Anda di halaman 1dari 17

A.

Tanggal Praktikum
Tanggal Praktikum Awal : 1 Maret 2018
Tanggal Praktikum Akhir : 1 Maret 2018
B. Judul Praktikum
“Penentuan Kadar Fe(II) dalam Sampel Menggunakan Alat Spektroskopi UV-Vis”
C. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat menentukan kadar Fe(II) dalam sampel dengan menggunakan alat
spektrofotometer UV-Vis dan dapat mengoperasikan alat spektrofotometer UV-Vis.
D. Tinjauan Pustaka
Suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan tabung
foton hampa disebut spektrofotometri.
(Khopkar.1990:225)
Spektrofotometri dengan menggunakan pengukuran serapan sinar tampak dan
ultraviolet ditemukna baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif. Untuk
memahami kedua hal tersebut perlu sedikit diketahui apa yang terjadi didalam suatu
zat tersebut menyerap radiasi sinar tampak atau ultraviolet. Seperti yang diketahui
bahwa jika amateri berataraksi dengan sinar elektromagnetik, maka akan terjadi
perpindahan elektrin dalam atom atau molekul, yang setara besarnya dengan energy
radiasi sinar yang berantaraksi. Elektron yang mana yang akan dipindahkan
(ditrasisikan) ke tingkat energy yang lebih tinggi (tingkat tereksitasi) tergantung dan
jenis senyawa penyerapnya (kromofor penyerap).
(Endang Budiasih.1999:13)
Macam-macam senyawa penyerap (kromofor penyerap).
1. Molekul atau ion tidak jenuh dengan ikatan rangkap dua atu tiga.
Pada golongan ini merupakan kelompok senyawa yang mengandung
elektron-elektron yang dap at menyerap radiasi di daerah UV-Vis. Dalam
senyawa tidak jenuh ini terdapat dua jenis ikatan yaitu ikatan π dan ikatan
σ . Ikatan σ lebih kuat dibandingkan ikatan π sehingga eksitasi elektron
akan lebih mudah jika berasal dan electron yang terlibat dalam ikatan π,
elektron-elektron ini akan tereksitasi ke tingkat energu yang lebih tinggi,
misalnya ke π∗¿, jika senyawa yang mengandung ikatan ini menyerap
radiasi UV-Vis. Senyawa-senyawa demikian biasanya disebut kromofor.
(Endang Budiasih.1999:13)
2. Molekul atau ion tak jenuh yang mengandung elektron nonbonding
(elektron n).
Penyerapan sinar UV-Vis pada kelompok ini terjadi pada senyawa yang
mengandung elektron yang terdapat pada salah satu atom yang terlibat
pada pembentukan ikatan rangkap. Pada saat sinar UV-Vis diserap,
electron n akan tereksitasi ke orbital π∗¿ dalam ikatan ganda molekul
tersebut,sehingga transisi yang terjadi adalah n→ π∗¿. (Endang
Budiasih.1999:14)
3. Kromofor berupa ion-ion senyawa kompleks anorganik atau senyawa kelat.
Hampir keseluruhan senyawa-senyawa logam transisi menyerap radiasi di
daerah UV-Vis. Penyeraoan radiasi ini berhubungan dengan perpindahan
(transisi) elektron-elektron d yang dimiliki oleh senyawa tersebut. Pada
prinsipnya elektron yang terdapat pada orbital d yang lebih rendah dapat
meloncat ke orbital d yang lebih tinggi bila ada penyerapan radiasi UV-
Vis. Tentunya besarnya energi radiasi yang diserap tergantung besarnya
perbedaan energy antara dua jenis orbital d tersebut. (besarnya “splitting”
orbital d ini tergantung dari jenis ligan yang masuk). Transisi demikian
disebut dengan transisi d-d. (Endang
Budiasih.1999:15)
Sebagai contoh adalah transisi d-d ini adalah pada ion Fe(H 2O)62+
yang berwarna hijau. Mekanisme transisi yang lain yang sedikit berbeda
terdapat pada senyawa-senyawa kelat (chelates), yang pada umumnya
berwarna. Contoh, misalnya pada senyawa kelat antara Fe2+ denga 1,1 O-
phenantrolin atau Fe(O-fen)3+2. Rumus strukturnya adalah:

