Anda di halaman 1dari 25

PERCOBAAN III

Judul : Titrasi Argentometri


Tujuan : a. Menentukan kadar Cl- dalam air laut
b. Menentukan kadar Cl- dalam air PDAM
c. Menentukan kadar Cl- dalam garam meja
Hari/Tanggal : Selasa / 24 Oktober 2017
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP ULM Banjarmasin

I. DASAR TEORI
Titrasi Argentometri adalah titrasi dengan menggunakan perak nitrat
sebagai titran, dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Dasar titrasi
argentometri yaitu reaksi pengendapan (presipitasi) dimana zat yang akan
ditentukan kadarnya diendapkan oleh larutan baku AgNO3. Zat tersebut biasanya
garam-garam halogenida (Cl, I, Br), sianida (C, N), tiosianida (SCN), dan fosfat
(Kartika, 2014).
Titrasi argentometri menggunakan larutan perak nitrat untuk menentukan
kadar halogen dengan reaksi:
NaX (aq) + AgNO3 (aq) → AgX (aq) + NaNO3 (aq)
Penelitian ini menggunakan titrasi argentometri dengan metode Mohr, yaitu mula
mula Ag+ yang ditambahkan bereaksi membentuk endapan AgCl berwarna putih
apabila Cl- sudah habis bereaksi. Kelebihan Ag+ selanjutnya bereaksi dengan
CrO42- yang berasal dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan dan membentuk
endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata, berarti titik akhir titrasi sudah
tercapai (Antara & Putra, 2011).
Zat yang digunakan pada argentometri adalah K2CrO4. Metode Mohr
dapat digunakan untuk menetapkan kadar Cl dan Br dalam suasana netral, dalam
larutan standar AgNO3 dengan indikator K2CrO4. Titrasi ini dilakukan dengan
suasana netral atau dengan sedikit katalis pH 6,5-9,5. Dalam suasana asam perak
kromat akan larut, karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan
terbentuk endapan perak hidroksida (Khopkar, 2010).

71
Ada beberapa metode dalam titrasi Argentometri, yaitu:
1. Metode Mohr
Metode Mohr dapat diterapkan untuk titrasi ion bromida dengan perak,
dan juga ion sianida dalam larutan yang sedikit basa. Efek adsorpsi menyebabkan
titrasi ion iodida dan ion tiosianat tidak layak. Perak tidak dapat di titrasi langsung
dengan ion klorida dengan menggunakan ion kromat. Endapan perak kromat yang
telah ada sejak awal, pada titik kesetaraan melarutkan kembali dengan lambat
(Day & Underwood, 2002).
Prinsip metode Mohr adalah AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl
membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Bila semau Cl sudah habis
bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3, maka kelebihan sedikit Ag+ akan bereaksi
dengan CrO42- dan indikator K2CrO4 yang ditambahkan, ini berarti titik akhir
titrasi telah tercapai (Rohyami, 2011).
Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran
sebagai terbentuk endapan berwarna merah bata, yang menunjukkan titik akhir.
Karena, warnanya berbeda dari warna endapan analit dengan Ag+, pada analisa
Ag+ mula-mula terjadi reaksi:
Ag+ + Cl- → AgCl ↓ (Putih)
Sedangkan pada titik akhir, titran juga bereaksi, reaksinya:
2 Ag+ + CrO4 → Ag2CrO4↓ ( Merah bata)
(Johnmax, 2013).
2. Metode Valhard
Penerapan terpenting cara Valhard ialah untuk penentuan secara tidak
langsung ion-ion halogenida. Perak nitrat standar berlebih yang diketahui
jumlahnya ditambahkan kepada. Contoh dan kelebihannya ditentukan dengan
titrasi kembali terhadap larutan tiosianat baku, keadaan larutan yang harus asam
sebagai syarat titrasi Valhard. Keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain
penentuan ion halogenida. Karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak
mengganggu sebab garamnya larut dalam keadaan asam pada saat pencampuran
zat (Vogel, 1985).

