Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH ANALISIS FISIKOKIMIA

SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE

Dosen Pengampu :
Dr. Apt. Mira Andam Dewi, M.Si

Kelompok 2 :
1. Amanda Arifianti Essen (2250411007)
2. Dismayana Anggita Rosti (2250411008)
3. Ariaci Mandala Putri (2250411015)
4. Fadhlur Rohmansyah (2260411002)
5. Elza Reihana (2250411008)
6. Arta Arum (2250411011)

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2023
SPEKTROFOTOMETRI UV VISIBLE

1. Pendahuluan
Dalam analisis kimia dikenal berbagai macam cara untuk mengetahui data kualitatif dan
kuantitatif baik yang menggunakan suatu peralatan optik (instrumen) ataupun dengan
cara basah. Alat instrumen biasanya dipergunakan untuk menentukan suatu zatberkadar
rendah, biasanya dalam satuan ppm (part per million) atau ppb (part per billion). Salah
satu metode sederhana untuk menentukan zat organik dan anorganik secara kualitatif
dan kuantitatif dalam contoh air laut, yaitu dengan metode Spektrofotometri Ultra-violet
dan Sinar Tampak. Prinsip kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi
oleh suatu larutan. Jumlah cahaya atau energi radiasi yang diserap memungkinkan
pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif.

Ultraviolet jauh memiliki rentang panjang gelombang ± 10-200 nm, sedangkan


ultraviolet dekat memiliki rentang panjang gelombang ± 200-400 nm. Cahaya UV tidak
bisa dilihat oleh manusia, namun beberapa hewan, termasuk burung, reptil dan serangga
seperti lebah dapat melihat sinar pada panjang gelombang UV. Interaksi senyawa
organik dengan sinar ultraviolet dan sinar tampak, dapat digunakan untuk menentukan
struktur molekul senyawa organik. Bagian dari molekul yang paling cepat bereaksi
dengan sinar tersebut adalah elektron-elektron ikatan dan elektron-elektron nonikatan
(elektron bebas).

Pada spektrofotometri UV-Vis ada beberapa istilah yang digunakan terkait dengan
molekul, yaitu kromofor, auksokrom, efek batokromik atau pergeseran merah, efek
hipokromik atau pergeseran biru, hipsokromik, dan hipokromik. Kromofor adalah
molekul atau bagian molekul yang mengabsorbsi sinar dengan kuat di daerah UV-Vis,
misalnya heksana, aseton, asetilen, benzena, karbonil, karbondioksida,
karbonmonooksida, gas nitrogen. Auksokrom adalah gugus fungsi yang mengandung
pasangan elektron bebas berikatan kovalen tunggal, yang terikat pada kromofor yang
mengintensifkan absorbsi sinar UV-Vis pada kromofor tersebut, baik panjang
gelombang maupun intensitasnya, misalnya gugus hidroksi, amina, halida, alkoksi
(Suhartati, 2017).

1
2. Definisi Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah metode pengukuran kuantitatif yang didasarkanpada pengukuran
absorbansi (penyerapan) radiasi gelombang elektromagnetik. Seperti namanya, spektrofotometri ini
merupakan gabungan dari spectrometer dengan fotometer. Spektrometer merupakan alat yang
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer
merupakan alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsikan. Alatnya
disebut spektrofotometer. Spektrofotometer adalah instrument yang digunakan untuk mengukur
jumlah cahaya yang diserap atau intensitas warna sesuai dengan Panjang gelombang. Dengan
pengukuran kuantitatif dari cahaya yang diserap terukur dalam bentuk transmitansi dan
absorbansi.

Spektrofotometri UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang menggunakan sumber radiasi
elektromagnetik ultraviolet dekat(200-400nm) dansinar tampak (400-800nm) dengan menggunakan
instrument fotometer. Serapan cahaya UV atau cahaya visible mengakibatkan transisi
elektronik yaitu elektron akan tereksitasi dari keadaan dasar ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Eksitasi elektron-elektron ini, direkam dalam bentuk spektrum yang dinyatakan
sebagai panjang gelombang dan absorbansi, sesuai dengan jenis elektron- elektron yang
terdapat dalam molekul yang dianalisis. Makin mudah elektron-elektron bereksitasi
makin besar panjang gelombang yang diabsorbsi, makin banyak elektron yang
bereksitasi, makin tinggi absorban.(Suhartati, 2017).

3. Kegunaan Spektrofotometer UV-Vis


Spektrofotometer UV-Vis dapat digunakan dalam analisis kualitatif dan kuantitatif.
Untuk analisis kuantitatif aplikasinya sangat terbatas. Hal ini dikarenakan pita serapan
cenderung lebar dan informasinya kurang detail. Adanya pita serapan yang lebar ini
karena energi terjadi transisi elektronik dari

memiliki perbedaan energi transisi


elektronik yang tidak terlalu besar. sehingga terbentuk himpunan garis-garis yang
disebut sebagai pita serapan yang lebar. Walaupun demikian, spektra ini seringkali
digunakan untuk memberikan informasi mengenai ada tidaknya gugus fungsional pada
suatu senyawa organik. Selain untuk menentukan gugus fungsi, spektra UV-Vis juga

2
sering digunakan untuk mengidentifikasi spesies molekuler dengan cara
membandingkan spektra sampel dengan spektra standar atau literatur yang telah
diketahui.
Spektrofotometer UV-Vis pada umumnya digunakan untuk:
i. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonyugasi dan ausokrom dari
suatu senyawa organik.
ii. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang maksimum
suatu senyawa.
iii. Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif dengan menggunakan
hukum Lambert-Beer.(Suarsa, 2015)

4. Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari spektroskopi UV-Vis adalah ketika ada sumber sinar berupa cahaya
uv-vis (monokromatik) diteruskan melalui suatu media (larutan bewarna) yang
merupakan suatu sampel, maka sebagian cahaya tersebut ada yang diserap, dipantulkan
dan ada yang diteruskan. Cahaya yang diserap tersebut akan menyebabkan elektron
terekstasi dari keadaan dasar ke keadaan yang memiliki energi yang lebih tinggi.
Serapan sinar ini tidak terjadi pada semua struktur. Tetapi, hanya terjadi pada sistem
terkonjugasi yang memiliki ikatan phi atau gugus kromofor, gugus ausokrom (gugus
yang memiliki vibrasi yang besar karena adanya pasangan elektron bebas) contohnya
adalah -OH, -NH2, -SH, dan lain-lain. Karena memiliki vibrasi yang besar, maka jika
terikat dengan gugus kromofor, dia akan menyebakan pergeseran serapan kearah
panjang gelombang yang lebih besar dan meningkatkan intensitas puncak serapan.
Sedangkan, cahaya yang tidak diserap atau diteruskan akan muncul sebagai nilai
transmitansi. Sehingga, hasil pengukuran spektroskopi UV-Vis akan disajikan dalam
bentuk spektra serapan atau transmitansi. Bentuk spektra pita serapan UV-Vis suatu
molekul cenderung berbentuk bukit atau parabola terbalik, berbeda dengan bentuk
spektra atom yang berbentuk garis-garis. Hal ini dikarenakan transisi elektronik yang
terjadi memiliki perbedaan energi yang tidak terlalu besar. Contohnya transis

dari memiliki perbedaan energi

3
yang kecil. Sehingga, bentuk transisi akan digambarkan seperti himpunan garis-
garis yang berdekatan. Adanya himpunan garis-garis yang berdekatan itulah yang
menyebabkan terbentuknya spektra pita serapan yang berbentuk bukit melandai
lebar atau parabola terbalik.

