Anda di halaman 1dari 18

APLIKASI SPEKTROFOTOMETER UV-VIS UNTUK

PENENTUAN KADAR GULA REDUKSI DENGAN METODE


NELSON SOMOGYI

Laporan Praktikum Kimia Analisis Instrumen

Aditya Imam Saputra

11180960000027

Kelompok 2

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA

2021/1442H
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Spektrofotometer UV-Visible sering digunakan untuk keperluan

penetapan kadar dan identifikasi suatu senyawa. Panjang gelombang yang secara

maksimum diabsorbsi ditentukandengan mengukur absorbansi sampel pada

rentang panjang gelombang yang telah ditentukan.Setelah cahaya melewati

larutan uji, energi cahaya yang melewati phototube dinyatakansebagai rasio

transmitansi cahaya I (cahaya yang melewati sample) terhadap cahaya incidentI0

(intensitas cahaya dari sumber sebelum melewati sample). Cahaya yang diterima

phototube adalah diukur sebagai persen transmitansi (%T) atau sebagai log

kebalikannya, absorbansi(A).

Gula pereduksi adalah adalah salah satu golongan dari karbohidrat atau

gula yang memiliki sifat sebagai pereduksi senyawa penerima electron.

Keberadaanya sangat lah luas karena gula pereduksi adalah salah satu jenis gula

yang dapat ditemukan di sekitar kita salah satunya adalah glukosa dan fruktosa.

Gula pereduksi banyak ditemukan pada makanan, dalam tubuh manusia, ataupun

di alam sekitar kita. Gula pereduksi memiliki banyak sekali manfaat salah

satunya adalah sebagai sumber energy pada makhluk hidup dan juga sebagai

pengatur metabolisme tubuh. Namun, dibalik kemampuan dari gula pereduksi

tersebut juga terdapat efek samping yang mengintai jika mengonsumsi nya

dalam jumlah berlebih atau melebihi kadar maksimal yang sudah ditentukan.
Salah satunya adalah penyakit diabetes mellitus atau kadar gula dalam darah

yang terlalu tinggi yang dapat menyebabkan kondisi tubuh menjadi rentan

penyakit. Maka dari masalah tersebut kadar gula pereduksi dalam suatu produk

atau sampel harus diuji kadarnya. Salah satunya adalah dengan menggunakan

instrument spektrofotometer UV-Vis untuk mengetahui kadar gula pereduksi

dalam suatu sampel atau produk menggunakan metode Nelson Somogyi.

1.2 Rumusan masalah

a. Bagaimana mahasiswa dapat memahami prinsip penetapan kadar gula

pereduksi dengan Metode Nelson-Somogyi?

b. Bagaimana mahasiswa dapat menentukan kadar gula reduksi dengan

metode Nelson Somogyi yang diukur dengan alat spektrofotometer?

1.3 Tujuan

a. Mahasiswa memahami prinsip penetapan kadar gula pereduksi dengan

Metode Nelson-Somogyi

b. Mahasiswa mampu menentukan kadar gula reduksi dengan metode

Nelson Somogyi yang diukur dengan alat spektrofotometer.

1.4 Manfaat

Mahasiswa mampu menganalisis kadar gula pereduksi dalam suatu

sampel dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan lebih terampil

sehingga mengahasilkan hasil yang lebih akurat dan presisi. Dari kegiatan

praktikum ini juga dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk menekan angka

penyakit diabetes mellitus ataupun berbagai penyakit yang dapat ditimbulkan

akibat dari tingginya kadar gula dalam darah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spektrofotometer Uv-Vis

` Spektrofotometri adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan

spektrofotometer. Sektriofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer

dan fotometer. Spektofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur

energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau

diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, dan

fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang

diabsorpsi.(Gusnedi 2013)

Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan

intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.

Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energy yang cukup untuk

mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi.

Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau

kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar

dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spectrum

ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif.

Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur

absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum

Lambert-Beer (Dachriyanus 2004).

Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi

perpindahan elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi.


Perpindahan elektron ini disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang

diserap adalah cahaya inframerah maka elektron yang ada dalam atom atau

elektron ikatan pada suatu molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi).

Sedangkan gerakan berputar elektron terjadi pada energi yang lebih rendah

lagi misalnya pada gelombang radio. Atas dasar inilah spektrofotometri

dirancang untuk mengukur konsentrasi suatu suatu yang ada dalam suatu

sampel. Dimana zat yang ada dalam sel sampel disinari dengan cahaya yang

memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya mengenai sampel

sebagian akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan

diteruskan. (Wibowo 2012)

2.2 Gula Pereduksi

Sebagian karbohidrat bersifat gula pereduksi. Gula pereduksi adalah

golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawasenyawa penerima

elektron. Contohnya adalah glukosa dan fruktosa.Ujung dari suatu gula

pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas.

Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa,

maltosa), kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula

pereduksi (Afriza and Nilda 2019)

Gula pereduksi umumnya digambarkan sebagai gula yang dalam larutan

basa memiliki gugus aldehida atau keton yang memungkinkan gula bertindak

sebagai zat pereduksi. Dalam dekade terakhir, potensi reduksi gula telah

ditentukan dengan menggunakan metode yang diterima secara ilmiah berbeda,

yang didasarkan pada potensi reduksi gula terhadap ion logam transisi dengan

bilangan oksidasi spesifik di solusi dasar (Kunz et al. 2011).


Gula yang memiliki aldehid dan keton bebas diketahui sebagai gula

pereduksi. Semua monosakarida ialah gula pereduksi. Ketika dua atau lebih

monosakarida diikat bersama melalui grup aldehid dan ketonnya maka grup

reduksi ini tidak bebas dan gula bukan pereduksi. Disakarida maltose ialah gula

pereduksi, disakarida sukrosa sebagai bukan gula pereduksi (Zulfahmi and

Nirmagustina 2012).

Sebagian besar metode untuk penentuan aktivitas karbohidrat didasarkan

pada analisis gula pereduksi (RSs) yang terbentuk sebagai hasil pemecahan

enzimatik dari ikatan glikosidik antara dua karbohidrat atau antara satu

karbohidrat dan bagian non-karbohidrat. Metode berbeda untuk menguji RS

telah diterapkan dalam pengukuran aktivitas karbohidrat. Alat tes Nelson-

Somogyi (NS) dengan reagen tembaga dan arsenomolybdate [3, 4] dan assay

asam dinitrosalisilat (DNS) 3,5- yang dijelaskan oleh Miller [5] adalah metode

paling populer yang digunakan oleh banyak peneliti. Metode lain, seperti yang

didasarkan pada penggunaan natrium 2,2 -bicinchoninate [6], hydrazide asam p-

hydroxybenzoic [7], atau kalium ferricyanide [8], lebih jarang digunakan

(Gusakov, Kondratyeva, and Sinitsyn 2011).

2.3 Nelson Somogyi

Metode Somogyi-Nelson merupakan metode penetapan kadar gula

pereduksi, dimana prinsipnya, gula pereduksi akan mereduksi ion Cu 2+ menjadi

ion Cu+, kemudian ion Cu+ ini akan mereduksi senyawa arsenomolibdat

membentuk kompleks berwarna biru kehijauan (Al-kayyis and Susanti 2016)

Prinsip metode Nelson Somogyi. mengoksidasi glukosa dengan reagen

Nelson, kemudian membentuk kompleks molybdenum berwarna biru kehijauan


setelah penambahan reagen arsenmolibdat, sehingga dapat diukur absorbansinya

dengan spektrofotometri UV-Vis sebagai indikator penurunan kadar glukosa

(Vifta and Advistasari 2018)

Intensitas warna yang terbentuk menunjukkan banyaknya gula pereduksi

yang terdapat dalam sampel, karena konsentrasi arsenomolibdat yang tereduksi

sebanding dengan konsentrasi tembaga (1) oksida (Cu2O), sedangkan

konsentrasi Cu2O sebanding dengan konsentrasi gula pereduksi (Sari 2019)


BAB III

METODELOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari kamis, 1 april 2021 secara

online melalui perantara video conference dan Google Classroom.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Pada percobaan kali ini yang digunakan adalah Spektrofotometer UV-

Vis Lambda 25 Perkin Elmer, Tabung reaksi, Pipet volume, dan Rak

tabung reaksi.

