Anda di halaman 1dari 23

PENGUKURAN KADAR ION NITRIT DENGAN

SPEKTROFOTOMETER UV-VISIBLE

Laporan Praktikum Kimia Analisis Instrumen

Aditya Imam Saputra

11180960000027

Kelompok 2

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA

2021/1442H
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Spektrofotometer UV-Visible sering digunakan untuk keperluan

penetapan kadar danidentifikasi suatu senyawa. Panjang gelombang yang secara

maksimum diabsorbsi ditentukandengan mengukur absorbansi sampel pada

rentang panjang gelombang yang telah ditentukan.Setelah cahaya melewati

larutan uji, energi cahaya yang melewati phototube dinyatakansebagai rasio

transmitansi cahaya I (cahaya yang melewati sample) terhadap cahaya incidentI0

(intensitas cahaya dari sumber sebelum melewati sample). Cahaya yang diterima

phototube adalah diukur sebagai persen transmitansi (%T) atau sebagai log

kebalikannya, absorbansi(A).

Nitrit merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nirat (ntrifikasi)

dan antara nitrat dan gas nitrogen (denitrifikasi). Denitrifikasi berlangsung pada

kondisi anaerob. Pada denitrifikasi, gas N2 yang dapat terlepas dilepaskan dari

dalam air ke udara. Ion nitrit dapat berperan sebagai sumber nitrogen bagi

tanaman. Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis

perombakan bahan organic yang memiliki kadar oksigen telarut sangat rendah..

Kadar nitrit juga mempengaruhi lingkungan. Kadar nitrit yang tinggi akan

mencemari air alam dan mempengaruhi kesehatan manusia. Untuk itu,

diperlukan analisa Nitrit dalam suatu senyawa dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis dengan membandingkan nilai absorbansi dengan

konsentrasi larutan standar melalui kurva kalibrasi sehingga dapat diketahui

konsentrasi ion nitrit dalam sampel yang ingin diketahui kadar nitrit nya.
1.2 Rumusan masalah

a. Bagaimana mahasiswa dapat memahami prinsip yang melandasi metode

pengukuran kadar suatu senyawa dengan menggunakan spektrofotometer

Uv-Visible?

b. Bagaimana mahasiswa mampu menentukan kadar ion nitrit dalam suatu

sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Visible?

1.3 Tujuan

a. Mahasiswa memahami prinsip yang melandasi metode pengukuran kadar

suatu senyawa dengan menggunakan spektrofotometer Uv-Visible.

b. Mahasiswa mampu menentukan kadar ion nitrit dalam suatu sampel

dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Visible.

1.4 Manfaat

Mahasiswa mampu menganalisis kadar ion nitrit dalam suatu sampel

dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan lebih terampil sehingga

mengahasilkan hasil yang lebih akurat dan presisi. Dari kegiatan praktikum ini

juga diharapkan mampu membantu mahasiswa pada saat melaksanakan tugas

akhir atau skripsi yang berkaitan dengan penentuan kadar ion nitrit

menggunakan spektrofotometer UV-Vis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spektrofotometer Uv-Vis

` Spektrofotometri adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan

spektrofotometer. Sektriofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer

dan fotometer. Spektofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur

energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau

diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, dan

fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang

diabsorpsi.(Gusnedi 2013)

Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan

intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.

Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energy yang cukup untuk

mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi.

Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau

kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar

dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spectrum

ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif.

Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur

absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum

Lambert-Beer (Dachriyanus 2004).

Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi

perpindahan elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi.


Perpindahan elektron ini disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang

diserap adalah cahaya inframerah maka elektron yang ada dalam atom atau

elektron ikatan pada suatu molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi).