5. Teori Singkat
5.1. Spektrofotometri UV-Visibel
Dasar analisis pada sinar UV adalah senyawa harus memiliki kromofor dan
ausokrom. Kromofor adalah bagian molekul yang bertanggung jawab pada
penyerapan cahaya. Sedangkan auksokrom adalah gugus fungsi yang
mengandung pasangan elektron bebas berikatan kovalen tunggal, yang terikat
pada kromofor. Syarat suatu senyawa dapat dianalisis dengan sinar visibel
dasar analisisnya selain harus memiliki gugus kromofor dan auksokrom yaitu
secara visual harus berwarna, Dimana warna tersebut bisa dibentuk karena
memiliki kromofor yang panjang dan dapat membentuk kompleks dengan
logam. Hubungan antara warna pada sinar tampak dengan panjang gelombang
yaitu

Tabel 1. Hubungan antara Warna pada Sinar tampak dengan Panjang


Gelombang

4
Spektrofotometri ini tidak terlepas dari hokum Lambert-Beer (Beer’s Law).
Jumlah relatif panjang gelombang cahaya yang terabsorpsi ketika melewati sampel
tergantung pada:
a. Jarak yang ditempuh sinar ketika melewati sampel (ukuran kuvet = b)
b. Jumlah senyawa kimia dalam sampel yang mengabsorpsi sinar (konsentrasi
analit = C
c. Kemampuan sampel mengabsorpsi sinar (molar absorptivity = ℇ

A = ℇ. b .C
Jumlah relatif cahaya yang melewati sampel dikenal dengan istilah transmitan(T)

Absorban (A) adalah jumlah relatif cahaya terabsorpsi oleh sampel dan
berhubungan dengan transmitan (T)

Beberapa istilah perubahan spektrum UV-Vis yang berkaitan dengan panjang


gelombang dan intensitas absorbsi yaitu pergeseran batokromik dan hipsokromik.
Pergeseran batokromik atau pergeseran merah adalah terjadi perubahan absorbsi
panjang gelombang ke arah panjang gelombang yang lebih besar, hal ini terjadi
karena adanya substituen/auksokrom tertentu pada kromofor atau efek pelarut.
Sedangkan pergeseran hipsokromik atau pergeseran biru adalah terjadinya
perubahan absorbsi ke panjang gelombang yang lebih pendek.Hal ini terjadi karena
perubahan pelarut atau tidak adanya substituen/auksokrom pada suatu kromofor
atau efek pelarut. Efek hiperkromik merupakan peningkatan intensitas absorban.
Efek hipokromik merupakan penurunan intensitas absorban.

5
Gambar 1. Beberapa istilah perubahan spektrum UV-Vis yang berkaitan
dengan panjang gelombang dan intensitas absorbsi

5.2. Syarat Pengukuran


Spektrofotometri UV-Visible dapat digunakan untuk penentuan terhadap sampel
yang berupa larutan, gas, atau uap. Sampel harus diubah menjadi suatularutan yang
jernih. Sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa persyaratan pelarut
yang dipakai antara lain:
a. Harus melarutkan sampel dengan sempurna.
b. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi pada
struktur molekulnya dan tidak berwarna (tidak boleh mengabsorpsi sinar yang
dipakai oleh sampel).
c. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis.
d. Kemurniannya harus tinggi.

Tabel 2. Absorpsi sinar UV pada maks. dari beberapa pelarut

6
Untuk mendapatkan spektrum UV-Vis yang baik perlu diperhatikan pula
konsentrasi sampel. Hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi akan
linier (A≈C) apabila nilai absorbansi larutan antara 0,2-0,8 (0,2 ≤ A < 0,8)
atau sering disebut sebagai daerah berlakunya hukum Lambert-Beer dengan
lebar sel 1 cm (Suhartati, 2017).

5.3. Interaksi sinar UV-Vis dengan senyawa


Interaksi sinar ultraviolet atau sinar tampak menghasilkan transisi elektronik dari
elektron-elektron ikatan, baik ikatan sigma () dan phi () maupun elektron non
ikatan (n) yang ada dalam molekul organik. Elektron-elektron iniberada di bagian
luar dari molekul organik. Transisi elektronik yang terjadi merupakan perpindahan
elektron dari orbital ikatan atau non ikatan ke tingkat orbital antiikatan atau disebut
dengan tingkat eksitasi. Orbital ikatan atau non ikatan sering disebut dengan
orbital dasar, sehingga transisi elektron sering dinyatakan sebagai transisi elektron
dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Tingkat tereksitasi dari elektron molekul
organik hanya ada dua jenis, yaitu phi bintang (*) dan sigma bintang (*),
sehingga bila molekul organik yang memiliki elektron-elektron sigma, phi, dan
elektron nonikatan, misalnya pada molekul aseton, maka tipe transisi
elektroniknya meliputi   *,  *, 
 *, *, n  *, n  * (Gambar 1). Agar terjadi transisi elektronik ini
diperlukan energi yang besarnya sesuai dengan jenis elektron ikatan dannonikatan
yang ada dalam molekul organic (Suhartati, 2017).

7
Gambar 2. Tipe transisi elektronik dalam molekul organik

Berikut diuraikan keempat jenis transisi sebagaimana di atas,


a. Transisi sigma-sigma star (  *)
Transisi elektron   *, memerlukan panjang gelombang paling kecil atauenergi
paling besar. Umumnya senyawa organik yang hanya memiliki ikatan sigma,
akan mengabsorbsi panjang gelombang UV pada panjang gelombang di bawah
200 nm. Absorpsi pada panjang gelombang tersebut disebut dengan absorpsi di
daerah ultraviolet vakum (daerah di bawah 200 nm) merupakan daerah yang
sukar memperoleh informasi mengenai struktur molekul organik.
b. Transisi non bonding elektron – sigma star (n  *)
Jenis transisi ini terjadi pada senyawa organik jenuh yang mengandung atom-
atom yang memiliki electron bukan ikatan (electron n). Energi yang diperlukan
untuk transisi ini lebih kecil disbanding transisi (   *), sehingga sinar yang
diserap memiliki Panjang gelombang yang lebih panjang sekitar 150-250 nm.
Kebanyakan terjadi pada panjang gelombang dibawah 200 nm.
c. Transisi non bonding elektron – phi (n  *) dan (  *)
Transisi ini terjadi jika molekul organik mempunyai gugus fungsional yangtidak
jenuh, sehingga ikatan rangkap dalam gugus tersebut memberikan

8
orbital phi yang diperlukan. Jenis transisi ini merupakan transisi yamg
paling cocok untuk analisis, sebab sesuai dengan panjang gelombang
antara200-700 nm.

Besarnya energi untuk transisi dapat dihitung dari persamaan Planck,


yaitu:

Tabel 3. Karakteristik berbagai macam kromofor

9
6. Cara Kerja Spektrofotometer UV-Vis
Adapun cara kerja alat ukur spektrofotometer UV VIS adalah sebagai berikut:
1. Penyerapan Cahaya
Alat ukur ini bekerja dengan cara penyerapan cahaya. Pertama-tama, ketika
cahaya dengan gelombang panjang atau cahaya polikromatis terkena sebuah
zat, maka cahaya tersebut akan terserap.

