Anda di halaman 1dari 15

TITRASI ARGENTOMETRI

PENETAPAN KADAR NATRIUM KLORIDA DALAM INFUS

I. TUJUAN
1. Dapat memahami dan mengetahui prinsip metode titrasi argentometri.
2. Dapat menetapkan kadar NaCl dalam sediaan infus dengan metode titrasi
argentometri.
3. Dapat melakukan validasi metode presisi dan akurasi pada penetapan kadar
NaCl dalam infus dengan menggunakan metode titrasi argentometri.

II. DASAR TEORI


2.1 Natrium Klorida (NaCl)
Natrium klorida (Natrii Chloridum) mengandung tidak kurang dari 99,0%
dan tidak lebih dari 101,0% NaCl dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Tidak mengandung zat tambahan, memiliki berat molekul sebesar 58,44 g/mol.
Natrium klorida berupa hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur
putih; rasa asin. Kelarutan NaCl yaitu mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah
larut dalam air mendidih, larut dalam gliserin, sukar larut dalam etanol. NaCl
disimpan dalam wadah tertutup baik (Kemenkes RI, 2014)..
2.2 Infus Intravenus Natrium Klorida
Infus Intravenus Natrium Klorida mengandung Natrium Klorida, NaCl, tidak
kurang dari 0,85% dan tidak lebih dari 0,95%. Infus Intravenus Natrium Klorida
merupakan larutan jernih, tidak berwarna, rasa agak asin. Keasaman-kebasaan
dengan pH 4,5 sampai 7,0. Di simpan dalam wadah dosisi tunggal atau wadah
dosisi ganda.
2.3 Perak Nitrat (AgNO3)
Perak nitrat yang telah diserbukkan dan dikeringkan dalam gelap di atas silika
gel P selama 4 jam, mengandung, tidak kurang dari 99,8% dan tidak lebih dari
100,5% AgNO3. Perak nitrat berupa hablur, tidak berwarna atau putih, bila
dibiarkan terpapar cahaya dengan adanya zat organik menjadi berwarna abu-abu
atau hitam keabu-abuan. pH larutan lebih kurang 5,5. Kelarutan AgNO3 yaitu
1
sangat mudah larut dalam air, terlebih dalam air mendidih, agak sukar larut dalam
etanol, mudah larut dalam etanol mendidih, sukar larut dalam eter. Berat molekul
dari AgNO3 sebesar 169,87. Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup rapat
dan tidak tembus cahaya (Kemenkes RI, 2014).
2.4 Kalium Kromat
Kalium kromat (K2CrO4) mengandung tidak kurang dari 99,0% K2CrO4.
Kalium kromat berupa hablur berwarna kuning. Kalium kromat sangat mudah
larut dalam air, larutan jernih (Depkes RI, 1979). Kalium kromat memiliki berat
molekul (BM) sebesar 194,19 gram/mol. Kalium kromat LP dapat dibuat dengan
melarutkan 10 g kalium kromat P dalam air hingga 100 mL (Kemenkes RI, 2014).
Larutan kalium kromat encer P, Larutan kalium kromat P 5,0 %b/v (Depkes RI,
1979).
2.5 Penetapan Kadar Natrium Klorida dalam Infus
Penetapan kadar natrium klorida dalam infus menggunakan 25.0 mL infus
intravenus natrium klorida. Titrasi dengan perak nitrat 0.1 N menggunakan
indikator larutan kalsium kromat P (Depkes RI, 1979).
2.6 Titrasi Argentometri
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida
dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat
(AgNO3) pada suasana tertentu. Prinsip kerja dari titrasi penetapan kadar klor (Cl-
) dalam infus natrium klorida (NaCl) yaitu pembentukan kompleks endapan AgCl
yang berwarna putih dalam suasana netral atau sedikit basa (pH 6,5-9) yang
berfungsi sebagai masking untuk melindungi endapan AgCl dengan menggunakan
indikator kalium kromat (K2CrO4) untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu
terbentuk endapan berwarna merah (Basset et al., 1994). Metode-metode dalam
titrasi argentometri adalah :
a. Metode Mohr
Metode Mohr digunakan untuk penetapan klorida dan bromida. Pada titrasi
suatu larutan netral dari misalnya ion klorida dan dengan larutan perak nitrat,
sedikit larutan kalium kromat yang ditambahkan berfungsi sebagai indikator. Pada
titik akhir, ion kromat ini bergabung dengan ion perak untuk membentuk perak

