SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE
Dosen Pengampu :
Dr. Apt. Mira Andam Dewi, M.Si
Kelompok 2 :
1. Amanda Arifianti Essen (2250411007)
2. Dismayana Anggita Rosti (2250411008)
3. Ariaci Mandala Putri (2250411015)
4. Fadhlur Rohmansyah (2260411002)
5. Elza Reihana (2250411008)
6. Arta Arum (2250411011)
1. Pendahuluan
Dalam analisis kimia dikenal berbagai macam cara untuk mengetahui data kualitatif dan
kuantitatif baik yang menggunakan suatu peralatan optik (instrumen) ataupun dengan
cara basah. Alat instrumen biasanya dipergunakan untuk menentukan suatu zatberkadar
rendah, biasanya dalam satuan ppm (part per million) atau ppb (part per billion). Salah
satu metode sederhana untuk menentukan zat organik dan anorganik secara kualitatif
dan kuantitatif dalam contoh air laut, yaitu dengan metode Spektrofotometri Ultra-violet
dan Sinar Tampak. Prinsip kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi
oleh suatu larutan. Jumlah cahaya atau energi radiasi yang diserap memungkinkan
pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif.
Pada spektrofotometri UV-Vis ada beberapa istilah yang digunakan terkait dengan
molekul, yaitu kromofor, auksokrom, efek batokromik atau pergeseran merah, efek
hipokromik atau pergeseran biru, hipsokromik, dan hipokromik. Kromofor adalah
molekul atau bagian molekul yang mengabsorbsi sinar dengan kuat di daerah UV-Vis,
misalnya heksana, aseton, asetilen, benzena, karbonil, karbondioksida,
karbonmonooksida, gas nitrogen. Auksokrom adalah gugus fungsi yang mengandung
pasangan elektron bebas berikatan kovalen tunggal, yang terikat pada kromofor yang
mengintensifkan absorbsi sinar UV-Vis pada kromofor tersebut, baik panjang
gelombang maupun intensitasnya, misalnya gugus hidroksi, amina, halida, alkoksi
(Suhartati, 2017).
1
2. Definisi Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah metode pengukuran kuantitatif yang didasarkanpada pengukuran
absorbansi (penyerapan) radiasi gelombang elektromagnetik. Seperti namanya, spektrofotometri ini
merupakan gabungan dari spectrometer dengan fotometer. Spektrometer merupakan alat yang
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer
merupakan alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsikan. Alatnya
disebut spektrofotometer. Spektrofotometer adalah instrument yang digunakan untuk mengukur
jumlah cahaya yang diserap atau intensitas warna sesuai dengan Panjang gelombang. Dengan
pengukuran kuantitatif dari cahaya yang diserap terukur dalam bentuk transmitansi dan
absorbansi.
Spektrofotometri UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang menggunakan sumber radiasi
elektromagnetik ultraviolet dekat(200-400nm) dansinar tampak (400-800nm) dengan menggunakan
instrument fotometer. Serapan cahaya UV atau cahaya visible mengakibatkan transisi
elektronik yaitu elektron akan tereksitasi dari keadaan dasar ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Eksitasi elektron-elektron ini, direkam dalam bentuk spektrum yang dinyatakan
sebagai panjang gelombang dan absorbansi, sesuai dengan jenis elektron- elektron yang
terdapat dalam molekul yang dianalisis. Makin mudah elektron-elektron bereksitasi
makin besar panjang gelombang yang diabsorbsi, makin banyak elektron yang
bereksitasi, makin tinggi absorban.(Suhartati, 2017).
2
sering digunakan untuk mengidentifikasi spesies molekuler dengan cara
membandingkan spektra sampel dengan spektra standar atau literatur yang telah
diketahui.