72
3. Metode Fajans
Metode Fajans pada dasarnya sama seperti pada argentometri metode
Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator
dalam cara ini adalah indikator absorpsi seperti cosene atau fluonesei. Menurut
macam anion yang diendapkan oleh Ag+, titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi
violet menjadi merah. pH tergantung pada macam anion dan indikator yang
dipakai. Indikator adsorpsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan endapan
dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi
pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai
dan pH (Setiorini & Hardoyo, 2014).
4. Metode Leibig
Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan oleh indikator
tetapi ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat
ditambahkan pada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi pada
penggolongannya akan larut kembali. Suatu reaksi pengendapan dapat dikatakan
berkesudahan jika kelarutan endapannya lebih kecil. Didekat titik ekivalennya,
konsentrasi ion-ion yang dititrasi akan mengalami perubahan-perubahan besar.
Permasalahan yang mungkin dihadapi adalah pemilihan indikator yang baik. Pada
proses desinfeksi air sering digunakan klor. Karena harganya murah dan
mempunyai daya desinfektan sampai beberapa jam setelah pembubuhan (residu
klor). Selam proses tersebut klor tereduksi hingga menjadi klorida (Cl-) yang tidak
mempunyai daya desinfektan. Disamping klor juga bereaksi dengan amoniak.
Klor aktif dalam larutan tersedia dalam keadaan bebas (Cl2, OCr, HOCl) dan
keadaan terikat (NH4Cl, NHCl2, NCl3). Klor terikat mempunyai daya desinfektan
yang tidak seefisien klor bebas (Sholahuddin, Suharto, & Hamid, 2017).

II. ALAT DAN BAHAN


A. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan, yaitu:
1. Gelas kimia 100 mL 6 buah
2. Labu Erlenmeyer 100 mL 9 buah
3. Labu pengenceran 250 mL 3 buah

73
4. Batang pengaduk 3 buah
5. Buret 3 buah
6. Neraca analitik 1 buah
7. Piknometer 2 buah
8. Pipet tetes 3 buah
9. Klem dan statif 3 set
B. Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan, yaitu:
1. Air laut
2. Air PDAM
3. Garam dapur
4. AgNO3 0,1 M
5. K2CrO4 5%

III. PROSEDUR KERJA


A. Penentuan Kadar Cl- dalam Air Laut
1. Mengukur berat jenis air laut dengan piknometer
2. Memipet 25 mL air laut dan mengencerkan ke dalam labu ukur 250 mL
3. Mengambil 25 mL air laut yang telah diencerkan dan menambahkan 5
tetes indikator K2CrO4 5%.
4. Menitrasi dengan AgNO3 sampai terjadi endapan merah bata
5. Melakukan percobaan sebanyak 3 kali
6. Menghitung kadar Cl- dalam air laut tersebut.
B. Penentuan Kadar Cl- dalam Air PDAM
1. Mengukur berat jenis air PDAM dengan piknometer
2. Memipet 25 mL air PDAM dan memasukkan ke dalam erlenmeyer serta
menambahkan 5 tetes indikator K2CrO4 5%
3. Menitrasi dengan AgNO3 sampai terjadi endapan merah bata
4. Melakukan percobaan sebanyak 3 kali
5. Menghitung kadar Cl- dalam air PDAM tersebut
C. Penentuan Kadar Cl- dalam Garam Meja
1. Menimbang 1,45 g garam meja

74
2. Melarutkan dalam labu ukur 250 mL
3. Memipet 25 mL larutan tersebut
4. Memasukkan dalam erlenmeyer dan menambah 5 tetes indikator K2CrO4
5%
5. Menitrasi dengan AgNO3 sampai terjadi endapan merah bata
6. Melakukan percobaan sebanyak 3 kali, menghitung kandungan NaCl
dalam sampel, dan mencocokkan dengan kadar yang tertera pada
bungkusnya

IV. HASIL PENGAMATAN


A. Penentuan Kadar Cl- dalam Air Laut
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Mengukur berat jenis air laut dengan ρ = 1,07 g/mL
piknometer
2. Memipet 25 mL air laut dan Air laut encer
mengencerkan ke dalam labu ukur
250 mL
3. Mengambil 25 mL air laut encer + 5 Larutan berwarna kuning
tetes indikator K2CrO4 5%
4. Menitrasi larutan dengan AgNO3 Endapan merah bata
sebanyak 3 kali Volume AgNO3 = 10,6 mL
(erlenmeyer I)
Volume AgNO3 = 10,6 mL
(erlenmeyer II)
Volume AgNO3 = 10,6 mL
(erlenmeyer III)
5. Menghitung volume rata-rata AgNO3 Volume rata-rata AgNO3 10,6 mL
dan kadar Cl- dalam air laut Kadar Cl- = 0,142%

