JUDUL PERCOBAAN
Judul percobaan ini adalah Spektroskopi Serapan dalam Daerah Tampak
B. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Memahami cara penggunaan alat ukur spektronik – 20 dan penentuan panjang
gelombang maksimum.
2. Memahami cara penentuan konsentrasi sampel dan dapat membuktikan
hukum Lamber–Beer.
C. LANDASAN TEORI
Spektroskopi analitik adalah ilmu mengenai penentuan jumlah senyawa
yang terdapat dalam suatu sampel dengan cara mengukur secara akurat/banyaknya
cahaya yang diserap atau diemisikan oleh atom-atom atau molekul-molekul yang
terdapat di dalam sampel tersebut. Spektroskopi berbeda-beda tergantung pada
jenis atau panjang gelombang radiasi elektromagnetik yang diserap atau
diemisikan oleh atom atau molekul. Cahaya merupakan suatu bentuk radiasi
elektromagnetik karena terdiri atas komponen elektrik dan magnetic yang
berosilasi dalam arah yang saling tegak lurus terhadap arah perjalanan radiai
disepanjang ruangan. Bagian terkecil spektrum elektromagnetik yang dapat
dideteksi oleh mata manusia (kira-kira 400- 700 mm) disebut spektrum tampak
dan spektroskopi yang dilakukan pada panjang gelombang ini dinamakan
spektroskopi tampak (Syahputri, 1997: 147).
Spektrum elektronik senyawa dalam fase uap kadang-kadang
menunjukkan struktur halus dimana sumbangan vibrasi individu dapat teramati,
namun pada fase-fase mampat, tingkat energi molekul demikian tergantung pada
tetangga-tetangga terdekatnya sehingga sering kali hanya tampak pita lebar.
Semua molekul dapat mengabsorpsi radiasi dalam daera UV-tampak karena
mereka mengandung elektron, baik sekutu maupun penyesuaian yang dapat
dieksitasikan ketingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang dimana
absorpsi itu terjadi, bergantung pada berapa kuat elektron itu terikat dalam
molekul. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat dengan kuat dan
dierlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang tunggal H-H dan C-C
tak menunjukkan absorpsi pada 122 nm (Day, 1990: 338).
Prinsip kerja alat spektrofotometer UV-Vis dan daerah tampak suatu
sumber cahaya; dipancarkan melalui monokromator (B). Monokromator
menguraikan sinar yang masuk dari sumber cahaya tersebut menjadi pita-pita
panjang gelombang yang diinginkan untuk pengukuran suatu zat tertentu. Setiap
gugus kromofor mempunyai panjang gelombang maksimum yang berbeda. Dari
monokromator tadi cahaya/energi radiasi diteruskan dan diserap oleh suatu larutan
yang akan diperiksa di dalam kuvet. Kemudian jumlah cahaya yang diserap oleh
larutan akan menghasilkan signal elektrik pada detektor, yang mana signal
elektrik ini sebanding dengan cahaya yang diserap oleh larutan tersebut. Besarnya
signal elektrik yang dialirkan ke pencatat dapat dilihat sebagai angka. Metode
Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak berdasarkan pada hukum
Lambert-Beer. Hukum tersebut menyatakan bahwa jumlah radiasi cahaya
Tampak, Ultra-violet dan cahaya-cahaya lain yang diserap atau ditransmisikan
oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal
larutan (Triyati, 1985).
Warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada
analisis spektrokimia, spektrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk
menganalisis spesies kimia dan menelaah interaksinya dengan radiasi
elektromagnetik. Suatu foton memiliki tenergi tertentu dan dapat menyebabkan
transisi tingkat energi suatu atom atau molekul. Karena tiap spesies kimia
mempunyai tingkat-tingkat energi yang berbeda.berarti suatu spektrum yang
diperoleh dapat memplot beberapa fungsi frekuensi terhadap frekuensi radiai
elektromagnetik adalah khas untuk untuk spesies kimia tertentu berguna untuk
identifikasi (Khopkar, 2010:189).