Spektrofotometer UV-Vis pada umumnya digunakan untuk:
i. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonyugasi dan ausokrom dari
suatu senyawa organik.
ii. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang maksimum
suatu senyawa.
iii. Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif dengan menggunakan
hukum Lambert-Beer.(Suarsa, 2015)
4. Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari spektroskopi UV-Vis adalah ketika ada sumber sinar berupa cahaya
uv-vis (monokromatik) diteruskan melalui suatu media (larutan bewarna) yang
merupakan suatu sampel, maka sebagian cahaya tersebut ada yang diserap, dipantulkan
dan ada yang diteruskan. Cahaya yang diserap tersebut akan menyebabkan elektron
terekstasi dari keadaan dasar ke keadaan yang memiliki energi yang lebih tinggi.
Serapan sinar ini tidak terjadi pada semua struktur. Tetapi, hanya terjadi pada sistem
terkonjugasi yang memiliki ikatan phi atau gugus kromofor, gugus ausokrom (gugus
yang memiliki vibrasi yang besar karena adanya pasangan elektron bebas) contohnya
adalah -OH, -NH2, -SH, dan lain-lain. Karena memiliki vibrasi yang besar, maka jika
terikat dengan gugus kromofor, dia akan menyebakan pergeseran serapan kearah
panjang gelombang yang lebih besar dan meningkatkan intensitas puncak serapan.
Sedangkan, cahaya yang tidak diserap atau diteruskan akan muncul sebagai nilai
transmitansi. Sehingga, hasil pengukuran spektroskopi UV-Vis akan disajikan dalam
bentuk spektra serapan atau transmitansi. Bentuk spektra pita serapan UV-Vis suatu
molekul cenderung berbentuk bukit atau parabola terbalik, berbeda dengan bentuk
spektra atom yang berbentuk garis-garis. Hal ini dikarenakan transisi elektronik yang
terjadi memiliki perbedaan energi yang tidak terlalu besar. Contohnya transis
3
yang kecil. Sehingga, bentuk transisi akan digambarkan seperti himpunan garis-
garis yang berdekatan. Adanya himpunan garis-garis yang berdekatan itulah yang
menyebabkan terbentuknya spektra pita serapan yang berbentuk bukit melandai
lebar atau parabola terbalik.
5. Teori Singkat
5.1. Spektrofotometri UV-Visibel
Dasar analisis pada sinar UV adalah senyawa harus memiliki kromofor dan
ausokrom. Kromofor adalah bagian molekul yang bertanggung jawab pada
penyerapan cahaya. Sedangkan auksokrom adalah gugus fungsi yang
mengandung pasangan elektron bebas berikatan kovalen tunggal, yang terikat
pada kromofor. Syarat suatu senyawa dapat dianalisis dengan sinar visibel
dasar analisisnya selain harus memiliki gugus kromofor dan auksokrom yaitu
secara visual harus berwarna, Dimana warna tersebut bisa dibentuk karena
memiliki kromofor yang panjang dan dapat membentuk kompleks dengan
logam. Hubungan antara warna pada sinar tampak dengan panjang gelombang
yaitu
4
Spektrofotometri ini tidak terlepas dari hokum Lambert-Beer (Beer’s Law).
Jumlah relatif panjang gelombang cahaya yang terabsorpsi ketika melewati sampel
tergantung pada:
a. Jarak yang ditempuh sinar ketika melewati sampel (ukuran kuvet = b)
b. Jumlah senyawa kimia dalam sampel yang mengabsorpsi sinar (konsentrasi
analit = C
c. Kemampuan sampel mengabsorpsi sinar (molar absorptivity = ℇ
A = ℇ. b .C
Jumlah relatif cahaya yang melewati sampel dikenal dengan istilah transmitan(T)
Absorban (A) adalah jumlah relatif cahaya terabsorpsi oleh sampel dan
berhubungan dengan transmitan (T)
5
Gambar 1. Beberapa istilah perubahan spektrum UV-Vis yang berkaitan
dengan panjang gelombang dan intensitas absorbsi
6
Untuk mendapatkan spektrum UV-Vis yang baik perlu diperhatikan pula
konsentrasi sampel. Hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi akan
linier (A≈C) apabila nilai absorbansi larutan antara 0,2-0,8 (0,2 ≤ A < 0,8)
atau sering disebut sebagai daerah berlakunya hukum Lambert-Beer dengan
lebar sel 1 cm (Suhartati, 2017).