Sedangkan gerakan berputar elektron terjadi pada energi yang lebih rendah

lagi misalnya pada gelombang radio. Atas dasar inilah spektrofotometri

dirancang untuk mengukur konsentrasi suatu suatu yang ada dalam suatu

sampel. Dimana zat yang ada dalam sel sampel disinari dengan cahaya yang

memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya mengenai sampel

sebagian akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan

diteruskan. (Wibowo 2012)

2.2 Absorbansi

Ketika suatu atom atau molekul menyerap cahaya maka energi tersebut

akan menyebabkan tereksitasinya elektron pada kulit terluar ke tingkat energi

yang lebih tinggi. Tipe eksitasi tergantung pada panjang gelombang cahaya yang

diserap. Sinar ultraviolet dan sinar tampak akan menyebabkan elektron

tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi. Sistem yang bertanggung jawab terhadap

absorbsi cahaya disebut dengan kromofor (Dachriyanus 2004)

Apabila radiasi atau cahaya putih dilewatkan melalui larutan berwarna,

maka radiasi dengan panjang gelombang tertentu akan diserap (absorbsi) secara

selektif dan radiasi lainnya akan diteruskan (transmisi). Absorbansi adalah

perbandingan intensitas sinar yang diserap dengan intensitas sinar datang. Nilai

absorbansi ini akan bergantung pada kadar zat yang terkandung di dalamnya,

semakin banyak kadar zat yang terkandung dalam suatu sampel maka semakin

banyak molekul yang akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu
sehingga nilai absorbansi semakin besar atau dengan kata lain nilai absorbansi

akan berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang terkandung didalam suatu

sampel.(Gusnedi 2013)

Spektrum absorbsi dalam daerahdaerah ultra ungu dan sinar tampak

umumnya terdiri dari satu atau beberapa pita absorbsi yang lebar, semua

molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UVtampak. Oleh karena itu

mereka mengandung electron, baik yang dipakai bersama atau tidak, yang dapat

dieksitasi ke tingkat yang lebih tinggi. Panjang gelombang pada waktu absorbsi

terjadi tergantung pada bagaimana erat electron terikat di dalam molekul.

Elektron dalam satu ikatan kovalen tunggal erat ikatannya dan radiasi dengan

energy tinggi, atau panjang gelombang pendek, diperlukan eksitasinya. Bila

Absorbansi (A) dihubungkan dengan transmitansi (T), dinyatakan dengan

hukum Lambert-beer atau Hukum Beer. Berdasarkan hukum Lambert-Beer,

rumus yang digunakan untuk menghitung banyaknya cahaya yang hamburkan

Transmittan (T) = I/I0 maka dapat diperoleh A=log 1/T . Absorptivitas (a)

merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet,

dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Tetapi tergantung pada

suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi (Putri 2017)

A = log l/lo atau A = a.b.c

Dimana:

A = Absorbansi

a = koefisien serapan molar


b = tebal media cuplikan yang dilewati sinar

c = konsentrasi unsur dalam larutan cuplikan

lo = intensitas sinar mula-mula

l = intensitas sinar yang diteruskan

2.3 Kurva Kalibrasi

Kurva kalibrasi merupakan suatu garis yang diperoleh dari titik-titik

yang menyatakan suatu konsentrasi terhadap absorbansi yang diserap setelah

dilakukan analisa regresi linier (Harisman and Sugiarso 2014). Kurva baku atau

kurva kalibrasi adalah kurva yang diperoleh dengan memplotkan nilai absorban

dengan kosentrasi larutan standar yang bervariasi menggunakan panjang

gelombang maksimum. Kurva ini merupakan hubungan antara absorbansi

dengan kosentrasi. Bila hukum LambertBeer terpenuhi maka kurva kalibrasi

berupa garis lurus. Pada pembuatan kurva baku ini digunakan persamaan garis

yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil yaitu y = bx +a (Aryasa et al. 2018)