Molekul jika mengandung sebuah atom misalnya klor yang mempunyai
pasangan elektron menyendiri, sebuah elektron tak terikat (nonbonding) dapat
dieksitasikan ketingkat energi yang lebih tinggi. Karena elektron nonbonding tak
terlalu terikat kuat seperti elektron bonding-sigma, maka absorpsinya terdiri pada
panjang gelombang yang lebih panjang. Transisi elektron yang dijelaskan disini
diberi tanda n-𝜎 ∗ untuk menunjukkan bahwa sebuah elektron nonbonding
dinaikkan keorbital antibonding –𝜎. Elektron dalam ikatan rangkap dua dan
rangkap tiga agak mudah dieksitasikan keorbital yang lebih tinggi. Suatu transisi
dilambangkan dengan 𝜋-𝜋 ∗ bila sebuah elektron –𝜋 ditingkatkan dari suatu
orbital bonding –𝜋 kesuatu orbital anti bonding dengan transisi 𝜎-𝜎*. Dalam
molekul terkonjugasi absorpsinya bergeser kepanjang gelombang yang lebih
panjang (Day, 1990: 388-390).
Selama analisis spektrokimia, perlu sekali digunakan cahaya dari satu
panjang gelombang, yaitu radiasi monokomatik. Medan listrik dan medan magnet
saling tegak lurus satu sama lain dan orientasinya pada salah satu bidang tegak
lurus terhadap arah merambat gelombang. Jika E dan M berada pada bidang yang
sama,gelombangnya dikatakan terpolarisasi bidang, bila bidangnya berorientasi
dengan kecepatan tertentu sekitar sumbu rambatnya maka dikatakan
gelombangnya terpolarisasi secara sirkuler (Khopkar, 2010: 190).
Penerapan spektofotometri ultra violet dan cahaya tampak pada senyawa
organik didasarkan pada transisi n-𝜋* ataupun 𝜋- 𝜋* dan karenanya memerlukan
hadirnya gugus kromoforat dalam molekul itu. Transisi ini terjadi dalam daerah
spektrum (sekitar 200 hingga 700 nm) yang praktis untuk digunakan dalam
eksperimen. Spektrofotometer UV-V15 yang komersial biasanya beroperasi dari
sekitar 170 atau 200 hingga 1000 nm. Identifikasi kualitatif senyawa organik
dalam daerah ini jauh lebih terbatas daripada dalam daerah infamerah. Ini karena
pita absorpsi terlalu lebar dan kurang terinci (Day, 1990: 391).
Radiasi berinteraksi dengan spesies kimia dan dapat diperoleh informasi
mengenai spesies tersebut. Interaksi ini dapat berupa refleksi, refraksi dan
difraksi. Cara interaksi dengan suatu sampel dapat dengan absorpsi, pemendaran,
emisi dan penghamburan tergantung pada sifat materi. Bila suatu berkas radiasi
elektromagnetik dilewatkan melalui sampel kimia, sebagian akan terabsorpsi.
Energi elektromagnetik ditransfer keatom atau molekul dalam sampel, berarti
partikel dipromosikan dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang
lebih tinggi, yaitu tingkat tereksitasi. Absorpsi meliputi transisi dari tingkat dasar
ketingkat yang lebih tinggi. Penelahaan frekuensi spesies yang terabsorpsi
merupakan cara untuk mengidentifikasi dan analisis sampel yaitu spektra absorpsi
yang berupa pengaluran absorbansi terhadap panjang gelombang. Spektra ini
disebabkan absorpsi atom atau abasorpsi molekul (Khopkar, 2010: 191).
Spektra absorpsi dapat diperoleh dengan menggunakan sampel dalam
berbagai bentuk, gas, lapisa tipis cairan, larutan dalam berbagai pelarut, dan
bahkan zat padat. Kebanyakan kerja analitis melibatkan larutan, dan disini akan
melibatkan deskripsi kuantitatif dari hubungan antara konsentrasi suatu larutan
dan kemampuannya menyerap radiasi, sekaligus harus disadari bahwa absorpsi
terjadi bergantung pada jarak yang diarungi radiasi melewati larutan itu. Absorpsi
juga bergantung pada panjang gelombang radiasi dan sifat dasar spesies molekul
dalam larutan (Day, 1990: 391).
