Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

PRAKTIKUM II

ARGENTOMETRI

Nama Kelompok:

1. Kurniawati Nor (F120155013)


2. Lailil Mukarromah (F120155014)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
TAHUN 2016

PRAKTIKUM II

ARGENTOMETRI
I. Tujuan
Menentukan kadar halogen atau pseudo halogen pada suatu
campuran.
II. Dasar Teori
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang
berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk
menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan
titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag +. Salah satu
cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah
dengan volumetri.
Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis
dengan menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan
dalam titrasi ini adalah ion halida (Cl-, Br-, I-). Ada tiga tipe titik akhir
yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu :
1. Indikator
2. Amperometri
3. Indikator kimia
Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak
yang dicelupkan kedalam larutan analit. Titik akhir amperometri
melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara sepasang
mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir
yang dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan
warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi.
Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator
titrasi netralisasi, yaitu:
1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-
function dari reagen /analit.
2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi
untuk analit. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang
telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam
perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar
yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan,
kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.

Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar


halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan
dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode
argentometri disebut juga dengan metode pengendapan karena pada
argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak
larut atau endapan.
Metode argentometri yang lebih luas lagi digunakan adalah metode
titrasi kembali. perak nitrat (AgNO3) berlebihan ditambahkan ke
sampel yang mengandung ion klorida atau bromide. Sisa AgNO3,
selanjutnya dititrasi kembali dengan ammonium tiosanat
menggunakan indikator besi (III) ammonium sulfat.
Titrasi argentometri terbagi menjadi beberapa metode penetapan
disesuaikan dengan indikator yang diperlukan dalam penetapan
kadar, diantara metode tersebut adalah:
1. Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromide dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat
dengan pemanbahan larutan kalium kromat sebagai indikator.
Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak nitrat klorida
dan stelah mencapai titik ekuivalen, maka penambahan sedikit
perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk
endapan dengan kromat yang berwarna merah.
2. Metode Volhard
Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana dalam larutan
baku kalium atau ammonium tiosianat, kelebihan tiosianat dapat
ditetapkan secara jelas dengan garam besi (III) nitrat atau besi (III)
ammonium sulfat sebagai indikator yang membentuk warna
merah dari kompleks besi (III) tiosianat.
3. Metode Fajans
Pada metode ini digunakan indikator absorpsi, sebagai kenyataan
bahwa titik ekuivalen indikator terabsorpsi oleh endapan. Indikator
ini tidak memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi
pada permukaan endapan.

Reaksi pengendapan ialah apakah reaksi ini dapat terjadi pada suatu
keadaan tertentu. Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat
dalam larutan, maka kesimpulan yang lebih umum mengenai
pengendapan dasar larutan adalah:
1. Pengendapan terjadi jika Q > Ksp
2. Pengendapan tak terjadi jika Q < Ksp
3. Larutan tepat jenuh jika Q = Ksp

Jika suatu garam memiliki tetapan hasil kali larutan yang besar, maka
dikatakan garam tersebut mudah larut. Sebaliknya jika harga tetapan
hasil kali larutan dari suatu garam tertentu sangat kecil, dapat
dikatakan bahwa garam tersebut sukar untuk larut. Harga tetapan
hasil kali kelarutan dari suatu garam dapat berubah dengan
perubahan temperatur. Umumnya kenaikan temperatur akan
memperbesar kelarutan suatu garam, sehingga harga tetapan hasil
kali kelarutan garam tersebut juga akan semakin besar.

Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut didefinisikan sebagai


jumlah terbanyak (yang dinyatakan baik dalam gram atau dalam
mol) yang akan larut dalam kesetimbangan dalam volume pelarut
tertentu. Meskipun pelarut-pelarut selain air digunakan dalam banyak
aplikasi, larutan dalam air adalah yang paling penting dan bagus
disini. Garam menunjukkan interval kelarutan yang besar dalam air.