Koefisien korelasi atau uji kelinearan yang menyatakan ukuran

kesempurnaan hubungan antara konsentrasi dan absorbansi ditentukan untuk

mengetahui keabsahan kurva kalibrasi yang didapat. Koefisien korelasi (r)

dikatakan sempurna jika nilai mendekati +1, apabila r bernilai 0 maka tidak ada

korelasi antara konsentrasi dan absorbansi. Koefisien korelasi yang bernilai +1

menunjukkan korelasi dengan kemiringan (slope) positif, sedangkan yang

bernilai -1 menunjukkan korelasi dengan kemiringan (slope) negative (Cut

Aoyna and Cut Nuzlia 2019)

2.4 Nitrit
Nitrit merupakan ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari

siklus nitrogen.Tingginya kandungan nitrit pada air hujan disebabkan nitrit

sangat mudah bercampur dengan air dan terdapat bebas di dalam lingkungan.

Ion nitrit berasal dari ion ammonium oleh kegiatan mikroorganisme di dalam air

dan limbah ammonium yang diubah menjadi nitrat. Secara alami, nitrit bersama

dengan nitrat merupakan bagian dari siklus nitrogen. Nitrit dan nitrat dihasilkan

dari proses fiksasi nitrogen di alam oleh bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter.

Nitrit juga dapat terbentuk dari reduksi lebih lanjut nitrat. Berbeda dengan nitrit

yang bersifat karsinogenik, nitrat dalam tubuh dapat berperan sebagai

prokarsinogen. Nitrat dapat bereaksi dengan senyawa kimia lain membentuk

senyawa yang bersifat karsinogenik setelah mengalami reduksi terlebih dahulu

menjadi nitrit (Dewi, Dhyanaputri, and Karta 2020).

Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang hanya sebagian teroksidasi. Nitrit

tidak ditemukan dalam air limbah yang segar, melainkan dalam limbah yang

sudah basi atau lama. Nitrit tidak dapat bertahan lama dan merupakan keadaan

sementara proses oksidasi antara amoniak dan nitrat. Nitrit bersumber dari

bahan-bahan yang bersifat korosif dan banyak dipergunakan di pabrik-pabrik.

Nitrit tidak tetap dan dapat berubah menjadi amoniak atau dioksidasi menjadi

nitrat (Emilia 2019)

Selain itu, nitrit dan nitrat di alam dapat dihasilkan secara alami maupun

dari aktivitas manusia. Sumber alami nitrit dan nitrat adalah siklus nitrogen

sedangkan sumber dari aktivitas manusia berasal dari penggunaan pupuk

nitrogen, limbah industri dan limbah organik manusia. Pembentukan nitrit

dan nitrat pada siklus nitrogen terjadi melalui proses fiksasi nitrogen oleh
bakteri Rhizobium, nitrifikasi dan dinitrifikasi oleh bakteri Pseudomonas

denitrifican. Nitritifikasi melibatkan dua proses yaitu nitritasi oleh bakteri

Nitrosomonas dan nitratasi oleh bakteri Nitrobacter. Pada kondisi anaerob,

nitrat adalah bentuk nitrogen yang cukup stabil tetapi dapat direduksi menjadi

nitrit melalui proses nitratas (Setiowati, Roto, and Wahyuni 2016)


BAB III

METODELOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari kamis, 25 Maret 2021 di Pusat

Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Pada percobaan kali ini yang digunakan adalah Kuvet quartz dan

Spetrofotometer UV-Visible Lambda 25 Perkin Elmer

3.2.2 Bahan

Bahan pada percobaan kali ini yang digunakan adalah Standar nitrit p.a,

Asam sulfanilik p.a, Naphthylethylenediamine, Asam asetat p.a,

Methanol p.a, dan Aquades.


3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pembuatan larutan standar nitrit (NO2-)

1. Diambil 7 tabung reaksi bersih dan kering dan beri label pada

masing-masing tabung.