Gambar 1. [Fe(O-Phen)3+2]

Nampak bahwa6 pasang elektron dan atom hydrogen donor


terkoordinasikan pada ion Fe2+, sehingga senyawa kelat ekivalen dengan
senyawa ML6+x. Gambaran terjadinya transisi elektron pada senyawa ini
adalah sebagai berikut: Jika sinar dengan panjang gelombang 512nm
diserap oleh senyawa ini, maka satu elektron d misalnya elektron dxy dari
Fe2+, dapat tereksitasi ke orbital π∗¿ yang kosong dalam ikatan tak jenuh
senyawa tersebut. Mekanisme ini juga disebut mekanisme “charge transfer
absorption”. Contoh senyawa-senyawa lain yang menunjukan mekanisme
ini dapat dilihat dalam senyawa serapan kromofor yang mengandung
elektron d.
4. Penyerapan oleh senyawa Aromatik
Spektrum serapan ultraviolet pada senyawa hidrokarbon aromatic
dikarakterisasikan oleh tiga pita serapan yang diakibatkan oleh transisi
π → π∗¿. Gugus substiuen (gugus auksokrom)adalah gugus fungsi yang
tidak menyerap radiasi pada UV, tapi dapat menggeser puncak serapan
kromofor ke panjang gelombang yang lebih tinggi dan juga intensitasnya
akan diperbesar. (Endang
Budiasih.1999:16-17)
Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis adalah panjang
gelombang maksimum (Amax). Hukum Beer menjelaskan perilaku penyerapan yang
mengandung konsentrasi analit yang relative rendah. Pada konsentrasu tinggi (kira-kira
0,01 M), tingkat interaksi zat terlarut atau ikatan hydrogen dapat mempengaruhi
lingkungan analit dan absorptivitasnya. Jarak-jarak antar molekul/ion dalam
penyerapan berkurang sampai pada titik dimana masing-masing partikel mempengaruhi
distribusi muatannya.
Hukum Lambert-Beer : Am = ε ' b c=ε b

Mengikuti hukum Lambert-Beer, hubungan antara Am dengan konsentrasi


tidak lagi linear bila absorbansi molar berbeda, karena perbedaan antara ε ' dan ε
meingkat, penyimpangan dari linear pun meningkat. Jika pita dengan panjang
gelombang yang dipilih untuk pengukuran spektrofotometri sesuai dengan daerah
spectrum absorpsi dimana absorptivitas molar dari analitnya konstan.
(Douglas,A,Skoog.2007:341)