7
Gambar 2. Tipe transisi elektronik dalam molekul organik
8
orbital phi yang diperlukan. Jenis transisi ini merupakan transisi yamg
paling cocok untuk analisis, sebab sesuai dengan panjang gelombang
antara200-700 nm.
9
6. Cara Kerja Spektrofotometer UV-Vis
Adapun cara kerja alat ukur spektrofotometer UV VIS adalah sebagai berikut:
1. Penyerapan Cahaya
Alat ukur ini bekerja dengan cara penyerapan cahaya. Pertama-tama, ketika
cahaya dengan gelombang panjang atau cahaya polikromatis terkena sebuah
zat, maka cahaya tersebut akan terserap.
10
3. Pengukuran Konsentrasi Sampel
Setelah perpindahan terjadi, maka proses selanjutnya adalah pengukuran
konsentrasi sampel. Anda bisa melihat adanya zat di dalam sampel
mendapat sinar dari cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda.
Sedangkan cahaya yang telah melewati zat, tidak akan bisa Anda ukur. Hal
yang bisa Anda ukur hanya perbandingan cahaya datang dan cahaya setelah
melewati materi atau sampel.
7. Komponen Spektrofotometer
Komponen alat spektrofotometer terdiri dari sumber sinar, monokromator,
kuvet, detektor dan rekorder (meter). Cahaya putih dari sumber sinar akan
dilewatkan melalui monokromator sehingga sinar mempunyai panjang
gelombang tertentu. Radiasi yang keluar akan difokuskan pada detektor yang
mengubah radiasi menjadi sinyal-sinyal listrik (Skoog et all, 2007).
A. Sumber Sinar
11
Sumber radiasi atau lampu pada kenyataanya merupakan dua lampu yang
terpisah yang secara bersama-sama mampu menjangkau keseluruhan daerah
spektrum ultraviolet dan sinar tampak. Persyaratan sumber yang digunakan
dalam spektrofotometri adalah intensitas emisi yang cukup tinggi di wilayah
spektral tertentu, stabilitas jangka pendek dan distribusi spasial dari emisi
yang seragam (Wardani, 2013).
a) Lampu deuterium, dipakai pada daerah panjang gelombang 190 nm
sampai 380 nm ( daerah dekat ultra violet ), karena pada rentangan
panjang gelombang tersebut radiasi deuterium memberikan spektrum
energi radiasi lurus, umur sumber radiasi deuterium sekitar 500 jam
pemakaian.
b) Lampu tungsten, merupakan campuran dari filamen tungsten dan gas
iodin (halogen), oleh sebab itu disebut sebagai sumber radiasi tungsten-
iodine, dipakai pada daerah pengukuran 350-2000 nm. Pada daerah
tersebut sumber radiasi tungsten-iodine memberikan energi radiasi
sebagai garis lengkung yang cocok untuk kolorimetri. Umur pemakaian
sekitar 1000 jam pemakaian (Gandjar dan Rohman, 2012).
c) Lampu xenon, dipakai pada daerah 200 sampai 1000 nm. Lampu xenon
akan mempunyai kepekaan yang optimum pada 500 nm (Skoog et al,
2007).
B. Monokromator
Monokromator berfungsi menguraikan berkas radiasi dari sumber yang
kontinue menjadi sinar yang monokromatis (panjang gelombang tunggal).
Unsur penting sebuah monokromator adalah sisten cekah dan sistem
dispersif. Radiasi dari sumber difokuskan ke celah masuk kemudian
dikumpulkan oleh sebuah lensa sehingga sinar paralel jatuh pada unsur
dispersi yang merupakan sebuah prisma. Dengan pemutaran prisma,
bermacam bagian spektrum yang dihasilkan oleh unsur dispersi difokuskan
ke celah keluar menuju ke sel blanko (Mulja dan Suharman, 1995).