Tabun Tabun Tabun Tabun Tabun Tabun Tabun


g1 g2 g3 g4 g5 g6 g7
blanko 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 Sampe
ppm ppm ppm ppm ppm l

2. Dipet 2,5 ml aquades ke dalam tabung reaksi yang berlabel

blanko, sedangkan kelima tabung reaksi berikutnya pipet

sejumlah volume 0.4 ml, 0.7 ml, 1.0 ml, dan 1.3 ml larutan

standar nitrit 2,5 ppm.

3. Berikutnya pipet sejumlah 2,5 ml larutan sampel dan

masukkan ke dalam tabung yang telah diberi label sampel.

4. Selanjutnya ditambahkan 2.5 mL reagent pewarna ke dalam

setiap tabung termasuk ke dalam blangko dan sampel.

Larutan pewarna terdiri dari asam sulfanilik,

naphthylethylenediamine dan asam asetat.

5. Ditambahkan aquades ke dalam masing-masing tabung

(kecuali blangko) hingga volume total setiap tabung reaksi

mencapai 5,0 ml.


6. Ditutup setiap tabung reaksi tersebut dengan menggunakan

parafilm dan homogenkan larutan didalamnya dengan

membalikkan perlahan-lahan.

7. Dibiarkan selama 15 menit hingga warna yang terbentuk

stabil.

3.3.2 Pengukuran Panjang Gelombang untuk Absorbansi

maksimum (λmaks) :

1. Pertama-tama tentukan range panjang gelombang yang akan

digunakan dan set absorbansi ke 0.00 dengan menggunakan

blanko dalam kuvet yang telah disediakan.

2. Pilih salah satu seri larutan standar (misal standar nitrit 0.01

ppm), masukkan ke dalam kuvet dan tentukan panjang

gelombang yang memiliki absorbansi maksimum ( λmaks).

Gunakan panjang gelombang ini untuk pengukuran

absorbansi semua larutan.

3.3.3 Pengukuran absorbansi larutan standar pada panjang

gelombang maksimum (λmaks)

1. diset spektrofotometer ke panjang gelombang yang memiliki

absorbansi maksimum (λmaks) yang telah ditentukan pada

langkah sebelumnya. Gunakan larutan blanko dan kalibrasi

alat spektrofotometer hingga nilai absorbansi 0.00.

2. Diukur absorbansi masing-masing larutan standar nitrit yang

telah dipersiapkan sebelumnya. Pengukuran dimulai dari

konsentrasi yang terendah.


3. Dibuat kurva kalibrasi yang menggambarkan hubungan

antara absorbansi (sumbu Y) dengan konsentrasi (Sumbu X).

3.3.4 Penentuan konsentrasi sampel

1. Dimasukkan sampel yang akan dianalisa ke dalam kuvet dan

tentukan absorbansinya dengan menggunakan prosedur yang

sama seperti pada pengukuran larutan standar.

2. Ditentukan konsentrasi ion nitrit dari sample unknown

dengan memplotkan absorbansi pada kurva standar

absorbansi Vs konsentrasi yang telah dibuat pada langkah C

(untuk spektrofotometer mutakhir, pengukuran konsentrasi

dapat dilakukan dengan mode concentration, yang dapat

diautomasi) . Jika anda melakukan pengenceran terhadap

sampel, gunakan faktor pengenceran untuk menghitung

konsentrasi ion nitrit yang sebenarnya.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yaitu pengukuran kadar ion nitrit menggunakan

spektrofotometer UV-Vis. Pengukuran kadar ion nitrit ini dilakukan pada sampel air

sungai dengan menggunakan 3 buah sampel yang masing-masing sampel nya dikerjakan

secara duplo atau diulang sebanyak dua kali setiap sampelnya. Sebelum pengukuran

sample terlebih dahulu dilakukan pengukuran absorbansi menggunakan larutan standar

dengan konsentrasi bertingkat untuk mendapat kan grafik regresi linear yang nanti akan

digunakan untuk mengetahui konsentrasi dari sampel.