INSTRUMEN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS


 Single Beam
 Double Beam

(Douglas,A,Skoog.2007:352)
Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang
kontinu,monokromator sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu
alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun
perbandingan.
1. Sumber
Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu Wolfram.
Arus cahaya tergantung pada tegangan lampu, i= KV n , i= arus cahaya, V=
tegangan, n= eksponen (3-4npada lampu wolfram). Variasi tegangan masih dapat
diterima 0,2% pada suatu sumber DC, misalnya baterai lampu Hidrogen atau lampu
Deuterium digunakan untuk sumber pada daerah UV. Energy radiasi yang
dibebaskan lampu Wolfram tidak bervariaso pada berbagai panjang gelombang.
2. Monokromator
Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya dapat
berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang
diinginkan dari hasil penguraian ini dapat digunakan celah. Jika celah posisinya
tetap, maka prisma/gratingnya dirotasikan untuk mendapatkan panjang gelombang
yg diinginkan.
3. Sel Absorpsi
Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat
digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel
kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya
adalah 10mm. sel yang biasa digunakan biasanya berbentuk persegi.
4. Detektor
Peranan detector penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang. Syarat ideal sebuah detektor: (1). Mempunyai
kepekaan tinggi, (2). Respon konstan pada berbagai panjang gelombang, (3). Waktu
respon cepat & sinyal minimum tanpa radiasi, (4). Sinyal listrik yang dihasilkan
harus sebanding dengan tenaga radiasi.
(Khopkar.1990:226-227)
Cara kerja spektrofotometer, tempatkan larutan pembanding, misalnya blanko
dalam sel pertama sedangkan larutan yang akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian
pilih fotosel yang cocok 200-650 nm (650-1100nm) agar daerah panjang gelombang
yang diperlukan dapat terliputi. Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup “no”
galvanometer dengan menggunakan tombol dark-current. Pilih yang diinginkan, buka
fotosel dan lewatkan berkas cahaya pada blanko dan “nol’ galvanometer didapat
dengan memutar tombol sensitivitas. Dengan menggunakan tombol transmitasi,
kemudian atur besarnya pada 100%. Lewatkan berkas cahaya. Skala absorbansi
menunjukan absorbansi sampel.
(Khopkar.1990:228)
Keuntungan-keuntungan spektrofotometri UV-Vis untuk keperluan analisa
kuantitatif: dapat digunakan secara luas, kepekaan yang tinggi, keselektipan cukup
baik, ketelitian tinggi, dan tidak sukar dan cepat. (Endang
Budiasih.1999:18-19)
E. Alat dan Bahan Praktikum
Alat:
 Spektofotometer 1 set
 Labu ukur 100ml 1 buah
 Labu ukur 25ml 7 buah
 Labu ukur 50ml 1 buah
 Pipet volune (2-7)ml 1 buah
 Gelas kimia 100ml 1 buah
 Botol semprot 1 buah
 Spatula 1 buah
 Pipet seukuran 10 ml 1 buah
 Batang pengaduk 1 buah
 Kertas saring 3 buah
 Ball pipet 2 buah
Bahan:
 Garam Fe(NH4OH)2SO4 0,0700 gram
 Lar. Hidroksilamin HCl 5% 7 ml
 Lar. 1,10 Fenantrolin 0,1% 35 ml
 Lar. CH3COONa 5% 56 ml
 Akuades Secukupnya
F. Spesifikasi Bahan
NAMA BAHAN SIFAT FISIKA SIFAT KIMIA
Ammonium Besi (II) -Wujud : Padat, berwarna - Mr = 392,14 g/mol
Sulfat, Hexahydrate Hijau, tidak berbau - Stabil
[Fe(NH4OH)2SO4.6H2O] -TL : 110ºC-110ºC - Larut dalam air dingin
1 -Berat Jenis : 1,864 (Air=1) dan air panas
-Kelarutan dalam air : 26,9
g/100ml
BAHAYA PENANGGULANGAN
Iritasi pada mata dan kulit. Mata: cuci dengan air ±15
Berbahaya bila terhirup menit
ataupun tertelan. Kulit: cuci dengan air ±15
menit
Terhirup: cari udara segar
Tertelan: jangan paksa
dimuntahkan
NAMA BAHAN SIFAT FISIKA SIFAT KIMIA
- Wujud: Padat (kristal), - Mr = 69,488 g/mol
Hidrosilamin HCl 5%
tidak berwarna, tidak - Higroskopis
(NH2OH.HCl)
berbau
- TL: 304ºF
- Kelarutan dlm air : 83
g/100ml pada 17ºC
BAHAYA PENANGGULANGAN
Iritasi pada mata dan kulit. Mata: cuci dengan air ±15
Berbahaya bila terhirup menit
ataupun tertelan. Kulit: cuci dengan banyak
air
Terhirup: cari udara segar
Tertelan: jangan paksa
dimuntahkan
NAMA BAHAN SIFAT FISIKA SIFAT KIMIA
- Wujud: Padat, berwarna - Mr: 180,21 g/mol
1,10 Fenantrolin
putih kekuningan/merah - Higroskopis
(o-phenantroline)
muda cerah, tidak berbau - Pengoksidasi kuat
- TL : 117-120ºC
BAHAYA PENANGGULANGAN
Iritasi pada mata dan kulit. Mata: cuci dengan air ±15
Berbahaya bila terhirup menit
ataupun tertelan Kulit: cuci dengan sabun
dan air
Terhirup: cari udara segar
Tertelan: jangan paksa
dimuntahkan
NAMA BAHAN SIFAT FISIKA SIFAT KIMIA
Natrium Asetat - Wujud: Padat, berwarna - Mr: 82,034 g/mol
Sumber: Sciencelab.(2015).Material Safety Data Sheet.[online].Tersedia:http:/www.
sciencelab.com/msds.(10 Mei 2018)
G. Prosedur Kerja Praktikum
Langkah Kerja Pengamatan
 Garam Fe(NH4OH)2SO4.6H2O : Padatan,
Garam Fe(NH4OH)2SO4.6H2O
berwarna putih, tidak berbau.
 Ditimbang ±0,0700 gr
 H2SO4 2M: Cair, tidak berwarna, tidak
 Dilarutkan dalam labu takar
100ml berbau
 Ditambahkan 5ml H2SO4 2M
 Larutan Induk 100ppm : Cair, tidak
(menghindari hidrolisis)
berwarna, tidak berbau
Larutan Induk Fe(II) 100 ppm
 Larutan induk yang digunakan 5ml , labu
Larutan Induk Fe(II) 100 ppm ukur yang digunakan 50ml
 Larutan standar 10 ppm : cair, tidak
 Dipipet 10ml
 Dimasukan kedalam labu ukur berwarna, tidak berbau
100ml
 Larutan Fe(II) 3ml, 4ml, 5ml, 6ml, 7ml :
 Diencerkan hingga tanda batas
Cair, tidak berwarna, tidak berbau
Larutan Standar Fe(II) 10 ppm
 Larutan deret standar 3-7 ml masing-masing
(1,2 ; 1,6; 2 ;2,4 ; 2,8)ppm
Larutan Standar Fe(II) 10 ppm + 5ml 1,10-Fenantrolin 0,1% : Cair, berwarna
 Dibuat lar.Fe(II) 3ml, 4ml, jingga, tak berbau
5ml, 6ml, dan 7ml + 1ml Hidroksilamin-HCl 5%: Cair, berwarna
 Dimasukan kedalam labu jingga, tak berbau
takar 25ml + 8ml CH3COONa 5%: Cair, berwarna
 Ditambahkan masing-masing jingga pudar. Berbau khas.
1ml lar Hidroksilamin-HCl + Akuades: Cair, berwarna jingga pudar, tak
5%, 8ml CH3COONa 5%, 5ml berbau
1,10-Fenantrolin 0,1%  Wujud pereaksi:

Larutan Sampel 1,10-Fenantrolin 0,1% : Cair , tak berwarna,

 Dipipet dan dimasukan tak berbau


kedalam labu takar 25ml Hidroksilamin-HCl 5%: Cair, tak berwarna,
 Ditambahkan pereaksi dengan
tak berbau
jumlah yang sama dengan lar.
Deret standar sebelum CH3COONa 5%: Cair, tak berwarna, berbau
diencerkan
khas
Larutan Standar & Sampel  Sampel (Obat Sangobion) yg sudah
 Didiamkan selama 10 menit
dilarutkan: Cair, tidak berwarna, tidak berbau
Larutan siap pengukuran  Sampel diambil sebanyak ±2ml
 Sampel+pereaksi : Cair, berwarna jingga
Larutan Standar 2ppm pudar, berbau khas.
 Dilakukan pengukuran  Larutan blanko terdiri dari 3 pereaksi dengan
absorban pada panjang jumlah yang sama seperti pada lar.deret dan
gelombang: 400-600 nm
(jarak rentang 10nm, setelah ditambah akuades sampai tanda batas
mendekati panjang gelombang  Larutan Blanko: Cair, tak berwarna, berbau
max, perkecil rentangnya)
khas
Panjang Gelombang
Max diketahui  Panjang gelombang max: 509,0nm
 Larutan deret standar :
Larutan deret standar & sampel Konsentrasi ABS
 Dilakukan pengukuran 0 0
serapan pada panjang 1,2 0,2
gelombang maximum 1,6 0,276
 Dibuat kurva kalibrasi antara 2 0,333
konsentrasi dan serapan deret 2,4 0,427
standar 2,8 0,505
 Diencerkan sampel, bila
serapan berada diluar rentang
deret standar
Pengukuran diketahui
 Dilakukan perhitungan hasil
analisis
Data Perhitungan Diperoleh

