PENDAHULUAN
1.2.Prinsip Percobaan
1.Berkas polykromatis diubah menjadi monokromatis.
2.Sinar yang diabsorbsi oleh bahan yang diselidiki sebanding dengan jumlah
(konsentrasi) bahan yang diselidiki.
3.Hukum Lambert-Beer.
1.3.Landasan Teori
1.3.1. Spektrophotometry
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet.
Radiasi elektromagnetik yang mana sinar ultreaviolet dan sinar
tampak dapat dianggap sebagai energy yang merambat dalam bentuk
gelombang. panjang gelombang merupakan jarak linier dari satu titik pada
satu gelombang yang berdekatan. dimensi panjang gelombang adalah panjang
(L) yang dapat dinyatakan dalam centimeter (cm) atau yang lebih umum
adalah dalam unit-unit betikut :
1 angstrom =10-10
1 nanometer = 10-7 m = 10-9
1 mikrometer = 10-6 m = 10-4 cm
Frekuensi merupakan banyaknya gelombang yang melewati suatu
titik tertentu dalam satuan waktu. Dimensi frekuensi adalah seper waktu (T-1)
dan satuan yang digunakan biasanya detik -1). Satuan frekuensi juga dapat
dinyatakan sebagai putaran per detik atau hertz latin nu (v). Bilangan
gelombang merupakan seper panjang gelombang sehingga satuannya adalah
1/panjang. Jika panjang gelombang dinyatakan dengan cm, maka bilangan
gelombang dinyatakan dengan cm-1. (Sihombing, J dan novia nelza. 2022)
1
Spektrofotometri Absorbsi adalah suatu proses pengukuran
terhadap interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul-molekul /atom-
atom dari suatu bahan kimia yang mencakup spektrofotometri ultraviolet,
visible, infra merah, dan serapan atom. Spektrofotometri ultraviolet/ visible
merupakan teknik yang digunakan secara luas baik pada nalisa kualitatif
maupun kuantitatif terhadap bahan organtik mau anorganik. Metode
spektrofotometri sering diadakan pada bebrapa faktor antara lain dapat
digunakan untuk analisa suatu zat dalam jumlah kecil, pengerjaaannya cepat,
sederhana serta mudah mengiterprestasikan hasil yang
diperoleh.(Sihombing,Juna 2022)
2
Spektrofotometer UV-Vis double-beam adalah skema alat
spektrofotometer UV-Vis yang memiliki sumber cahaya ganda (double beam).
Pada alat ini larutan sampel dimasukkan bersama-sama dengan pelarut yang
tidak mengandung sampel. Alat ini lebih praktis dan mudah digunakan serta
memberikan hasil yang optimal.
Absorbsi Ketika suatu atom atau molekul menyerap cahaya maka
energi tersebut akan menyebabkan tereksitasinya elektron pada kulit terluar ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Tipe eksitasi tergantung pada panjang
gelombang cahaya yang diserap. Sinar ultraviolet dan sinar tampak akan
menyebabkan elektron tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi. Sistem yang
bertanggung jawab terhadap absorbsi cahaya disebut dengan kromofor.
Kromofor yang menyebabkan eksitasi dari σ ke σ* adalah sistem
yang mempunyai elektron σ pada orbital molekul. Senyawasenyawa yang
hanya mempunyai orbital σ adalah senyawa organik jenuh yang tidak
mempunyai pasangan elektron bebas. Transisi dari σ ke σ* ini akan
menghasilkan serapan pada λmaks sekitar 150 nm.
Transisi dari n ke σ* menyerap pada λmaks kecil dari 200 nm,
yang diberikan oleh sistem yang mempunyai elektron yang tidak berikatan dan
adanya orbital σ pada molekul. Senyawa-senyawa yang hanya mengandung n
dan orbital σ pada molekul adalah senyawa organik jenuh yang mengandung
satu atau lebih pasangan elektron bebas di dalam molekul.
Kromofor yang memberikan transisi dari π ke π* menyerap pada
λmaks kecil dari 200 nm (tidak terkonyugasi). Kromofor ini merupakan tipe
transisi dari sistem yang mengandung elektron π pada orbital molekulnya.
Sedangkan kromofor yang memberikan transisi dari n ke π* memberikan
serapan pada λmaks 300 nm.
Hukum Lambert-Beer
Hukum Lambert-Beer (Beer's law) adalah hubungan linearitas
antara absorban dengan konsentrasi larutan analit. Biasanya hukum Lambert-
beer ditulis dengan :
A=ε.b.C
A = absorban (serapan)
ε = koefisien ekstingsi molar (M-1 cm-1)
b = tebal kuvet (cm)
C = konsentrasi (M)
Pada beberapa buku ditulis juga :
A = E.b.C
E = koefisien ekstingsi spesifik (ml g-1 cm-1)
b = tebal kuvet (cm)
3
C= konsentrasi (gram/100 ml)
Hubungan antara E dan ε adalah :
E= 10. ε
massa molar
Y = a.b.X
4
X = ΣC per banyak sampel
b = tebal kuvet
a = ε = koefisien ekstingsi molar (Dachriyanus. 2014)
5
sinar ultra violet dan sinar tampak. Panjang gelombang paling rendah adalah
190 sampai 210 nm dan paling tinggi adalah 800 sampai 1000 nm.