Di dalamnya ada sebuah molekul yang memiliki peran penting, yaitu


elektron valensi dari semua atom yang terdapat di dalam analisis hingga
akhirnya terbentuk sebuah materi. Kemudian, elektron di dalam molekul
mulai melakukan eksitasi atau berpindah, lalu berotasi dan bergetar saat
terkena energi lain.

2. Terjadi Perpindahan Elektron


Setelah proses penyerapan selesai, Anda bisa melihat apakah zat akan
menyerap cahaya tampak dan ultraviolet? Apabila betul, maka akan ada
perpindahan elektron di dalam spektrofotometer UV VIS, dari keadaan
dasar ke keadaan tereksitasi atau perpindahan.

Perpindahan yang terjadi di antara elektron tersebut bernama transisi


elektronik. Namun, apabila cahaya yang terserap merupakan cahaya
inframerah, maka elektron yang ada di dalam atom atau elektron ikatan di
molekul hanya bisa bergetar, sedangkan elektron yang berputar hanya akan
terjadi pada zat yang memiliki energi lebih rendah, seperti gelombang radio.

10
3. Pengukuran Konsentrasi Sampel
Setelah perpindahan terjadi, maka proses selanjutnya adalah pengukuran
konsentrasi sampel. Anda bisa melihat adanya zat di dalam sampel
mendapat sinar dari cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda.

Ketika cahaya mengenai sampel observasi, maka sebagian dari cahaya


tersebut akan terserap. Sedangkan sisa dari sebagian tersebut akan
terhambur, kemudian sebagian yang lain akan diteruskan.

Namun, saat melakukan pengukuran, spektrofotometer UV VIS hanya akan


berfokus pada cahaya yang datang dan cahaya yang masuk serta cahaya
yang terkena permukaan zat.

Sedangkan cahaya yang telah melewati zat, tidak akan bisa Anda ukur. Hal
yang bisa Anda ukur hanya perbandingan cahaya datang dan cahaya setelah
melewati materi atau sampel.

4. Hasil Penyerapan Cahaya


Hasil data yang telah Anda observasi melalui spektrometer UV VIS akan
berupa data keluar dengan bentuk spektrum. Bila ingin melihat hasil
tersebut, Anda akan memerlukan komputer.

Spektrum tersebut berbentuk pita lebar, sebab energi yang ia miliki


menyebabkan transisi elektronik, rotasi, dan getaran elektron yang juga
terjadi di dalam molekul.

7. Komponen Spektrofotometer
Komponen alat spektrofotometer terdiri dari sumber sinar, monokromator,
kuvet, detektor dan rekorder (meter). Cahaya putih dari sumber sinar akan
dilewatkan melalui monokromator sehingga sinar mempunyai panjang
gelombang tertentu. Radiasi yang keluar akan difokuskan pada detektor yang
mengubah radiasi menjadi sinyal-sinyal listrik (Skoog et all, 2007).
A. Sumber Sinar

11
Sumber radiasi atau lampu pada kenyataanya merupakan dua lampu yang
terpisah yang secara bersama-sama mampu menjangkau keseluruhan daerah
spektrum ultraviolet dan sinar tampak. Persyaratan sumber yang digunakan
dalam spektrofotometri adalah intensitas emisi yang cukup tinggi di wilayah
spektral tertentu, stabilitas jangka pendek dan distribusi spasial dari emisi
yang seragam (Wardani, 2013).
a) Lampu deuterium, dipakai pada daerah panjang gelombang 190 nm
sampai 380 nm ( daerah dekat ultra violet ), karena pada rentangan
panjang gelombang tersebut radiasi deuterium memberikan spektrum
energi radiasi lurus, umur sumber radiasi deuterium sekitar 500 jam
pemakaian.
b) Lampu tungsten, merupakan campuran dari filamen tungsten dan gas
iodin (halogen), oleh sebab itu disebut sebagai sumber radiasi tungsten-
iodine, dipakai pada daerah pengukuran 350-2000 nm. Pada daerah
tersebut sumber radiasi tungsten-iodine memberikan energi radiasi
sebagai garis lengkung yang cocok untuk kolorimetri. Umur pemakaian
sekitar 1000 jam pemakaian (Gandjar dan Rohman, 2012).
c) Lampu xenon, dipakai pada daerah 200 sampai 1000 nm. Lampu xenon
akan mempunyai kepekaan yang optimum pada 500 nm (Skoog et al,
2007).
B. Monokromator
Monokromator berfungsi menguraikan berkas radiasi dari sumber yang
kontinue menjadi sinar yang monokromatis (panjang gelombang tunggal).
Unsur penting sebuah monokromator adalah sisten cekah dan sistem
dispersif. Radiasi dari sumber difokuskan ke celah masuk kemudian
dikumpulkan oleh sebuah lensa sehingga sinar paralel jatuh pada unsur
dispersi yang merupakan sebuah prisma. Dengan pemutaran prisma,
bermacam bagian spektrum yang dihasilkan oleh unsur dispersi difokuskan
ke celah keluar menuju ke sel blanko (Mulja dan Suharman, 1995).

12
Monokromator terdiri dari :
a) Filter optik, berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga
cahaya tampak yang diteruskan merupakan cahaya yang berwarna sesuai
warna filter optik yang digunakan, filter optik yang baik berdasarkan
interfensi cahaya-cahaya yang saling menguatkan (interfrensi
konstruktif) atau interferensi cahaya-cahaya yang saling meniadakan
(interferensi desktuktif)
b) Prisma, merupakan suatu lempen kuarsa yang membiasakan sinar yang
melaluinya. Banyak pembiasan tergantung dengan panjang gelombang
sinar, dengan demikian sinar putih dapat terpecah ke dalam warna
penyusun
c) Kisi difraksi, merupakan kepingan kecil gekas bercermin yang
didalamnya terdapat sejumlah garis yang berarak sama yang terpotong-
potong, beberapa ribu per milimeter kisi, untuk memberikan struktur
yang nampak seperti sisir kecil (Gandjar dan Rohman, 2012).

C. Kuvet atau sel


Sel atau kuvet ialah wadah untuk menempatkan cuplikan maupun blanko.
Tebal kuvet umumnya 1 cm. Wadah tempat sample biasanya berbentuk
bundar atau kotak. Bahan kuvet berpengaruh terhadap panjang gelompang

13
yang dipakai. Kuvet bahan gelas umum digunakan pada 300-1000 nm,
biasanya memiliki panjang 0.1 – 4 cm sering digunakan untuk visibel
bersama dengan bahan kaca, untuk sinar UV biasa menggunakan bahan
kwarsa dengan rendan 190-1000 nm. Kuvet yang baik harus memenuhi
beberapa syarat sebagai berikut ;
a) Permukaanya harus sejajar secara optis
b) Tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat di transmisikan
c) Tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia
d) Tidak rapuh serta bentuknya sederhana

(Wardani, 2013).
D. Detektor
Pada dasarnya detektor menyerap sinar yang jatuh padanya dan mengubah
energi itu menjadi suatu energi yang dapat diukur. Detektor harus
menghasilkan isyarat yang mempunyai hubungan kuantitatif dengan
intensitas sinar. Noise suatu detektor ialah isyarat latar belakang yang timbul
dalam detektor bila tidak ada intensitas sinar dari sampel yang sampai pada
detektor.

