Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Tujuan Percobaan Praktikum


1. Agar mahasiswa/I mampu untuk mengetahui susunan, cara kerja dan
penggunaan alat spektrofotometri.
2. Agar mahasiswa/I mengetahui hubungan konsentrasi terhadap absorbansi
pada pada pengukuran dengan spektrofotometer UV-Visibel.

1.2.Prinsip Percobaan
1.Berkas polykromatis diubah menjadi monokromatis.
2.Sinar yang diabsorbsi oleh bahan yang diselidiki sebanding dengan jumlah
(konsentrasi) bahan yang diselidiki.
3.Hukum Lambert-Beer.

1.3.Landasan Teori
1.3.1. Spektrophotometry
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet.
Radiasi elektromagnetik yang mana sinar ultreaviolet dan sinar
tampak dapat dianggap sebagai energy yang merambat dalam bentuk
gelombang. panjang gelombang merupakan jarak linier dari satu titik pada
satu gelombang yang berdekatan. dimensi panjang gelombang adalah panjang
(L) yang dapat dinyatakan dalam centimeter (cm) atau yang lebih umum
adalah dalam unit-unit betikut :
1 angstrom =10-10
1 nanometer = 10-7 m = 10-9
1 mikrometer = 10-6 m = 10-4 cm
Frekuensi merupakan banyaknya gelombang yang melewati suatu
titik tertentu dalam satuan waktu. Dimensi frekuensi adalah seper waktu (T-1)
dan satuan yang digunakan biasanya detik -1). Satuan frekuensi juga dapat
dinyatakan sebagai putaran per detik atau hertz latin nu (v). Bilangan
gelombang merupakan seper panjang gelombang sehingga satuannya adalah
1/panjang. Jika panjang gelombang dinyatakan dengan cm, maka bilangan
gelombang dinyatakan dengan cm-1. (Sihombing, J dan novia nelza. 2022)

1
Spektrofotometri Absorbsi adalah suatu proses pengukuran
terhadap interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul-molekul /atom-
atom dari suatu bahan kimia yang mencakup spektrofotometri ultraviolet,
visible, infra merah, dan serapan atom. Spektrofotometri ultraviolet/ visible
merupakan teknik yang digunakan secara luas baik pada nalisa kualitatif
maupun kuantitatif terhadap bahan organtik mau anorganik. Metode
spektrofotometri sering diadakan pada bebrapa faktor antara lain dapat
digunakan untuk analisa suatu zat dalam jumlah kecil, pengerjaaannya cepat,
sederhana serta mudah mengiterprestasikan hasil yang
diperoleh.(Sihombing,Juna 2022)

1.3.2. Spektrofotometer UV & UV – Visibel


Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang
dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh
sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup
untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion
anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai
bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa
didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk
pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa
ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu
dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Sinar ultraviolet berada pada
panjang gelombang 200-400 nm sedangkan sinar tampak berada pada panjang
gelombang 400-800 nm.
Panjang gelombang (λ) itu sendiri adalah jarak antara satu lembah
dan satu puncak seperti gambar dibawah ini, sedangkan frekuensi adalah
kecepatan cahaya dibagi dengan panjang gelombang (λ). Bilangan gelombang
(v) adalah satu satuan per panjang gelombang.
Instrumentasi Sebagai sumber cahaya biasanya digunakan lampu
hidrogen atau deuterium untuk pengukuran uv dan lampu tungsten untuk
pengukuran pada cahaya tampak. Panjang gelombang dari sumber cahaya
akan dibagi oleh pemisah panjang gelombang (wavelength separator) seperti
prisma atau monokromator. Spektrum didapatkan dengan cara scanning oleh
wavelength separator sedangkan pengukuran kuantitatif bisa dibuat dari
spektrum atau pada panjang gelombang tertentu. Skema alat spektrofotometer
UV-Vis single-beam adalah skema alat spektrofotometer UV-Vis yang
memiliki sumber cahaya tunggal, dimana sinyal pelarut dihilangkan terlebih
dahulu dengan mengukur pelarut tanpa sampel, setelah itu larutan sample
dapat diukur.