3.2.2 Bahan

Reagent Nelson A [12,5 gram Na-karbonat anhidrat ( Na2CO3 ), 12,5

gram K-Na tartrat, 10 gram Natrium bikarbonat ( NaHCO3 ) dan 100

gram Na-sulfat (Na2SO4) dilarutkan dalam 350 ml aquadest dan

diencerkan sampai 500 ml], Reagent Nelson B [7,5 gram CuSO4.5H2O

dilarutkan dalam 50 ml aquadest ditambahkan 1 tetes asam sulfat pekat],

Reagent Nelson C [Reagent Nelson C dibuat dengan cara mencampur

reagent Nelson A dan B dengan perbandingan 25 : 1. Pencampuran

dikerjakan pada setiap kali akan digunakan], Regent Arsenomolybdat

[25 gram ammonium molibdat dilarutkan dalam 450 ml aquadest dan

ditambahkan 25 ml asam sulfat pekat ( larutan I ) 3 gram

Na2HAsO4.7H2O dilarutkan dalam aquadest ( larutan II ) Tuangkan

larutan II ke larutan I dan simpan dalam botol coklat dengan suhu 370 C

selama 24 jam].
3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pembuatan Kurva Standar

Dibuat larutan standar glukosa dengan konsentrasi 10 mg glukosa

anhidrat / 100 ml. Lalu di encerkan larutan standar glukosa dengan

penambahan aquades seperti dalam tabel :

Tabung
Larutan
1 2 3 4 5 6
Standar 0 0,2 0.4 0.6 0.8 1.0
Aquadest (ml) 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0
Kadar Gula
0 2 4 6 8 10
(100mg/100ml)

Selanjutnya sebanyak 1ml reagent Nelson C dimasukkan ke dalam

masing-masing tabung dan dipanaskan dalam penangas air mendidih

selama 20 menit. Lalu semua tabung diambil dan didinginkan segera

bersama-sama di dalam gelas piala 1000 ml yang berisi air dingin

sampai suhu tabung mencapai 250˚C. Setelah dingin, reagent

arsenomolibdat ditambahkan dan dikocok sampai semua endapan

Cu2O yang berwarna merah bata larut. Setelah semua endapan Cu2O

larut sempurna, ke dalam masing-masing tabung ditambahkan 7 ml

aquadest dan kocok sampai homogen. Lalu diukur absorbansi larutan

standar tersebut dengan menggunakan panjang gelombang 540 nm.

Lalu dibuat kurva kalibrasi yang menyatakan hubungan antara

absorbasni VS konsentrasi larutan standar, hingga diperoleh

persamaan regresi linier.


3.3.2 Penentuan Kadar Gula Reduksi pada Sampel Unknown

Disiapkan sample dengan kisaran kadar gula sekitar 2 – 8 mg / 100

ml. Perlu diperhatikan bahwa larutan sample ini harus jernih dan

tidak berwarna. Karena itu bila dijumpai larutan sample yang keruh

atau berwarna, perlu dilakukan penjernihan terlebih dahulu dengan

menggunakan bubur aluminium hidroksida atau Pb-asetat dan

selanjutnya kelebihan Pb direaksikan dengan garam oksalat hingga

larutan gula tersebut bebas dari Pb. Selanjutnya 1ml larutan sample

yang jernih tersebut diambil dengan pipet ukur dan dimasukkan ke

dalam tabung reaksi yang bersih dan kering, kemudian ditambahkan

1 ml reagent Nelson C. Lalu larutan dipanaskan dalam penangas air

yang didalamnya berisi air mendidih selama 20 menit. Semua tabung

diambil dan didinginkan segera bersama-sama di dalam gelas piala

yang berisi air dingin sehingga suhu tabung mencapai 250˚C.