Fungsi detektor adalah mengubah sinyal radiasi yang diterima menjadi


sinyal elektonik. Beberapa macam detektor : detektor fotosel, detektor
tabung foton hampa, detektor tabung pengandaan foton dan detektor PDA
(photo diode-array) (Mulja dan Suharman, 1995).

Detektor PDA (photo diode-array) memiliki jumlah elemen dari 128-1024


buahm dan PDA yang lebih baru telah dibuat dengan dioda berdekatan 25.6
mm dan spasi 25 mm pada pusatnya sehingga detektor tersebut mampu
mendeteksi dan mengukur serapan tidak hanya pada panjang gelombang
maksimum tetapi juga pada berbagai panjang gelombang dengan akurasi
yang kurang lebih sama. Photodiode mengkonversi cahaya menjadi sinyal
elektrik dalam waktu berkisar 0,1 detik dan kemudian menyimpanya. Ada

14
beberapa persyaratan untuk detektor :

a) Harus mampu menangkap dan merespons terhadap energi sinar kecil


b) Mempunyai kepekaan yang tinggi dengan noise yang kecil sehingga
mampu mendeteksi intensitas yang rendah
c) Waktu respons pendek
d) Stabil dalam jangka waktu yang lama
e) Memberikan isyarat elektronik yang dapat diperkuat dengan mudah
f) Isyarat yang dihasilkan berbanding lurus dengan intensitas sinar yang
mengenainya

Detektor UV-Vis (uv-sinar tampak) termasuk kedalam detektor universal


yang merupakan detektor yang palaing banyak digunakan diantara detektor
spektrometer massa, detektor spektrometer infra merah dan detektor indeks
bias, karena sensitivitasnya baik, mudah menggunakanya, tidak merusak
senyawa yang dianalisis, dan memungkinkan untuk melakukan elusi ber-
gradien. Ada yang dipasang pada panjang gelombang trtap, yaitu pada
panjang gelombang 254 nm, dan ada juga yang panjang gelombangnya
dapat dipilih sesuai yang diinginkan, antara 190-600 nm. Detektor dengan
panjang gelombang bervariabel ini ada yang dilengkapi alatr untuk memilih
panjang gelombang secara otomatis dan dapat menol-kan sendiri (auto
zero). Detektor jenis ini juga ada yang menggunakan droder arrays (sebagai
pengganti photo tube), sehingga dapat melakukan pembacaan absroban yang
kontinyu pada berbagai macam panajng gelombang (Rohman et al,2007).

E. Rekorder
Fungsi rekorder adalah untuk mengubah panjang gelombang hasil deteksi
dari detektor yang diperkuat oleh amplifier menjadi radiasi yang ditangkap
detektor kemudian diubah menjadi sinyal-sinyal listrik dalam bentuk
spektrum. Spektrum tersebut selanjutnya dibawa ke monitor sehingga dapat
dibaca dalam bentuk transmitan.

15
8. Analisis Kuantitatif Dan Kualitatif Spektrofotometri Uv-Visible
Metode eksploitasi spektrum serapan yang berbeda memiliki fungsi dan
kegunaan spektrofotometri uv-vis yang berbeda juga. Jika metode kuantitatif
berdasarkan penggunaan hukum Beer-Lambert, contohmya simple
absorptiometry, prosedur multi komponen, dan lain lain. Metode kualitatif
dapat digunakan namun lebih jarang.

8.1. Metode Kualitatif

Jumlah
spektrum UV

Spektrum Spektrum Kumpulan


Tunggal Ganda Spektrum

Spektrum Spektrum Titik Isosbestik


Warna Diferensial (TI)

Spektrum Perbandingan TI
Derivatif Langsung Tersembunyi

Faktor Bentuk Normalisasi

Gbr. Metode kualitatif dalam penanganan spektrum UV-Visible


Semua prosedur diatas dapat dengan mudah dilakukan secara langsung
dengan menggunakan perangkat lunak dari spektrofotometer,atau dengan
penggunaan perangkat lunak yang dapat melakukan kalkulasi (contoh:
Microsoft Excel). Pengelompokan di atas memperhatikan jumlah spektrum
yang dipertimbangkan sehingga mencapai tingkat pengetahuan terhadap
hasil yang dicapai.

16
8.1.1. Transformasi Spektrum Tunggal
Sebelum mempertimbangkan tes kualitatif yang lebih kompleks,
seperti berdasarkan penggunaan sinyal derivative ada kalanya
mengetahui transformasi sederhana dalam ‘visualisasi’ terhadap
respon UV.
A. Spektrum Warna
Tes paling sederhana didasarkan pada eksploitasi spektrum UV pada
tiga panjang gelombang yang dipilih karena signifikansinya. 210 nm
menandakan keberadaan nitrat, 240 nm menandakan adanya
pemisahan matriks organic terlarut dan padatan tersuspensi, 320 nm
menandakan hanya ada kandungan padatan tersuspensi. Berdasarkan
nilai absorban, kode nilai, dan warna dapat memberikan klasifikasi
sederhana dan estimasi dari parameter utama.

B. Spektrum Derivatif

Spektrum derivative tidak meningkatkan informasi dari spektrum


normal, namun dapat melakukan analisis lebih lanjut dari sudut
pandang yang menarik. Studi terhadap derivative memberikan
informasi mengenai slope dari spektrum dan meningkatkan titik pada

17
kurva sehingga memberikan informasi mengenai struktur dengan
bentuk yang lebih baik. Hal ini memungkinkan karakterisasi senyawa
yang lebih baik atau menunjukkan deformasi karena adanya senyawa
asing. Penggunaan spektrum derivative menyingkirkan pengaruh
yang tidak diinginkan dari media keruh.

Gambar dibawah menunjukkan derivative spektrum UV dari asam


urat. Turunan pertama menunjukkan slope dari spektrum normal,
dengan puncak menunjukkan peningkatan absorban dan panjang
gelombang, dan titik bawah muncul setelah titik puncak dari
spektrum normal. Sementara itu, gelombang yang melewati nilai 0,
berpengaruh terhadap titik puncak dari spektrum normal. Spektrum
turunan kedua berhubungan dengan slope dari spektrum turunan
pertama. Dalam contoh, terdapat beberapa titik dimana gelombang
memiliki nilai 0 dan titik bawah berhubungan dengan titik puncak
sebagai spektrum langsung. Spektrum turunan ketiga tidak
memberikan informasi tambahan yang relevan.