2
Spektrofotometer UV-Vis double-beam adalah skema alat
spektrofotometer UV-Vis yang memiliki sumber cahaya ganda (double beam).
Pada alat ini larutan sampel dimasukkan bersama-sama dengan pelarut yang
tidak mengandung sampel. Alat ini lebih praktis dan mudah digunakan serta
memberikan hasil yang optimal.
Absorbsi Ketika suatu atom atau molekul menyerap cahaya maka
energi tersebut akan menyebabkan tereksitasinya elektron pada kulit terluar ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Tipe eksitasi tergantung pada panjang
gelombang cahaya yang diserap. Sinar ultraviolet dan sinar tampak akan
menyebabkan elektron tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi. Sistem yang
bertanggung jawab terhadap absorbsi cahaya disebut dengan kromofor.
Kromofor yang menyebabkan eksitasi dari σ ke σ* adalah sistem
yang mempunyai elektron σ pada orbital molekul. Senyawasenyawa yang
hanya mempunyai orbital σ adalah senyawa organik jenuh yang tidak
mempunyai pasangan elektron bebas. Transisi dari σ ke σ* ini akan
menghasilkan serapan pada λmaks sekitar 150 nm.
Transisi dari n ke σ* menyerap pada λmaks kecil dari 200 nm,
yang diberikan oleh sistem yang mempunyai elektron yang tidak berikatan dan
adanya orbital σ pada molekul. Senyawa-senyawa yang hanya mengandung n
dan orbital σ pada molekul adalah senyawa organik jenuh yang mengandung
satu atau lebih pasangan elektron bebas di dalam molekul.
Kromofor yang memberikan transisi dari π ke π* menyerap pada
λmaks kecil dari 200 nm (tidak terkonyugasi). Kromofor ini merupakan tipe
transisi dari sistem yang mengandung elektron π pada orbital molekulnya.
Sedangkan kromofor yang memberikan transisi dari n ke π* memberikan
serapan pada λmaks 300 nm.

Hukum Lambert-Beer
Hukum Lambert-Beer (Beer's law) adalah hubungan linearitas
antara absorban dengan konsentrasi larutan analit. Biasanya hukum Lambert-
beer ditulis dengan :
A=ε.b.C
A = absorban (serapan)
ε = koefisien ekstingsi molar (M-1 cm-1)
b = tebal kuvet (cm)
C = konsentrasi (M)
Pada beberapa buku ditulis juga :
A = E.b.C
E = koefisien ekstingsi spesifik (ml g-1 cm-1)
b = tebal kuvet (cm)

3
C= konsentrasi (gram/100 ml)
Hubungan antara E dan ε adalah :
E= 10. ε
massa molar

Pada percobaan, yang terukur adalah transmitan (T), yang didefinisikan


sebagai berikut :
T = I / Io

I = intensitas cahaya setelah melewati sampel


Io = adalah intensitas cahaya awal

Limitasi dari hukum Lambert-Beer


Hukum Lambert-Beer terbatas karena sifat kimia dan faktor
instrumen. Penyebab non linearitas ini adalah :

•Deviasi koefisien ekstingsi pada konsentrasi tinggi (>0.01M),


yang disebabkan oleh interaksi elektrostatik antara molekul
karena jaraknya yang terlalu dekat
•Hamburan cahaya karena adanya partikel dalam sampel
•Fluoresensi atau fosforesensi sampel
•Berubahnya indeks bias pada konsentrasi yang tinggi
•Pergeseran kesetimbangan kimia sebagai fungsi dari konsentrasi
•Radiasi non-monokromatik; deviasi bisa dikurangi dengan
menggunakan bagian yang datar pada absorban yaitu pada
panjang gelombang maksimum.
• Kehilangan cahaya.

Instrumen modern bisa menampilkan data dalam persen


transmitan, T atau absorban, A. Untuk menentukan konsentrasi analit, bisa
dilakukan dengan mengukur banyaknya cahaya yang diabsorbsi sampel
dengan menggunakan hukum Beer. Jika koefisien ekstingsi molar tidak
diketahui, maka konsentrasi bisa diukur dengan menggunakan kurva kalibrasi
absorban vs konsentrasi dari larutan standar yang dibuat. Larutan standar
dibuat dalam berbagai konsentrasi yang terukur, kemudian diukur
absorbannya. Setelah itu dapat juga dengan mencari koefisien ekstingsi molar
(ε) dari larutan standar tersebut dengan memakai persamaan garis lurus.