Langkah awal yang dilakukan adalah dipipet larutan standar dengan konsentrasi

1 ppm sebanyak 0; 0.5; 2.5; 5; 3 ml, kemudian masing-masing dimasukan ke dalam labu

ukur 50 ml dan ditepatkan dengan aquades, sehingga diperoleh larutan standar dengan

konsentrasi yang yaitu 0.0; 0.01; 0.05; 0.10; 0.30 ppm. Kemudian baik larutan standar

dan sampel dipindahkan kedalam glass beker dan ditambahkan larutan pewarna yaitu 1

ml sulfanilamin dan 1 ml NAD (naphthylethylenediamine). Selanjutnya larutan standar

dan sampel yang diaduk dan ditunggu selama 10 menit hingga terbentuk warna merah

muda.

Pada pengukuran absorbansi menggunakan larutan standar dengan konsentrasi

bertingkat didapatkan hasil absorbansi pada Table 1. Dari data absorbansi yang

dihasilkan tersebut akan diinterpretasikan ke dalam grafik regresi linear pada Gambar 1

untuk mendapatkan konsentrasi ion nitrit dalam sampel.


Tabel 1. Absorbansi Standard Nitrit

Larutan Standar Nitrit Absorbansi


0.00 ppm 0.0387
0.01 ppm 0.0429
0.05 ppm 0.0645
0.10 ppm 0.0882
0.30 ppm 0,1547

Kurva Standar Nitrit


0.2

0.15 f(x) = 0.38 x + 0.04


Absprbansi

R² = 0.99
0.1

0.05

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Konsentrasi

Gambar 1. Kurva Standar Nitrit

Dari Gambar 1 diatas dapat dikatakan bahwa absorbansi dari larutan standar

nitrit memiliki hasil yang bagus karena nilai R2 dari kurva tersebut bernilai 0.9892

hampir mendekati 1 sehingga nilai x dan nilai y nya memiliki korelasi. Setelah

menentukan nilai absorbansi dari larutan standar dilanjutkan dengan menentukan nilai

absorbansi dari sampel yang mengandung ion nitrit. Sampel yang diuji sebelum

dimasukan ke dalam kuvet terlebih dahulu ditambahkan larutan N-(1-Naphtyl)

ethylendiamine dihydrochloride (NEDA). Menurut Azizah, B, and Supriyanto (2015)

penambahan larutan tersebut berguna untuk membentuk senyawa azo yang berwarna

violet yang dapat dideteksi pada panjang gelombang 550-568 nm. Pada Gambar 2

diperlihatkan bahwa sampel yang mengandung ion nitrit muncul puncak pada panjang

gelombang 554,49 nm.


Gambar 2. Panjang Gelombang Nitrit

Jika diperhatikan ion nitrit adalah senyawa yang awal mulanya berwarna bening.

Menurut Dong et al. (2013) puncak penyerapan nitrit berada pada panjang gelombang

354 nm atau masih berada di daerah penyerapan cahaya UV. Namun pada praktikum

kali ini puncak penyerapan nitrit terjadi pada panjang gelombang 554,49 nm lebih

panjang dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Menurut Nusantara, Lestario,

and Martono (2018) penambahan zat pewarna pada suatu sampel dapat mengakibatkan

pergeseran batokromik atau pergesar panjang gelombang ke panjang gelombang yang

lebih panjang dari seharusnya. Dalam hal ini efek dari penambahan larutan N-(1-

Naphtyl) ethylendiamine dihydrochloride (NEDA) mengakibatkan sampel menjadi

berwarna ungu dan puncak penyerapan nya berada di panjang gelombang daerah visible

karena terdapat gugus konjugasi atom oksigen dan nitrogen. Pada Gambar 3

diperlihatkan reaksi yang terjadi antara nitrit dengan larutan N-(1-Naphtyl)

ethylendiamine dihydrochloride (NEDA).