12
Monokromator terdiri dari :
a) Filter optik, berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga
cahaya tampak yang diteruskan merupakan cahaya yang berwarna sesuai
warna filter optik yang digunakan, filter optik yang baik berdasarkan
interfensi cahaya-cahaya yang saling menguatkan (interfrensi
konstruktif) atau interferensi cahaya-cahaya yang saling meniadakan
(interferensi desktuktif)
b) Prisma, merupakan suatu lempen kuarsa yang membiasakan sinar yang
melaluinya. Banyak pembiasan tergantung dengan panjang gelombang
sinar, dengan demikian sinar putih dapat terpecah ke dalam warna
penyusun
c) Kisi difraksi, merupakan kepingan kecil gekas bercermin yang
didalamnya terdapat sejumlah garis yang berarak sama yang terpotong-
potong, beberapa ribu per milimeter kisi, untuk memberikan struktur
yang nampak seperti sisir kecil (Gandjar dan Rohman, 2012).
13
yang dipakai. Kuvet bahan gelas umum digunakan pada 300-1000 nm,
biasanya memiliki panjang 0.1 – 4 cm sering digunakan untuk visibel
bersama dengan bahan kaca, untuk sinar UV biasa menggunakan bahan
kwarsa dengan rendan 190-1000 nm. Kuvet yang baik harus memenuhi
beberapa syarat sebagai berikut ;
a) Permukaanya harus sejajar secara optis
b) Tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat di transmisikan
c) Tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia
d) Tidak rapuh serta bentuknya sederhana
(Wardani, 2013).
D. Detektor
Pada dasarnya detektor menyerap sinar yang jatuh padanya dan mengubah
energi itu menjadi suatu energi yang dapat diukur. Detektor harus
menghasilkan isyarat yang mempunyai hubungan kuantitatif dengan
intensitas sinar. Noise suatu detektor ialah isyarat latar belakang yang timbul
dalam detektor bila tidak ada intensitas sinar dari sampel yang sampai pada
detektor.
14
beberapa persyaratan untuk detektor :
E. Rekorder
Fungsi rekorder adalah untuk mengubah panjang gelombang hasil deteksi
dari detektor yang diperkuat oleh amplifier menjadi radiasi yang ditangkap
detektor kemudian diubah menjadi sinyal-sinyal listrik dalam bentuk
spektrum. Spektrum tersebut selanjutnya dibawa ke monitor sehingga dapat
dibaca dalam bentuk transmitan.
15
8. Analisis Kuantitatif Dan Kualitatif Spektrofotometri Uv-Visible
Metode eksploitasi spektrum serapan yang berbeda memiliki fungsi dan
kegunaan spektrofotometri uv-vis yang berbeda juga. Jika metode kuantitatif
berdasarkan penggunaan hukum Beer-Lambert, contohmya simple
absorptiometry, prosedur multi komponen, dan lain lain. Metode kualitatif
dapat digunakan namun lebih jarang.
Jumlah
spektrum UV
Spektrum Perbandingan TI
Derivatif Langsung Tersembunyi
16
8.1.1. Transformasi Spektrum Tunggal
Sebelum mempertimbangkan tes kualitatif yang lebih kompleks,
seperti berdasarkan penggunaan sinyal derivative ada kalanya
mengetahui transformasi sederhana dalam ‘visualisasi’ terhadap
respon UV.
A. Spektrum Warna
Tes paling sederhana didasarkan pada eksploitasi spektrum UV pada
tiga panjang gelombang yang dipilih karena signifikansinya. 210 nm
menandakan keberadaan nitrat, 240 nm menandakan adanya
pemisahan matriks organic terlarut dan padatan tersuspensi, 320 nm
menandakan hanya ada kandungan padatan tersuspensi. Berdasarkan
nilai absorban, kode nilai, dan warna dapat memberikan klasifikasi
sederhana dan estimasi dari parameter utama.
