Anda di halaman 1dari 41

Spektrofotometri UV-VisUV-Vis

Teknik spektroskopi
• Berdasarkan fenomena fisika interaksi REM dg
atom/molekul (materi)

• Energi Foton
E  h. v  h
c
• E : energi (Joule)
• h : tetapan Planck λ
-27 -1 -34
(6,63.10 erg detik = 6,63.10 Joule detik)
• v : frekuensi radiasi (Hertz)
-1
• c : kecepatan radiasi (3.1010cm detik )
• λ : panjang gelombang (cm).

Besarnya energi foton berbanding lurus dengan


frekuensi dari REM yang bersangkutan.
Prinsip Dasar Spektrofotometri

• Definisi
8 Spektrofotometri UV-Vis: pengukuran serapan
cahaya oleh suatu senyawa di daerah ultraviolet
(200-350 nm) dan sinar tampak (350-800 nm).

8 Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran


suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik
dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia
Spektrum Elektromagnetik
Molekul memiliki 4 jenis energi yaitu :

1. Energi rotasional , energi yang disebabkan oleh perputaran


molekul tersebut pada pusat gaya beratnya.
2. Energi vibrasional, energi yang disebabkan perpindahan periodik
atom-atomnya dari posisi keseimbangannya.
3. Energi elektronik, karena elektron-elektron yang berhubungan
dengan masing-masing atom atau ikatan yang selalu dalam
keadaan bergerak.
4. Energi translasi, energi kinetik atom atau molekul yang dimiliki
untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya.

E <E <E <


translasi rotasional vibrasional Eelektronik
Energi elektronik
Energi vibrasi
Energi rotasi
Energi translasi
Kebolehjadian eksitasi
• Ada tiga macam ikatan elektronik (orbital) pada keadaan
dasar, yaitu σ (sigma), π (pi), n (tidak berpasangan)
Kebolehjadian eksitasi
• molekul + REM eksitasi orbital elektron anti bonding.

• Dua jenis orbital anti-bonding yang terlibat dalam transisi


adalah :
(1) orbital σ* (sigma star/bintang)
(2) orbital π* (pi star/bintang)
Catatan : Tidak ada orbital anti bonding n* karena elektron-elektron
ini tidak membentuk ikatan.

• Transisi yang terjadi dalam absorpsi sinar UV dan sinar


tampak adalah :
8 σ σ*
8 n σ*
8 n π*
8 π π*
ORBITAL ELEKTRON
ORBITAL MOLEKUL

• Molekul mempunyai tingkat energi elektron yang analog


dengan tingkat elektron dalam atom.

• Tingkat energi molekul ini disebut orbital molekul. Orbital


molekul timbul dari antaraksi orbital atom pada atom
yang membentuk molekul tersebut.

• Orbital ikatan (bonding): orbital molekul yang berenergi


yang lebih rendah.
• Orbital antiikatan (antibonding) : orbital yang berenergi
lebih tinggi.
ORBITAL MOLEKUL
ORBITAL MOLEKUL
• Antibonding : bentuk orbital molekul yang terletak di luar
wilayah yang berbeda dari dua inti. Tumpang tindih dari
konstituen orbital atom dikatakan 'keluar dari fase’.

• contoh, hidrogen setiap atom dapat memberikan kontribusi


hanya satu elektron, karena itu hanya s (ikatan) MO diduduki
dan H2 molekul lebih stabil daripada dua atom H terpisah.
ORBITAL MOLEKUL
• Orbital σ: orbital molekul
yang terbentuk yang simetris
terhadap rotasi keliling ikatan

• Orbital π: orbital molekul


yang tidak simetris terhadap
rotasi keliling ikatan.

