
dan harga yang besar menunjukkan adanya sistem terkonyugasi dalam senyawa yang
dianalisis. Sedangkan adanya spektrum ultraviolet pada daerah ultraviolet dekat dengan
harga kecil menunjukkan adanya gugus C = X dalam senyawa yang dianalisis, dimana
X = atom yang mempunyai pasangan elektron bebas seperti O, N, P, S dan lain-lain.
Gas
Cairan murni
Padatan transparan
larutan
dimana
pelarut polar
Dari diagram di atas dapat dijelaskan bahwa pada pelarut polar orbital akan lebih
stabil dari pada orbital pada pelarut non polar, sehingga energi transisi *
pada pelarut polar lebih kecil
n
n
Pelarut non polar
Pelarut polar
pergeseran hipsokromik.
Pada elusidasi struktur pengaruh kepolaran pelarut digunakan sebagai dasar untuk
penentuan adanya gugus hidroksi fenolik dengan cara melakukan pengukuran
spektrum ultraviolet dalam NaOH 0,1 M dan penentuan posisi dihidroksi benzen
dengan menggunakan reagen AlCl3. Sedangkan untuk penentuan adanya gugus NH 2
pada sistem aromatik dapat dilakukan dengan pengukuran spektrum ultraviolet pada
larutan HCl 0,1 M. Larutan NaOH 0,1 M, AlCl 3 larutan HCl 0,1 M dinamakan
reagen geser.
Nama gugus
Alkil
Ikatan rangkap eksosiklik
Perpanjangan ikatan rangkap terkonyugasi
Oksokrom - O asil
- O alkil
- S - alkil
- Cl, -Br
- N alkil2
-
a B
A
a
4
1
Cl
Jadi maksimum
untuk senyawa dengan struktur satu sama dengan 239 nm , dari hasil
= 256 nm
Jadi maksimum senyawa struktur dua adalah 276 nm, hasil eksperimen diperoleh
maksimum 275 nm maksimum 19.000
Penentuan maksimum dengan menggunakan aturan Woodward dapat digunakan juga
untuk sistem -keton dan aldehid tak jenuh dengan menggunakan tabel 2.
Tabel 2. Aturan untuk penentuan mak. untuk -keton dan aldehid tak jenuh
No.
1
2
3
4
Nama senyawa
Nilai dasarr -keton tak jenuh siklik-6 atau asiklik
Nilai dasarr -keton tak jenuh lingkar-5
Nilai dasar -aldehid tak jenuh
Penambahan nilai untuk kromofor :
a.
perpanjangan ikatan rangkap
terkonyugasi
b.
gugus alkil atau residu lingkar yang
terikat pada sistem terkonyugasi pada pasisi :
dst
c.
oksokrom :
-OH
dst
-OAc
, , dst
-OMe
-SAk
-Cl
-Br
-NR2
Panjang gelombang
(nm)
215 nm
202 nm
207 nm
30
nm
10 nm
12 nm
18 nm
35 nm
30 nm
50 nm
6 nm
35 nm
30 nm
17 nm
31 nm
85 nm
15 nm
12 nm
25 nm
30 nm
95 nm
5 nm
39 nm
Cl
OH
3
Panjang gelombang maksimum (mak.) dari struktur 3 dapat dihitung sebagai berikut:
Struktur tiga merupakan , keton tak jenuh lingkar-6 dasar = 215 nm
1 gugus OH pada posisi = 1 x 35 = 35
1 residu alkil pada posisi = 1 x 12 = 12 nm
1 residu alkil pada posisi = 1 x 18 = 18 nm
1 gugus klor pada posisi = 1 x 12 = 12 nm
1 ikatan rangkap eksosiklik = 1 x 5 = 5 nm
2 perpanjangan rantai ikatan rangkap terkonyugasi
1 sistem homoanular
= 2 x 30 = 60 nm
= 1 x 39 = 39 nm
Nama gugus
Nilai dasar :
X = alkil atau residu cincin
X=H
X = OH atau Oalkil
Penambahan adanya gugus substituen:
R = alkil atau residu cincin
R = OH, Ome, Oalkil
R = O-
3
10
7
25
11
20
nm
nm
nm
nm
nm
nm
p
o, m
P
o, m
P
o, m
P
o, m
P
p
o, m
p
R = Cl
R = Br
R = NH2
R = NHAc
R = NHMe
R = NMe
78
0
10
2
15
13
58
20
45
73
20
85
nm
nm
nm
nm
nm
nm
nm
nm
nm
nm
nm
nm
MeO
Struktur 4 mempunyai :
1 dasar = 246 nm
1 orto alkil pada posisi orto = 1 x 3 = 3 nm
1 gugus metoksi pada posisi para = 1 x 25 = 25 nm
senyawa tersebut mempunyai nilai maksimum yang berbeda dan tidak ada yang sesuai
dengan nilai maksimum menurut aturan Woodward.