2
kromat merah, yang sangat sedikit sekali dapat larut (Basset et al., 1994). Titrasi
Mohr terbatas pada larutan dengan nilai PH sekitar 6,5 – 9. Dengan larutan yang
lebih alkalin perak oksida mengendap (Underwood,1998).
b. Metode Volhard
Metode Volhard digunakan untuk titrasi perak dengan adanya asam nitrat
bebas dengan larutan kalium atau ammonium tiosianat standar. Indikatornya
adalah larutan besi (III) nitrat atau larutan besi (III) ammonium sulfat.
Penambahan larutan tiosianat menghasilkan mula-mula endapan perak tiosianat
yang memiliki hasil kali kelarutan (7,1 x 10-13 ). Titik akhir titrasi dalam metode
ini yaitu munculnya warna merah (Basset et al., 1994).
c. Metode K. Fajans
Metode K. Fajans menggunakan indikator adsorbsi, yang mana pada titik
ekivalen indikator teradsorbsi oleh endapan Hal ini dikarenakan adanya adsorpsi
Ag+ ke permukaan AgCl sehingga permukaan endapan bermuatan positif.
Indikator adsorpsi yang digunakan berupa pewarna anionik.Adanya perubahan
warna pada permukaan endapan merupakan titik akhir titrasi. Dalam metode ini,
luas permukaan endapan harus dijaga seluas mungkin sehingga partikel akan
berukuran kecil, salah satu cara yang digunakan berupa konsentrasi elektrolit yang
rendah. Adapun indikator yang digunakan yaitu eosin untuk Br-, I- dan SCN-, serta
diklorofluoresin untuk Cl- (Harris, 2010).
Kondisi-kondisi yang menentukan pemilihan suatu indikator adsorpsi yang
sesuai:Endapan harus memisah sejauh mungkin dalam keadaan normal. Garam-
garam netral dalam jumlah yang banyak, terutama garam dari ion-ion multivalen,
harus dihindarkan karena efek mengkoagulasi.
a. Ion indikator itu harus bermuatan berlawanan dengan ion dari zat pengendap.
b. Ion indikator tidak boleh teradsorpsi sebelum senyawa yang bersangkutan
mengendap, tetapi ia harus teradsorpsi kuat segera setelah titik ekivalen.
(Basset et al., 1994)
III. PROSEDUR
3.1. ALAT
1. Buret

3
2. Statif
3. Labu Erlenmeyer 250 mL
4. Gelas beker 100 mL
5. Labu ukur 100 mL; 250 mL 500 mL
6. Pipet tetes
7. Bulb filler
8. Pipet ukur 5mL, 25 mL
9. Neraca analitik
10. Sendok tanduk
11. Alluminium foil
12. Spuite 12 mL
13. Kertas Perkamen
3.2. BAHAN
1. Akuadest
2. Larutan Infus NaCl :75 mL
3. Serbuk AgNO3 : 2,55 g
4. Kalium Kromat : 0,25 g
3.3. PROSEDUR KERJA
3.3.1. Pembuatan Larutan AgNO3
Ditimbang perak nitrat P 0,85 gram dan dimasukan ke dalam labu ukur 50
ml. Dilarutkan dengan sedikit air hingga tanda batas 50 mL dan digojog hingga
homogen. Larutan dibuat sebanyak tiga kali untuk memperoleh volume 150 mL.
3.3.2. Pembuatan Larutan K2CrO4
Ditimbang kalium kromat P sebanyak 0,25 gram dan dimasukan ke dalam
labu ukur 5 mL. Ditambahkan air hingga tanda batas 5 mL dan digojog hingga
homogen.
3.3.3. Penetapan Kadar NaCl dalam Infus
Disiapkan 3 elenmeyer 250 mL. Diambil larutan Infus NaCl menggunakan
spuite sebanyak 25 mL dan dimasukkan kedalam masing-masing elenmeyer.
Ditambahkan indikator kalium kromat 5% b/v masing-masing sebanyak 2,5 mL.