Setelah dingin tambahkan 1 ml pereaksi arsenomolibdat, kocok

sampai endapan Cu2O larut dan ditambahkan 7 ml aquadest

kemudian kocok lagi sampai homogen. Lalu diukur absorbansi

larutan sampel pada panjang gelombang 540 nm dan tentukan

konsentrasi gula pereduksi dengan kurva kalibrasi yang telah dibuat

sebelumnya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan ke-empat yaitu Aplikasi Spektrofotometer UV-Vis untuk

penentuan kadar gula pereduksi dengan metode Nelson Somogyi. Gula pereduksi adalah

gula yang sifatnya dapat mereduksi atau dapat menerima electron. Jenis gula ini banyak

ditemukan dalam kehidupan sehari-hari karena salah satu jenis gula pereduksi adalah

glukosa yang banyak dikonsumsi makhluk hidup dalam memenuhi kebutuhan harian

nya. Metode Nelson Somogyi adalah metode dengan prinsip gula pereduksi akan

mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang kemudian akan mereduksi senyawa arsenomolibdat

dan akan terbentuk senyawa kompleks berwarna biru hijau yang nantinya akan

dianalisis oleh spektrofotometer UV-Vis (Pratiwi, Ratnayani, and Wirajana 2018)

Pada penentuan kadar gula reduksi dengan metode Nelson Somogyi diawali

dengan pembuatan larutan standar dengan cara memipet sebanyak 0;0.2;0.4;0.6;0.8;1

mL dari larutan glukosa 100 ppm dan ditambahkan aquades hingga 1 mL ke dalam

tabung reaksi, sehingga diperoleh larutan standar dengan konsentrasi sebesar,

0;20;40;60;80;100 ppm.. Kemudian pada masing-masing tabung ditambahkan 1mL

reagent Nelson C, dimana reagen Nelson C adalah campuran dari reagen Nelson A

( Na-Karbonat anhidrat, K-Na Tartrat, Natrium bikarbonat, Na-sulfat yang dilarutkan

dengan aquadest) dan reagen B (CuSO4.5H2O, dilarutkan dengan aquadest dan

ditambahkan 1 tetes asam sulfat pekat). Penambahan reagen Nelson C berfungsi agar

mereduksi senyawa kupri oksida (CuO) menjadi kupro oksida (Cu 2O) menjadi endapan

merah bata, kemudian penambahan K-Na tartrat agar mencegah terjadinya pengendapan

pada senyawa CuO (Vifta and Advistasari 2018).


Kemudia larutan standar dan sampel dikocok dan dipanaskan pada penangas air

selama 20 menit sampai terbentuk merah bata. Fungsi pemanasan yaitu, mempercepat

reaksi dan menghasilkan warna yang lebih jelas yang menunjukkan adanya gula

pereduksi. Kemudian setelah selesai dipanaskan, larutan sampel dan standar di

dinginkan dan ditambahkan pereaksi arsenomolybdat sebanyak 1 mL dan aquades 7

mL. Fungsi didinginkan untuk menstabilkan larutan sebelum direaksikan dengan

arsenomolybdat. Penambahan reagen arsenomolibdat ini bertujuan agar bisa bereaksi

dengan endapan kupro oksida. Pada peristiwa ini kupro oksida akan mereduksi kembali

arsenomolibdat menjadi molibdene blue yang berwarna biru kehijauan yang nanti

diukur absorbansinya dengan spektrofotometer. Perbedaan intensitas warna yang

dihasilkan menunjukkan jumlah gula pereduksi dalam sampel, hal tersebut karena

konsentrasi Arsenomolibdat yang tereduksi sebanding dengan konsentrasi Cu2O,

sedangkan konsentrasi Cu2O sebanding dengan konsentrasi gula pereduksi (Ingrid

Anggraini and Damayanti 2019). Reaksi antara glukosa dengan reagen nelson dapat

dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Reaksi glukosa (gula pereduksi) dengan reagen nelson somogi