Y = a.b.X

Y = ΣA per banyak sampel

4
X = ΣC per banyak sampel
b = tebal kuvet
a = ε = koefisien ekstingsi molar (Dachriyanus. 2014)

Ultraviolet jauh memiliki rentang panjang gelombang ± 10 – 200


nm, sedangkan ultraviolet dekat memiliki rentang panjang gelombang ± 200-
400 nm. Cahaya UV tidak bisa dilihat oleh manusia, namun beberapa hewan,
termasuk burung, reptil dan serangga seperti lebah dapat melihat sinar pada
panjang gelombang UV.
Interaksi senyawa organik dengan sinar ultraviolet dan sinar
tampak, dapat digunakan untuk menentukan struktur molekul senyawa
organik. Bagian dari molekul yang paling cepat bereaksi dengan sinar tersebut
adalah elektron-elektron ikatan dan elektron-elektron nonikatan (elektron
bebas). Sinar ultralembayung dan sinar tampak merupakan energi, yang bila
mengenai elektron-elektron tersebut, maka elektron akan tereksitasi dari
keadaan dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi, eksitasi elektron-elektron
ini, direkam dalam bentuk spektrum yang dinyatakan sebagai panjang
gelombang dan absorbansi, sesuai dengan jenis elektron-elektron yang
terdapat dalam molekul yang dianalisis. Makin mudah elektron-elektron
bereksitasi makin besar panjang gelombang yang diabsorbsi, makin banyak
elektron yang bereksitasi makin tinggi absorban. Pada spektrofotometri UV-
Vis ada beberapa istilah yang digunakan terkait dengan molekul, yaitu
kromofor, auksokrom, efek batokromik atau pergeseran merah, efek
hipokromik atau pergeseran biru, hipsokromik, dan hipokromik. Kromofor
adalah molekul atau bagian molekul yang mengabsorbsi sinar dengan kuat di
daerah UV-Vis, misalnya heksana, aseton, asetilen, benzena, karbonil,
karbondioksida, karbonmonooksida, gas nitrogen. Auksokrom adalah gugus
fungsi yang mengandung pasangan elektron bebas berikatan kovalen tunggal,
yang terikat pada kromofor yang mengintensifkan absorbsi sinar UV-Vis pada
kromofor tersebut, baik panjang gelombang maupun intensitasnya, misalnya
gugus hidroksi, amina, halida, alkoksi.

Tipe-tipe Spektrofotometer UV-Vis

Pada umumnya terdapat dua tipe instrumen spektrofotometer, yaitu


single-beam dan double-beam.
Single-beam instrument dapat digunakan untuk kuantitatif dengan
mengukur absorbansi pada panjang gelombang tunggal. Single-beam
instrument mempunyai beberapa keuntungan yaitu sederhana, harganya
murah, dan mengurangi biaya yang ada merupakan keuntungan yang nyata.
Beberapa instrumen menghasilkan single-beam instrument untuk pengukuran

5
sinar ultra violet dan sinar tampak. Panjang gelombang paling rendah adalah
190 sampai 210 nm dan paling tinggi adalah 800 sampai 1000 nm.
Doublebeam dibuat untuk digunakan pada panjang gelombang 190 sampai
750 nm. Double-beam mempunyai dua sinar yang dibentuk oleh potongan
cermin yang berbentuk V yang disebut pemecah sinar. Sinar pertama melewati
larutan blanko dan sinar kedua secara serentak melewati sampel. Sumber sinar
polikromatis, untuk sinar UV adalah lampu deuterium, sedangkan sinar
Visibel atau sinar tampak adalah lampu wolfram. Monokromator pada
spektrometer UV-Vis digunakaan lensa prisma dan filter optik. Sel sampel
berupa kuvet yang terbuat dari kuarsa atau gelas dengan lebar yang bervariasi.
Detektor berupa detektor foto atau detektor panas atau detektor dioda foto,
berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya
menjadi arus listrik.
Syarat pengukuran Spektrofotometri UV-Visible dapat digunakan
untuk penentuan terhadap sampel yang berupa larutan, gas, atau uap. Pada
umumnya sampel harus diubah menjadi suatu larutan yang jernih Untuk
sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa persyaratan pelarut
yang dipakai antara lain:
1. Harus melarutkan sampel dengan sempurna.
2. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap
terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna (tidak
boleh mengabsorpsi sinar yang dipakai oleh sampel)
3. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis
4. Kemurniannya harus tinggi.