Gambar 3. Reaksi antara nitrit dengan NEDA

Setelah sampel dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis didapatkan

nilai absorbansi dan konsentrasi dari ketiga sampel tersebut yang dilakukan secara

duplo. Pada Tabel 2 dapat dilihat hasil absorbansi dan konsentrasi sampel yang

didapatkan. Konsentrasi yang didapat tersebut adalah hasil dari pengukuran absorbansi

sampel yang kemudian di masukkan ke dalam rumus yang telah didapatkan dari regresi

linear standar nitrit yaitu y = 0,3831x + 0,0426.

Tabel 2. Hasil Pengukuran Sampel

Sampel Absorbansi %RSD Kadar Ion Nitrit (ppm)


1.1 0.0411 0.17225 - 0.0039
1.2 0.0412 1.21169 - 0.0036
2.1 0.0776 0.0000 0.0913
2.2 0.0775 0.0913 0.0910
3.1 0.0438 0.0000 0.0031
3.2 0.0436 0.4859 0.0031

Dilihat dari Tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa sampel 1 tidak terdeteksi

konsentrasi nitritnya. Pada sampel 2.1 terdeteksi kadar ion nitrit sebesar 0.0913 ppm,

sampel 2.2 sebesar 0.0910 ppm, sampel 3.1 dan 3.2 sebesar 0.003. Dari hasil kadar nitrit
yang didapatkan dibandingkan dengan peraturan pemerintah mengenai aturan kadar

nitrit dalam air sungai. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 (2001) tentang

Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang menyatakan bahwa

nitrit untuk Kelas 1–3 kadar maksimumnya 0,06 mg/l. Dari hasil yang didapatkan dapat

dilihat bahwa kadar nitrit pada air sampel 2.1 dan 2.2 melebihi kadar maksimum yang

telah ditetapkan pemerintah sehingga sampel air 2.1 dan 2.2 tidaklah aman karena kadar

nitritnya terlalu banyak.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah didapatkan bahwa pengukuran kadar

ion nitrit dapat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis

dengan menggunakan regresi linear yang didapatkan dari absorbansi larutan

standar. Dari hasil pengukuran absorbansi sampel dapat diketahui bahwa sampel

1 tidak terdeteksi konsentrasi nitritnya. Pada sampel 2.1 terdeteksi kadar ion

nitrit sebesar 0.0913 ppm, sampel 2.2 sebesar 0.0910 ppm, sampel 3.1 dan 3.2

sebesar 0.003.

5.2 Saran

Pada saat proses preparasi sampel diharapkan dilakukan secara lebih

teliti lagi sehingga hasil yang didapatkan tidak terjadi error lagi seperti

praktikum kali ini. Dan instrument yang digunakan harus selalu diperhatikan

proses validasi dan kalibrasinya agar hasil yang didapatkan lebih akurat dan

presisi.
DAFTAR PUSTAKA

Aryasa, I. Mayan Tanjung, Ni Putu Rahayu Artini, Desak Putu Risky VA, and Ni

Kadek Dwi Aprilianti. 2018. “Penentuan Kadar Parasetamol Pada Obat Dan Jamu

Tradisional Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv/Vis.” Jurnal Media Sains

2(1):50–52.

Azizah, Fadillah Firda, Maria Monica Sianita B, and Ganden Supriyanto. 2015.

“OPTIMASI PROSES REDUKSI KLORAMFENIKOL MENGGUNAKAN

REDUKTOR Zn DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis OPTIMIZATION

OF CHLORAMPHENICOL REDUCTION USING Zn AS REDUCTOR BY

SPECTROPHOTOMETRY UV-Vis Abstract . Research about Optimization of

Chloramphenicol Reduction Pro.” UNESA Journal of Chemistry 4(2):111–16.