BAB III
III.
3. 1. Pendahuluan
Spektroskopi inframerah merupakan suatu teknik pengukuran spektrum absorpsi molekul
yang didasarkan pada transisi vibrasi gugus fungsi pada molekul tersebut.
Pengukuran spektrum inframerah dilakukan pada daerah panjang gelombang 750 2,5
m atau dinyatakan dengan nilai bilangan gelombang ( )yang mempunyai hubungan
dengan adalah 1 = /, dimana = bilangan gelombang dinyatakan dengan satuan
cm-1, = panjang gelombang dinyatakan dalam satuan cm.
Perbedaan antara spektrum absorpsi ultraviolet dan spektrum absorpsi inframerah, pada
spektrum absorpsi ultraviolet dinyatakan terhadap absorban (A) atau terhadap .
Sedangkan pada spektrum absorpsi inframerah dinyatakan dengan terhadap persen
transmitan.
Spektrum absorpsi inframerah lebih rumit dari spektrum absorpsi ultraviolet, karena pada
spektrum inframerah setiap ikatan yang bervibrasi dan yang vibrasinya menghasilkan
inframerah.
Sebagai contoh spektrum absorpsi inframerah dari CH3OH akan menghasilkan minimum
enam puncak absorpsi hasil dari vibrasi simetris dan asimetris gugus C-H, gugus C-O
dan gugus O-H. Spektrum absorpsi inframerah untuk metanol dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Spektrum absorpsi inframerah sangant berguna untuk elusidasi struktur suatu senyawa
dalam menentukan adanya gugus-gugus fungsi yang terdapat pada senyawa yang
dianalisis.
2.
1
ulur simetris bil. gel 1340 cm -1
2.
2
-1
ulur asimetris bil. gel 2350 cm
3.
tekuk simetris :
3
tekuk simetris 666 cm -1
4.
tekuk asimetris :
4
tekuk asimetris 666 cm -1
Dari gambar di atas terlihat bahwa bilangan gelombang vibrasi ulur lebih besar dari
vibrasi tekuk, hal ini menggambarkan bahwa vibrasi tekuk memerlukan energi yang lebih
kecil dari pada vibrasi ulur.
Hubungan antara energi dengan bilangan gelombang dapat dinyatakan dengan persamaan
di bawah ini : E = hc ,
dimana E = energi, h = tetapan Plank, c kecepatan ranbat cahaya dan bilangan
gelombang.
Diagram di atas memperlihatkan juga bahwa molekul CO2 mempunyai empat ,macam
vibrasi , namun vibrasi yang menghasilkan moment dipol hanya tiga macam vibrasi
yaitu: ulur asimetris, tekuk simetris dan tekuk asimetris, sedangkan vibrasi ulur simetris
tidak menghasilkan momen dipol akibatnya molekul CO2 seharusnya mempunyai tiga
puncak absorpsi pada spektrum inframerah, namun pada kenyataannya molekul CO 2
hanya mempunyai dua puncak absorpsi pada spektrum inframerah dikarenakan puncak
vibrasi bending simetris dan asimetris mempunyai nilai bilangan gelombang yang sama.
Senyawa atau gugus yang bervibrasi dan vibrasinya menghasilkan moment dipol
dinamakan dengan senyawa yang aktif inframerah, sedangkan senyawa atau gugus yang
bervibrasi tetapi vibrasinya tidak menghasilkan moment dipol disebut dengan senyawa
atau gugus aktif raman.
Untuk keperluan elusidasi struktur diperlukan senyawa-senyawa yang aktif inframerah,
sedangkan senyawa yang aktif raman biasanya digunakan untuk analisis kuantitatif
dengan metoda hamburan.