Pelarut yang sering digunakan adalah air, etanol, metanol dan


nheksana karena pelarut ini transparan pada daerah UV
Untuk mendapatkan spektrum UV-Vis yang baik perlu
diperhatikan pula konsentrasi sampel. Hubungan antara absorbansi terhadap
konsentrasi akan linier (A≈C) apabila nilai absorbansi larutan antara 0,2-0,8
(0,2 ≤ A < 0,8) atau sering disebut sebagai daerah berlakunya hukum
Lambert-Beer dengan lebar sel 1 cm, dan besarnya absorbansi ini untuk
senyawa yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang mengalami eksitasi
elektron   *, dengan ε 8.000 – 20.000; konsentrasi larutan sekitar 4 x 10‫־‬
5 mol/L; sedangkan untuk senyawa yang hanya memiliki eksitasi elektron n
 *, ε 10 – 100, maka konsentrasinya sekitar 10‫ ־‬2 mol/L . Bila senyawa
yang akan diukur tidak diketahui Mr-nya, konsentrasi larutan dengan
absorbansi tersebut biasanya digunakan 10 ppm, bila absorbansi yang
diperoleh masih terlalu tinggi, larutan sampel tersebut harus diencerkan;
sebaliknya bila terlalu rendah, maka jumlah sampel harus ditambah.

6
Interaksi sinar UV-Vis dengan senyawa
Interaksi sinar ultraviolet atau sinar tampak menghasilkan transisi
elektronik dari elektron-elektron ikatan, baik ikatan sigma () dan pi ()
maupun elektron non ikatan (n) yang ada dalam molekul organik. Elektron-
elektron ini berada di bagian luar dari molekul organik. Transisi elektronik
yang terjadi merupakan perpindahan elektron dari orbital ikatan atau non
ikatan ke tingkat orbital antiikatan atau disebut dengan tingkat eksitasi. Orbital
ikatan atau non ikatan sering disebut dengan orbital dasar, sehingga transisi
elektron sering dinyatakan sebagai transisi elektron dari tingkat dasar ke
tingkat tereksitasi. Tingkat tereksitasi dari elektron molekul organik hanya ada
dua jenis, yaitu pi bintang (*) dan sigma bintang (*), sehingga bila molekul
organik yang memiliki elektron-elektron sigma, pi, dan elektron nonikatan,
misalnya pada molekul aseton, maka tipe transisi elektroniknya meliputi  
*,  *,   *, *, n  *, n  * (Gambar 3). Agar terjadi
transisi elektronik ini diperlukan energi yang besarnya sesuai dengan jenis
elektron ikatan dan nonikatan yang ada dalam molekul organik. Besarnya
energi untuk transisi dapat dihitung dari persamaan Planck, yaitu:
E = h x  = h x C/.
Keterangan: E = energi
 = frekuensi
C = kecepatan cahaya
 = panjang gelombang

Satu senyawa organik yang hanya memiliki satu jenis ikatan sigma
saja, misalnya metana, maka jenis transisi elektron ikatan dalam molekul
tersebut hanya transisi   *, sedangkan kalau dalam senyawa organik
memiliki ikatan sigma dan ikatan pi, misalnya pada senyawa butena, maka
jenis eksitasi elektronnya meliputi transisi   *,  *,   *, *;
untuk senyawa organik yang memiliki ikatan sigma, ikatan pi, dan
mengandung elektron nonikatan, misalnya senyawa aseton, maka jenis transisi
elektronnya meliputi transisi   *,  *,   *, *, n  *, n 
*.
transisi elektron   * dalam molekul organik memerlukan E
yang paling besar, sedangkan transisi elektron n  *, memerlukan E yang
paling kecil. Perbedaan energi untuk eksitasi berkaitan dengan panjang
gelombang sesuai dengan persamaan Planck, yang dinyatakan dalam
persamaan:
E = h .  = h . c/

7
Keterangan: E = energi tiap foton
h = tetapan Planck (6,626 x 10-34 J.s),
 = frekuensi sinar
c = kecepatan cahaya (3 x 108 m.s-1 ).