4
Dititrasi dengan larutan AgNO3 0,1 N hingga membentuk endapan berwarna
merah. Dicatat volume AgNO3 yang digunakan dan dihitung kadarnya.

IV. DATA ANALISIS


4.1 Perhitungan Jurnal
4.1.1 Pembuatan Larutan Perak Nitrat P 0,1 N
Diketahui : Normalitas AgNO3 = 0,1 N
BM AgNO3 = 169,87 gram/mol
BM NaCl = 58,44 gram/mol
Volume sampel titrasi = 25 mL
Labu ukur yang tersedia = 50 mL

Ditanya : Massa AgNO3 yang ditimbang ?


Jawab :
Volume titran AgNO3 teoritis yang diperlukan untuk titrasi 25 mL
NaCl 0,9% adalah
Molaritas AgNO3 :
N 0,1 N
M= = = 0,1 M
ek 1 grek/mol
Molaritas Infus NaCl 0,9 % b/v :
0,9 gram
0,9 % b/v =
100 mL
25 mL
Massa dalam 25 mL = x 0,9 gram
100 mL
= 0,225 gram
Massa NaCl 0,9 % b/v dalam 25 mL adalah 0,225 gram
massa 1000
M= x
BM V
0,225 g 1000
M= x
58,44 g/mol 25 mL
M = 0,154 M
Volume titran teoritis untuk 25 mL NaCl 0,9 % b/v :

5
M AgNO3 x Volume AgNO3 = M NaCl x Volume NaCl
0,1 M x Volume AgNO3 = 0,154 M x 25 mL
0,154 M x 25 mL
Volume AgNO3 =
0,1 M
Volume AgNO3 = 38,5 mL
Maka, volume titran AgNO3 yang diperlukan untuk titrasi 25 mL NaCl
0,9% b/v sebesar 38,5 mL tiap titrasi. Volume AgNO3 yang diperlukan untuk tiga
kali titrasi sebesar 38,5 mL x 3 =115,5 mL. Maka, dibuat larutan AgNO3
sebanyak 150 mL.
4.1.2 Pembuatan AgNO3 0,1 N 150 mL
Pembuatan AgNO3 0,1 N dilarutkan lebih kurang 17,0 g perak nitrat P
dalam air hingga 1000 mL (Kemenkes RI, 2014). Maka untuk membuat 50 mL
diperlukan massa AgNO3 :
17 g x
=
1000 mL 50 mL
x = 0,85 gram
Massa total untuk pembuatan 150 mL larutan AgNO3 0,1N adalah
0,85 gram x 3 = 2,55 gram.
Jadi massa Perak Nitrat yang ditimbang sebanyak 0,85 gram dalam 50 mL
dan dibuat sebanyak tiga kali untuk memperoleh volume larutan 150 mL.
4.1.3 Perhitungan Bahan Kalium Kromat 5% b/v
Diketahui : Konsentrasi Kalium kromat = 5% b/v
Volume kalium kromat = 5 mL
Ditanya : Massa kalium kromat ?
Jawab :
Kalium kromat 5% b/v artinya terdapat 5 g kalium kromat dalam 100mL air
5 gram x
=
100 mL 5 mL
x = 0,25 gram
Jadi, massa kalium kromat yang ditimbang sebesar 0,25 gram untuk 5 mL.
4.2 Perhitungan Hasil