Radiasi elektromagnetik dihasilkan bila ion, atom atau molekul
tereksitasi kembali ketingat energi lebih rendah atau energi dasar. Eksitasi dapat
dilakukan dengan nyala, bunga api atau loncatan listrik. Partkel peradiasi
menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang tertentu, suatu spektrum garis,
spektrum pita, atau pita kontinyu terdiri atas panjang gelombang yang sangat
berdekatan. Spektrum tersebut disebabkan eksitasi zat padat atau cairan dimana
atom-atomnya tersusun berdekatan. Baik spektrum garis maupun sepektrum
kontinyu dua-duanya bermanfaat. Sumber- sumber energi seperti termal, kimiawi,
listrik dan bentuk lainnya dapat digunakan untuk mengetahui eksitasi atom,
molekul atau ion ketingkat energi yang lebih tinggi (Khopkar, 2010: 191- 192).
Hukum antara absorpsi radiasi dan panjang lintasan melewati medium
yang menyerap mula-mula dirumuskan oleh Bouguer (1729), meskipun kadang
dikkaitkan kepada Lambert (1768). Bayangkan suatu medium pengabsorpsi yang
homogeny seperti suatu larutan kimia terbagi dalam lapisan-lapisan imajiner yang
sama tebalnya. Jika suatu berkas radiasi monokromaik diarahkan menembus
medium itu, ternyata bahwa tiap lapisan menyerap fraksi radiasi yang sama besar.
masuk Penemuan Bouguer dirumuskan secara matematis sebagai berikut, dimana
P0 adalah daya radiasi masuk dan P daya radiasi yang keluar dari suatu lapisan
medium sebesar b satuan
𝑑𝑃
-𝑑𝑏 = k1P
Tanda minus menandakan bahwa daya itu berkurang karena adanya
pengabsorpsian (Day, 1990: 391).
Lambert (1760) dan Beer (1852)dan juga Bouguer menunjukkan hubungan
berikut:
𝑃
T = 𝑃𝑡 = 10-abc
0
A = absorbansi
- Log (T) a.e, A= abc
1
(𝑇) = log T-1 adalah opasitas (tidak tembus cahaya)
hukum Beer dapat diterapkan benar- benar hanya untuk radiasi monokromatik dan
dimana sifat dasar spesies pengabsorpsi tak berubah sepanjang jangka konsentrasi
yang diselidiki (Day, 1990: 392- 393).
Komplek molibdenum diukur dengan spektofotometer pada 740 nm,
konsentrasi komplek molibdenum yang terukur sebanding dengan kadar gula
invert dalam larutan. Komponen warna dari pereaksi ikut mengabsorbsi cahaya
pada panjang gelombang 740 nm, oleh karena itu blanko yang digunakan dalam
analisis spektrofotometri harus menggunakan pereaksi tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk meminimalkan adanya peningkatan absorbans yang terukur
oleh instrumen yang berasal dari warna senyawa yang tidak diharapkan, yang
mengakibatkan penurunan akurasi pengukuran (Razak, 2012).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Spektornik- 20 1 set
b. Labu takar 25 mL 10 buah
c. Pipet ukur 5 mL 1 buah
d. Pipet volume 10 mL 1 buah
e. Pipet volume 20 mL 1 buah
f. Gelas kimia 100 mL 1 buah
g. Gelas kimia 250 mL 1 buah
h. Ball pipet 1 buah
i. Kuvet 3 buah
j. Botol semprot 1 buah
k. Pipet tetes 3 buah
l. Lap kasar 1 buah
m. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Larutan krom (III) nitrat (Cr(NO3)3 0,0500 M
b. Lautan kobalt (III) nitrat (Co(NO3)3 0,1880 M
c. Aquades (H2O)
d. Tissue
e. Label
E. PROSEDUR KERJA
1. Spektrum serapan
a. Larutan (Cr(NO3)3 0,0500 M dan (Co(NO3)3 0,1880 M sebanyak 10 mL
masing-masing dipepet dan dimasukkan dalam labu takar 25 mL lalu
ditambahkan aquades sampai tanda batas dan dikocok.
b. Larutan (Cr(NO3)3 dan (Co(NO3)3 yang sidah diencerkan dan aquades
dimasukkan dalam kuvet.
c. Kedua larutan tersebut diukur menggunakan spektronik–20 untuk %
transmitan
d. Transmitannya diukur pada panjang gelombang 325–625 nm dengan.