Sehingga berdasarkan persamaan tersebut transisi elektron  


*, memerlukan panjang gelombang paling kecil atau energi paling besar,
sedangkan untuk transisi elektron n  *, memerlukan panjang gelombang
yang paling besar. Sinar ultraviolet (UV) mempunyai rentang panjang
gelombang dari 100-400 nm, sedangkan sinar tampak (Vis) 400-750 nm, sinar
dimulai dari tidak berwarna-ungu-merah. Umumnya senyawa organik yang
hanya memiliki ikatan sigma, akan mengabsorbsi panjang gelombang UV
pada panjang gelombang di bawah 200 nm; absorpsi pada panjang gelombang
tersebut disebut dengan absorpsi di daerah ultraviolet vakum (daerah di bawah
200 nm) merupakan daerah yang sukar memperoleh informasi mengenai
struktur molekul organik; sedangkan molekul organik yang memiliki ikatan pi
atau memiliki elektron nonikatan akan mengabsorbsi pada panjang gelombang
yang lebih besar.
Spektrum UV-Vis digambarkan dalam bentuk dua dimensi, dengan
absis merupakan panjang gelombang dan ordinat merupakan absorban
(serapan). Umumnya spektrum UV-Vis berbentuk pita lebar, pita melebar dari
spektrum UV-Vis disebabkan karena energi yang diabsorbsi selain
menyebabkan transisi elektronik terjadi pula transisi rotasi elektron dan
vibrasi elektron ikatan dalam molekul. Perbedaan energi transisitransisi ini
kecil, dan transisi dapat terjadi dari keadaan dasar mana saja ke keadaan
transisi yang mana saja, akibatnya maka diperoleh pita yang lebar, sedangkan
pada spektrum IR, bentuk spektrumnya mempunyai bentuk pita yang lebih
tajam, karena sinar IR hanya menyebabkan perubahan vibrasi ikatanikatan
dalam molekul Semakin banyak sinar diabsorbsi oleh sampel organik pada
panjang gelombang tertentu, semakin tinggi absorban, yang dinyatakan dalam
hukum Lambert-Beer:
A = log Io/I = a . b . c = ε . b . c
Keterangan:
A = absorban
a = absorptivitas ( g-1 cm-1 )
b = lebar sel yang dilalui sinar (cm)
c = konsentrasi (mol/L)
ε = ekstinsi (absorptivitas) molar ( M-1 cm-1 )
Io = intensitas sinar sebelum melalui sampel
I = intensitas sinar setelah melalui sampel (Suhartati, Tati .2017 )

8
BAB II
PROSEDUR KERJA

2.1.Alat Dan Bahan


A. Alat
1. pipet ukur 5 ml
2. beaker glass 50 ml
3. bola hisap
4. tabung nessler 50 ml
5. botol semprot
6. botol reagen
7. beaker glass 100 ml
8. pipet ukur 10 ml
9. pipet ukur 1 ml
10. Rak tabung nessler

B. Bahan
1. Asam asetat
2. Naphtyl amine
3. Asam sulfonil
4. Air kran
5. Aquades

2.2. Prosedur Kerja


2.2.1. Perlakuan standart NO2 (10 ppm)
1. Air kran ditambahkan ke dalam masing-masing wadah tabung nessler
lalu dipipet NO2 masing-masing sebanyak 0,2 mL,0,3 mL, 0,4 mL,
0,5 mL, dan ditambahkan reagen asam sulfonil 1 mL, asam asetat 0,5
mL, dan naphtyl amine 1 mL.
2.2.2. Perlakuan sampel
1. Sampel sebanyak 5 mL dan 10 mL ditambahkan ke dalam duabuah
wadah tabung nessler lalu ditambahkan aquades sampai tanda batas
dan dihomogenkan.
2. Masing-masing larutan diamati untuk mengetahui warna yang
mendekati terhadap perlakuan sampel lalu diambil data pengamatan.

9
BAB III
GAMBAR RANGKAIAN

3.1. Gambar peralatan

gambar 3.1.1. pipet ukur 5 ml Gambar 3.1.2. beaker glass 50 ml

gambar 3.1.3. bola hisap gambar 3.1.4. tabung nessler

gambar 3.1.5. botol semprot gambar 3.1.6. botol reagen

10
gambar 3.1.7. beaker glass 100ml gambar 3.1.8. rak tabung nessler

gambar 3.1.9. pipet


gambar 3.1.9. pipet ukur 1 ml ukur 10ml

11
3.2. Gambar Rangkaian

gambar 3.2.1.