18
Gbr. Spektrum asam urat dan spektrum derivative (turunan pertama,
kedua, dan ketiga) dikalkulasikan dengan beberapa langkah diferensiasi
(2, 5, 10, 20, dan 30 nm). Sebagai contoh d2s10 merupakan spektrum
turunan kedua dari tahap diferensiasi 10 nm.
C. Faktor Bentuk
Karakterisasi dari struktur spektrum sangat penting terhadap
keberadaan titik puncak dan titik landau yang berhubungan dengan
adanya satu atau banyak kandungan serapan. Dalam mengkuantifikasi
zat, rasio Panjang gelombang puncak, contohnya, antara nilai turunan
kedua dan hubungan terhadap serapan memiliki ketertarikan. Pemilihan
turunan kedua sangat jelas dipilih untuk menghindari gangguan
serapan. Nilai serapan meminimalisir efek konsentrasi zat yang
terkandung.
Faktor bentuk didefinisikan pada setiap panjang gelombang terhadap
puncak atau landai dengan:

FB =

Dimana D(λ) adalah nilai dari turunan kedua yang terukur pada
Panjang gelombang λ, A(λ) adalah nilai absorban yang terukur pada
Panjang gelombang λ dan H yang sama, dan lebar pada setengah
ketinggian puncak (perbedaan Panjang gelombang yang diukur dari
spektrum turunan kedua). Dengan mempertimbangkan nilai turunan

19
kedua dan tanda (negatif pada puncak), rasio awal diubah menjadi (*(-
100)).

Gbr. Tipologi spektrum berdasarkan nilai faktor bentuk.


Berdasarkan nilai faktor bentuk, spektrum UV dapat dikelompokan ke
dalam kelompok:
a. Kelompok pertama, faktor bentuk >4, berisi sampel dengan
spektrum UV yang menunjukkan serapan puncak yang spesifik,
menunjukkan adanya komponen penyerap utama.
b. Kelompok kedua, 0.1 < faktor bentuk < 4, sampel memberikan
spektrum monoton.
c. Kelompok terakhir, Faktor bentuk< 0.1, menunjukkan sampel yang
tidak dapat menyerap.
8.1.2. Perbandingan Dua Spektrum
A. Spektrum Diferensial
Penggunaan metode ini sangat sederhana dan banyak digunakan, dapat
dilakukan di hampir seluruh laboratorium spektrofotometer. Dengan

20
mensubtrasi spektrum dari hal lain (contoh: perbedaan nilai absorban
terhadap masing-masing panjang gelombang), dapat diperoleh hasil
yang relevan.

Gbr. Perbedaan spektrum sampel air buangan tanaman.

Gbr. Adanya kandungan matrix organic ditunjukkan dengan adanya


perbedaan spektrum.
B. Perbandingan Langsung
Penggunaan metode ini jarang digunakan, namun dapat dilakukan bila
dibutuhkan perbandingan spektrum. Dalam setiap panjang gelombang,
nilai serapan satu spektrum disandingkan dengan spektrum kedua.
Spektrum awal menjadi hilang, tapi terdapat hubungan grafis yang
relevan.

21
Gbr. Perbandingan secara langsung dari nilai absorban.
C. Normalisasi
Ketika bentuk spektrum bervariasi antara satu spektrum dengan
spektrum lainnya, maka langkah normalisasi dilakukan dengan melintasi
spektrum. Dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gbr. Normalisasi dari spektrum dengan bentuk yang sama

22
Gbr. Normalisasi dari spektrum dengan bentuk yang berbeda.

8.1.3. Evolusi Study dari Kumpulan Spektrum


Metode paling sederhana dari evolusi kumpulIan spektrum adalah
menggunakan penggambaran spektrum dengan grafik tunggal.

A. Titik Isosbestik (TI)


Jika semua spektrum atau setidaknya beberapa spektrum terdapat dalam
1 kumpulan, Bersama-sama melintasi 1 poin, poin tersebut disebut titik
isobestik (TI). Satu contoh klasik dari TI adalah sekumpulan spektrum
terhadap satu komponen dalam larutan, pada berbagai macam nilai pH,
yang menunjukkan kesetimbangan antara bentuk asam dan bentuk
dasarnya, proporsi bergantung pada nilai pH.

23
Gbr. Kandungan pembuangan limbah air pada sugai menunjukkan titik
isosbestik.
B. TI Tersembunyi
Kebanyakan, tidak ada titik isosbestik yang muncul pada sekumpulan
spektrum sampel. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti
faktor fisikokimia (sedimentasi, praesipitasi, oksidasi, dan lain-lain).
Namun langkah normalisasi dapat menggiring munculnya setidaknya
satu titik isosbestik yang terdapat dalam sekumpulan spektrum. Titik
tersebut dinamakan TI tersembunyi.

Gbr. Bentuk spektrum awal (kiri), dan normalisasi (kanan) dari limbah air
menunjukkan adanya TI tersembunyi.

24
8.2. Metode Kuantitatif
Kepentingan utama penggunaan spektrofotometri UV-Visible adalah untuk
tujuan analitik. Pada awalnya, metode analisis berdasarkan penggunaan atau
colorimetry, dengan reagen spesifik dan visual atau deteksi fotometrik dari
pewarnaan larutan akhir. Kemampuan analitikal meningkat dengan adanya
deteksi spektrofotometri akhir, dimana lebih sensitive dan akurat apabila
peneliti mampu bekerja menngunakan panjang gelombang. Semua metode
tersebut, bekerja dengan analisis sau kandungan dalam larutan, berdasarkan
hukum Beer-Lambert.

8.2.1. Larutan Murni


A. Absorbsimetri Sederhana untuk 1 Analit
Hukum Beer-Lambert memiliki beberapa keterbatasan, dan yang
paling utama adalah hanya dapat mendeteksi analit dengan
konsentrasi yang rendah. Secara umum hubungan perhitungan dari
konsentrasi C terhadap nilai serapan (A) sesuai panjang gelombang,
sesuai rumus:
C= f(A)
Untuk konsentrasi yang lebih tinggi, faktor koreksi harus
diperhitungkan. Contohnya variasi indeks refraksi berhubungan
terhadap konsentrasi analit. Untuk mengkoreksi efek tersebut
menggunakan subtitusi nilai ελ dari persamaan Beer-Lambert dengan
ελ(n2 + 2)2, dimana n merupakan nilai indek refraksi. Biasanya,
koreksi tersebut tidak terlalu tinggi untuk konsentrasi dibawah 0.01
M. Efek lain yang dapat mengganggu linieritas hukum Lambert-Beer
adalah penggunaan radiasi polikromatik. Masalah ini, dapat diatasi
dengan instrument menggunakan filter (fotometer), kewajiban
penggunaan instrumen menyebabkan rentang panjang gelombang
lebih sempit melalui monokromator (spektrofotometer).
Pada analisis kuantitatif, kalibrasi kurva diperoleh dengan

25
penggunaan standard. Terkadang matriks standar sedikit berbeda
dengan sampel yang dianalisis. Hal tersebut memberikan kesalahan
determinasi yang besar (sebagai contoh, formasi kompleks binary dan
ternary terhadap kehadiran ligan di dalam matriks). Apabila muncul
gambaran nilai absorban dibandingkan dengan konsentrasi,
ekstrapolasi terhadap zaero absorban dapat diterapkan terhadap
penghitungan konsentrasi analit.
B. Dua Analit
METODE DUA PANJANG GELOMBANG spektrum yang beririsan
pada campuran sampel merupakan limitasi yang terpenting terhadap
metode spektrofotometri dimana salah satu komponen terpisah pada
jangkauan UV-Visible. Saat dua analit harus dideterminasi dalam
larutan yang sama, dua panjang gelombang yang berbeda harus
dipilih agar satu analit tidak mengganggu perhitungan yang lainnya.
Hubungan umum antara dua konsentrasi yang harus dideterminasi
dan nilai absorban yang terukur menggunakan:
C1, C2 = f (A1 A2)
Apabila 2 jenis memberikan spektrum yang beririsan, maka
persamaan dapat berupa:

Dimana λi super indices menunjukkan dua panjang gelombang i yang


dianalisis (1 dan 2), dan subindices menandakan kandungan 1 dan 2.
METODE PANJANG GELOMBANG N resolusi spektrofotometri
dari campuran 2 komponen sebagai dasar perpanjangan hukum Beer
Lambert bergantung pada pengukuran absorbansi pada dua perbedaan
panjang gelombang dan pemenuhan hukum aditivitas absorbansi.

