Tanggal Praktikum
Tanggal Praktikum Awal : 1 Maret 2018
Tanggal Praktikum Akhir : 1 Maret 2018
B. Judul Praktikum
“Penentuan Kadar Fe(II) dalam Sampel Menggunakan Alat Spektroskopi UV-Vis”
C. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat menentukan kadar Fe(II) dalam sampel dengan menggunakan alat
spektrofotometer UV-Vis dan dapat mengoperasikan alat spektrofotometer UV-Vis.
D. Tinjauan Pustaka
Suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan tabung
foton hampa disebut spektrofotometri.
(Khopkar.1990:225)
Spektrofotometri dengan menggunakan pengukuran serapan sinar tampak dan
ultraviolet ditemukna baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif. Untuk
memahami kedua hal tersebut perlu sedikit diketahui apa yang terjadi didalam suatu
zat tersebut menyerap radiasi sinar tampak atau ultraviolet. Seperti yang diketahui
bahwa jika amateri berataraksi dengan sinar elektromagnetik, maka akan terjadi
perpindahan elektrin dalam atom atau molekul, yang setara besarnya dengan energy
radiasi sinar yang berantaraksi. Elektron yang mana yang akan dipindahkan
(ditrasisikan) ke tingkat energy yang lebih tinggi (tingkat tereksitasi) tergantung dan
jenis senyawa penyerapnya (kromofor penyerap).
(Endang Budiasih.1999:13)
Macam-macam senyawa penyerap (kromofor penyerap).
1. Molekul atau ion tidak jenuh dengan ikatan rangkap dua atu tiga.
Pada golongan ini merupakan kelompok senyawa yang mengandung
elektron-elektron yang dap at menyerap radiasi di daerah UV-Vis. Dalam
senyawa tidak jenuh ini terdapat dua jenis ikatan yaitu ikatan π dan ikatan
σ . Ikatan σ lebih kuat dibandingkan ikatan π sehingga eksitasi elektron
akan lebih mudah jika berasal dan electron yang terlibat dalam ikatan π,
elektron-elektron ini akan tereksitasi ke tingkat energu yang lebih tinggi,
misalnya ke π∗¿, jika senyawa yang mengandung ikatan ini menyerap
radiasi UV-Vis. Senyawa-senyawa demikian biasanya disebut kromofor.
(Endang Budiasih.1999:13)
2. Molekul atau ion tak jenuh yang mengandung elektron nonbonding
(elektron n).
Penyerapan sinar UV-Vis pada kelompok ini terjadi pada senyawa yang
mengandung elektron yang terdapat pada salah satu atom yang terlibat
pada pembentukan ikatan rangkap. Pada saat sinar UV-Vis diserap,
electron n akan tereksitasi ke orbital π∗¿ dalam ikatan ganda molekul
tersebut,sehingga transisi yang terjadi adalah n→ π∗¿. (Endang
Budiasih.1999:14)
3. Kromofor berupa ion-ion senyawa kompleks anorganik atau senyawa kelat.
Hampir keseluruhan senyawa-senyawa logam transisi menyerap radiasi di
daerah UV-Vis. Penyeraoan radiasi ini berhubungan dengan perpindahan
(transisi) elektron-elektron d yang dimiliki oleh senyawa tersebut. Pada
prinsipnya elektron yang terdapat pada orbital d yang lebih rendah dapat
meloncat ke orbital d yang lebih tinggi bila ada penyerapan radiasi UV-
Vis. Tentunya besarnya energi radiasi yang diserap tergantung besarnya
perbedaan energy antara dua jenis orbital d tersebut. (besarnya “splitting”
orbital d ini tergantung dari jenis ligan yang masuk). Transisi demikian
disebut dengan transisi d-d. (Endang
Budiasih.1999:15)
Sebagai contoh adalah transisi d-d ini adalah pada ion Fe(H 2O)62+
yang berwarna hijau. Mekanisme transisi yang lain yang sedikit berbeda
terdapat pada senyawa-senyawa kelat (chelates), yang pada umumnya
berwarna. Contoh, misalnya pada senyawa kelat antara Fe2+ denga 1,1 O-
phenantrolin atau Fe(O-fen)3+2. Rumus strukturnya adalah:
Gambar 1. [Fe(O-Phen)3+2]
(Douglas,A,Skoog.2007:352)
Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang
kontinu,monokromator sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu
alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun
perbandingan.