B. Spektrum Derivatif
17
kurva sehingga memberikan informasi mengenai struktur dengan
bentuk yang lebih baik. Hal ini memungkinkan karakterisasi senyawa
yang lebih baik atau menunjukkan deformasi karena adanya senyawa
asing. Penggunaan spektrum derivative menyingkirkan pengaruh
yang tidak diinginkan dari media keruh.
18
Gbr. Spektrum asam urat dan spektrum derivative (turunan pertama,
kedua, dan ketiga) dikalkulasikan dengan beberapa langkah diferensiasi
(2, 5, 10, 20, dan 30 nm). Sebagai contoh d2s10 merupakan spektrum
turunan kedua dari tahap diferensiasi 10 nm.
C. Faktor Bentuk
Karakterisasi dari struktur spektrum sangat penting terhadap
keberadaan titik puncak dan titik landau yang berhubungan dengan
adanya satu atau banyak kandungan serapan. Dalam mengkuantifikasi
zat, rasio Panjang gelombang puncak, contohnya, antara nilai turunan
kedua dan hubungan terhadap serapan memiliki ketertarikan. Pemilihan
turunan kedua sangat jelas dipilih untuk menghindari gangguan
serapan. Nilai serapan meminimalisir efek konsentrasi zat yang
terkandung.
Faktor bentuk didefinisikan pada setiap panjang gelombang terhadap
puncak atau landai dengan:
FB =
Dimana D(λ) adalah nilai dari turunan kedua yang terukur pada
Panjang gelombang λ, A(λ) adalah nilai absorban yang terukur pada
Panjang gelombang λ dan H yang sama, dan lebar pada setengah
ketinggian puncak (perbedaan Panjang gelombang yang diukur dari
spektrum turunan kedua). Dengan mempertimbangkan nilai turunan
19
kedua dan tanda (negatif pada puncak), rasio awal diubah menjadi (*(-
100)).
20
mensubtrasi spektrum dari hal lain (contoh: perbedaan nilai absorban
terhadap masing-masing panjang gelombang), dapat diperoleh hasil
yang relevan.
21
Gbr. Perbandingan secara langsung dari nilai absorban.
C. Normalisasi
Ketika bentuk spektrum bervariasi antara satu spektrum dengan
spektrum lainnya, maka langkah normalisasi dilakukan dengan melintasi
spektrum. Dapat dilihat pada gambar di bawah.
22
Gbr. Normalisasi dari spektrum dengan bentuk yang berbeda.
23
Gbr. Kandungan pembuangan limbah air pada sugai menunjukkan titik
isosbestik.
B. TI Tersembunyi
Kebanyakan, tidak ada titik isosbestik yang muncul pada sekumpulan
spektrum sampel. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti
faktor fisikokimia (sedimentasi, praesipitasi, oksidasi, dan lain-lain).
Namun langkah normalisasi dapat menggiring munculnya setidaknya
satu titik isosbestik yang terdapat dalam sekumpulan spektrum. Titik
tersebut dinamakan TI tersembunyi.
Gbr. Bentuk spektrum awal (kiri), dan normalisasi (kanan) dari limbah air
menunjukkan adanya TI tersembunyi.
24
8.2. Metode Kuantitatif
Kepentingan utama penggunaan spektrofotometri UV-Visible adalah untuk
tujuan analitik. Pada awalnya, metode analisis berdasarkan penggunaan atau
colorimetry, dengan reagen spesifik dan visual atau deteksi fotometrik dari
pewarnaan larutan akhir. Kemampuan analitikal meningkat dengan adanya
deteksi spektrofotometri akhir, dimana lebih sensitive dan akurat apabila
peneliti mampu bekerja menngunakan panjang gelombang. Semua metode
tersebut, bekerja dengan analisis sau kandungan dalam larutan, berdasarkan
hukum Beer-Lambert.
25
penggunaan standard. Terkadang matriks standar sedikit berbeda
dengan sampel yang dianalisis. Hal tersebut memberikan kesalahan
determinasi yang besar (sebagai contoh, formasi kompleks binary dan
ternary terhadap kehadiran ligan di dalam matriks). Apabila muncul
gambaran nilai absorban dibandingkan dengan konsentrasi,
ekstrapolasi terhadap zaero absorban dapat diterapkan terhadap
penghitungan konsentrasi analit.
