ACARA 2
ARGENTOMETRI
Penanggung Jawab:
Kelompok 3
A. Latar Belakang
larut antara titran dan analit. Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi dimana
hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Dalam
titrasi ini, zat yang ditentukan bereaksi dengan zat pentiter membentuk senyawa
yang sukar larut dalam air. Karena itu kepekatan zat yang ditentukan itu
dekat titik kesetaraan dengan bantuan indikator atau peralatan yang sesuai.
Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion
Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang
Pada penetapan kadar yang sukar senyawa yang sukar larut digunakan metode
tertentu, karena sifat dari senyawa yang mudah larut sangat berbeda dengan
senyawa yang sukar larut. Dimana salah satu metode tersebut adalah metode
sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut.
mempelajari cara menentukan kadar suatu senyawa yang sukar larut dengan
menggunakan metode argentometri. Dari latar belakang diatas bisa dilihat bahwa
dan senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada
garam yang tidakmudah larut antara titran dan analit. Hal dasar yang diperlukan
dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat
setiap kali titran ditambahkam pada analit, tidak adanya interferensi yang
mengganggu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati. (Mulyono, 2005)
membentuk endapan AgCl berwarna putih. Apabila Cl- sudah habis bereaksi
maka kelebihan Ag+ selanjutnya bereaksi dengan CrO42- yang berasal dari
berwarna merah bata, berarti titik akhir titrasi sudah tercapai. (Antara et all, 2008)
merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasar nya adalah reaksi
akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. Akan
tetapi metode tua seperti penentuan Cl-, Br-, I- dengan Ag(I) (disebut juga metode
tersebut adalah sulitnya memperoleh indikator yang sesuai untuk menentukan titik
(Khopkar,2008)
mirip halogen (SCN-, CN-, CNO-), merkaptan, asam lemak dan beberapa anion
1. Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida
dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan
kalium kromat sebagai indkator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan
perak klorida dan setelah tercapai titik ekuivalen, maka penambahan sedikit perak
nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat
Perak dapat ditetapkan secara teliti dengan suasana asam dengan larutan baku
kalium dan ammonium tiosianat yang mempunyai hasil kali kelarutan 7,1 x 10-13.
Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara jelas dengan garam besi (III) ntrat atau
besi (III) ammonium sulfat sebagai indicator yang membentuk warna merah dari
kompleks besi (III)-tiosianat dalam lingkungan asam nitrat 0,5-1,5N. Titrasi ini
harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi (III) akan diendapkan
menjadi Fe(OH)3 jika suasana basa sehingga titik akhir tidak dapat ditunjukan.
pH larutan dibawah 3, Pada titrasi terjadi perubahan warna 0,7 – 1 % sebelum titik
ekuaivalen. Untuk mendapatkan hasil yang teliti pada waktu akan mencapai titik
akhir, titrasi digojog kuat-kuat supaya ion perak yang diarbsorbsi oleh endapan
perak tiosianat dapat bereksi dengan tiosianat. Metode volhard dapat digunakan
asam.(Gandjar,2007)
3. Metode K. Fajans
Pada metode ini digunakan indicator arbsorbsi, yang mana pada titik
4. Metode Leibig
Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan indicator, akan
ditambahkan kepada larutan akali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi
pada penggojongan akan larut kembali karena akan terbentuk kompleks sianida
1. Alat
1) Labu erlenmeyer
2) Gelas ukur
4) Pipet ukur
5) Buret
6) Corong
7) Desikator
8) Oven
9) Pipet tetes
2. Bahan
1) NaCl 0,01 N
2) AgNO3 0,03 N
3) Indikator K2CrO4
4) Aquades
1. Pembuatan laruta-larutan
2. Pembakuan
A. Hasil
1. Pembakuan
1. 10 ml 2,0 ml
2. 10 ml 2,1 ml
3. 10 ml 2,2 ml
2. Penetapan sampel
1. 10 ml 9,9 ml
2. 10 ml 4,4 ml
3. 10 ml 3,7 ml
Rata-rata AgNO3 6 ml
Rumus:
AgNO3 = NaCl
N1×V1 = N2×V2
Perhitungan :
1. Pembakuan
Mr x NaCl = 58,5
𝑔𝑟 1000
N = 𝐵𝐸 × 𝑚𝑙
𝑔𝑟 1000
0,01 = 58,5 × 500
AgNO3 = Nacl
N1xV1 = N2xV2
2,1xN1 = 0,01x10
0,1
N1 = 2,1
N1 = 0,0476 N
3) % NaCl
6×0,0476×58,5
%NaCl = × 100%
0,2925
= 57,12%
B. Pembahasan
merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
Titrasi Argentometri memniliki 3 metode yaitu metode Mohr, metode Fajan dan
menentukan Titik Akhir Titrasi. Percobaan kali ini dilakukan Titrasi Argentometri
dengan Metoda Mohr. Prinsip dari metoda Mohr yaitu AgNO3 akan bereaksi
dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Bila semua Cl-
sudah habis bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3 maka kelebihan sedikit Ag+ akan
bereaksi dengan CrO42-dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan, ini berarti Titik
Akhir Titrasi telah dicapai, yaitu bila terbentuk warna merah bata.