6
Larutan Standar AgNO3 yang digunakan 0,1 N
Indikator : Kalium kromat
Volume
Pengamatan Kesimpulan
AgNO3 (mL)
Mula – mula terbentuk endapan
Tercapai titik akhir
38,5 mL putih kemudian terbentuk
titrasi
endapan warna merah kecoklatan
Mula – mula terbentuk endapan
Tercapai titik akhir
38,8 mL putih kemudian terbentuk
titrasi
endapan warna merah kecoklatan
Mula – mula terbentuk endapan
Tercapai titik akhir
38,2 mL putih kemudian terbentuk
titrasi
endapan warna merah kecoklatan

Titik Akhir Titrasi : 38,5 mL; 38,8 mL; 38,2 mL


Diketahui :
- N AgNO3 = 0,1 N
- Vol. Infus NaCl = 25 mL
- Vol. AgNO3 titrasi I = 38,5 mL
- Vol. AgNO3 titrasi II = 38,8 mL
- Vol. AgNO3 titrasi III = 38,2 mL
- Kadar NaCl pada label infus = 0,9 % b/v
- Kesetaraan (1 mL perak nitrat 0,1 N setara dengan 5,844 mg NaCL)
Ditanya :
Kadar NaCl %b/v ?
Jawab:
Titrasi I
V AgNO3 = 38,5 ml
𝑁 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Massa Nacl = ( 𝑁 𝑝𝑢𝑠𝑡𝑎𝑘𝑎 ) × 𝑉 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 5,844 mg

0,1 N
=( ) × 38,5 ml x 5,844 mg
0,1 N
= 224,954 mg = 0,225 g

7
massa NaCl terukur
Kadar NaCl = × 100%
Volume infus yang dititrasi
0,225 g
= × 100%
25 ml
= 0,9% b/v

Titrasi II
V AgNO3 = 38,8 ml
𝑁 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Massa Nacl = ( 𝑁 𝑝𝑢𝑠𝑡𝑎𝑘𝑎 ) × 𝑉 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 5,844 𝑚𝑔

0,1 N
=( ) × 38,8 ml x 5,844 mg
0,1 N
= 226,747 mg = 0,227 g
massa NaCl terukur
Kadar NaCl = × 100%
Volume infus yang dititrasi
0,227 𝑔
= × 100%
25 𝑚𝑙

= 0,908% b/v

Titrasi III
V AgNO3 = 38,2 ml
𝑁 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Massa NaCl = ( 𝑁 𝑝𝑢𝑠𝑡𝑎𝑘𝑎 ) × 𝑉 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 5,844 𝑚𝑔
0,1 N
=( ) × 38,2 ml x 5,844 mg
0,1 N

= 223,241 mg = 0,223 g
massa NaCl terukur
Kadar NaCl = × 100%
Volume infus yang dititrasi
0,223 𝑔
= × 100%
25 𝑚𝑙

= 0,892% b/v
Validasi Metode :
-Validasi Presisi Penetapan Kadar NaCl dalam Infus
Kadar 1+Kadar 2+Kadar 3
Kadar rata-rata NaCl =
3

8
(0,9+0,908+0,892)%b/v
=
3
= 0,9 %b/v
Kadar NaCl (𝑥– 𝑥̅ )2
Titrasi ke- 𝑥̅ (%b/v)
(%b/v) (𝑥)