B. Dua Analit
METODE DUA PANJANG GELOMBANG spektrum yang beririsan
pada campuran sampel merupakan limitasi yang terpenting terhadap
metode spektrofotometri dimana salah satu komponen terpisah pada
jangkauan UV-Visible. Saat dua analit harus dideterminasi dalam
larutan yang sama, dua panjang gelombang yang berbeda harus
dipilih agar satu analit tidak mengganggu perhitungan yang lainnya.
Hubungan umum antara dua konsentrasi yang harus dideterminasi
dan nilai absorban yang terukur menggunakan:
C1, C2 = f (A1 A2)
Apabila 2 jenis memberikan spektrum yang beririsan, maka
persamaan dapat berupa:
26
Metodologi ini memiliki beberapa kekurangan, seperti hanya dua data
eksperimen saja yang diperoleh pada dua panjang gelombang yang
berbeda. Metode ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk
menyelesaikan N komponen dengan membuat pengukuran pada
banyak panjang gelombang, metode tersebut belum diterapkan lebih
dari dua komponen karena akurasinya menurun tajam seiring dengan
meningkatnya jumlah determinan yang terlibat. Ketepatan metode
yang disebutkan di atas dalam resolusi campuran multikomponen
dapat meningkat dengan melakukan pengukuran pada panjang
gelombang yang lebih banyak.
Untuk panjang gelombang tertentu λi,
standard (S1 dan S2) pada panjang gelombang λ 1 . CS1, CS2, C1, C2
adalah konsentrasi standard dan komponen campuran.
C. Metode Multikomponen dengan Regresi Multilinier
Secara teori, jika tidak ada interferensi dalam larutan, generalisasi
dari hubungan aditif dapat diterapkan, memberikan efek matriks, dan
keterlibatan interaksi kimia dapat diabaikan.
27
a. Standard tunggal atau rata-rata
b. Beberapa standard dari komponen dan campurannya
c. Metode generalisasi adisi multiple standard
28
memungkinkan setiap variasi dapat dikoreksi dari garis dasar karena
efek matriks.
D. Kompensasi Polinominal terhadap Gangguan
Cara lain untuk mengkompensasi efek interferensi adalah dengan
memodelkannya respon optik dengan fungsi matematika sederhana,
f(λ), dapat dijelaskan nilai absorban terukurnya dengan rumus
29
Gbr. Contoh spektrum referensi, normalisasi (ref 1: zat organic terdisolusi,
ref 2: koloid, ref 3: padatan tersuspensi, ref 4: nitrat, ref 5: surfaktan).
30
9. Riview Jurnal
1. Jurnal 1 : Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Metabolit Sekunder Ekstrak Etanol
Buah Okra (Abelmoschus esculentus L. Moench) dengan Metode Spektrofotometri
UV-Vis
Uji kualitatif yang dilakukan, meliputi uji alkaloid, flavonoid, saponin dan
tannin menggunakan pereaksi yang sesuai dengan parameter uji, sedangkan
untuk uji kuantitatif menggunaklan metode spektrovotometri UV-Vis.
31
Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah Okra positif
mengandung alkaloid ditandai dengan adanya endapan jingga, flavonoid
ditandai dengan terbentuknya warna kuning jingga, saponin ditandai dengan
adanya busa yang stabil, dan tanin ditandai dengan adanya warna hitam.
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Metabolit Sekunder Ekstrak Etanol Buah
Okra (Abelmoschus esculentus L. Moench) dengan Metode
Spektrofotometri UV-Vis.
Pembahasan
Hasil uji kualitatif pada ekstrak etanol buah Okra diperoleh hasil
positif mengandung alkaloid pada uji Dragendorff yang ditandai dengan
terbentuknya endapan kalium alkaloid. Pereaksi Dragendorff dibuat dari
hasil pencampuran bismut nitrat dengan HCl. Penggunaan nitrogen pada uji
alkaloid dengan Dragendorff ditujukanuntuk membentuk ikatan
kovalen koordinat dengan ion logam K+.