• Orbital n (non bonding):


orbital molekul yang tidak
berantaraksi dengan orbital
atom lainnya, mempunyai
diagram orbital molekul
dengan energi yang sama
dengan yang dipunyai
dalam atom itu.
Tingkat energi
Transisi Elektron

Transisi eletron yang terkait dengan absorbsi


radiasi ultraviolet dan sinar tampak adalah :
σ→σ* ,π→π*, n→σ*, dan n → π*
• transisi σ σ * dan n σ * memerlukan energi yang sama
dengan energi yang berada pada UV jauh atau < 200 nm
Sebagai konsekuensi kelompok-kelompok jenuh (ex:
alkana) tidak akan terjadi absorbsi/penyerapan pada
daerah UV – sinar tampak
σ σ * bahkan pd UV vakum <180 nm

• Transisi n π * dan π π * terjadi dalam molekul tak


jenuh (alkena, alkuna) dan memerlukan energi lebih
sedikit daripada transisi ke orbital antibonding σ * ex:
Aseton λmaks : 290 nm
Benzena λmaks : 254 nm

n π * sering eksitasi terlarang karena ε 12-16 (<1000)


n π * dan π π*
Kriteria Senyawa yang Dapat Dianalisis

Adanya kromofor pada suatu struktur kimia zat yang


akan dianalisis

Kromofor :
Ikatan atau gugus fungsi spesifik dalam molekul
yang bertanggung jawab atas penyerapan cahaya
pada panjang gelombang tertentu (semua gugus
dalam senyawa yg mampu menyerap sinar UV-Vis)

8 ikatan rangkap terkonjugasi


8 gugus karbonil
8 gugus anorganik
Ikatan Rangkap Terkonjugasi

• Dua ikatan rangkap terkonjugasi memberikan suatu


kromofor

• Panjang gelombang serapan maksimum (λmax) dan


koefisien ekstingsi molar / absorptivitas molar (ε) akan
bertambah dengan bertambahnya jumlah ikatan
rangkap terkonjugasi
Gugus Karbonil & Gugus Anorganik

• Gugus karbonil
Pada gugus karbonil aldehida dan keton dapat
dieksitasi baik dengan peralihan n→π* atau π→π*.

• Gugus anorganik
Memiliki transisi elektron n→π*
Seperti nitrat (313 nm), karbonat (217 nm), nitrit (360
dan 280 nm), azida (230 nm) dan tritiokarbonat
(500nm)
Ausokrom
• Gugus fungsi dalam suatu molekul yang dapat
mempengaruhi absorpsi radiasi gugus kromofor
• Gugus ausokrom yang mempunyai ikatan n
(non bonding) elektron bebas
seperti gugus : -OH; -OCH3; -NH2
dapat mengabsorpsi radiasi UV jauh tapi tidak
mengabsorpsi radiasi UV dekat
• Bila gugus auksokrom terdelokalisasi ke sistem
gugus kromofor
intensitas absorpsi radiasi oleh kromofor akan
meningkat
geserannya dapat bersifat batokromik atau
hipsokromik
Cont.. Kebolehjadian eksitasi
2/22/2012
Spektrofotometri UV-Vis

• Frekuensi penggunaan paling banyak


• Paling banyak ditemukan di lab
Hal ini disebabkan oleh :
8 metode pertama
8 cepat, mudah dan relatif murah
8 Pengenalan & pemahaman operasional
instrumentasi mudah
8 Dapat digunakan pada sebagian besar molekul organik
& anorganik
8 banyak cara mengantisipasi komponen/matriks
pengganggu
8 hasil dapat dipercaya dan sahih (Integrity and Validity).
Hukum Lambert-Beer

• Jika radiasi elektromagnetik dilewatkan pada suatu medium


yang homogen
sebagian radiasi itu ada yang dipantulkan, diabsorpsi,
dan ada yang ditransmisikan.
• REM dikenakan kepada suatu larutan dg intensitas
radiasi semula (I0), maka sebagian radiasi tersebut
akan diteruskan (It), dipantulkan (Ir) dan diabsorpsi
(Ia), sehingga :
I 0 = It + I r + I a
• Bouguer, Lambert & Beer menghubungkan T
& A dengan I sehingga didapatkan :
It ε .b.c 1
T   10 A  log  ε .b.c
Io T
• Dimana :

-1 -
ε = absorbansi molar (L.mol cm
1 -1
) c = konsentrasi (mol.L )
b = tebal larutan (cm)
A = absorban
Hukum Lambert-Beer
Pemilihan Panjang Gelombang
• Pemilihan panjang gelombang untuk analisis
kuantitatif dilakukan berdasarkan pada
spektrum serapan yang diperoleh dari
percobaan.