3.3. Keterangan Gambar Rangkaian

3.2.1. Rangkaan Spektrofotometer UV Visible

12
BAB IV

DATA PENGAMATAN

Tabel data pengamatan analisa NO2

Konsentrasi Absorbansi
(mL)
0,2 0,0251
0,3 0,0372
0,4 0,0493
0,5 0,0604

Untuk sampel 1 dan 2 mendekati nilai 4 ppm


n X Y X2 X.Y Y2
1 2 0,0251 4 0,0502 0,0006
2 3 0,0372 9 0,1116 0,00013
3 4 0,0493 16 0,1972 0,0021
4 5 0,0604 25 0,302 0,0036
∑ n= 4 ∑ X = 14 ∑ Y = 0,172 ∑ X2= 54 ∑ X.Y=0,661 ∑ Y2 = 0,0064

13
BAB V
PENGOLAHAN DATA

5.1.Perhitungan regresi linier sederhana


Y = a+Bx
b = n(∑xy)-(∑x)(∑y)
n(∑x2)-(∑x)2
b = 4(0,661)-(14)(0,172)
4(54)-196
b = 0,236
20
b = 0,0118
a = ∑y-b∑x
n
a = 0,172-0,0118(14)
4
a = 0,0017
5.2.Perhitungan Koefisien Korelasi Concentration vs Absorbansi
r = nxy-(∑x)( ∑y)
{n∑x2-(∑x)2}{n∑y2-(∑y)2
r = 4(0,661)-(14)(0,172)
{4(54)-(196)}{4(0,0064)-(0,172)2

r = -2,8095

14
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara


energy yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi
yang berupa molekul. Besar energy yang diserap tertentu dan
menyebabkan electron tereksitasi dari ground state ke keadaan tereksitasi
yang memiliki energy lebih tinggi. Serapan tidak terjadi seketika pada
daerah ultraviolet-visible untuk semua struktur elektronik tetapi hanya
pada systemsistem terkonjugasi, struktur elektronik dengan adanya ikatan
p dan non bonding electron. Spektrofotometer adalah sebuah alat yang
digunakan untuk menganalisa suatu senyawa baik dari segi kualitatif dan
kuantitatif, dengan cara mengukur absorban suatu cuplikan sebagai fungsi
dari konsentrasi.

2. a. Serapan C=O dengan bilangan gelombang 1715 cm-1 yang menunjukkan


adanya keton.

b. Serapan O-H dengan bilangan gelombang 3391 cm-1 yang menunjukkan


adanya
alkohol.
c. Serapan C-H dengan bilangan gelombang 2960 cm-1 yang menunjukkan
adanya CH-Methyl sebagai CH3.
d. Senyawa pada infagram 1 adaalah senyawa aseton.
e. Senyawa pada infagram 2 adalah senyawa etanol.
f. Senyawa pada infagram 3 adalah senyawa vanilin.

3. Aplikasi spektrofotometer inframerah dapat digunakan dalam dunia


industri,seperti : pada industri farmasi digunakan spektrofotometer untuk
menganalisa gugus fungsi dari senyawa-senyawa gugus yang terkandung di

15
dalam obat-obatan untuk memastikan kemurnian obat dan digunakan juga
dalam berbagai penelitian.

6.2. Saran
Seharusya lapisan KBr dicuci bersih agar analisa tetap menghasilkan analisis
gugus fungsi yang tepat dan data yang akurat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dachriyanus. 2014. Analisis Struktur Organik Secara Spektroskopi. Padang


:LPTK Universitas Andalas.

Sihombing, J dan novia nelza. 2022.kimia Analisa instrument


dan aplikasinya.Medan: Politeknik Teknologi Kimia
Industri.
Sihombing, Juna. 2022. Penuntun Praktikum Kimia Analisa Instrumen .Medan:
Politeknik Teknologi Kimia Industri.

Suhartati, Tati .2017. DASAR-DASAR SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS DAN


SPEKTROMETRI MASSA UNTUK PENENTUAN STRUKTUR
SENYAWA ORGANIK .Bandar Lampung : CV.Anugrah Utama Raharja
Anggota IKAPI.

17
LAMPIRAN

18
19

Anda mungkin juga menyukai