Contoh lain penggunaan perhitungan derajat kebebasan vibrasi adalah untuk molekul
CH2 yang molekulnya tidak linier sehingga derajat kebebasan vibrasi CH 2 sama dengan 3
x 3 6 = 3, jadi molekul CH2 akan mempunyai tiga macam jenis vibrasi yaitu :
1. vibrasi ulur simetris :
ulur simetris
ulur asimetris
3. vibrasi tekuk:
tekuk
Dari tiga macam vibrasi pada molekul CH 2 keseluruhannya menghasilkan moment dipol,
sehingga pada spektrum absorpsi inframerah CH2 akan menghasilkan tiga puncak. Dari
contoh kedua perhitungan gugus-gugus yang aktif inframerah maka untuk analisis gugus
fungsi dari suatu senyawa yang di analisis dapat digunakan spektrum di bawah ini:
Contoh penggunaan tabel korelasi, perhatikan spektrum absorpsi inframerah dibawah ini:
Penyiapan cuplikan
Cuplikan yang akan diukur spektrum absorpsi inframerah harus murni dan
bebas dari molekul air. Cuplikan dapat berupa gas, cairan murni, larutan
dan padatan. Cuplikan yang befasa gas harus menggunakan peralatan yang
khusus. Cuplikan yang berupa cairan murni dapat dilakukan dengan cara
mengpleskan atau menyuntikkan pada sel NaCl. Cuplikan berupa larutan
dapat menggunakan pelarut bebas air seperti kloroform atau CCl4. Cuplikan
berupa padatan dapat berbentuk padatan murni yanmg dibuat film tipis
seperti polimer, padatan yang dicampur dengan KBr kemudian dibuat pelet
KBr yang transparan atau padatan dicampur dengan nuyol (parafin untuk
spektroskopi) sehingga membentuk suatu pasta.
Untuk keperluan elusudasi struktur biasanya cuplikan di ukur dalam bentuk
larutan, pelet KBr atau film padatan murni untuk polimer.
3.3.2
Ke-elektronegatifan unsur
Fibrasi dari suatu gugus dapat diumpamakan sebagai dua atom (bola) yang rigit yang
dihubungkan dengan suatu kawat. Secara diagram dapat digambarkan sebagai
berikut :
m1
m2
Jika kedua atom digetarkan maka frekwensi fibrasi dinyatakan dengan persamaan
Hookes yaitu : = 1/2(k/)1/2 atau 1/2 = c (k/)1/2,
dimana = frekwensi dalam satuan Hz, = bilangan gelombang dalam satuan cm-1,
k=
CH3- C -CH3 ,
fibrasi pada bilangan gelombang 1720 cm-1. Jika pada C- pada aseton
terikat gugus penarik elektron seperti flor maka kerapatan elektron pada
sistem karbonil menjadi berkurang sehingga kekuatan ikatan gugus
karbonil menjadi lebih lemah, hal ini yang menyebabkan bilangan
gelombang karbonil pada sistem floroaseton akan mengalami pergeseran
-C- CH3
floroaseton dapat dilihat pada gambar seperti ini : F-CH2
.
Jika gugus yang terikat adalah gugus pendorong elektron seperti CH 3
-C- CH3
pada struktur 2-propanon seperti ini CH3-CH2
, . Adanya gugus
CH3 menyebabkan kerapatan elektron pada sistem karbonil menjadi lebih
besar sehingga kekuatan ikatannya menjadi lebih kuat, hal ini yang
menyebabkan puncak absorpsi karbonil akan mengalami pergiseran
panjang gelombang yang lebih besar.
Pengaruh resonansi seperti pada -keton tak jenuh juga akan
menyebabkan terjadinya pergeseran bilangan gelombang absorpsi karbonil
kearah bilangan gelombang yang lebih kecil. Contoh proses resonansi
yang terjadi pada sistem -keton tak jenuh dilihat pada gambar ini :
O-
CH2-C=C-CH3
H
Ikatan hidrogen
Ikatan hidrogen intramolekul maupun intermolekul akan menyebabkan
bilangan gelombang absorpsi O-H akan bergeser kearah bilangan
gelombang yang lebih kecil dan menghasilkan puncak absorpsi O-H yang
lebar.
C-O- H
O-H
C-O- H
H
O-C=O
Pada bab ini diberikan beberapa contoh spektrum absorpsi inframerah dari
berbagai senyawa :
BAB IV
IV.