1. Sumber
Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu Wolfram.
Arus cahaya tergantung pada tegangan lampu, i= KV n , i= arus cahaya, V=
tegangan, n= eksponen (3-4npada lampu wolfram). Variasi tegangan masih dapat
diterima 0,2% pada suatu sumber DC, misalnya baterai lampu Hidrogen atau lampu
Deuterium digunakan untuk sumber pada daerah UV. Energy radiasi yang
dibebaskan lampu Wolfram tidak bervariaso pada berbagai panjang gelombang.
2. Monokromator
Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya dapat
berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang
diinginkan dari hasil penguraian ini dapat digunakan celah. Jika celah posisinya
tetap, maka prisma/gratingnya dirotasikan untuk mendapatkan panjang gelombang
yg diinginkan.
3. Sel Absorpsi
Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat
digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel
kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya
adalah 10mm. sel yang biasa digunakan biasanya berbentuk persegi.
4. Detektor
Peranan detector penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang. Syarat ideal sebuah detektor: (1). Mempunyai
kepekaan tinggi, (2). Respon konstan pada berbagai panjang gelombang, (3). Waktu
respon cepat & sinyal minimum tanpa radiasi, (4). Sinyal listrik yang dihasilkan
harus sebanding dengan tenaga radiasi.
(Khopkar.1990:226-227)
Cara kerja spektrofotometer, tempatkan larutan pembanding, misalnya blanko
dalam sel pertama sedangkan larutan yang akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian
pilih fotosel yang cocok 200-650 nm (650-1100nm) agar daerah panjang gelombang
yang diperlukan dapat terliputi. Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup “no”
galvanometer dengan menggunakan tombol dark-current. Pilih yang diinginkan, buka
fotosel dan lewatkan berkas cahaya pada blanko dan “nol’ galvanometer didapat
dengan memutar tombol sensitivitas. Dengan menggunakan tombol transmitasi,
kemudian atur besarnya pada 100%. Lewatkan berkas cahaya. Skala absorbansi
menunjukan absorbansi sampel.
(Khopkar.1990:228)
Keuntungan-keuntungan spektrofotometri UV-Vis untuk keperluan analisa
kuantitatif: dapat digunakan secara luas, kepekaan yang tinggi, keselektipan cukup
baik, ketelitian tinggi, dan tidak sukar dan cepat. (Endang
Budiasih.1999:18-19)
E. Alat dan Bahan Praktikum
Alat:
Spektofotometer 1 set
Labu ukur 100ml 1 buah
Labu ukur 25ml 7 buah
Labu ukur 50ml 1 buah
Pipet volune (2-7)ml 1 buah
Gelas kimia 100ml 1 buah
Botol semprot 1 buah
Spatula 1 buah
Pipet seukuran 10 ml 1 buah
Batang pengaduk 1 buah
Kertas saring 3 buah
Ball pipet 2 buah
Bahan:
Garam Fe(NH4OH)2SO4 0,0700 gram
Lar. Hidroksilamin HCl 5% 7 ml
Lar. 1,10 Fenantrolin 0,1% 35 ml
Lar. CH3COONa 5% 56 ml