32
0,00215730;R2 =0,999. Berdasarkan pesamaan regresi tersebut,
dilakukan perhitungan kadar total flavonoid ekuivalen kuersetin pada
sampel, diperoleh kadar total flavonoid ekuivalen kuersetinuntuk ekstrak
etanol buah Okra adalah 2,79 mg/gram.
2. Jurnal 2 : Analisa Kualitatif dan Kuantitatif Vitamin C Pada Buah Pepaya Dengan
Metode Spektrofotometri UV-Vis
33
nilai absorbansi sampel pada persamaan regresi linier kurva kalibrasi
vitamin C, kemudian dihitung kadar vitamin C pada sampel.
Pembahasan
Dari penelitian yang telah dilakukan pada beberapa varian buah pepaya
dengan metode spektrofotometri UV-Vis didapatkan hasil:
1. Panjang gelombang (λ) maksimum baku pembanding vitamin C yaitu
264,6 nm. Kadar vitamin C pada pepaya Arum Bogor 123,8 mg/100 g
2. Panjang gelombang (λ) maksimum vitamin C pada pepaya California
yaitu 263,40 nm.Kadar vitamin C pada pepaya California 106,6
mg/100 g
3. Panjang gelombang (λ) maksimum vitamin C pada pepaya Bangkok
yaitu 261,20 nm. Perubahan absorbansi untuk setiap satuan
konsentrasi adalah yang paling besar di sekitar panjang gelombang
maksimum, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut
hukum Lambeer-Beer akan terpenuhi.
34
3. Jurnal 3 : Method Validation of Silica Dispersive Solid Phase Extraction
Combined with Spectrophotometer UV-Vis for the Determination of Allopurinol in
Herbal Medicin
35
dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 250
nm
Dalam penelitian ini, silika diaplikasikan sebagai sorben padat untuk
ekstraksi dan prakonsentrasi allopurinol dalam sampel obat herbal dengan
ekstraksi fase padat dispersif. Selanjutnya, pengaduk magnetik dan bubuk
silika ditempatkan ke dalam sampel. Proses ekstraksi dimulai dengan
pengadukan larutan sampel pada kecepatan 800 rpm. Pada akhir proses
ekstraksi, silika dikumpulkan dan didesorpsi menggunakan etanol dengan
memanfaatkan pusaran. Larutan desorpsi dianalisis dengan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 250 nm
Sebelum dilakukan identifikasi kuantitatif, sampel jamu dievaluasi dengan
metode kromatografi lapis tipis (KLT). Sampel yang positif ditentukan
konsentrasi allopurinol menggunakan metode silika DSPE kombinasi
dengan spektrofotometer UV-Vis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima sampel jamu, terdapat tiga
sampel yang positif mengandung allopurinol sebagai obat kimia pada jamu,
yaitu sampel A, sampel B, dan sampel C. Metode Silica DSPE selektif,
efisien, dan cocok untuk analisis kuantitatif penyakit. allopurinol pada
sampel jamu, dengan %R pada metode spiking berkisar antara 49,52 –
89,74. Hasil penurunan %R menunjukkan bahwa komponen lain dalam
jamu menghambat silika berpori silika. Hal ini membuat kemampuan silika
untuk menyerap analit juga menurun.
36
DAFTAR PUSTAKA
Amanda, E.R., Rosmawati, A.S., Nurfadillah, L., Buono, G.P., dan Ambari, Y. 2022.
“Validasi Metode Ekstraksi Fasa Padat Terdispersi Menggunakan Silika
Kombinasi Spektrofotometer UV-Vis untuk Analisa Allupurinol dalam
jamu”. Jurnal Farmasi Indonesia, Vol. 19, 77-87.
Gandjar, I.G & Rohman A. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Rohman, Abdul, Ibnu Gholib Gandjar, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Tandi, J., Melinda, B., Purwantari, A., dan Widodo, A. 2020. “Analisis Kualitatif dan
Kuantitatif Metabolit Sekunder Ekstrak Etanol Buah Okra (Abelmoschus
esculentus L. Moench) dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis”.