75
B. Penentuan Kadar Cl- dalam Air PDAM
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Mengukur berat jenis air PDAM ρ = 0,97 g/mL
dengan piknometer
2. Memipet 25 mL air PDAM dan 3 buah erlenmeyer berisi larutan
memasukkan ke dalam 3 buah berwarna kuning bening
erlenmeyer serta menambahkan 5
tetes indikator K2CrO4 5%
3. Menitrasi larutan dengan AgNO3 Endapan merah bata
sebanyak 3 kali Volume AgNO3 = 0,2 mL
(erlenmeyer I)
Volume AgNO3 = 0,1 mL
(erlenmeyer II)
Volume AgNO3 = 0,1 mL
(erlenmeyer III)
4. Menghitung volume rata-rata AgNO3 Volume rata-rata AgNO3 0,13 mL
dan kadar Cl- dalam air laut Kadar Cl- = 0,00191%

C. Penentuan Kadar Cl- dalam Garam Meja


No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Menimbang 1,45 g garam meja 1,45 g garam meja cap kapal
2. Melarutkan 1,45 g garam meja dan Larutan garam meja
memasukkan ke dalam labu ukur 250
mL
3. Memipet 25 mL larutan garam meja 25 mL larutan garam meja dalam
dan memasukkan ke dalam 3 buah 3 buah erlenmeyer
erlenmeyer
4. Menambahkan 5 tetes indikator Larutan menjadi kuning bening
K2CrO4 5% ke dalam 3 buah
erlenmeyer

76
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
5. Menitrasi larutan dengan AgNO3 Terbentuk endapan merah bata
sebanyak 3 kali Volume AgNO3 = 23,4 mL
(erlenmeyer I)
Volume AgNO3 = 23 mL
(erlenmeyer II)
Volume AgNO3 = 23 mL
(erlenmeyer III)
6. Menghitung volume rata-rata AgNO3 Volume rata-rata AgNO3 23,13
dan kadar Cl- dalam air laut mL

V. ANALISIS DATA
Pada percobaan titrasi argentometri ini dilakukan pada tiga jenis bahan
yang berbeda untuk menentukan kadar klorida. Percobaan pertama yaitu
menentukan kadar Cl- dalam air laut, yang kedua menentukan kadar Cl- dalam air
kran atau PDAM, dan yang terakhir percobaan untuk menentukan kadar NaCl di
dalam garam meja.
A. Penentuan Kadar Cl- dalam Air Laut
Percobaan penentuan kadar Cl- dalam air laut dengan titrasi argentometri
menggunakan metode Mohr yang nantinya ditandai dengan adanya pembentukkan
endapan berwarna pada titik akhir titrasi.
Sebelum melakukan percobaan, sampel ini diukur berat jenisnya dengan
menggunakan piknometer. Penggunaan piknometer berfungsi untuk perhitungan
massa jenis adalah pertama-tama, menimbang piknometer 10 mL yang masih
kosong pada neraca analitik, dan setelah itu menimbang lagi piknometer yang
sudah diisi sampel air laut sehingga didapatkan massa jenis (ρ) air laut adalah 1,07
g/mL.
Pada proses selanjutnya yaitu membuat larutan sampel dengan memipet
25 mL dan memasukkan ke dalam labu pengenceran 250 mL, kemudian
menambahkan aquades sebanyak tanda batas pada labu pengenceran dan
mengocoknya. Penambahan aquades pada sampel bertujuan sebagai pelarut.