Setelah dilakukan pengukuran absorbansi standar dengan menggunakan

Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 540 nm karena pada

gelombang tersebut lah senyawa glukosa dapat diserap. Setelah dilakukan pengukuran

panjang gelombang didapatkan nilai absorbansi pada setiap konsentrasi standar pada

Tabel 1. Dari hasil absorbansi tersebut dapat dibuat kurva regresi linear pada Gambar 2

yang nantinya akan digunakan untuk menghitung konsentrasi gula pereduksi pada

sampel yang digunakan.

Tabel 1. Absorbansi larutan standar glukosa

Larutan Standar
Absorbansi
Glukosa (mg/L)
0.0 -0,0003
20.0 0,1119
40.0 0,2724
60.0 0,3783
80.0 0,5057
100.0 0,6579

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Glukosa


0.7 0.66
0.6 f(x) = 0.01 x − 0.01
R² = 1 0.51
0.5
0.38
Absorbansi

0.4
0.27
0.3
0.2 0.11
0.1
0
0
-0.1 0 20 40 60 80 100 120

Konsentrasi

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Standar Glukosa


Dari kurva tersebut didapatkan persamaan regresi linear y=0,0065x – 0,006 dengan R 2 =

0,9974 yang akan digunakan untuk menentukan konsentrasi dari gula pereduksi pada

sampel. Sampel yang digunakan adalah kentang ditimbang sebanyak 277 mg, nasi 100

mg, jagung 389 mg dan ketiga sampel dilarutkan dalam aquades sebanyak 50 mL.

Perlakuan yang diberikan pada sampel sama dengan perlakuan yang diberikan pada saat

pengukuran absorbansi standar yang dilakukan pada panjang gelombang 540 nm. Hasil

absorbansi yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 2. Dari hasil pengukuran

absorbansi tersebut akan dimasukan ke dalam persamaan regresi linear yang telah

didapakan dari hasil pengukuran absorbansi standar untuk mendapatkan konsentrasi dari

gula pereduksi pada sampel.

Tabel 2. Absorbansi sampel gula pereduksi

No Sampel Absorbansi Konsentrasi (mg/L)


1. Kentang 0,1467 23,4
2. Jagung 0,3168 49,3
3. Nasi 0,0012 1,1
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan terlihat bahwa konsentrasi gula

pereduksi tertinggi pada jagung sebesar 49,3 mg/L diikuti dengan kentang sebesar 23,4

mg/L dan yang terakhir adalah sampel nasi sebesar 1,1 mg/L. Pengujian ini diharapkan

dapat membantu untuk mengontrol konsumsi glukosa pada manusia agar terhindar dari

penyakit yang disebabkan oleh terlalu tingginya kadar gula dalam darah seperti penyakit

diabetes mellitus.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada percobaan kali ini menetukan kadar gula pereduksi menggunakan metode

Nelson Somogyi dengan instrument spektrofotometer UV-Vis. Metode ini didasarkan

pada gula pereduksi akan mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+, kemudian ion Cu+ ini

akan mereduksi senyawa arsenomolibdat membentuk kompleks berwarna biru

kehijauan. Panjang gelombang yang digunakan pada pengukuran ini sebesar 540 nm.

Kadar gula pereduksi terbesar adalah pada sampel Jagung sebesar 49,3 mg/L diikuti

dengan sampel Kentang sebesar 23,39 mg/L dan kadar gula pereduks terendah ada pada

nasi sebesar 1,1 mg/L.

5.2 Saran

Pada penentuan kadar gula pereduksi menggunakan spektrofotometer UV-Vis

harus dilakukan kalibrasi alat agar hasil yang digunakan lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Afriza, Renita, and Isma Nilda. 2019. “Analisis Perbedaan Kadar Gula Pereduksi

Dengan Metode Lane Eynon Dan Luff Schoorl Pada Buah Naga Merah

(Hylocereus Polyrhizus).” Jurnal Temapela 2(2):90–96.