I 0,9 0,9 0

II 0,908 0,9 6,4 10-5

III 0,892 0,9 6,4 10-5

∑ 1,28 10-4

Σ (x– x̅)2
Standar deviasi = √
n -1

1,28×10-4
=√
2

= 8 10-3 %b/v
Kadar NaCl = kadar rata-rata ± simpangan baku
= (0,9±8 10-3) %b/v
Nilai Simpangan Baku Relatif (RSD) :
SD
RSD = ×100%
𝑥̅
0,008 %b/v
= × 100%
0,9 %b/v
= 0,889 %
Karena RSD <2% maka metode penetapan kadar NaCl dari parameter
presisi valid
- Validasi Akurasi Penetapan Kadar NaCl :
kadar NaCl terukur
% 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = × 100%
kadar NaCl pada label infus
a. Persentase perolehan kembali titrasi I
0,9 %b/v
% recovery 1 = ×100%
0,9 %b/v
9
= 100%
b. Persentase perolehan kembali titrasi II
0,908 %b/v
% recovery 2 = ×100%
0,9 %b/v
= 100,8%
c. Persentase perolehan kembali titrasi III
0,892 %b/v
% 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 3 = × 100%
0,9 %b/v
= 99,1 %
recovery 1+recovery 2+ recovery 3
% recovery rata-rata NaCl =
3
(100+100,8+99,1)%
=
3
= 99,67 %
Karena rata-rata persentase perolehan kembali NaCl didalam rentang 98%
- 102%, maka akurasinya valid.

V. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar NaCl dalam infus dengan
menggunakan prinsip titrasi argentometri. Prinsip kerja dari titrasi penetapan
kadar klor (Cl-) dalam sediaan infus natrium klorida yaitu pembentukan kompleks
endapan AgCl yang berwarna putih dengan menggunakan indikator kalium
kromat (K2CrO4) untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu terbentuknya perak
kromat (Ag2CrO4) berupa endapan berwarna merah (Basset et al., 1994).
Tujuan penetapan kadar natrium klorida dalam infus adalah untuk
memastikan kadar NaCl yang sebenarnya dalam infuse (quality control) karena
infus merupakan sediaan yang digunakan untuk mengganti cairan tubuh dan
penyeimbang elektrolit tubuh (Zanuri dkk., 2012). Pemberian infus dengan
volume maupun kadar yang berlebihan dapat menyebabkan beban yang berlebih
pada sirkulasi dan kegagalan pengendapan jantung (BPOM RI, 2014).
Titrasi dalam penetapan kadar NaCl harus di-masking pada pH 6,5-9. Hal
ini disebabkan jika dilakukan titrasi pada suasama terlalu asam, maka indikator

10
kromat akan berubah menjadi dikromat yang lebih mudah larut akibatnya
konsentrasi indikator menurun sehingga dibutuhkan lebih banyak larutan AgNO3
untuk mengendapkan ion kromat. Namun, jika titrasi dilakukan pada suasana basa
akibatnya ion Ag+ dari AgNO3 akan bereaksi dengan OH- membentuk 2AgOH
yang selanjutnya berubah menjadi Ag2O (endapan perak hidroksida) sehingga
titik akhir titrasi sulit ditentukan (Khopkar, 1990).
Titran yang digunakan adalah perak nitrat yang dibuat dari serbuk perak
nitrat PA (pro analysis) yang mana memiliki kemurniaan yang tinggi (± 99,5%)
dan larutan perak nitrat memiliki kestabilan kemurnian hingga 168 jam ( Costa et
al., 2009 ). Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi
larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa),
dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui
(Basset et al., 1994). Berdasarkan hal tersebut proses standarisasi larutan AgNO3
tidak dilakukan.
Penetapan kadar NaCl dalam praktikum ini menggunakan metode Mohr
yaitu mentitrasi ion klorida yang terdapat pada NaCl dengan menggunakan larutan
AgNO3 dengan K2CrO4 sebagai indikator yang menghasilkan warna merah karena
adanya kelebihan ion Ag+. NaCl dititrasi dengan AgNO3 pada awalnya terbentuk
endapan berwarna putih yang merupakan AgCl. Ketika NaCl sudah habis bereaksi
dengan AgNO3, sementara jumlah AgNO3 masih ada, maka AgNO3 bereaksi
dengan indikator K2CrO4 membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah
keruh. Reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut:
Ag + + Cl- → AgCl (endapan putih)
2Ag+ + CrO42- → Ag2CrO4 (endapan merah keruh)