• Pengukuran absorpsi harus dilakukan


pada panjang gelombang absorbansi
maksimum (λmax), karena:
8 Kepekaan maksimum, sinyal yang kuat
pada panjang gelombang tersebut.
8 Perbedaan absorban sangat minimum
sehingga kesalahan pengukuran sangat kecil
Parameter yang menentukan
Panjang Gelombang Absorpsi Max

• Jenis kromofor
• Pelarut
• Gugus substituen pada kromofor
• Geometri kromofor
Pengaruh Pelarut
• Solvatasi molekul mengubah tingkat energi elektron kromofor dan
derajat solvatasi molekul pada tingkat dasar dan tereksitasi yang
seringkali berbeda.

• Jika molekul tingkat dasar tersolvatasi tereksitasi lebih kuat daripada


molekul tereksitasi, terjadi pergeseran panjang gelombang yang
diabsorpsi ke panjang gelombang yang lebih pendek disebut efek
hipsokrom atau geseran biru.

• Jika tingkat tereksitasi tersolvatasi lebih kuat, terjadi pergeseran


panjang gelombang yang diabsorpsi ke panjang gelombang lebih
besar disebut efek batokrom atau geseran merah .

Hyper chromic

A
Hypo chromic

Hypso chromic Bathochromic

λ
Pelarut yang Umum digunakan

Cut-off wavelength: Pjg gelombang di mana pelarut memberi


serapan. ∴jangan bekerja pada cut-off wavelength
CONTOH KAIDAH WOODWARD
C H3 Sistem diena terkonjugasi (Sistem Induk)
λmax butadiena dlm heksana 217 nm
C H3
Sistem diena berada di dalam lingkar
O (Sistem diena homoanular) +36 nm
H3CCO C H3
Substituen alkil (alkil yang menempel
H2C pada atom karbon sistem terkonjugasi)
H2 CH3
C CH ada 5 5 x (+5) +25 nm*
C
O
Substituen O-asil +0 nm
H3CCO C H3
Perpanjangan sistem terkonjugasi
(Sistem dasar butadiena,
C H3 maka ada 2 ikatan rangkap yang memperpanjang
sistem terkonjugasi)
O
2 x (+30) +60 nm
H3CCO C H3
Ikatan rangkap luar lingkar (eksosiklik)
C H3
(Ikatan rangkap dari sistem konjugasi yang
melekat pada lingkar)
O 1 x (+5) +5 nm
H3CCO λmax terhitung 343 nm
CONTOH KAIDAH WOODWARD
H3C Sistem keton tak jenuh (Sistem Induk)
λmax dlm etanol 215 nm
C H3
Perpanjangan sistem terkonjugasi
(Ikatan rangkap C=C yang memperpanjang
O
sistem terkonjugasi)
1 x (+30) +30 nm
C H
8 17
H3C Substituen β

C H3
1 x (+12) +12 nm
Substituen δ
H2C C
1 x (+18) +18 nm
δ
β O
γ α C H
8 17 Ikatan rangkap luar lingkar (eksosiklik)
H3C
(Ikatan rangkap C=C dalam sistem konjugasi yang
melekat pada lingkar)
CH3
1 x (+5) +5 nm

λmax terhitung (etanol) 280 nm


O
λmax sebenarnya (etanol) 280 nm
CONTOH
C 8H17
KAIDAH WOODWARD
H3C Sistem keton tak jenuh (Sistem Induk)

C H3 λmax dlm etanol 215 nm


O
Perpanjangan sistem terkonjugasi
(Ikatan rangkap C=C yang memperpanjang
sistem terkonjugasi)
C H 3 C H
8 17
H 3C
O

C
H

3 CH2
O
C C H
8 17
α H 3C
γ
β
δ
Substituen δ
1 x (+30) Ikatan rangkap luar lingkar (eksosiklik)
1 x (+18) (Ikatan rangkap C=C dalam sistem
Substituen konjugasi yang melekat pada lingkar)
1 x (+18) 1 x (+5) +5 nm
λmax terhitung (etanol) 286 nm
λmax sebenarnya (etanol) 290 nm

Anda mungkin juga menyukai