H. Hasil dan Analisis Data


Pada praktikum “Penentuan Kadar Fe(II) Dalam Sampel Menggunakan Alat
Spektroskopi UV-Vis” bertujuan untuk menentukan kadar Fe(II) dalam sampel dengan
menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis dan dapat mengoperasikan alat
Spektrofotometer UV-Vis dengan prinsip yang mendasarinya yaitu berdasarkan
Hukum Lambert Beer yaitu bila cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan)
maka sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian dipantulkan dan sebagian lagi
dipancarkan. Adapun prinsip kerja dari spektrofotometer UV-Vis adalah interaksi
yang terjadi antara energy yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan
materi yang berupa molekul. Besar energi yang diserap tertentu dan menyebabkan
elektrontereksitasi dari keadaan dasar ke keadaan yang memiliki energy yang lebih
tinggi. Spektrofotometer UV-Vis itu sendiri merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur transmitansi, reflektansi, dan absorbansi dari cuplikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang.
Pada percobaan pertama yang dilakukan yaitu pencampuran larutan standar
dengan larutan sampel, larutan standar yang digunakan yaitu larutan standar Fe(II)
10ppm yang berwujud cair, tidak berwarna, tidak berbau. Pembagian larutan standar
dibagi mennjadi 5 bagian dengan volume dan konsentrasi yang berbeda yaitu 3ml
dengan 1,2ppm ; 4ml dengan 1,6ppm; 5ml dengan 2ppm; 6ml dengan 2,4ppm; dan
yang terakhir 7ml dengan 2,8ppm. Larutan standar ini terbuat dari larutan induk yang
dimana hasil pelarutan garam rangkap Fe(NH4OH)2SO4.6H2O dan air dalam labu takar
100ml. larutan Fe (induk) yang dibuat tergolong garam rangkap yang paling stabil
dibandingkan garam rangkap lainnya seperti FeCl3 dan Fe(NO3)2. Untuk mengetahui
pengukuran panjang gelombang maksimum pada deret standar dan sampel, adanya
penambahan 5ml 1,10-fenantrolin 0,1%, 1ml Hidroksilamin-HCl 5%, dan 8ml
CH3COONa 5% yang dimana semuanya mempunyai fungsi masing-masing yaitu
Hidroksilamin-HCl 5% untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ supaya lebih stabil karena
Fe2+ lebih stabil dibandingkan Fe3+, 1,10-fenantrolin 0,1% supaya terbentuk larutan
kompleks berwarna sehingga dapat dianalisis spektrofotometer UV-Vis, sedangkan
penambahan CH3COONa 5% yang merupakan larutan buffer yaitu untuk menjaga pH
larutan standar. Sedangkan penambahan akuades dilakukan untuk melakukan
pengenceran sampai tanda batas labu takar 25ml. Wujud larutan pada deret standar
adalah cair, berwarna jingga pudar, tak berbau.
Pembuatan larutan blanko dilakukan dengan penambahan sampel yang
merupakan obat sangobion yang sudah dilarutkan dengan pereaksi , pereaksi yang
digunakan sama seperti perekasi pada larutan deret standar yaitu Hidroksilamin-HCl
5%, 1,10-fenantrolin 0,1%, dan CH3COONa 5%, H2SO4, dan ditambah dengan
akuades samapi tanda batas. Larutan blanko merupakan larutan selain analit yang akan
dianalisis. Larutan blanko memiliki wujud cair, tak berwarna, dan berbau khas.
Kemudian semua larutan deret standar dan larutan blanko dilakukan pengukuran
dengan menggunakan instrumentasi spektrofotometer UV-Vis untuk menentukan
panjang gelombang maksimum. Berdasarkan hasil pengukuran menggunakan
spektrofotometer UV-Vis diperoleh panjang gelombang maksimum sebesar 509,0 nm
dengan nilai absorbansi masing masing sebesar 0 (lar.blanko), 0,2 (1,2ppm), 0,276
(1,6ppm), 0,333(2ppm), 0,427(2,4ppm), 0,505(2,8ppm). Berdasarkan hasil
perhitungan analisis data untuk uji titik 0 pada kurva kalibrasi diperoleh nilai
Absorbansi 1 sebesar 0,0492 dan Absorbansi 2 sebesar -0,1128 , untuk konsentrasi
sampel diperoleh sebesar 1,9153 mg/L , perhitungan massa Fe dalam 25 diperoleh
sebesar 5,9853125 mg, sedangkan massa Fe dalam 1 kapsul (dlm 100mg) diperoleh
sebesar 25,6590346 mg, dan massa Fe glukonat dalam 1 kapsul yaitu sebesar
205,3435 mg dengan %kesalahan sebesar 18%.
Faktor kesalahan yang mungkin terjadi yaitu pada saat penambahan masing
masing pereaksi tidak sesuai dengan volume pada prosedur dan pada saat melakukan
pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis yang kurang steril dan bersih terutama
pada tabung sampel , dan peletakan tabung sampel yang salah dimana seharusnya
bagian yang terang harus menghadap sumber sinar sedangkan bagian yang sedikit
buram menghadap sebaliknya.
I. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum “Penentuan Kadar Fe(II) dalam Sampel Menggunakan
Alat Spektroskopi UV-Vis” yang bertujuan untuk menentukan kadar Fe(II) dalam
sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis dan dapat
mengoperasikan alat spektrofotometer UV-Vis, dengan prinsip yang mendasarinya
yaitu berdasarkan Hukum Lambert Beer yaitu bila cahaya monokromatik melalui
suatu media (larutan) maka sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian dipantulkan
dan sebagian lagi dipancarkan. Dari praktikum ini diperoleh hasil nilai Absorbansi
sampel sebesar 0,335 dan kadar Fe(II) dalam sampel obat sebesar 1,9158 ppm serta
massa Fe(II) dalam obat sangobion sebesar 205,3435 mg.
J. Daftar Pustaka
Budiasih,Endang.(1999).Individual Textbook Analisis Instrumentasi.Bandung:
Departemen Pendidikan Kimia UPI
Khopkar.(1990).Analisis Kuantitatif.Jakarta:Erlangga
Skoog,A,Douglas.(2007).Principles of Instrumental Analysis.USA:Thomson Higher
Education