26
Metodologi ini memiliki beberapa kekurangan, seperti hanya dua data
eksperimen saja yang diperoleh pada dua panjang gelombang yang
berbeda. Metode ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk
menyelesaikan N komponen dengan membuat pengukuran pada
banyak panjang gelombang, metode tersebut belum diterapkan lebih
dari dua komponen karena akurasinya menurun tajam seiring dengan
meningkatnya jumlah determinan yang terlibat. Ketepatan metode
yang disebutkan di atas dalam resolusi campuran multikomponen
dapat meningkat dengan melakukan pengukuran pada panjang
gelombang yang lebih banyak.
Untuk panjang gelombang tertentu λi,

Dimana adalah absorban yang terukur dalam sampel dan


sesuai

standard (S1 dan S2) pada panjang gelombang λ 1 . CS1, CS2, C1, C2
adalah konsentrasi standard dan komponen campuran.
C. Metode Multikomponen dengan Regresi Multilinier
Secara teori, jika tidak ada interferensi dalam larutan, generalisasi
dari hubungan aditif dapat diterapkan, memberikan efek matriks, dan
keterlibatan interaksi kimia dapat diabaikan.

Dimana r merupakan nilai residual, yaitu perbedaan antara nilai yang


terukur dan terkalkulasi. Nilai tersebut harus diminimalisir dengan
menggunakan metode-metode seperti:

27
a. Standard tunggal atau rata-rata
b. Beberapa standard dari komponen dan campurannya
c. Metode generalisasi adisi multiple standard

8.1.2. Sampel Asli


A. Pendekatan Dua Panjang Gelombang
Penggunaan panjang gelombang kedua sebagai kompensasi turbiditi
telah diperlukan pada awal penggunaan spektrofotometri UV tanpa
memiliki hasil. Pada saat ini, metode dua panjang gelombang
digunakan sebagai karakterisasi dan kuantifikasi zat organik terlarut
dan karbon organic terlarut. Panjang gelombang yang mengabsorbsi
secara kuat kemungkinan mengandung kromofor aromatic dan
memiliki karakter hidrofobik sedangkan komponen yang mengabsorb
UV secara lemah kemungkinan bersifat hidrofilik.
B. Slope Spektrum
2 area spektrum yang berbeda (275-295 nm dan 350-400 nm)
berhubungan dengan bobot molecular.
C. Metode Derivatif
Metode analisis kuantitatif yang berbeda dapat menggunakan
spektrum derivatif.
a. Nilai derivative dapat digunakan pada setiap panjang gelombang
(kecuali pada panjang gelombang dimana nilai turunannya adalah
nol) dan khususnya dimana turunan kedua bersifat minimum (sesuai
dengan nilai maksimum spektrum normal).
b. metode puncak-lembah, perbedaan antara dua nilai minimum
maksimum digunakan, metode ini lebih sensitif daripada metodenilai
derivatif.
c. Dalam metode tangen, dua garis ditarik di antara dua garis maxima
atau minima yang berurutan, dan jarak antara garis singgung,
maksimum menengah atau minimum dihitung; metode ini

28
memungkinkan setiap variasi dapat dikoreksi dari garis dasar karena
efek matriks.
D. Kompensasi Polinominal terhadap Gangguan
Cara lain untuk mengkompensasi efek interferensi adalah dengan
memodelkannya respon optik dengan fungsi matematika sederhana,
f(λ), dapat dijelaskan nilai absorban terukurnya dengan rumus

Beberapa fungsi dapat digunakan, namun yang paling memungkinkan


digunakan untuk polynominal adalah

E. Metode UV Spectral Deconvolution (UVSD)


Sama halnya dengan metode berbasis analisis faktor, metode ini
bertujuan untuk menjelaskan setiap spektrum yang diperoleh melalui
langkah dekonvolusi, dan untuk menghitung beberapa parameter .
Diasumsikan bahwa setiap spektrum dapat dianggap sebagai
kombinasi linier dari sejumlah spektrum tertentu yang telah
direduksi, yang diberi nama 'spektra referensi'

Dimana Sudan Sref, masing-masing merupakan spektrum dari sampel


dan ith merupakan spektrum referensi (diantara p), dan S res merupakan
spektrum residual yaitu spektrum yang diperoleh dan direstitusi.

29
Gbr. Contoh spektrum referensi, normalisasi (ref 1: zat organic terdisolusi,
ref 2: koloid, ref 3: padatan tersuspensi, ref 4: nitrat, ref 5: surfaktan).

30
9. Riview Jurnal
1. Jurnal 1 : Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Metabolit Sekunder Ekstrak Etanol
Buah Okra (Abelmoschus esculentus L. Moench) dengan Metode Spektrofotometri
UV-Vis

Uji kualitatif yang dilakukan, meliputi uji alkaloid, flavonoid, saponin dan
tannin menggunakan pereaksi yang sesuai dengan parameter uji, sedangkan
untuk uji kuantitatif menggunaklan metode spektrovotometri UV-Vis.

31
Hasil uji kualitatif menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah Okra positif
mengandung alkaloid ditandai dengan adanya endapan jingga, flavonoid
ditandai dengan terbentuknya warna kuning jingga, saponin ditandai dengan
adanya busa yang stabil, dan tanin ditandai dengan adanya warna hitam.
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Metabolit Sekunder Ekstrak Etanol Buah
Okra (Abelmoschus esculentus L. Moench) dengan Metode
Spektrofotometri UV-Vis.

Pembahasan

Hasil uji kualitatif pada ekstrak etanol buah Okra diperoleh hasil
positif mengandung alkaloid pada uji Dragendorff yang ditandai dengan
terbentuknya endapan kalium alkaloid. Pereaksi Dragendorff dibuat dari
hasil pencampuran bismut nitrat dengan HCl. Penggunaan nitrogen pada uji
alkaloid dengan Dragendorff ditujukanuntuk membentuk ikatan
kovalen koordinat dengan ion logam K+.

Hasil penetapan uji kuantitatif kadar total alkaloid ekuivalen kuinin


diperoleh persamaan regresi y= 0,000215332x –0,000210680; R2 =0,993.
Berdasarkan persamaan regresi tersebut, dilakukan perhitungan kadar
total alkaloid ekuivalen kuinin pada sampel sehingga diperoleh
kadar total alkaloid ekuivalen kuinin untuk ekstrak etanol buah Okra
adalah 2168,72 mg/gram.

Hasil uji kualitatif metabolit sekunder flavonoid terhadap ekstrak


etanol buah Okra dengan menggunakan pereaksi HCl dan logam
Mg diperoleh hasil positif mengandung flavonoid yang ditandai dengan
terbentuknya larutan berwarna kuning.