Kelarutan dapat dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Suatu larutan


lewat jenuh merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan itu
dapat bergeser bila suhu dinaikkan. Pada umumnya kelarutan zat
padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikkan, karena
umumnya proses pelarutan bersifat endotermik. Akan tetapi ada zat
yang bersifat eksotermik dalam melarut. Sedangkan pengaruh
tekanan udara, tekanan udara di atas cairan berpengaruh kecil sekali
terhadap kelarutan zat padat dan cair dalam pelarut cair. Akan tetapi
kelarutan suatu gas bertambah dalam larutan bila tekanan parsial
gas tersebut di permukaan bertambah besar.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:

1. pH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel
5. Konstanta dielektrik pelarut
6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion
sejenis

III. Alat dan Bahan


Alat:
1. Desikator.
2. Timbangan digital.
3. Labu takar.
4. Botol coklat.
5. Gelas ukur 10 ml.
6. Erlenmeyer.
7. Statif.
8. Buret.
9. Pipet.

Bahan:

1. NaCl 0,03 N.
2. AgNO3 0,03 N.
3. Indikator K2CrO4.

IV. Langkah Kerja


a. Pembuatan Larutan-larutan
1. Larutan Baku Primer NaCl 0,03 N
NaCl dikeringkan dahulu dalam oven pada temperature 500-
600 derajat celcius.

Simpan dalam desikator.

Setelah dingin, timbang dengan teliti sesuai kebutuhan.

Larutkan dalam aquadest sebanyak yang dibutuhkan yaitu 100


ml.

2. Larutan Baku Sekunder


Larutan AgNO3 dengan aquadest sebanyak 1000 ml.

Simpan dalam botol coklat.

3. Indikator K2CrO4
Larutan 5% b/v, diambil 1 ml untuk volume air 25 ml.

Apabila padatan buat larutan K2CrO4 0,1% dengan melarutkan


K2CrO4 dengan aquadest.

b. Pembakuan
Pipet 5 ml NaCl, masukkan ke dalam Erlenmeyer tambahkan 10
tetes indikator K2CrO4.

Titrasi dengan larutan AgNO3 (dikocok cepat terutama menjelang


titik akhir) sampai terbentuk endapan merah bata.

Catat volume AgNO3, lakukan titrasi minimal duplo.

c. Penetapan Sampel (KBr)


Pipet 4 ml larutan sampel, masukkan dalam Erlenmeyer.

Tambahkan 10 tetes larutan indikator K2CrO4.

Titrasi dengan AgNO3 sampai terbentuk endapan merah bata.

Catat volume AgNO3, lakukan titrasi minimal duplo.

V. Hasil Pengamatan dan Perhitungan


1. Data pengamatan
a. Pembuatan larutan baku primer
Penimbangan larutan baku primer NaCl 0,03 N sebesar 0,175
gram dilarutkan sampai 100 ml.
b. Pembuatan larutan baku sekunder
Penimbangan larutan baku sekunder AgNO3 0,01 N sebesar 5,1
gram dilarutkan sampai 1000 ml.

c. Pembakuan NaCl dengan AgNO3

Titrasi ke Volume baku sekunder (ml)


1 10,5 ml
d. Penetapan sampel (KBr)

Titrasi ke Volume baku sekunder (ml)


1 5 ml
2 3 ml
3 4,5 ml
Rata-rata 4,16 ml

2. Perhitungan
a. Pembuatan Larutan
1. Baku Primer NaCl 0,03 N
Volume 100 ml
Mr baku primer: 58,5
BE = Mr
valensi
= 58,5
1
= 58,5
m 1000
N = BE x v
m 1000
0,03 = 170 x 1000

0,175 g= m NaCl
Jadi, massa baku primer NaCl 0,03 N yang ditimbang 0,175
gram.