K. Lampiran
CARA PEMBUATAN LARUTAN
1. Pembuatan Larutan Induk Fe(II) 100ppm, 100ml
 Massa Fe = 100ppm = 100 mg/L x 0,1 L = 10 mg = 0,01 g
Mr FAs
 Massa FAs= x massa Fe
Ar Fe
g
392,14
mol
= x 10 mg
g
56
mol
= 70,025 mg
= 0,070025 g
= 0,07 g
2. Pembuatan Larutan Fe(II) 10 ppm, 100 ml
V larutan Ind x M larutan Ind = V Larutan Standar x M Larutan Standar
V1 x M1 = V2 x M2
100 ml x 10 ppm
V1 =
100 ppm
V1 = 10 ml
3. Pembuatan Larutan Deret Standar
a. Fe(II) 1,2 ppm 25 ml
V1M1 = V2M2
25 ml x 1,2 ppm
V1 =
10 ppm
= 3 ml
b. Fe(II) 1,6 ppm 25ml
V1M1 = V2M2
25 ml x 1,6 ppm
V1 =
10 ppm
= 4 ml
c. Fe(II) 2 ppm 25ml
V1M1 = V2M2
25 ml x 2 ppm
V1 =
10 ppm
= 5 ml
d. Fe(II) 2,4 ppm 25ml
V1M1 = V2M2
25 ml x 2,4 ppm
V1 =
10 ppm
= 6 ml
e. Fe(II) 2,8 ppm 25ml
V1M1 = V2M2
25 ml x 2,8 ppm
V1 =
10 ppm
= 7 ml
4. Pembuatan Larutan Sampel Obat Sangobion
V1M1 = V2M2
50 ml x 10 ppm
V1 =
100 ppm
= 5 ml