Hasil penetapan uji kuantitatif kadar total flavonoid ekuivalen


kuersetin menggunakan kuersetin sebagai kurva baku
standar,diperoleh pesamaan regresi yaitu y=0,00463704x +

32
0,00215730;R2 =0,999. Berdasarkan pesamaan regresi tersebut,
dilakukan perhitungan kadar total flavonoid ekuivalen kuersetin pada
sampel, diperoleh kadar total flavonoid ekuivalen kuersetinuntuk ekstrak
etanol buah Okra adalah 2,79 mg/gram.

2. Jurnal 2 : Analisa Kualitatif dan Kuantitatif Vitamin C Pada Buah Pepaya Dengan
Metode Spektrofotometri UV-Vis

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui kadar


vitamin C pada varian buah papaya Arum Bogor, California, dan Bangkok
Penetapan kadar vitamin C pada sampel dilakukan dengan memasukkan

33
nilai absorbansi sampel pada persamaan regresi linier kurva kalibrasi
vitamin C, kemudian dihitung kadar vitamin C pada sampel.
Pembahasan
Dari penelitian yang telah dilakukan pada beberapa varian buah pepaya
dengan metode spektrofotometri UV-Vis didapatkan hasil:
1. Panjang gelombang (λ) maksimum baku pembanding vitamin C yaitu
264,6 nm. Kadar vitamin C pada pepaya Arum Bogor 123,8 mg/100 g
2. Panjang gelombang (λ) maksimum vitamin C pada pepaya California
yaitu 263,40 nm.Kadar vitamin C pada pepaya California 106,6
mg/100 g
3. Panjang gelombang (λ) maksimum vitamin C pada pepaya Bangkok
yaitu 261,20 nm. Perubahan absorbansi untuk setiap satuan
konsentrasi adalah yang paling besar di sekitar panjang gelombang
maksimum, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut
hukum Lambeer-Beer akan terpenuhi.

34
3. Jurnal 3 : Method Validation of Silica Dispersive Solid Phase Extraction
Combined with Spectrophotometer UV-Vis for the Determination of Allopurinol in
Herbal Medicin

Proses ekstraksi dimulai dengan pengadukan larutan sampel pada kecepatan


800 rpm. Pada akhir proses ekstraksi, silika dikumpulkan dan didesorpsi
menggunakan etanol dengan memanfaatkan pusaran. Larutan desorpsi

35
dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 250
nm
Dalam penelitian ini, silika diaplikasikan sebagai sorben padat untuk
ekstraksi dan prakonsentrasi allopurinol dalam sampel obat herbal dengan
ekstraksi fase padat dispersif. Selanjutnya, pengaduk magnetik dan bubuk
silika ditempatkan ke dalam sampel. Proses ekstraksi dimulai dengan
pengadukan larutan sampel pada kecepatan 800 rpm. Pada akhir proses
ekstraksi, silika dikumpulkan dan didesorpsi menggunakan etanol dengan
memanfaatkan pusaran. Larutan desorpsi dianalisis dengan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 250 nm
Sebelum dilakukan identifikasi kuantitatif, sampel jamu dievaluasi dengan
metode kromatografi lapis tipis (KLT). Sampel yang positif ditentukan
konsentrasi allopurinol menggunakan metode silika DSPE kombinasi
dengan spektrofotometer UV-Vis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima sampel jamu, terdapat tiga
sampel yang positif mengandung allopurinol sebagai obat kimia pada jamu,
yaitu sampel A, sampel B, dan sampel C. Metode Silica DSPE selektif,
efisien, dan cocok untuk analisis kuantitatif penyakit. allopurinol pada
sampel jamu, dengan %R pada metode spiking berkisar antara 49,52 –
89,74. Hasil penurunan %R menunjukkan bahwa komponen lain dalam
jamu menghambat silika berpori silika. Hal ini membuat kemampuan silika
untuk menyerap analit juga menurun.

36
DAFTAR PUSTAKA

Amanda, E.R., Rosmawati, A.S., Nurfadillah, L., Buono, G.P., dan Ambari, Y. 2022.
“Validasi Metode Ekstraksi Fasa Padat Terdispersi Menggunakan Silika
Kombinasi Spektrofotometer UV-Vis untuk Analisa Allupurinol dalam
jamu”. Jurnal Farmasi Indonesia, Vol. 19, 77-87.

Gandjar, I.G & Rohman A. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Hendayana, Sumar (2009). Penuntun Praktikum Kimia Analitik


Instrumen.Bandung:Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Lestari, L., dan Darmayanti S. 2021.“Analisa Kualitatif dan Kuantitatif Vitamin C


pada Buah Pepaya dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis”. Jurnal
Proteksi Kesehatan, Vol. 10, No.1, PP. 62-68.

Rohman, Abdul, Ibnu Gholib Gandjar, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.

Suhartati T., 2017. Dasar-dasar spektrofotometri UV-Vis dan spektrofotometri massa


untuk

penentuan struktur senyawa organik. Bandar Lampung: AURA CV.


Anugrah Utama Raharja

Tandi, J., Melinda, B., Purwantari, A., dan Widodo, A. 2020. “Analisis Kualitatif dan
Kuantitatif Metabolit Sekunder Ekstrak Etanol Buah Okra (Abelmoschus
esculentus L. Moench) dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis”.
Jurnal Riset Kimia, 6(1), 2020: 74-80.

UV-Visible Spectrophotometry of Water and Wastewater, @nd edition, Olivier


Thomas and Cristopher Burgess, ISBN: 978-0-444-63897-7, British Library

37
Cataloguing-in-Publication Data, Elsevier, January 2017.

Wardani, Melinda. 2013. Instrumentasi Fisika Spektrofotometri UV Vis, fakultas


matematika dan dan ilmu pengetahuan alam universitas padang, padang.

38
LAMPIRAN
CONTOH PEMBUATAN LARUTAN BLANKO

Langkah-langkah analisis sebagai berikut:


1. Persiapkan larutan blanko dengan mencampurkan 1 mL larutan NaCl 0,9%
dengan 9 mL aquades.
2. Persiapkan larutan sampel dengan mencampurkan 1 mL susu dengan 9 mL
larutan NaCl 0,9%.
3. Masukkan larutan blanko dan larutan sampel ke dalam kuvet dan masukkan ke
dalam spektrofotometer.
4. Ukur absorbansi pada panjang gelombang 280 nm.
5. Kemudian lakukan koreksi absorbansi dengan mengurangi absorbansi larutan
blanko dari absorbansi larutan sampel.

Dalam analisis ini, larutan blanko pelarut digunakan untuk mengkompensasi efek
penyerapan oleh pelarut (larutan NaCl 0,9%). Sehingga dengan menggunakan larutan
blanko pelarut, kita dapat memperoleh hasil analisis yang lebih akurat.

