comments Bagian molekul yang mengabsorpsi dalam daerah UV dan daerah sinar tampak
dinyatakan sebagai kromofor (Roth dan Blaschke, 1985). Menurut Adam Wiryawan,
kromofor adalah suatu gugus fungsi, tidak terhubung dengan gugus lain, yang menampakkan
spektrum absorpsi karakteristik pada daerah sinar UV-sinar tampak (l>200 nm). Ada 3 jenis
kromofor sederhana, yaitu : Ikatan ganda antara 2 atom yang tidak memiliki pasangan
elektron bebas. Contoh : C = C Ikatan ganda antara 2 atom yang memiliki pasangan elektron
bebas Contoh : C = O Cincin Benzena Jika beberapa kromofor berhubungan maka absorpsi
menjadi lebih kuat dan berpindah ke panjang gelombang yang lebih panjang (Wiryawan dkk.,
2008). Contoh kromofor tunggal, antara lain : asetilen, aldehid, azo, karbonil, sulfoksida,
benzena, etilen, dan lain-lain (Harmita, tt). Dalam suatu molekul dapat dikandung beberapa
kromofor. Jika kromofor dipisahkan satu sama lain paling sedikit oleh 2 atom karbon jenuh,
maka tidak ada kemungkinan adanya konjugasi antara gugus kromofor (Roth dan Blaschke,
1985). Kromofor merupakan senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap yang
terkonjugasi. Suatu ikatan rangkap yang terisolasi seperti dalam etilen mengabsorpsi pada
165 nm, yaitu di luar daerah ukur yang lazim dari spektroskopi elektron. Dua ikatan rangkap
terkonjugasi memberikan suatu kromofor seperti dalam butadien akan mengabsorpsi pada
217 nm. Panjang gelombang maksimum absorpsi dan koefisien ekstingsi molar akan
bertambah dengan bertambahnya jumlah ikatan rangkap terkonjugasi lainnya. Juga pada
vitamin A-alkohol (retinol) dan -karoten merupakan polien dengan 1 kromofor yang terdiri
dari 5 atau 11 ikatan rangkap terkonjugasi (Roth dan Blaschke, 1985). Gugus auksokrom
mengandung pasangan elektron bebas yang disebabkan oleh terjadinya mesomeri kromofor.
Yang termasuk dalam gugus auksokrom ini adalah substituen seperti OH, -NH2, -NHR dan
NR2. Gugus ini akan memperlebar sistem kromofor dan menggeser maksimum absorpsi
kearah panjang gelombang yang lebih panjang (Roth dan Blaschke, 1985). Gugus auksokrom
tidak menyerap pada panjang gelombang 200-800 nm, namun mempengaruhi spektrum
kromofor dimana auksokrom tersebut terikat (Wiryawan dkk., 2008). Pada daerah sinar uv-
sinar tampak hanya melibatkan transisi elektron dari p ke p* dan n ke p*, sehingga senyawa
yang dapat menunjukkan sifat absortivitasnya pada daerah ini hanya senyawa-senyawa yang
memiliki transisi elektron dari p ke p* dan n ke p* saja. Dimana senyawa-senyawa tersebut
merupakan senyawa-senyawa yang memiliki ikatan rangkap dengan panjang gelombang (l)
>200 nm atau dengan kata lain senyawa tersebut memiliki gugus kromofor. Suatu zat atau
senyawa yang bukan kromofor dapat direaksikan dengan zat lain yang menghasilkan suatu
kromofor sehingga dapat dianalisis dengan spektofotometri uv-visibel (Widjaja dan
Laksmiani, 2009). Hanya ada beberapa unsur yang memiliki absortivitas cukup besar untuk
dapat ditentukan secara langsung dengan spektrometri molekuler. Sedangkan unsur yang lain
dapat dikonversi ke derivative-nya yang memiliki absortivitas jauh lebih tinggi (Wiryawan
dkk., 2008). Perubahan keadaan oksidasi, atau pembentukan suatu komplek, dapat merubah
unsur analit non-absorbing menjadi derivatif absorbing. Sebagai contoh Mn2+ yang berwarna
merah muda (sangat) pucat dapat dioksidasi dengan menggunakan periodat atau persulfat
menjadi MnO4- yang dapat ditentukan dengan spektrofotometri sinar tampak. Ion Fe2+ akan
membentuk senyawa komplek oranye-merah dengan 1, 10-fenantrolin, sementara Fe3+ dan
Co2+ keduanya dapat membentuk senyawa komplek dengan SCN- (Wiryawan dkk., 2008).
Reaksi umum : analit non-absorbing + reagen absorbing derivative Larutan analit (baik
standar atau yang belum diketahui) direaksikan dengan reagen yang sesuai. Larutan analit
(baik standar atau yang belum diketahui) direaksikan dengan reagen yang sesuai. Reagen
yang digunakan harus menuhi beberapa persyaratan yaitu : 1. Reaksinya selektif dan sensitif
2. Reaksinya cepat, kuantitatif dan reprodusibel (ajeg) 3. Hasil reaksi stabil dalam jangka
waktu yang lama (Gandjar dan Rohman, 2009). Absorbansi dari absorbing derivative inilah
yang diukur absorbansinya, bukan larutan analit asal (Wiryawan dkk., 2008). Metode ini
memerlukan tiga persyaratan agar diperoleh hasil yang akurat dan teliti : a. Reaksi harus
kuantitatif (yakni memiliki konstanta keseimbangan yang besar) sehingga seluruh analit dapat
diubah menjadi absorbing derivative, b. Reagen yang digunakan harus tidak menyerap pada
panjang gelombang dimana derivative yang dihasilkan menyerap, c. Absorbing derivative
yang dihasilkan harus memenuhi Hukum Beer (Wiryawan dkk., 2008 Amazing Offers:
http://bit.ly/cheap-gadgets