PERHITUNGAN
Diket : ABS Sampel = 0,355
Ar Fe = 56 g/mol
Mr Fe Glukonat = 448,156 g/mol
Massa 1 Kapsul = 428,7 mg

ABS = K1C + KO

K1= 0,179496
KO= -0,008796
r2 = 0,9964
Dit :
a) Uji titik 0 pada kurva kalibrasi
b) Menghitung konsentrasi sampel
c) Massa Fe dalam 25ml
d) Massa Fe dalam 250ml
e) Massa Fe dalam 1 kapsul ( dalam 100 mg)
f) Massa Fe glukonat dalam 1 kapsul
g) % Kesalahan
Jawab :

a). Uji titik 0 pada kurva kalibrasi

a. Slope (m)

Σ ( x −x' ) ( y− y' )
m= 2
Σ ( x−x ' )
0.3043
¿
1,6
¿ 0.190
b. Intercept (c)

c= y' −m x '
c=0.3 482−( 0.19 0 ) ( 2,0)
c=0.3482−0,380
c=−0,0318
c. Residual sum of square (RSS)

RSS=Σ ¿

RSS=0.0585−¿

RSS=0,00074

d. RSD
RSS
RSD=

n−2
0,00074
RSD=
√ 3
RSD=√ 0,00024
RSD=0,0155

e. Untuk kepercayaan 95% interval slope yang dapat diterima, t, untuk n=5 adalah
3.18
RSD
A=m± t
√Σ ¿¿¿
5 x 10−3
A=0.19 0 ±(3.18)
√1,6
A=0.19 0 ±0,039
A1=0,23; A 2=0. 151

Untuk kepercayaan 95% interval intercept yang dapat diterima, t, untuk n=5
adalah 3.18

1
A=c ± tRSD
√ n
+¿ ¿ ¿

1 4
A=−0. 0318± (3.18)( 0,0155)
√ +
5 1,6

A=−0.0 318 ±(5,225)( 0,0155)

A=−0.0 318 ±0.0 81

A1=0,0492; A2 =−0. 1128

b). Menghitung konsentrasi sampel


|−K|0 0.3 35+ 0.00 8796
C= C=
K1 0.179496

C=1.9 153 ppm


C = 1,9153 mg/L
c). Massa Fe dalam 25ml
mFe = 25/100 L x 1,9153 mg/L
= 0,0478825 mg
d). Massa Fe dalam 250ml
mFe = 250 ml/2 ml x 0,478825 mg
= 5,9853125 mg
e). Massa Fe dalam 1 kapsul (dalam 100 mg)
mFe = 428,7 mg/ 100mg x 5,9853125 mg
= 25,6590346 mg
f). Massa Fe Glukonat dalam 1 kapsul
mFe = 448,156 g/mol /56 g/mol x 25,6590 mg
= 205,34347 mg
= 205,3435 mg
g). % Kesalahan
% Kesalahan = 250 mg – 205 mg / 250 mg x 100%
= 18 %
DOKUMENTASI

Gambar 1 Gambar 2
Instrumentasi UV-Vis Larutan Pereaksi

Gambar 4
Larutan Deret Standar

Gambar 3
Larutan Sampel 2ml dan larutan
blanko
DATA PENGAMATAN

Gambar 1 Gambar 2
Penentuan Panjang Gel Panjang Gel Maksimum
Maksimum 509,0nm pada ABS 0,350

Gambar 4
Gambar 3
Grafik ABS Standar Terhadap
ABS Deret Standar Konsentrasi

Anda mungkin juga menyukai