Contoh pembuatan blanko

39
ZAT PEMBENTUK WARNA

Jika tidak berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara
memberi reagen tertentu yang spesifik. Dikatakan spesifik karena hanya bereaksi
dengan spesi yang akan dianalisis. Reagen ini disebut reagen pembentuk warna
(chromogenik reagent). Contohnya adalah larutan nitrit dibuat berwarna dengan
pereaksi sulfanila-mida dan N-(1-naftil)-etilendiamin, formaldehida yang dilarutkan
dengan air direaksikan dengan pereaksi nash, dalam penentuan Fe reagen
pengompleks yang dugunakan dalam penelitian yaitu 1,10-fenantrolin,
batofenantrolin, TPTZ, Eriochrome Cyanine R-CTA, formaldoxime dan ferrozine
dan penentuan silika (Si) dalam suasana asam direaksikan dengan amonium
heptamolibdat dapat membentuk kompleks berwarna.

Setelah ditambahkan reagen atau zat pembentuk warna maka larutan tersebut harus memiliki
lima sifat di bawah ini:
1. Kestabilan warna yang cukup lama guna memungkinkan pengukuran absorbansi dengan
teliti. Ketidakstabilan, yang mengakibatkan menyusutnya warna larutan (fading),
disebabkan oleh oksidasi oleh udara, penguraian secara fotokimia, pengaruh keasaman,
suhu dan jenis pelarut. Namun kadang-kadang dengan mengubah kondisi larutan dapat
diperoleh kestabilan yang lebih baik.
2. Warna larutan yang akan diukur harus mempunyai intensitas yang cukup tinggi (warna
harus cukup tua) yang berarti bahwa absortivitas molarnya (ε) besar. Hal ini dapat
dikontrol dengan mengubah pelarutnya. Dalam hal ini dengan memilih pereaksi yang
memiliki kepekaan yang cukup tinggi.
3. Warna larutan yang diukur sebaiknya bebas daripada pengaruh variasi-variasi kecil kecil
dalam nilai pH, suhu maupukondisis-kondisi yang lain.
4. Hasil reaksi yang berwarna ini harus larut dalam pelarut yang dipakai.
5. Sistem yang berwarna ini harus memenuhi Hukum Lambert-Beer.

Berikut adalah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh reagen pembentuk warna:
1. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifatnya dalam waktu beberapa
jam, dapat menyebabkan timbulnya semacam cendawan bila disimpan. Oleh sebab itu
harus dibuat baru dan kurva kalibarasi yang baru harus dibuat saat setiap kali analisis.
2. Pembentukan warna yang dianalisis harus cepat.
3. Reaksi dengan komponen yang dianalisa harus berlangsung secara stoikiometrik.
4. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana dilakukan pengukuran.
5. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang dianalisa, sehingga

40
warna yang terjadi benar-benar merupakan ukuran bagi komponen tersebut saja.
6. Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain dalam larutan yang
dapat mengubah zat pereaksi atau komponen komponen yang dianalisa menjadi suatu
bentuk atau kompleks yang tidak berwarna, sehingga pembentukan warna yang
dikehandaki tidak sempurna.
7. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi berwarna yang dikehendaki
dengan komponen yang dianalisa, dalam pelarut yang dipakai.

41
LAMPIRAN
HASIL
DISKUSI

1. Pertanyaan ( Atika Sri Indriyani) : Mengapa pembacaan absorbansi dilakukan pada


panjang gelombang maksimum?

Penjawab : Elza Reihana


Alasan dilakukan pengukuran pada panjang gelombang maksimum adalah perubahan
absorban untuk setiap satuan kosentrasi adalah paling besar pada panjang gelombang
maksimum, sehingga akan diperoleh kepekaan analisis yang maksimum.

2. Pertanyaan (Ita Rachmawati) : Apakah spektrofotometer dapat menguku larutan transparan?

Penjawab : Dismayana Anggita Rosti


Spektrofotometer adalah instrument yang digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang
diserap atau intensitas warna sesuai dengan Panjang gelombang. Dengan pengukuran
kuantitatif dari cahaya yang diserap terukur dalam bentuk transmitansi dan absorbansi.
Spektrofotmeter dibagi menjadi tiga, yaitu spektrofotometer uv, spektrofotometer visible dan
spektrofotometer uv-visible. Jadi, dikembalikan kembali kepada laboratorium bapak/ibu,
apakah spektrofotmeter yang ada di labroatorium adalah spektrofotmeter uv atau
spektrofotmeter uv visible. Jika spektrofotmeter uv maka dipastikan bahwa larutan transparan
tersebut mempunya gugus kromofor yaitu dengan cara pencarian melalui data pustaka. Tetapi
jika spektrofotmeter visible yang ada di laboratorium, maka larutan transparan tersebut harus
dibuat berwarna dengan menggunakan reagen spesifik/ zat pembentuk warna yang akan
menghasilkan senyawa berwarna. Tentunya, reagen spesifik yang digunakan harus sesuai
dengan pengujian tersebut. Contoh: penentuan silika (Si) dengan metode spektrofotometri
adalah larutan mengandung Si dalam suasana asam direaksikan dengan amonium
heptamolibdat terbentuk senyawa kompleks asam molibdosilikat yang berwarna kuning.
Diperoleh bahwa serapan maksimum terjadi pada panjang gelombang 812 nm.

3. Pertanyaan (Nurhayati) : Apakah larutan standar dan sampel boleh diukur dalam
waktu yang berbeda?

Penjawab (Amanda A. Essen)


Larutan standar merupakan suatu larutan yang mengandung konsentrasi yang
diketahui secara tepat dari unsur atau zat.Dalam pengujian spektrofotometri, larutan
standar yang digunakan biasanya dalam bentuk deret standar. Deret standar dibuat
berdasarkan kadar sampel yang biasa dianalisa, dimana dalam kadar sampel harus
masuk kedalam rentang deret standar yang dibuat.Karena dari data deret standar
tersebut akan muncul persamaan regresi yang didapatkan dari kurva kalibrasi yang
terbaca di alat spektrofotmeter.Oleh karena itu, secara idealnya, larutan standar yakni
pengukuran deret standar harus berbarengan dengan larutan sampel. Hal ini
42
dikarenakan ada engaruh dari matriks sampel ataupun standar yang dapat berubah.
Sehingga, jika sampel harian sudah banyak, minimal kita lakukan pengukuran deret
standar satu kali dalam satu hari

4. Pertanyaan Widiyaningrum Agus Sukarno) : Apa tujuan setting blanko pada


penggunaanspektrofotometer UV-Vis?

Penjawab (Ariaci Mandala Putri)


Larutan blanko adalah larutan yang digunakan sebagai referensi untuk
membandingkan intensitas cahaya yang diukur pada sampel yang dianalisis. Larutan
blanko biasanya terdiri dari pelarut yang sama seperti yang digunakan dalam sampel,
tetapi tidak mengandung zat yang akan dianalisis. Larutan blanko digunakan sebagai
faktor koreksi. Fungsi utama larutan pada spektrofotometri adalah untuk mengurangi
kesalahan pengukuran dengan mengkompensasi efek penyerapan oleh zat-zat selain
zat yang akan dianalisi. Tanpa larutan blanko, efek penyerapan oleh zat-zat selain zat
yang akan dianalisis akan masuk ke dalam pengukuran, sehingga menghasilkan hasil
yang tidak akurat. Dengan menggunakan larutan blanko, dapat mengurangi pengaruh
penyerapan oleh zat lain, sehingga menghasilkan hasil yang lebih akurat.

43

Anda mungkin juga menyukai