77
Setelah itu, mengambil 25 mL larutan yang telah diencerkan dan
memasukkan ke dalam erlenmeyer. Lalu, menambahkan 5 tetes indikator K2CrO4
5% sebelum melakukan titrasi. Penambahan indikator ini akan menjadikan warna
larutan dari bening menjadi kuning. Penambahan indikator K2CrO4 (Kalium
kromat) bertujuan untuk mengetahui warna dari titik akhir titrasi.
Selanjutnya, larutan tersebut dititrasi dengan AgNO3 0,1 M sebanyak 3
kali. AgNO3 dipakai sebagai titer karena mempunyai kemurnian yang tinggi maka
AgNO3 tersebut digunakan sebagai larutan standar primer.
Pada titrasi pertama, titrasi kedua, dan titrasi ketiga endapan merah bata
terbentuk setelah penambahan volume AgNO3 yang sama, yaitu sebanyak 10,6
mL. Sehingga didapatkan volume rata-rata AgNO3 yang ditambahkan adalah 10,6
mL. Hasil endapan yang terjadi adalah berupa endapan AgCl yang berwarna
putih, namun setelah ion Cl- dalam NaCl telah bereaksi semua, maka ion Ag+ akan
bereaksi dengan ion CrO42- dari K2CrO4 yang ditandai dengan perubahan warna
dari kuning menjadi merah bata dan terdapat endapan merah bata sesuai dengan
reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Ag+ + Cl- → AgCl↓ (endapan putih)
2Ag+ + CrO42- → Ag2CrO4 (endapan merah bata)
Saat itulah yaitu saat AgNO3 hanis bereaksi dengan Cl-, keadaan tersebut
dinamakan titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna. Hal ini sesuai
dengan prinsip argentometri metode Mohr bahwa senyawa klorida dalam suasana
netral atau sedikit basa dengan larutan baku perak nitrat (AgNO3) dan
penambahan indikator Kalium kromat (K2CrO4) pada permulaan titrasi akan
terjadi endapan perak klorida dan setelah titik ekivalen, maka penambahan sedikit
perak nitrat akan berekasi dengan kromat membentuk endapan perak kromat yang
berwarna merah kecoklatan. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan kadar Cl-
di dalam air laut yaitu sebesar 0,142%.
B. Penentuan Kadar Cl- dalam Air PDAM
Pada percobaan ini, sampel yang digunakan adalah air PDAM. Metode
yang digunakan adalah titrasi argentometri dengan metode Mohr yang sama
seperti percobaan sebelumnya. Secara keseluruhan prosedur percobaan ini sama

78
saja dengan penentuan kadar Cl- dalam air laut yaitu pertama-tama menghitung
massa jenis air PDAM dengan piknometer, sehingga didapatkan massa jenis air
PDAM adalah 0,97 g/mL.
Selanjutnya, membuat larutan sampel dengan mengencerkan 25 mL air
PDAM yang ditambahkan aquades sebanyak tanda batas pada labu pengenceran
250 mL dan mengocoknya. Setelah itu, mengambil 25 mL larutan sampel yang
telah diencerkan sebanyak 25 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
Proses selanjutnya, yaitu menambahkan 5 tetes indikator K2CrO4 5%
sebelum menitrasi, penambahan tersebut menunjukkan perubahan warna dari
bening menjadi kuning. K2CrO4 dipilih sebagai indikator karena suasananya
cenderung netral, dan kalium kromat jika berada pada reaksi asam, maka ion
CrO42- akan menjadi ion bikarbonat dengan reaksi :

2CrO42- + 2H+ → Cr2O72- + H2O


Sedangkan dalam suasana basa, ion Ag+ akan bereaksi dengan OH- dari basa dan
membentuk endapan Ag(OH) yang teroksidasi menjadi H2O dengan reaksi :