Cut Aoyna, and Cut Nuzlia. 2019. “Uji Kadar Fluorida Pada Air Minum Dalam

Kemasan (Amdk) Dan Air Sumur Secara Spektrofotometri Uv-Vis .” 1(2):84–90.

Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang:

Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK)

Universitas Andalas.

Dewi, Ni Komang Ayu Andrena Parmita, I. Gusti Ayu Sri Dhyanaputri, and I. Wayan

Karta. 2020. “Analisis Kadar Nitrat Dan Nitrit Air Hujan Yang Ditampung Pada

Cubang Di Pulau Nusa Penida Kabupaten Klungkung.” 8(3):11–17.

Dong, D. M., L. Z. Jiao, W. G. Zheng, W. B. Wu, H. K. Feng, C. J. Shen, and H. Yan.

2013. “Determination of Nitrite Using UV Absorption Spectra Based on Multiple

Linear Regression.” Asian Journal of Chemistry 25(4):2273–77.


Emilia, Ita. 2019. “Analisa Kandungan Nitrat Dan Nitrit Dalam Air Minum Isi Ulang

Menggunakan Metode Spektofotometri UV-Vis Ita Emilia.” Jurnal Indobiosains

1(1):38–44.

Gusnedi, Ratnawulan. 2013. “Analisis Nilai Absorbansi Dalam Penentuan Kadar

Flavonoid Untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.” Pillar of Physics, 2:76–83.

Harisman, Ferry Riyanto, and Djarot Sugiarso. 2014. “Pengaruh Waktu Penggilingan

Terhadap Kadar Zat Besi Dalam Ampas Sari Kedelai Menggunakan

Spektrofotometer UV-Vis.” 3(2):2–5.

Nusantara, Yoko Putra, Lydia Ninan Lestario, and Yohanes Martono. 2018. “Pengaruh

Penambahan Asam Galat Sebagai Kopigmen Antosianin Murbei Hitam (Morus

Nigra L.) Terhadap Stabilitas Termal.” Agritech 37(4):428.

Peraturan Pemerintah. 2001. “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82

Tahun 2001.” Peraturan Pemerintah No.82 (1):1–5.

Putri, Lusia Eka. 2017. “Penentuan Konsentrasi Senyawa Berwarna KMnO4 Dengan

Metoda Spektroskopi UV Visible.” Natural Science Journal 3(1):1–2.

Setiowati, Setiowati, Roto Roto, and Endang Tri Wahyuni. 2016. “MONITORING

KADAR NITRIT DAN NITRAT PADA AIR SUMUR DI DAERAH CATUR

TUNGGAL YOGYAKARTA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

UV-VIS (Monitoring of Nitrite and Nitrate Content in Ground Water of Catur

Tunggal Region of Yogyakarta by UV-VIS Spectrophotometry).” Jurnal Manusia

Dan Lingkungan 23(2):143.

Wibowo, Kusnanto Mukti. 2012. “Analisis Spektroskopi Uv-Vis ‘PENENTUAN


KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO4).’” (June 2012):1–13.
LAMPIRAN

a) Sample 1.1
Y = 0,3831x + 0,0426
0.0411 = 0,3831x + 0,0426
X = -0.0039 (Tidak terdeteksi)

b) Sample 1.2
Y = 0,3831x + 0,0426
0.0412 = 0,3831x + 0,0426
X = -0.0036 (Tidak terdeteksi)

c) Sample 2.1
Y = 0,3831x + 0,0426
0.0776 = 0,3831x + 0,0426
X = 0.0913 ppm

d) Sample 2.2
Y = 0,3831x + 0,0426
0.0775 = 0,3831x + 0,0426
X = 0.0910 ppm

e) Sample 3.1
Y = 0,3831x + 0,0426
0.0438 = 0,3831x + 0,0426
X = 0.0031 ppm

f) Sample 3.2
Y = 0,3831x + 0,0426
0.0438 = 0,3831x + 0,0426
X = 0.0031 ppm

Anda mungkin juga menyukai