Jurnal Riset Kimia, 6(1), 2020: 74-80.
37
Cataloguing-in-Publication Data, Elsevier, January 2017.
38
LAMPIRAN
CONTOH PEMBUATAN LARUTAN BLANKO
Dalam analisis ini, larutan blanko pelarut digunakan untuk mengkompensasi efek
penyerapan oleh pelarut (larutan NaCl 0,9%). Sehingga dengan menggunakan larutan
blanko pelarut, kita dapat memperoleh hasil analisis yang lebih akurat.
39
ZAT PEMBENTUK WARNA
Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara
memberi reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan spesifik karena hanya bereaksi
dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen ini disebut reagen pembentuk warna
(chromogenik reagent). Contohnya adalah larutan nitrit dibuat berwarna dengan
pereaksi sulfanila-mida dan N-(1-naftil)-etilendiamin, formaldehida yang dilarutkan
dengan air direaksikan dengan pereaksi nash, dalam penentuan Fe reagen
pengompleks yang dugunakan dalam penelitian yaitu 1,10-fenantrolin,
batofenantrolin, TPTZ, Eriochrome Cyanine R-CTA, formaldoxime dan ferrozine
dan penentuan silika (Si) dalam suasana asam direaksikan dengan amonium
heptamolibdat dapat membentuk kompleks berwarna.
Setelah ditambahkan reagen atau zat pembentuk warna maka larutan tersebut harus memiliki
lima sifat di bawah ini:
1. Kestabilan warna yang cukup lama guna memungkinkan pengukuran absorbansi dengan
teliti. Ketidakstabilan, yang mengakibatkan menyusutnya warna larutan (fading),
disebabkan oleh oksidasi oleh udara, penguraian secara fotokimia, pengaruh keasaman,
suhu dan jenis pelarut. Namun kadang-kadang dengan mengubah kondisi larutan dapat
diperoleh kestabilan yang lebih baik.
2. Warna larutan yang akan diukur harus mempunyai intensitas yang cukup tinggi (warna
harus cukup tua) yang berarti bahwa absortivitas molarnya (ε) besar. Hal ini dapat
dikontrol dengan mengubah pelarutnya. Dalam hal ini dengan memilih pereaksi yang
memiliki kepekaan yang cukup tinggi.
3. Warna larutan yang diukur sebaiknya bebas daripada pengaruh variasi-variasi kecil kecil
dalam nilai pH, suhu maupukondisis-kondisi yang lain.
4. Hasil reaksi yang berwarna ini harus larut dalam pelarut yang dipakai.
5. Sistem yang berwarna ini harus memenuhi Hukum Lambert-Beer.
Berikut adalah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh reagen pembentuk warna:
1. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifatnya dalam waktu beberapa
jam, dapat menyebabkan timbulnya semacam cendawan bila disimpan. Oleh sebab itu
harus dibuat baru dan kurva kalibarasi yang baru harus dibuat saat setiap kali analisis.
2. Pembentukan warna yang dianalisis harus cepat.
3. Reaksi dengan komponen yang dianalisa harus berlangsung secara stoikiometrik.
4. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana dilakukan pengukuran.
5. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang dianalisa, sehingga
40
warna yang terjadi benar-benar merupakan ukuran bagi komponen tersebut saja.
6. Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain dalam larutan yang
dapat mengubah zat pereaksi atau komponen komponen yang dianalisa menjadi suatu
bentuk atau kompleks yang tidak berwarna, sehingga pembentukan warna yang
dikehandaki tidak sempurna.
7. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi berwarna yang dikehendaki
dengan komponen yang dianalisa, dalam pelarut yang dipakai.
41
LAMPIRAN
HASIL
DISKUSI
3. Pertanyaan (Nurhayati) : Apakah larutan standar dan sampel boleh diukur dalam
waktu yang berbeda?
43