ml oleh NaCl yang di tambahkan Indikator K2CrO4 sebanyak 4-5 tetes. Titrat
berubah menjadi warna kuning karena dari indikator yang kemudian di titrasi oleh
AgNO3. Timbul endapan putih mejadi endapan kemerahan. Titrasi dengan cara ini
harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis dengan pH 6,5 –
9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan
dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Dengan timbulnya
endapan merah bata tersebut maka proses Titrasi di hentikan, itu menandakan
bahwa Titik Akhir Titrasi sudah tercapai. Dilakukan Triplo untuk mendapatkan
ketelitian data yang lebih akurat. Pada percobaan yang pertama didapatkan
volume AgNO3 sebanyak 2,0 ml, sedangkan percobaan kedua dihasilkan 2,1 ml,
dan pada percobaan ketiga dihasilkan 2,2 ml. Sehingga rata-rata yang didapatkan
indikator K2CrO4 sebanyak 4-5 tetes. Terjadi perubahan warna, dari endapan
berwarna putih menjadi berwarna merah bata. Dilakukan secara triplo untuk
mendapatkan data yang lebih akurat, volume AgNO3 yang digunakan yaitu
sebesar 10ml. Kelebihan titran sedikit saja akan mempengaruhi jumlah mol
ekivalen yang terdapat dalam sampel dan warna merahnya pun akan lebih pekat.
Kemudian pada titrasi sampel, volume AgNO3 yang diperlukan sebesar 9,9 ml,
4,4 ml, 3,7 ml. terjadi perubahan warna endapan dari putih mejadi berwarna
A. Kesimpulan
warna menjadi merah bata setelah dilakukan titrasi dan diberikan indikator
B. Saran
Saran untuk praktikum ini adalah agar mendapatkan hasil yang optimal maka
dalam pemberian bahan-bahan yang akan digunakan harus sesuai dengan prosedur
Antara, dkk. 2008. Kajian Kapasitas dan Efektivitas Resin Penukar Anion Untuk
Kimia 2. Hal.88-89.
1. Pembuatan larutan
2.
Disimpan dalam
desikator
3.
Ditimbang sebanyak
0,292 gram NaCl
4.
Disiapkan 500 ml
akuades yang akan
digunakan untuk
melaarutkan
5.
2. Pembakuan
2.
Indikator K2CrO4
3.
Larutan AgNO3
sebagai pentitrasi
4.
Dipipet 10 ml NaCl
5.
Hasil titrasi
membentuk endapan
merah bata
6.
Pembakuan pada
ulangan pertama
7.
Pembakuan pada
ulangan kedua
8.
Pembakuan pada
ulangan ketiga
3. Penetapan sampel
Ditimbang sebanyak 1
gram garam dapur
sebagai larutan sampel
3.
Dipipet 10 ml akuades
untuk melarutkan
garam tersebut
5.
Dituangkan kedalam
erlenmeyer besar
sebanyak 500 ml
6.
Larutan garam
dilarutkan ke dalam
500 ml akuades yang
telah disiapkan
7.
Dipipet kembali 10 m
larutan garam yang
telah diberi 500 ml
akuades
8.
Dimasukan kedalam
erlenmeyer ukuran 250
ml
9.
Ditutup dengan
alumunium foil
10.
Diberi indikator
K2CrO4
11.