(Yusmita, 2017)
Senyawa AgCl dan Ag2CrO4 yang terbentuk dalam titrasi memiliki nilai
energi aktivasi berbeda yang mengakibatkan perbedaan kecepatan pembentukan
endapan. Energi aktivasi adalah energi yang dimiliki yang harus dimiliki molekul
untuk dapat bereaksi. Semakin rendah energi aktivasi maka tumbukan antar
partikel semakin cepat sehingga reaksi yang terjadi juga semakin cepat

11
(Petrucci,1999). AgCl memiliki energi aktivasi 1280 cal/mol sedangkan Ag2CrO4
memiliki energi aktivasi 16700 cal/mol (Golonka, 1992). Energi aktivasi AgCl
yang lebih rendah menyebabkan terbentuknya produk hasil reaksi berupa endapan
AgCl lebih cepat dibandingkan pembentukan endapan Ag2CrO4 (Triyono, 2004).
Titik akhir titrasi terjadi saat seluruh ion klorida (Cl-) telah bereaksi
dengan perak nitrat (AgNO3) dan kelebihan perak nitrat (AgNO3) akan bereaksi
dengan ion kromat (CrO42-) dari indikator (Basset, dkk., 1994). Unsur perak (Ag)
yang merupakan logam transisi dengan orbital kosong pada unsurnya sehingga
apabila membentuk suatu senyawa tertentu akan menyebabkan terjadinya
perubahan warna. Titik akhir titrasi tercapai ketika terbentuk endapan merah
kecoklatan dari perak kromat (Ag2CrO4) yang menyebabkan warna larutan
berubah menjadi merah kecoklatan (Sudjadi dan Rohman, 2004).
Penetapan kadar infus NaCl 0,9% b/v dilakukan sebanyak 3 kali untuk
mengetahui presisi dari pengulangan yang dilakukan yang mana titrasi pertama
berfungsi sebagai kontrol, titrasi kedua sebagai pembanding, dan titrasi ketiga
sebagai pengoreksi (Gandjar dan Rohman, 2012). Volume AgNO3 yang
digunakan pada masing-masing standarisasi yaitu sebanyak 38,5 mL; 38,8 mL;
dan 38,2 mL. Kadar %b/v NaCl pada masing-masing titrasi didapatkan sebesar
0,9% b/v; 0,908% b/v dan 0,892% b/v sehingga kadar rata-rata NaCl didapatkan
sebesar 0,9% b/v. Nilai standar deviasi (SD) kadar yang diperoleh sebesar 0,008
% b/v dan nilai standar deviasi relatif (RSD) yang diperoleh sebesar 0,889%.
Berdasarkan standar deviasi relatif yang diperoleh dapat dinyatakan bahwa
metode analisis tersebut telah valid karena nilai standar deviasi relatif (RSD)
kurang dari 2% (Gandjar dan Rohman, 2012). Nilai % recovery (perolehan
kembali) dari kadar NaCl pada masing-masing titrasi yaitu sebesar 100%,
100,8%, dan 99,1%, sehingga %recovery rata-rata NaCl yaitu sebesar 99,967%.
Berdasarkan nilai %recovey rata-rata tersebut menyatakan tingkat keakurasian
metode analisis yang dilakukan sudah akurat. Akurasi perolehan kembali yang
umum untuk senyawa obat dalam suatu campuran adalah kurang lebih 98-102%
(Gandjar dan Rohman, 2012). Berdasarkan Farmakope Edisi III, Infus natrium
klorida mengandung tidak kurang dari 0,85% dan tidak lebih dari 0,95% NaCl.