2. Penentuan Hukum Lambert-Beer
a. Disiapkan larutan – larutan standar induk Co 0,1880 ppm dan standar induk
Cr 0,0500 ppm.
b. Larutan standar Co diencerkan menjadi 4 bagian yaitu 0,1504 ppm, 0,1128
ppm, 0,0752 ppm, dan 0,0376 ppm dengan volume 25 ml.
c. Larutan standar Cr diencerkan juga menjadi 4 bagian yaitu 0,0100 ppm,
0,0200 ppm, 0,0300 ppm, dan 0,0400 ppm dengan volume 25 ml.
d. Semua larutan standar yang dibuat diukur %t ransmitannya dan dihitung
absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm dan 575 nm.
e. Plot grafik dibuat antara konsentrasi dan absorbansi.
3. Analisis serempak campuran berkomponen dua
a. Larutan campuran dibuat dengan memipet 10 mL larutan Co dan Cr
kemudian dimasukkan dalam labu takar 25 mL dan ditambah aquades sampai
tanda batas dan dihomogenkan.
b. Larutan campuran dimasukkan dalam kuvet
c. Larutan campuran diukur %transmitannya dari panjang gelombang 325–625
nm.
d. absorbansi masing – masing larutan dihitung.
e. plot grafik dibuat antara panjang gelombang dan absorbansi.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Spektrum Serapan
𝜆 %T A
(nm) Cr (III) Co (III) Cr (III) Co (III)
325 11,0 10,4 0,9586 0,9829
350 12,0 11,2 0,9208 0,9507
375 13,0 12,2 0,8860 0,9136
400 13,3 14,8 0,8794 0,8297
425 16,8 17,0 0,7746 0,7675
450 18,8 19,0 0,7286 0,7212
475 20,0 22,0 0,6989 0,6575
500 23,6 23,8 0,6270 0,6234
525 25,0 25,0 0,6020 0,6020
550 26,2 26,2 0,5816 0,5816
575 26,4 26,4 0,5783 0,5783
600 26,4 26,4 0,5783 0,5783
625 26,6 26,6 0,5751 0,5751
2. Hukum Beer
a. Larutan Co (III)
C (N) 510 nm 575 nm
%T A %T A
0,0376 0,1 3 0,8 2,0969
0,0752 1,0 2 1,2 1,9208
0,1128 1,6 1,7958 1,8 1,7447
0,1508 2,0 1,6989 2,4 1,6197
b. Larutan Cr (III)
C (N) 510 nm 575 nm
%T A %T A
0,0100 0,6 2,2218 1,0 2
0,0200 1,2 1,9208 1,4 1,8538
0,0300 1,6 1,7958 2,0 1,6989
0,0400 2,0 1,6989 2,2 1,6575
3. Analisis Serempak Campuran Berkomponen Dua
𝜆 %T A
(nm) Co + Cr Co + Cr
325 2,6 1,5850
350 2,8 1,5528
375 3,0 1,5228
400 3,2 1,4948
425 3,4 1,4685
450 3,6 1,4436
475 3,6 1,4436
500 3,8 1,4202
525 4,0 1, 3979
550 4,2 1,3767
575 4,4 1,3565
600 4,6 1,3372
625 4,8 1,3187
G. ANALISIS DATA
1. Spektrum Serapan
a. Sampel Cr(NO3)3
1) Untuk λ = 325 nm
𝐴 = − log 𝑇
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,11 = 0,9586
2) Untuk λ = 350 nm
𝐴 = − log 𝑇
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,12 = 0,9208
3) Untuk λ = 375 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,13 = 0,8860
4) Untuk λ = 400 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,132 = 0,8794
5) Untuk λ = 425 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,168 = 0,7746
6) Untuk λ = 450 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,188 = 0,7258
7) Untuk λ = 475 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,2 = 0,6989
8) Untuk λ = 500 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,236 = 0,6270
9) Untuk λ = 525 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,25 = 0,6020
10) Untuk λ = 550 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,262 = 0,5816
11) Untuk λ = 575 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,264 = 0,5783
12) Untuk λ = 600 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,264 = 0,5783
13) Untuk λ = 625 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,266 = 0,5751
b. Sampel Co(NO3)2
1) Untuk λ = 325 nm
𝐴 = − log 𝑇
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,104 = 0,9829
2) Untuk λ = 350 nm
𝐴 = − log 𝑇
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,112 = 0,9507
3) Untuk λ = 375 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,122 = 0,9136
4) Untuk λ = 400 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,148 = 0,8297
5) Untuk λ = 425 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,17 = 0,7695
6) Untuk λ = 450 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,19 = 0,7212
7) Untuk λ = 475 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,22 = 0,6575