Ag+ + 2OH- → (AgOH)2


Kemudian, larutan tersebut dititrasi dengan larutan standar AgNO3 0,1 M
sebanyak 3 kali. Pada titrasi pertama, endapan merah bata terbentuk setelah
penambahan 4 tetes sekitar 0,2 mL AgNO3 0,1 M. Pada titrasi kedua, endapan
merah bata terbentuk setelah penambahan AgNO3 sebanyak 0,1 mL (2 tetes) dan
pada titrasi yang ketiga endapan merah bata terbentuk setelah penambahan
AgNO3 0,1 M sebanyak 0,1 mL (2 tetes), sehingga didapatkan volume rata-rata
AgNO3 yang ditambahkan adalah 0,13 mL. Terbentuknya endapan tersebut sesuai
dengan prinsip argentometri Mohr yaitu larutan AgNO3 dengan penambahan
indikator K2CrO4 pada permulaan titrasi akan terjadi endapan AgCl dan setelah
titik ekivalen, maka penambahan sedikit AgNO3 akan bereaksi dengan CrO42-
membentuk endapan Ag2CrO4 dengan reaksi sebagai berikut :
Ag+ + Cl- → AgCl↓ (endapan putih)
2Ag+ + CrO42- → Ag2CrO4 (endapan merah bata)
Setelah itu dilakukan perhitungan, diperoleh kadar Cl- dalam air PDAM
sebesar 0,00191% atau 19,1 mg/L. Artinya air PDAM ini masih memiliki kadar

79
Cl- yang rendah atau memenuhi persyaratan kualitas air, dimana menurut Standar
Air PDAM dari mentri kesehatan batas maksimum jumlah klorida sebanyak 250
mg/L.
C. Penentuan Kadar Cl- dalam Garam Meja
Pada percobaan ini, sampel yang digunakan adalah garam meja dengan
merk kapal sebanyak 1,45 gram. Pertama-tama, sampel ditimbang di atas kaca
arloji dengan menggunakan neraca analitik. Kemudian dilarutkan dalam 250 mL
labu ukur hingga NaCl melarut sempurna, karena klorin mudah melarut dalam air
bersifat sangat reaktif dan merupakan jenis oksidator yang kuat, yang mudah
bereaksi dengan berbagai unsur lain dalam suhu kamar berbentuk gas. Pada suhu
34oC klorin berbentuk padatan kristal kekuningan dan bersifat mudah larut dalam
air.
Kemudian dari larutan garam meja yang telah dibuat, mengambil 25 mL
larutan tersebut dengan pipet untuk dititrasi serta menambahkan indikator K2CrO4
5% sebanyak 5 tetes. Pada awal penambahan, ion Cl- dari NaCl yang tergantung
dalam larutan bereaksi dengan ion Ag+ yang ditambah sehingga membentuk
endapan AgCl yang berwarna putih. Sedangkan larutan pada awalnya kuning
karena penambahan indikator K2CrO4. Saat titik ekivalen terjadi yaitu saat ion Cl-
tepat bereaksi dengan ion Ag+ yang berarti ion Cl- habis dalam sistem.
Pada titrasi pertama, terbentuk endapan berwarna merah bata saat
penambahan AgNO3 0,1 M sebanyak 23,4 mL. Pada titrasi kedua, endapan
terbentuk saat volume AgNO3 yang ditambahkan sebanyak 23 mL dan pada titrasi
yang ketiga endapan merah bata terbentuk saat penambahan 23 mL AgNO 3 0,1 M.
Sehingga didapatkan volume rata-rata AgNO3 0,1 M dari hasil 3 kali pengulangan
titrasi yaitu 23,13 mL. Tujuan titrasi dilakukan berulang sebanyak 3 kali itu
adalah untuk mendapatkan hasil dengan tingkat keakuratan yang cukup tinggi.
Berubahnya warna tersebut disebabkan oleh penambahan AgNO3
berlebih yang menyebabkan ion Ag+ bereaksi dengan ion CrO42- dalam indikator
K2CrO4 yang membentuk endapan putih dengan warna merah bata sesuai dengan
reaksi :

80
1. Sebelum titik ekivalen sampai titik ekivalen

AgNO3(aq) + NaCl(aq) → AgCl(s) + NaNO3(aq)


2. Saat setelah titik ekivalen
2Ag+(aq) + CrO42-(aq) → Ag2CrO4(s)
(merah bata)
Penentuan kadar NaCl dengan titrasi argentometri ini bertujuan untuk
mengetahui besarnya kadar NaCl dalam garam meja yang bermerk kapal.
Berdasarkan hasil perhitungan dari data hasil percobaan, didapatkan kadar NaCl
sebesar 9,38%. Karena pada garam meja merk kapal tidak disebutkan berapa
kadar NaCl nya, jadi tidak bisa dibandingkan dengan hasil yang ada. Selain itu,
kandungan NaCl pada garam meja tersebut seharusnya melebihi 50% karena
merupakan zat utama pada garam meja namun, pada percobaan kadar NaCl yang
terdeteksi sangat sedikit. Hal ini dikarenakan adanya zat-zat lain (pengotor) yang
terkandung pada sampel garam meja, zat-zat tersebut berupa mineral yang
termasuk dalam golongan I (alkali) atau golongan II (alkali tanah) seperti natrium,
kalium, dan lain-lain.