Akuades Secukupnya
F. Spesifikasi Bahan
NAMA BAHAN SIFAT FISIKA SIFAT KIMIA
Ammonium Besi (II) -Wujud : Padat, berwarna - Mr = 392,14 g/mol
Sulfat, Hexahydrate Hijau, tidak berbau - Stabil
[Fe(NH4OH)2SO4.6H2O] -TL : 110ºC-110ºC - Larut dalam air dingin
1 -Berat Jenis : 1,864 (Air=1) dan air panas
-Kelarutan dalam air : 26,9
g/100ml
BAHAYA PENANGGULANGAN
Iritasi pada mata dan kulit. Mata: cuci dengan air ±15
Berbahaya bila terhirup menit
ataupun tertelan. Kulit: cuci dengan air ±15
menit
Terhirup: cari udara segar
Tertelan: jangan paksa
dimuntahkan
NAMA BAHAN SIFAT FISIKA SIFAT KIMIA
- Wujud: Padat (kristal), - Mr = 69,488 g/mol
Hidrosilamin HCl 5%
tidak berwarna, tidak - Higroskopis
(NH2OH.HCl)
berbau
- TL: 304ºF
- Kelarutan dlm air : 83
g/100ml pada 17ºC
BAHAYA PENANGGULANGAN
Iritasi pada mata dan kulit. Mata: cuci dengan air ±15
Berbahaya bila terhirup menit
ataupun tertelan. Kulit: cuci dengan banyak
air
Terhirup: cari udara segar
Tertelan: jangan paksa
dimuntahkan
NAMA BAHAN SIFAT FISIKA SIFAT KIMIA
- Wujud: Padat, berwarna - Mr: 180,21 g/mol
1,10 Fenantrolin
putih kekuningan/merah - Higroskopis
(o-phenantroline)
muda cerah, tidak berbau - Pengoksidasi kuat
- TL : 117-120ºC
BAHAYA PENANGGULANGAN
Iritasi pada mata dan kulit. Mata: cuci dengan air ±15
Berbahaya bila terhirup menit
ataupun tertelan Kulit: cuci dengan sabun
dan air
Terhirup: cari udara segar
Tertelan: jangan paksa
dimuntahkan
NAMA BAHAN SIFAT FISIKA SIFAT KIMIA
Natrium Asetat - Wujud: Padat, berwarna - Mr: 82,034 g/mol
Sumber: Sciencelab.(2015).Material Safety Data Sheet.[online].Tersedia:http:/www.
sciencelab.com/msds.(10 Mei 2018)
G. Prosedur Kerja Praktikum
Langkah Kerja Pengamatan
Garam Fe(NH4OH)2SO4.6H2O : Padatan,
Garam Fe(NH4OH)2SO4.6H2O
berwarna putih, tidak berbau.
Ditimbang ±0,0700 gr
H2SO4 2M: Cair, tidak berwarna, tidak
Dilarutkan dalam labu takar
100ml berbau
Ditambahkan 5ml H2SO4 2M
Larutan Induk 100ppm : Cair, tidak
(menghindari hidrolisis)
berwarna, tidak berbau
Larutan Induk Fe(II) 100 ppm
Larutan induk yang digunakan 5ml , labu
Larutan Induk Fe(II) 100 ppm ukur yang digunakan 50ml
Larutan standar 10 ppm : cair, tidak
Dipipet 10ml
Dimasukan kedalam labu ukur berwarna, tidak berbau
100ml
Larutan Fe(II) 3ml, 4ml, 5ml, 6ml, 7ml :
Diencerkan hingga tanda batas
Cair, tidak berwarna, tidak berbau
Larutan Standar Fe(II) 10 ppm
Larutan deret standar 3-7 ml masing-masing
(1,2 ; 1,6; 2 ;2,4 ; 2,8)ppm
Larutan Standar Fe(II) 10 ppm + 5ml 1,10-Fenantrolin 0,1% : Cair, berwarna
Dibuat lar.Fe(II) 3ml, 4ml, jingga, tak berbau
5ml, 6ml, dan 7ml + 1ml Hidroksilamin-HCl 5%: Cair, berwarna
Dimasukan kedalam labu jingga, tak berbau
takar 25ml + 8ml CH3COONa 5%: Cair, berwarna
Ditambahkan masing-masing jingga pudar. Berbau khas.