4.1
Nomor atom
ganjil
genap
Ganjil
genap
Nomor massa
ganjil
ganjil
genap
genap
Sebagai contoh atom hidrogen 11H mempunyai nomor atom dan nomor massa ganjil,
sehingga tingkat energi dalam kuat medan magnet Ho yang dipunyai oleh atom H
sama dengan 2 x + 1 = 2, yaitu tingkat energi pada keadaan dasar (Eo) dan
tingkat energi pada keadaan tereksitasi (E1). Secara diagram dapat digambarkan
sbb:
E
I = - = E1
I=
I = + = E0
H0
Pada keadaan dasar inti-inti atoh H berada pada tingkat energi E0, jika diberikan energi
dengan frekwensi gelombang radio pada atom H maka inti-inti atom H akan tereksitasi ke
tingkat energi E1. Inti-inti atom H pada keadaan tereksitasi tidak stabil sehingga akan
melakukan relaksasi. Waktu eksitasi dan relaksasi dari atom H merupakan dasar
pengukuran dari resonansi magnet inti 11H. Hal yang sama terjadi pada
35
13
6
P,
C dan
15
lain-lain. Didasarkan pada harga bilangan spin inti sama dengan , maka dikenal alat
resonansi magnet inti 11H,
13
C,
31
15
12
12
C sampai
sehingga mempunyai bilangan spin inti sama dengan nol yang mengakibatkan tingkat
energi pada medan magnet dari atom
12
12
14
N yang
mempunyai nomor atom ganjil dan nomor massa genap sehingga bilangan spin inti dari
14
= 3. Jadi aton
14
sampai dengan saat ini belum dapat dilakukan pengukuran resonansi magnet intinya,
14
7
15
7
4.2
Spin latice relaksasi, yaitu inti atom yang ter-eksitasi akan memberikan
energinya pada lingkungannya seperti pelarut baru mengadakan relaksasi. Spin
latice relaksasi ini digunakan sebagai prinsip pengukuran spektroskopi
resonansi magnet inti dalam fasa larutan yang biasa banyak digunakan.
Hubungan antara perbedaan tingkat energi dengan proses eksitasi dan relaksasi intiinti atom dapat digambarkan sebagai berikut :
N2
Relaksasi
E
Eksitasi
N1
Gambar 4.2.1 Hubungan antara tingkat energi dengan proses eksitasi dan relaksasi
Pada tingkat energi keadaan dasar populasi inti yang stabil adalah N 1, jika pada
populasi inti N1 diberikan suatu energi maka akan terjadi proses eksitasi dari
populasi inti atom N1 ke tingkat energi ter-eksitasi dengan populasi inti atom yang
ter-eksitasi sama dengan N2. Agar supaya waktu proses eksitasi dan relaksasi dapat
diukur maka populasi pada N1 tidak boleh sama dengan nol, oleh sebab itu
pemberian energi pada populasi N1 tidak boleh terlalu besar sehingga pemberian
energi harus berkisar didaerah frekwensi radio.
Besar E juga menentukan besar kecilnya waktu eksitasi dan relaksasi sehingga
E yang minimum untuk dapat ditentukan proses eksitasi dan relaksasi dari atom
hidrogen sebesar frekwensi 60 MHz. Hubungan antara frekwensi ( ) dengan kuat
medan magnet (H0) dinyatakan dengan persamaan di bawah ini :
digunakan pada spektrofotometer maka proses eksitasi dan relaksasi suatu atom
akan lebih selektif sehingga peralatan spetrofotometer RMI dengan menggunakan
frekwensi yang tinggi akan mempunyai daya resonansi yang besar.
Proses eksitasi dan relaksasi inti atom dalam medan magnet dapat dijelaskan secara
rinci sbb : atom dianggap suatu bola yang rigit diletakkan sejajar dengan kuat
medan magnet pada arah sumbu Z, jika atom disinari maka atom tadi akan
melakukan berputar pada porosnya sehingga terjadi penyimpangan dari sumbu Z
kearah sumbu X. Proses ini dinamakan eksitasi, berputarnya atom kembali keposisi
semula disebut dengan relaksasi. Proses eksitasi dan relaksasi ini dapat
digambarkan sbb:
Proses eksitasi dan relaksasi suatu atom dalam medan magnet secara grafik dapat
digambarkan sebagai berikut:
z
H0
H0
eksitasi
y
relaksasi
x
0 = H0
0 = 2 v, dimana 0 = kecepatan sudut, v = kecepatan.
Dari uraian di atas maka spektrofotometer RMI akan menghasilkan spektrum
yang menghubungankan antara waktu eksitasi dan relaksasi dengan intensitas.