12
Hasil penetapan yang diperoleh dalam praktikum berada dalam rentang standar
Farmakope sehingga sediaan infuse NaCl ini layak diedarkan dan digunakan
secara aman (Depkes RI, 1979).

VI. KESIMPULAN
1. Prinsip kerja dari titrasi penetapan kadar klor (Cl-) dalam infus natrium
klorida (NaCl) yaitu pembentukan kompleks endapan AgCl yang berwarna
putih dalam suasana netral atau sedikit basa (pH 6,5-9) yang berfungsi
sebagai masking untuk melindungi endapan AgCl dengan menggunakan
indikator kalium kromat (K2CrO4) untuk menentukan titik akhir titrasi yaitu
terbentuk endapan berwarna merah (Basset et al., 1994).
2. Kadar rata-rata klor (Cl-) yang terdapat dalam sediian infus NaCl 0,9% yaitu
0,9% b/v. Hasil penetapan kadar yang diperoleh dalam praktikum berada
dalam rentang standar Farmakope, yaitu tidak kurang dari 0,85% dan tidak
lebih dari 0,95% sehingga dinyatakan telah memenuhi kriteria.
3. Validasi metode presisi diperoleh SD sebesar 0,008 % b/v dengan RSD
sebesar 0,889%. Berdasarkan standar deviasi relative(RSD) yang diperoleh
dapat dinyatakan bahwa metode analisis berupa presisi valid karena nilai
standar deviasi relatif (RSD) kurang dari 2%. % recovery rata-rata NaCl yaitu
sebesar 99,967% terhadap kadar dalam etiket. Berdasarkan nilai %recovey
rata-rata tersebut, validasi metose berupa akurasi valid karena akurasi untuk
senyawa obat dalam suatu campuran adalah kurang lebih 98-102%.

13
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J., R. C. Denney, G. H. Jeffery dan J. Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel :
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
BPOM RI .2014. Buku Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Badan
POM RI.
Costa, J. F., et al. 2009. Characterization of aqueous silver nitrate solutions for
leakage tests. Journal Apllication Oral Science. 19 (3) : 254-259.
Day dan A.L. Underwood. 1998. Quantitative Analysis Sixt Edition. Amerika
Serikat: Prantice Hall
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2012. Analisis Obat Secara Spektroskopi dan
Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Golonka, M. C.. 1992. Thermal Decomposition ans Spectroscopic Properties of
Silver Chromate. Journal of Thermal Analysis. Vol. 38 (1): 2501-2513.
Harris, D. C. 2010. Quantitative Chemical Analysis. Edisi Kedelapan. New York:
W. H. Freeman and Company.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Petrucci, R.. 1999. General Chemistry. Jakarta : Erlangga.
Sudjadi dan A. Rohman. 2004. Analisis Obat dan Makanan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Triyono. 2014. Correlation Between Preexponential Factor and Activation Energy
of Isoamylalcohol Hydrogenolysis on Platinum Catalysts. Indonesian
Journal of Chemistry. Vol. 4 (1): 1-5.
Yusmita, L. 2017. Identifikasi Konsentrasi Natrium Klorida (NaCl) pada Jahe dan
Lengkuas Giling dibeberapa Pasar Tradisional di Kota Padang. Jurnal
Teknologi Pertanian Andalas. 21(2): 123-126.
Zanuri, A., D. R. Santoso, dan M. A. Muslim. 2012. Monitoring dan Identifikasi
Gangguan Infus Menggunakan Mikrokontroller AVR. Jurnal EECCIS.
6(1): 49-54.

14
LAMPIRAN

Gambar 1. Infus NaCl ditambahkan indikator (K2CrO4) sebelum dititrasi

1. 2.

Gambar 2. Setelah dititrasi dengan AgNO3

Keterangan:
1. Terbentuk kompleks endapan AgCl yang berwarna putih.
2. Terbentuk Ag2CrO4 berupa endapan berwarna merah pada titik akhir
titrasi.

15

Anda mungkin juga menyukai