1ml lar Hidroksilamin-HCl + Akuades: Cair, berwarna jingga pudar, tak
5%, 8ml CH3COONa 5%, 5ml berbau
1,10-Fenantrolin 0,1% Wujud pereaksi:
K. Lampiran
CARA PEMBUATAN LARUTAN
1. Pembuatan Larutan Induk Fe(II) 100ppm, 100ml
Massa Fe = 100ppm = 100 mg/L x 0,1 L = 10 mg = 0,01 g
Mr FAs
Massa FAs= x massa Fe
Ar Fe
g
392,14
mol
= x 10 mg
g
56
mol
= 70,025 mg
= 0,070025 g
= 0,07 g
2. Pembuatan Larutan Fe(II) 10 ppm, 100 ml
V larutan Ind x M larutan Ind = V Larutan Standar x M Larutan Standar
V1 x M1 = V2 x M2
100 ml x 10 ppm
V1 =
100 ppm
V1 = 10 ml
3. Pembuatan Larutan Deret Standar
a. Fe(II) 1,2 ppm 25 ml
V1M1 = V2M2
25 ml x 1,2 ppm
V1 =
10 ppm
= 3 ml
b. Fe(II) 1,6 ppm 25ml
V1M1 = V2M2
25 ml x 1,6 ppm
V1 =
10 ppm
= 4 ml
c. Fe(II) 2 ppm 25ml
V1M1 = V2M2
25 ml x 2 ppm
V1 =
10 ppm
= 5 ml
d. Fe(II) 2,4 ppm 25ml
V1M1 = V2M2
25 ml x 2,4 ppm
V1 =
10 ppm
= 6 ml
e. Fe(II) 2,8 ppm 25ml
V1M1 = V2M2
25 ml x 2,8 ppm
V1 =
10 ppm
= 7 ml
4. Pembuatan Larutan Sampel Obat Sangobion
V1M1 = V2M2
50 ml x 10 ppm
V1 =
100 ppm
= 5 ml
PERHITUNGAN
Diket : ABS Sampel = 0,355
Ar Fe = 56 g/mol
Mr Fe Glukonat = 448,156 g/mol
Massa 1 Kapsul = 428,7 mg
ABS = K1C + KO
K1= 0,179496
KO= -0,008796
r2 = 0,9964
Dit :
a) Uji titik 0 pada kurva kalibrasi
b) Menghitung konsentrasi sampel
c) Massa Fe dalam 25ml
d) Massa Fe dalam 250ml
e) Massa Fe dalam 1 kapsul ( dalam 100 mg)
f) Massa Fe glukonat dalam 1 kapsul
g) % Kesalahan
Jawab :
a. Slope (m)
Σ ( x −x' ) ( y− y' )
m= 2
Σ ( x−x ' )
0.3043
¿
1,6
¿ 0.190
b. Intercept (c)
c= y' −m x '
c=0.3 482−( 0.19 0 ) ( 2,0)
c=0.3482−0,380
c=−0,0318
c. Residual sum of square (RSS)
RSS=Σ ¿
RSS=0.0585−¿
RSS=0,00074
d. RSD
RSS
RSD=
√
n−2
0,00074
RSD=
√ 3
RSD=√ 0,00024
RSD=0,0155
e. Untuk kepercayaan 95% interval slope yang dapat diterima, t, untuk n=5 adalah
3.18
RSD
A=m± t
√Σ ¿¿¿
5 x 10−3
A=0.19 0 ±(3.18)
√1,6
A=0.19 0 ±0,039
A1=0,23; A 2=0. 151
Untuk kepercayaan 95% interval intercept yang dapat diterima, t, untuk n=5
adalah 3.18
1
A=c ± tRSD
√ n
+¿ ¿ ¿
1 4
A=−0. 0318± (3.18)( 0,0155)
√ +
5 1,6
Gambar 1 Gambar 2
Instrumentasi UV-Vis Larutan Pereaksi
Gambar 4
Larutan Deret Standar
Gambar 3
Larutan Sampel 2ml dan larutan
blanko
DATA PENGAMATAN
Gambar 1 Gambar 2
Penentuan Panjang Gel Panjang Gel Maksimum
Maksimum 509,0nm pada ABS 0,350
Gambar 4
Gambar 3
Grafik ABS Standar Terhadap
ABS Deret Standar Konsentrasi