VI. KESIMPULAN
1. Hasil percobaan dari kadar Cl- dalam sampel air laut sebesar 0,142%.
2. Hasil percobaan dari kadar Cl- dalam sampel air PDAM sebesar 0,00191%.
3. Hasil percobaan dari kadar Cl- dalam sampel garam meja sebesar 9,38%.

81
DAFTAR PUSTAKA

Antara, S., & Putra. (2011). Kajian Kapasitas dan Efektivitas Resin Penukar
Anion Untuk Mengikat Klor dan Aplikasinya pada Air. Jurnal Kimia,
2(7), 241 - 244.

Day, R., & Underwood, A. (2002). Analisa KImia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.

Johnmax. (2013). Titration of Argentometry in Pure Chemical Analysis.


International Journal of Indian, 13(7), 241 - 244.

Kartika, E. (2014). Titrasi Argentometri dengan Cara Mohr. Jurnal Kimia


Analitik, 3(6), 35 - 38.

Khopkar, S. (2010). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Rohyami, Y. (2011). Panduan Penulisan Laporan Praktikum Kimia. Yogyakarta:


FMIPA UII.

Setiorini, S., & Hardoyo. (2014). Analisa Kadar Klorida Pada Kantong Teh Celup
Serta Pengaruhnya Terhadap Mutu Teh. Jurnal Penelitian Kesehatan,
1(2), 64 - 67.

Sholahuddin, A., Suharto, B., & Hamid, A. (2017). Panduan Praktikum Kimia
Analisis. Banjarmasin: Pendidikan Kimia FKIP ULM.

Vogel. (1985). Analisis Anorganik Kualitatif . Jakarta: Kalman Media Pustaka.

82
LAMPIRAN

A. Perhitungan
1. Penentuan Kadar Cl- dalam Air Laut
Diketahui : V air laut = 25 mL
V rata-rata AgNO3 = 10,6 mL
M AgNO3 = 0,1 M
Ar Cl = 35,5 g/mol
Ditanya : % Cl- dalam air laut
Penyelesaian :
ρ air laut = berat air laut – berat piknometer
Berat air laut = berat keseluruhan – berat piknometer
= 20,8 g – 10,1 g
= 10,7 g
ρ air laut = 10,7 g/10 mL (ukuran piknometer)
= 1,07 g/mL

Reaksi :
AgNO3 (aq) + NaCl (aq) AgCl (s) + NaNO3 (aq)

Molaritas Cl- untuk sampel encer


M Cl- x V air laut = M AgNO3 x V AgNO3
M Cl- = M AgNO3 x V AgNO3
𝑉 𝑎𝑖𝑟 𝑙𝑎𝑢𝑡
0,1 M x 10,6 mL
=
25 𝑚𝐿
= 4,24 x 10-2 M
= 0,0424 M
n Cl- = M Cl- x V air laut
= 0,0424 mol/L x 0,025 L
= 1,06 x 10-3 mol

83
Massa Cl- = n Cl- x Ar Cl-
= 1,06 x 10-3 mol x 35,5 g/mol
= 0,038 g
Massa air laut = ρ air laut x V air laut
= 1,07 g/mL x 25 mL
= 26,75 g
% Cl- massa Cl
= x 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 𝑙𝑎𝑢𝑡
0,038 g
= x 100%
26,75 𝑔

= 0,142%

2. Penentuan Kadar Cl- dalam air PDAM


Diketahui : V air PDAM = 25 mL
ρ air PDAM = 0,97 g/mL
V rata-rata AgNO3 = 0,13 mL
M AgNO3 = 0,1 M
Ar Cl = 35,5 g/mol
Ditanya : % Cl- dalam air PDAM
Penyelesaian :
Reaksi :
AgNO3 (aq) + NaCl (aq) AgCl (s) + NaNO3 (aq)

