TITRASI ARGENTOMETRI
Dosen Pembimbing :
Nama :
2019
I. Judul percobaan
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan
reaksi pengendapan antara ion halida ( Cl-, I-, Br- ) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini
biasanya disebut sebagai argentometri, yaitu titrasi penentuan analit yang berupa
ion halida dengan menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO3.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut
antara titrant dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl - dari analit
membentuk garam yang tidak mudah larut.
1) Cara Mohr
Pada metode ini, titrasi halide dengan AgNO 3 dilakukan dengan K2CrO4. Pada
titrasi ini akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion
Ag+ yang berlebih diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Larutan
harus bersifat netral atau sedikit bas, tetapi tidak boleh terlalu basa sebab Ag akan
diendapkan sebagai Ag(OH)2. Jika larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi tidak
terlihat sebab konsentrasi CrO4- berkurang.
Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada
konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna
harus lebih larut disbanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi. Indikator
tersebut biasanya digunakan pada titrasi sulfat dengan BaCl 2, dengan titik akhir
akhir terbentuknya endapan garam Ba yang berwarna merah. (Khopkar, 1990)
2) Cara Volhard
Pada metode volhard, untuk menentukan ion klorida suasana haruslah asam
karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang ditambahkan
ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag+tersebut kemudian dititrasi
balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai indikator. (Khopkar, 1990)
3) Cara Fajans
Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat
yang dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna.
Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain dengan
memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organic yang dapat membentuk
endapan dengan ion perak. Misalnya flouresein yang digunakan dalam titrasi ion
klorida. Dalam larutan, flouresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI) :
HFI H+ + FI-
Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan
berwarna merah muda.
Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir
dalam titrasi ini diketahui berdasar tiga macam perubahan, yakni (i) endapan yang
semula putih menjadi merah muda dan endapan terlihat menggumpal, (ii) larutan
yang semula keruh menjadi lebih jernih, dan (iii) larutan yang semula kuning hijau
hampir tidak berwarna lagi. (Harjadi, 1990)
Alat :
Batang pengaduk
Botol timbang
Bulp
Buret 50 ml
Corong
Erlenmeyer 250 ml
Kaca arloji
Klem dan statif
Labu ukur 100 ml
Labu ukur 250 ml
Neraca analitik
Pipet gondok 25 ml
Pipet tetes
Pipet volume 10 ml
Bahan :
V. Keselamatan kerja
Baju praktikum
Masker
Sarung tangan
Sepatu tertutup
VI. Prosedur
III Rata-
I II
Volume rata
Larutan NaCl 10 ml 10 ml 10 ml 10 ml
III Rata-
I II
Volume rata
III Rata-
I II
Volume rata
Sampel garam 25 ml 25 ml 25 ml 25 ml
III Rata-
I II
Volume rata
III Rata-
I II
Volume rata
Sampel garam 25 ml 25 ml 25 ml 25 ml
VIII. Perhitungan
fp x V x N x Bst Cl
Kadar Cl ¿ x 100
mgcontoh
100
x 33,9 x 0,0983 x 35,5
25
¿ x 100
600 mg
= 78,87 %
IX. Reaksi
Metode Mohr
Metode Fajans
putih
X. Pembahasan
Dasar teori argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut
antara titran dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana Ag+ dari titran akan bereaksi dengan Cl- dari analit
membentuk garam yang tidak mudah larut.
Metode yang digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah metode
mohr dengan indikator K2CrO4. Penambahan indikator ini akan menjadikan warna
larutan menjadi kuning. Titrasi dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik
ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi merah bata dan
munculnya endapan putih secara permanen. Pada percobaan ini, larutan
AgNO3 yang digunakan dibuat dengan melarutkan 8,49 gram AgNO 3 dengan
aquadest hingga volumenya 500 ml ke dalam labu ukur. Konsentrasi yang
didapatkan adalah 0,0983 N dengan rata-rata volume titrasi 10,17 ml.
Pada percobaan kali ini dilakukan penentuan kadar Cl dalam sampel garam
dapur dan air laut. Titrasi yang digunakan adalah argentometri dengan metode
mohr dan fajans. Hal pertama yang dilakukan adalah membuat larutan sampel.
Untuk sampel garam dapur ditimbang 0,6 gram yang dilarutkan dengan aquadest ke
dalam labu ukur 100 ml. sedangkan untuk sampel air laut ditimbang 10 gram dan
dilarutkan dengan aquadest ke dalam labu ukur 100 ml.
Pada metode mohr, sampel garam dan air laut dititrasi dengan larutan
AgNO3 standar dan larutan K2CrO4 sebagai indikator. Dari larutan garam dan air laut
yang telah dibuat, masing-masing dipipet 25 ml untuk dititrasi. Pada awal
penambahan, ion Cl- dari NaCl yang terdapat dalam larutan bereaksi dengan ion
Ag+ yang ditambah sehingga membentuk endapan putih AgCl. Sedangkan larutan
pada awalnya berwarna kuning karena penambahan indikator K 2CrO4 5%. Saat
terjadi titik ekuivalen yaitu saat ion Cl- tepat habis bereaksi dengan ion Ag+,
penambahan AgNO3 yang sedikit berlebih menyebabkan ion Ag + bereaksi dengan ion
CrO42- dari indikator membentuk endapan putih dengan warna larutan merah bata.
Dari percobaan yang dilakukan didapatkan kadar Cl sebesar 1,83 % untuk air laut,
sedangkan kadar Cl pada garam dapur sebesar 57,46 %.
Pada metode fajans, penentuan kadar Cl dalam garam dan air laut menggunakan
indikator adsorpsi yaitu indikator flouresein, dari larutan garam dapur dan air laut,
masing-masing dipipet 25 ml ke dalam Erlenmeyer. Ditambahkan indikator
flouresein akan membuat larutan menjadi warna kuning kemudian dititrasi dengan
larutan AgNO3standar dimana titik akhir titrasi dicapai saat larutan membentuk
endapan merah muda. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan kadar Cl
dalam garam dapur sebesar 78,87 %, sedangkan kadar Cl dalam air laut sebesar 1,89
%.
Dari percobaan ini, dapat dibuktikan bahwa air laut dan garam dapur
mengandung ion Cl-. Hal ini terlihat dari terbentuknya endapan putih yang
menunjukkan jika ion Ag+ telah bereaksi terlebih dahulu dengan ion Cl- membentuk
AgCl.
XI. Kesimpulan
Standarisai larutan AgNO3 dilakukan dengan metode mohr; larutan standar
primer yang digunakan adalah NaCl 0,1 N dan larutan K 2CrO4 sebagai
indikator. Konsentrasi yang didapatkan adalah 0,0983 N.
Penentuan kadar Cl dalam air laut dan garam dapur dengan metode mohr
menggunakan larutan peniter AgNO3standar dan indikator K2CrO4. Titik
akhir titrasi ditunjukkan dengan adanya endapan merah bata. Kadar Cl dalam
air laut sebesar 1,83 % dan garam dapur 57,46 %.
Penentuan kadar Cl dalam air laut dan garam dapur dengan metode fajans
menggunakan indikator adsorpsi yaitu indikator flouresein. Titik akhir titrasi
ditunjukkan dengan adanya endapan merah muda. Kadar Cl dalam air laut
sebesar 1,89 % dan garam dapur 78,87 %.
http://wangukristalini.blogspot.com/2014/01/laporan-titrasi-pengendapan-
argentometri/