Doublebeam dibuat untuk digunakan pada panjang gelombang 190 sampai
750 nm. Double-beam mempunyai dua sinar yang dibentuk oleh potongan
cermin yang berbentuk V yang disebut pemecah sinar. Sinar pertama melewati
larutan blanko dan sinar kedua secara serentak melewati sampel. Sumber sinar
polikromatis, untuk sinar UV adalah lampu deuterium, sedangkan sinar
Visibel atau sinar tampak adalah lampu wolfram. Monokromator pada
spektrometer UV-Vis digunakaan lensa prisma dan filter optik. Sel sampel
berupa kuvet yang terbuat dari kuarsa atau gelas dengan lebar yang bervariasi.
Detektor berupa detektor foto atau detektor panas atau detektor dioda foto,
berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya
menjadi arus listrik.
Syarat pengukuran Spektrofotometri UV-Visible dapat digunakan
untuk penentuan terhadap sampel yang berupa larutan, gas, atau uap. Pada
umumnya sampel harus diubah menjadi suatu larutan yang jernih Untuk
sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa persyaratan pelarut
yang dipakai antara lain:
1. Harus melarutkan sampel dengan sempurna.
2. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap
terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna (tidak
boleh mengabsorpsi sinar yang dipakai oleh sampel)
3. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis
4. Kemurniannya harus tinggi.
6
Interaksi sinar UV-Vis dengan senyawa
Interaksi sinar ultraviolet atau sinar tampak menghasilkan transisi
elektronik dari elektron-elektron ikatan, baik ikatan sigma () dan pi ()
maupun elektron non ikatan (n) yang ada dalam molekul organik. Elektron-
elektron ini berada di bagian luar dari molekul organik. Transisi elektronik
yang terjadi merupakan perpindahan elektron dari orbital ikatan atau non
ikatan ke tingkat orbital antiikatan atau disebut dengan tingkat eksitasi. Orbital
ikatan atau non ikatan sering disebut dengan orbital dasar, sehingga transisi
elektron sering dinyatakan sebagai transisi elektron dari tingkat dasar ke
tingkat tereksitasi. Tingkat tereksitasi dari elektron molekul organik hanya ada
dua jenis, yaitu pi bintang (*) dan sigma bintang (*), sehingga bila molekul
organik yang memiliki elektron-elektron sigma, pi, dan elektron nonikatan,
misalnya pada molekul aseton, maka tipe transisi elektroniknya meliputi
*, *, *, *, n *, n * (Gambar 3). Agar terjadi
transisi elektronik ini diperlukan energi yang besarnya sesuai dengan jenis
elektron ikatan dan nonikatan yang ada dalam molekul organik. Besarnya
energi untuk transisi dapat dihitung dari persamaan Planck, yaitu:
E = h x = h x C/.
Keterangan: E = energi
= frekuensi
C = kecepatan cahaya
= panjang gelombang
Satu senyawa organik yang hanya memiliki satu jenis ikatan sigma
saja, misalnya metana, maka jenis transisi elektron ikatan dalam molekul
tersebut hanya transisi *, sedangkan kalau dalam senyawa organik
memiliki ikatan sigma dan ikatan pi, misalnya pada senyawa butena, maka
jenis eksitasi elektronnya meliputi transisi *, *, *, *;
untuk senyawa organik yang memiliki ikatan sigma, ikatan pi, dan
mengandung elektron nonikatan, misalnya senyawa aseton, maka jenis transisi
elektronnya meliputi transisi *, *, *, *, n *, n
*.
transisi elektron * dalam molekul organik memerlukan E
yang paling besar, sedangkan transisi elektron n *, memerlukan E yang
paling kecil. Perbedaan energi untuk eksitasi berkaitan dengan panjang
gelombang sesuai dengan persamaan Planck, yang dinyatakan dalam
persamaan:
E = h . = h . c/
7
Keterangan: E = energi tiap foton
h = tetapan Planck (6,626 x 10-34 J.s),
= frekuensi sinar
c = kecepatan cahaya (3 x 108 m.s-1 ).
8
BAB II
PROSEDUR KERJA
B. Bahan
1. Asam asetat
2. Naphtyl amine
3. Asam sulfonil
4. Air kran
5. Aquades
9
BAB III
GAMBAR RANGKAIAN
10
gambar 3.1.7. beaker glass 100ml gambar 3.1.8. rak tabung nessler
11
3.2. Gambar Rangkaian
gambar 3.2.1.
12
BAB IV
DATA PENGAMATAN
Konsentrasi Absorbansi
(mL)
0,2 0,0251
0,3 0,0372
0,4 0,0493
0,5 0,0604
13
BAB V
PENGOLAHAN DATA
r = -2,8095
14
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
15
dalam obat-obatan untuk memastikan kemurnian obat dan digunakan juga
dalam berbagai penelitian.
6.2. Saran
Seharusya lapisan KBr dicuci bersih agar analisa tetap menghasilkan analisis
gugus fungsi yang tepat dan data yang akurat.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
18
19