Waktu eksitasi dan relaksasi berbanding lurus dengan frekwensi sehingga
spektrum RMI menghubungkan antara frekwensi dengan intensitas.
Intensitas
O-H
CH2
CH3
4. 3 Pergeseran kimia
Pergeseran kimia ditentukan dengan menggunakan standar yang biasa digunakan
adalah tetrametilsilan (TMS) dengan rumus Si(CH3)4. Tetrametilsilan merupakan
suatu zat cair dengan titik didih 27 0C dan mempunyai 12 proton dengan lingkungan
kimia dan lingkungan magnet yang sama sehingga pada spektrum resinansi magnet
inti TMS akan menghasilkan satu puncak dengan intensitas yang sangat tinggi
sehingga frekwensi atom H pada TMS dianggap sama dengan nol. Akibatnya
pergeseran kimia didefinisikan sebagai perbedaan frekwensi atom hidrogen
cuplikan dengan TMS. Secara matematis pergeseran kimia dapat dinyatakan dengan
= cuplikan - TMS Hz. Karena TMS
Faktor intramolekuler
Faktor intramolekuler adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran
kimia yang disebabkan oleh adanya faktor ke-elektronegatifan dari gugusgugus yang terikat pada suatu senyawa dan faktor anisotropi ikatan kimia.
Faktor ke-elektronegatifan akan menyebabkan pergeseran kimia ke arah
pergeseran kimia yang lebih besar. Sebagai contoh :
N
O
F
- C - H, - C - H, - C - H, - C - H
Seperti diketahui bahwa inti atom H dikelilingi oleh elektron yang
bermuatan negatif dan bergerak melilingi inti. Gerakan elektron ini akan
menghasilkan medan magnet yang berlawanan dengan medan magnet yang
dihasilkan oleh inti atau keadaan ini dinamakan dengan shaeilding. Pada
contoh di atas atom H dipengaruhi oleh atom C, N, O, F dimana makin
kekanan ke-elektronegatifat atom-atom semakin besar atau daya untuk
menarik elektron-elektron atom H makin kekanan makin besar yang
mengakibatkan kerapatan elektron pada atom H menjadi lebih kecil maka
efek saeilding makin kecil sehingga pergeseran kimia dari sebyawa-senyawa
di atas akan mengalami pergeseram kimia ke arah medan magnet yang lebih
besar atau biasa disebut dengan kearah d-shaeilding.
Secara grafik dapat digambarkan sbb :
F
-C-H
O
-C-H
N
-C-H
C
-C-H
H0
inti atom
elektron
0
TMS
An-isotropi ikatan kimia merupakan efek yang diakibatkan oleh adanya elektronelektron yang terikat pada inti atom hidrogen. Elektron
akan bergerak
disekeliling ikatan C-C yang menghasilkan medan magnet yang searah dengan
medan magnet dari inti atom hidrogen. Akibat efek an-isotropi ikatan kima akan
terjadi pergeseran kimia dari atom H ke arah d-shaeilding.
Gambaran efek an-isotropi ikatan kimia dapat digambarkan sbb :
4.4.2
Efek intermolekuler
Pergeseran kimia dari suatu senyawa dipengaruhi juga oleh faktor luar dari
senyawa tersebut atau disebut dengan faktor intermolekuler. Ada dua faktor
intermolekuler yang mempengaruhi pergeseran kimia yaitu : faktor pelarut
dan faktor temperatur. Faktor pelarut sangat mempengaruhi nilai pergeseran
kimia jika pada senyawa tersebut adanya atom-atom yang bersifat keelektronegatifan tinggi sehingga dapat terjadi ikatan hidrogen. Adanya
ikatan hidrogen ini akan menyebabkan kerapatan elektron pada atom H
menjadi lebih kecil yang mengakubatkan terjadinya pergeseran kimia ke
arah d-shaeilding. Hal yang sama terjadi pada pengaruh temperatur makin
tinggi temperatur akan menyebabkan pergeseran kimia ke arah d-shaeilding.
4.5
Penyiapan cuplikan
Pembuatan spektrum RMI dapat menggunakan cuplikan yang berbentuk padatan
misalnya untuk sistem polimer tetapai harus menggunakan alat spektrofotometer
RMI dengan frekwensi yang tinggi yaitu minimum 400 MHz. Cuplikan dalam
bentuk larutan dapat dipersiapkan dengan cara melarutkan 1 - 10 mg cuplikan
dalam 0,5 ml pelarut yang tidak mengandung atom hidrogen seperti CCl4 atau CS2.