8) Untuk λ = 500 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,238 = 0,6234
9) Untuk λ = 525 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,25 = 0,6020
10) Untuk λ = 550 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,262 = 0,5186
11) Untuk λ = 575 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,264 = 0,5783
12) Untuk λ = 600 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,266 = 0,5783
13) Untuk λ = 625 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,266 = 0,5751
2. Hukum Beer
a. Sampel Cr(NO3)3 0,0100 M
1) Untuk λ = 510 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,006 = 2,2218
2) Untuk λ = 575 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,01 = 2
b. Sampel Cr(NO3)3 0,0200 M
1) Untuk λ = 510 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,012 = 1,9208
2) Untuk λ = 575 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,014 = 1,8538
c. Sampel Cr(NO3)3 0,0300 M
1) Untuk λ = 510 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,016 = 1,7958
2) Untuk λ = 575 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,02 = 1,6989
d. Sampel Cr(NO3)3 0,0400 M
1) Untuk λ = 510 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,02 = 1,6989
2) Untuk λ = 575 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,022 = 1,6575
e. Sampel Co(NO3)2 0,0376 M
1) Untuk λ = 510 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,001 = 3
2) Untuk λ = 575 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,008 = 2,0969
f. Sampel Co(NO3)2 0,0752 M
1) Untuk λ = 510 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,01 = 2
2) Untuk λ = 575 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,012 = 0,9208
g. Sampel Co(NO3)2 0,1128 M
1) Untuk λ = 510 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,016 = 1,7958
2) Untuk λ = 575 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,018 = 0,7447
h. Sampel Co(NO3)2 0,1508 M
1) Untuk λ = 510 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,02 = 1,6989
2) Untuk λ = 575 nm
𝐴 = −𝑙𝑜𝑔 0,024 = 1,6197
0.8
0.6
0.4
0.2
0
350 375 400 425 450 475 500 525 550 575 600 625
panjang gelombang (nm)
Hubungan Panjang Gelombang Terhadap Absorbansi
Larutan Co(II) 0,07520 M
1
0.8
Absorbansi
0.6
0.4
0.2
0
350 375 400 425 450 475 500 525 550 575 600 625
Panjang Gelombang (nm)
y = 2.8139x + 0.2824
0 R² = 0.997
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05
Konsentrasi Larutan Cr(III)
0.3
Absorbansi
0.2
y = 6.6042x + 0.0774
R² = 0.9999
0.1
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05
Konsentrasi Larutan Cr(III)
Hubungan Konsentrasi Larutan Co (II) Terhadap
Absorbansinya Pada = 510 nm
1.5
y = -0.0007x + 1.775
Absorbansi
1.48
R² = 0.8882
1.46
1.44
1.42
380 400 420 440 460 480
Konsentrasi Larutan Co(II)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi
J. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Panjang gelombang maksimum (λmaks) larutan standar Co (Merah) dan larutan
standar Cr (Biru) adalah 325 nm berdasarkan percobaan dengan absorbansi Cr
0,9586 dan Co 0,9829.
2. Berdasarkan perbandingan antara konsentrasi sampel dan absorbansinya dapat
dibuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasinya maka absorbansi semakin
besar pula hal ini sesuai dengan hukum Beer dan Hukum Lamber – Beer
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A dan A.L. Underwood. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
Razak, Abdul Rahman Ni Ketut Sumarni dan Basuki Rahmat. 2012. Optimalisasi
Hidrolisis Sukrosa Menggunakan Resin Penukar Kation Tipe Sulfonat.
Jurnal Natural Science. Vol. 1. No. 1.
Syahputri, Mimi V. 1997. Pemastian Mutu Obat. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Triyati, Etty. 1985. Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak Serta
Aplikasinya dalam Oseanologi. Oseana. Vol. 10. No. 1.
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Dosen penanggungjawab