2. Baku Sekunder AgNO3 0,03 N


Volume 100 ml
Mr baku sekunder: 170

Mr 170
BE = valensi = 1 = 170

m 1000
N = BE x v

m 1000
0,03 N = 170 x 1000

5,1 gr = m AgNO3
Jadi, massa baku sekunder AgNO3 yang ditimbang adalah 5,1
gram.
3. Indikator
0,1 b
Indikator K2CrO4 0,1 % b/v 25ml = 100 x 25

0,025 g =b

b. Pembakuan
1. Pembakuan AgNO3 0,03 N
Kadar baku primer NaCl 0,03 N adalah 0,02 M
Volume titran sebesar 10,5 ml
V1.N1 = V2.N2
5 . 0,03 = 10,5 . N2
N2 = 0,15
10,5
N2 = 0,014 N
Jadi, kadar AgNO3 0,03 N adalah 0,014 N

c. Penetapan kadar sampel


Kadar baku sekunder AgNO3 0,03 N adalah 0,014 N
1. Volume titran sebesar 5 ml
V1.N1 = V2.N2
5 . 0,014 = 4 . N2
N2 = 5 . 0,014
4
N2 = 0,017 N

2. Volume titran sebesar 3 ml


V1.N1 = V2.N2
3 . 0,014 = 4 . N2
N2 = 3 . 0,014
4
N2 = 0,01 N
3. Volume titran sebesar 4,5 ml
V1.N1 = V2.N2
4,5 . 0,014 = 4 . N2
N2 = 4,5 . 0,014
4
N2 = 0,015 N

Titrasi 1 + titrasi 2 + titrasi 3


0,017 + 0,01 + 0,015
= 0,0437
3
= 0,014 N
Jadi, kadar sampel KBr rata-rata adalah 0,014 N
VI. PEMBAHASAN
Argentometri merupakan salah satu cara penentuan kadar suatu
zat/larutan berdasarkan reaksi pengendapan dengan
menggunakan larutan standar AgNO3. Digunakan kalium kromat
sebagai indikatornya yang akan membentuk endapan merah
bata jika titik ekuivalensi tercapai.
Pada hasil pengamatan penetapan sampel (KBr) 1, 2 dan 3
seluruh perubahan warna menunjukan perubahan warna dari
kuning saat ditambah dengan indikator menjadi merah bata
disertai dengan endapan. Endapan tersebut adalah perak kromat
yang merupakan akibat dari reaksi antara perak nitrat dengan
kalium kromat.
Pada Pembakuan NaCl 10 ml ditambah 10 tetes indicator K 2CrO4
kemudian dititrasi dengan larutan AgNO3 menghasilkan volume
10,5 ml dengan warna merah bata.
Dalam percobaan ini digunakan larutan baku sekunder AgNO 3,
larutan baku primer NaCl dan indicator K2CrO4. Pada penetapan
sampel NaCl 10 ml ditambah 5 tetes indicator K 2CrO4 lalu dititrasi
dengan larutan AgNO3 pada zat uji yang pertama dengan
volume titrasi yang di dapatkan adalah 5 ml,dengan perubahan
warna yang terjadi adalah dari warna kuning menjadi warna
merah bata dan terdapat endapan. Pada uji yang ke dua dengan
volume titrasi yang di dapatkan adalah 3 ml,dengan perubahan
warna dari warna kuning menjadi merah bata dan terdapat
endapan. Pada uji yang ke tiga dengan volume titrasi yang di
dapatkan adalah 4,5 ml dan dengan perubahan warna dari warna
kuning menjadi warna merah bata dan terdapat endapan.

VII. KESIMPULAN
1. Argentometri adalah penetapan kadar suatu zat dalam larutan
berdasarkan pengendapan dengan memakai larutan AgNO3
sebagai standard.
2. Larutan standar primer yang digunakan adalah NaCl 0,1 N dan
kadar baku sekunder AgNO3 0,03 N serta larutan K2CrO4 sebagai
indikator.
3. Titik ekuivalen pada titrasi argentometri ini ditandai dengan
perubahan warna dari kuning menjadi merah bata dan terdapat
endapan.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2016. Panduan Praktikum Kimia Analisis Stikes


Muhammadiyah Kudus. Stikes Muhammadiyah Kudus: Kudus
http://laporan-kimia-analisis.blogspot.co.id/2015/06/laporan-
resmi-praktikum-argentometri.html (diakses pada tanggal 5
Agustus 2016)
http://deconstantine.blogspot.co.id/2013/04/laporan-
argentometri.html (diakses pada tanggal 5 Agustus 2016)

Anda mungkin juga menyukai