Molaritas Cl- untuk sampel encer


M Cl- x V air PDAM = M AgNO3 x V AgNO3
M Cl- = M AgNO3 x V AgNO3
𝑉 𝑎𝑖𝑟 𝑙𝑎𝑢𝑡
0,1 M x 0,13 mL
=
25 𝑚𝐿
= 5,2 x 10-4 M
n Cl- = M Cl- x V air PDAM
= 5,2 x 10-4 mol/L x 0,025 L

84
= 1,3 x 10-5 mol
Massa Cl- = n Cl- x Ar Cl-
= 1,3 x 10-5 mol x 35,5 g/mol
= 4,62 x 10-4 g
Massa air PDAM = ρ air PDAM x V air PDAM
= 0,97 g/mL x 25 mL
= 24,25 g
% Cl- massa Cl
= x 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 𝑃𝐷𝐴𝑀
4,62 x 10−4 g
= x 100%
24,25 g

= 0,00191%
= 19,1 mg/L

3. Penentuan Kadar NaCl dalam Garam Meja (Cap Kapal)


Diketahui : V Larutan NaCl = 25 mL
V rata-rata AgNO3 = 23,13 mL
M AgNO3 = 0,1 M
Mr NaCl = 58,5 g/mol
Ditanya : % Cl- dalam air garam meja (Cap Kapal)
Penyelesaian :
Reaksi :
AgNO3 (aq) + NaCl (aq) AgCl (s) + NaNO3 (aq)

Molaritas NaCl
V NaCl x M NaCl = V AgNO3 x M AgNO3
25 mL x M NaCl = 23,13 mL x 0, 1 M
0,1 𝑀 𝑥 23,13 𝑚𝐿
M NaCl = = 0,093 M
25 𝑚𝐿

Mol NaCl
n NaCl = V NaCl x M NaCl

85
= 0,025 mL x 0,093 M
= 2,325 x 10-3 mol
Massa NaCl
Massa NaCl = n NaCl x Mr NaCl
= 2,325 x 10-3 mol x 58,5 g/mol
= 0,136 g

Kadar NaCl dalam sampel


Massa teoritis
Kadar NaCl (%) = x 100%
Massa nyata
0,136 𝑔
= x 100 %
1,45 𝑔

= 9,38%

B. Pertanyaan
1. Bagaimana cara memilih indikator pada titrasi argentometri?
2. Terangkan bagaimana suatu indikator adsorpsi bekerja?
Jawab:
1. Cara memilih indikator pada titrasi argentometri adalah dengan
memperhatikan sejumlah faktor untuk indikator yang cocok. Factor-faktor
tersebut adalah :
a. AgCl seharusnya diperkenankan untuk mengental menjadi partikel-
partikel besar pada titik ekivalen, mengingat hal ini akan menurunkan
secara drastic permukaan yang tersedia.
b. Adsorpsi dari indikator seharusnya dimulai sesaat sebelum titik ekivalen
dan meningkat secara cepat pada titik ekivalen.
c. pH dan media titrasi harus dikontrol untuk menjamin sebuah konsentrasi
ion dari indikator asam lemah atau basa lemah cukup.
d. Sangat disarankan bahwa ion indikator bermuatan berlawanan dengan
ion yang ditambahkan sebagai titran.

86
2. Cara kerja suatu indikator adsorpsi :
Bila perak nitrat ditambahkan ke dalam suatu larutan natrium klorida,
partikel perak klorida yang sangat halus itu cenderung memegangi pada
permukaannya (mengadsorpsi sejumlah ion klorida berlebihan yang ada
dalam larutan itu). Ion-ion klorida ini dikatakan membentuk lapisan
teradsorpsi primer dan dengan demikian menyebabkan partikel koloid perak
klorida itu bermuatan negatif, yang cenderung terikat lebih longgar.
Jika perak nitrat terus-menerus ditambahkan sampai ion peraknya
berlebih, ion-ion inilah menggantikan ion klorida dalam lapisan primer. Maka
partikel-partikel menjadi bermuatan positif dan anion dalam larutan ditarik
untuk membentuk lapisan sekunder.