Al-kayyis, Hasanul Kiyan, and Hari Susanti. 2016. “Perbandingan Metode Somogyi-

Nelson Dan Anthrone-Sulfat Pada Penetapan Kadar Gula Pereduksi Dalam Umbi

Cilembu (Ipomea Batatas L.).” Journal of Pharmaceutical Sciences and

Community 13(02):81–89.

Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang:

Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK)

Universitas Andalas.

Gusakov, Alexander V., Elena G. Kondratyeva, and Arkady P. Sinitsyn. 2011.

“Comparison of Two Methods for Assaying Reducing Sugars in the Determination

of Carbohydrase Activities.” International Journal of Analytical Chemistry

2011:1–4.

Gusnedi, Ratnawulan. 2013. “Analisis Nilai Absorbansi Dalam Penentuan Kadar

Flavonoid Untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.” Pillar of Physics, 2:76–83.

Ingrid Anggraini, Devina, and Damayanti. 2019. “STUDI ANTIDIABETES

KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KUBIS (Brassica Oleracea L.) DAN

TOMAT (Solanum Lycopersicum L.) SECARA IN VITRO.” Jurnal Farmasi

11(01):30–37.

Kunz, T., E. J. Lee, V. Schiwek, T. Seewald, and F. J. Methner. 2011. “Glucose - A


Reducing Sugar? Reducing Properties of Sugars in Beverages and Food.”

BrewingScience 64(7–8):61–67.

Pratiwi, Y. H., O. Ratnayani, and I. N. Wirajana. 2018. “Perbandingan Metode Uji Gula

Pereduksi Dalam Penentuan Aktivitas Alfa-L-Arabinofuranosidase Dengan

Substrat Janur Kelapa (Cocos Nucifera).” Jurnal Kimia 134.

Sari, Nurmala. 2019. “The Use of Glucose Syrup as Product of Selulosa Hidrolyze from

the Jackfruit Rags (Artocarpus Heterophylus Lamk) as Sweetner on Candies

Production from the Coconut Plam (Cocos Nucifera L).” Journal of

Pharmaceutical And Sciences 2(1):17–23.

Vifta, Rissa Laila, and Yustisia Dian Advistasari. 2018. “Analisis Penurunan Kadar

Glukosa Fraksi N-Heksan Buah Parijoto (Medinilla Speciosa B ) Secara in Vitro

Dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis.” Indonesian Journal of Chemical

Science 7(3):249–53.

Wibowo, Kusnanto Mukti. 2012. “Analisis Spektroskopi Uv-Vis ‘PENENTUAN

KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO4).’” (June 2012):1–13.

Zulfahmi, Zulfahmi, and D. E. Nirmagustina. 2012. “Pengaruh Sukrosa Terhadap

Kandungan Total Fenol Minuman Rempah Tradisional (Minuman Secang) Effect

of Sucrose on Fenol Total Content of Traditional Spices Drink (Secang Drink)

Zulfahmi 1) Dan Dwi Eva Nirmagustina 1).” Jurnal Penelitian Pertanian Terapan

12(2):125–30.
LAMPIRAN

1. Sampel Kentang

Absorbansi : 0,1467

y = 0,0654x -0,006

0,1467 = 0,0065x – 0,006

0,1527 = 0,0065x

x = 23,4 mg/L

2. Sampel Jagung

Absorbansi : 0,3168

y = 0,0654x -0,006

0,3168 = 0,0065x – 0,006

0,3228 = 0,0065x

x = 49,39 mg/L

3. Sampel Nasi

Absorbansi : 0,0012

y = 0,0654x -0,006

0,0012 = 0,0065x – 0,006

0,00072 = 0,0065x

x = 1,1 mg/L

Anda mungkin juga menyukai