Kelemahan dari pelarut CCl4 yaitu sangat nonpolar sehingga sulit untuk melarutkan
kebanyakan senyawa organik yang bersifat sedikit polar, sedangkan CS 2 merupakan
pelarut yang baik namun mempunyai bau yang kurang sedap sehingga pelarutpelarut yang digunakan untuk pengukuran spektrum RMI adalah pelarut-pelarut
dimana atom hindrogennya diganti dengan deterium seperti CDCl 3, CD3COCD3,
D2O dan lain-lain.
Pengukuran spektrum RMI dengan menggunakan sistem larutan biasanya
digunakan standar dalam TMS dengan cara menambahkan 0,25 ml TMS dalam
larutan cuplikan.
Jika digunakan pelarut yang polar seperti D 2O maka TMS tidak dapat dipergunakan
karena tidak larut dan dapat bereaksi dengan D2O, maka zat standar yang digunakan
adalah garam natrium 2-2 dimetil-2-silapentan-5-sulfonat (DSS) dengan rumus sbb:
(CH3)3SiCH2CH2CH2 SO3Na .
Konsentrasi cuplikan yang digunakan sangat tergantung pada frekwensi alat yang
digunakan. Sebagai contoh alat spektrofotometer RMI dengan frekwensi 60 MHz
minimim harus menggunakan konsentrasi cuplikan 20 mg/ml sedangkan untuk
spektrofotometer RMI dengan frekwensi alat 400 MHz dapat menggunakan
konsentrasi cuplikan 1 mg/ml.
4.6
Penjodohan
Sifat magnet dari inti atom hidrogen dipengaruhi oleh sifat magnet dari inti atom
hidrogen tetangganya. Menurut pendekatam orde pertama satu atom H dinamakan
tetangga dengan atom H yang lain
atom hidrogen yang setara kimia dan setara magnet, sedangkan intensitas puncak
dinyatakan dengan (x + 1)n1, (x + 1)n2 .
CH3 pada floro propana akan mempunyai tiga puncak dengan intensitas 121, CH2
pada atom C nomor dua dari I-floro propana akan mempunyai puncak 12 puncak
dengan intensitas 1331. 2662 . 1331 sedangkan dua atom H yang mengikat atom flor
akan mempunyai jumlah puncak sama dengan tiga dengan intensitas puncak 1221.
Spektrum resonansi magnet inti dari satu floro propana dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
Dari contoh di atas dapat terlihat bahwa jumlah atom H tetangga, jumlah puncak dan
intensitas dapat digambarkan dengan menggunakan segitiga pascal yaitu :
Jumlah atom H
tetangga
1
Jumlah puncak
Intensitas puncak
1
1
1
2
3
1
1
3 1
6 4
1 5 10 10 5 1
dst-nya
Selain penjodohan orde pertama terdapat juga penjodohan jarak jauh yang biasanya
antara atom H dengan atom H tetangganya melewati lebih dari tiga ikatan tunggal
tetapai terdapat elektron-elektron seperti pada sintem aromatik (seperti pada
benzen) gambarnya dapat dilihat sbb:
H1
Ho
Hm
Hp
H1
H1
Ho
H1
H2
Hm
H2
Hp
Menurut pendekatan orde pertama atom hidrogen H1 dan H2 pada gambar a tidak
akan terjadi penjodohan karena melewati lebih dari tga ikatan tunggal, namun dengan
bentuk struktur seperti huruf W dimana H1 dan H2 masing-masing berada diujungujung huruf W maka H1 dan H2 saling bertetangga menururut penjodohan jarak jauh
akibatnya H1 akan mempunyai puncak dublet yang disebabkan oleh H2, begitu juga
H2 akan mempunyai puncak dublet yang disebabkan aleh adanya H1. Hal yang sama
terjadi pada hidrogen-hidrogen di ujung-ujung huruf W pada struktur b dan c.
C-C-C-X
x
C
Atom Ha terikat pada atom C yang mengikat gugus alkil dimana gugus alkil bersifat
sebagai pendirong elektron yang mengakibatkan pergeseran kimia atom Ha pada
daerah shaeilding sedangkan atom Hx terikat pada atom C yang mengikat atom X
yang bersifat penarik elektron sehingga atom Hx akan mempunyai pergeseran kimia
Jxa
Jax
0
X
TMS