C. Foto
1. Penentuan Kadar Cl- dalam Air Laut

Menimbang piknometer Memipet 25 mL air laut

Memasukkan 250 mLair laut Mengencerkan air laut dengan


kedalan labu pengenceran aquades sampai batas garis

87
Mengocok labu pengenceran Meneteskan indikator
K2CrO4 5%

Mentitrasi AgNO3 sampai Hasil titrasi endapan pada


terjadi endapan tabung erlenmeyer 1

Hasil titrasi endapan pada Hasil titrasi endapan pada


tabung erlenmeyer 2 tabung erlenmeyer 3

Hasil perbandingan pada


tabung erlenemeyer 1, 2 & 3

88
2. Penentuan Kadar Cl- dalam Air PDAM

Mengukur berat piknometer Memasukkan air PDAM ke


dalam piknometer

Berat keseluruhan Mengencerkan air


(Berat air PDAM + PDAM di dalam labu
Berat Piknometer) ukur 250 mL

Memasukkan 25 mL Menambahkan 5 tetes


air PDAM ke dalam 3 indikator K2CrO4 5%
erlenmeyer berbeda ke dalam 3 erlenmeyer

89
Endapan berwarna merah bata pada saat :
Erlenmeyer I : 4 tetes AgNO3 = 0,2 mL
Menitrasi larutan dengan Erlenmeyer II : 2 tetes AgNO3 = 0,1 mL
AgNO3 Erlenmeyer III : 2 tetes AgNO3 = 0,1 mL

3. Penentuan kadar NaCl dalam Garam Meja

Memasukkan ke dalam gelas kimia


Menimbang 1,4 gram garam meja
dan melarutkannya

Mengencerkan dalam labu Mengambil 25 mL larutan garam

90
pengenceran encer dan memasukkannya ke
dalam 3 buah erlenmeyer

Menitrasi larutan dengan AgNO3


Menambahkan 5 tetes indikator
0,1 M sampai terbentuk endapan
K2CrO4 ke dalam 3 erlenmeyer
merah bata

Titrasi I Titrasi II
Endapan merah bata terbentuk Endapan merah bata terbentuk saat
saat penambahan AgNO3 penambahan AgNO3 sebanyak 23,4
sebanyak 23,4 mL mL

91
Titrasi III
Endapan merah bata terbentuk Hasil titrasi argentometri untuk garam
saat penambahan AgNO3 meja
sebanyak 23,4 mL

92
FLOWCHART
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS
PERCOBAAN III
TITRASI ARGENTOMETRI

1. Penentuan Kadar Cl- dalam Air Laut

Air Laut
- Mengukur berat jenis air aut dengan
piknometer
- Mencatat tempat pengambilan
sampel
25 mL Air Laut + X mL Aquades

- Memipet
- Mengencerakan dalam labu ukur
250 mL

Larutan Air Laut Encer


- Mengambil 25 mL larutan yang
telah diencerkan

25 mL larutan Air Laut Encer + 5 Tetes Indikator K2CrO4 5% + Larutan


AgNO3 Standar

- Menitrasi

Campuran Merah Bata

Nb:
- Melakukan percobaan selama 3 kali
- Menghitung kadar Cl- dalam air laut tersebut

93
2. Penentuan Kadar Cl- dalam Air PDAM
Air PDAM

- Mengukur berat jenis dengan


piknometer
- Mencatat tempat pengambilan sampel
Air PDAM

Lebih dari 25 mL air PDAM + X mL Aquades

- Memipet
- Mengencerkan dalam labu ukur 250
mL

Larutan Air PDAM Encer

25 mL Larutan air PDAM Encer + 5 Tetes Indikator K2CrO4 5% +


Larutan AgNO3 Standar

- Menitrasi sampai terjadi endapan merah bata

Campuran Merah Bata

Nb:
- Melakukan percobaan sebanyak 3 kali
- Menghitung kadar Cl- dalam air PDAM tersebut

3. Penentuan Kadar NaCl dalam Garam Meja


1,45 gram garam Meja + X mL aquades

- Menimbang garam meja


- Melarutkan dalam labu ukur 250 mL

Larutan Garam Meja

94
25 mL Larutan Garam Encer + 5 Tetes Indikator K2CrO4 5% +
Larutan AgNO3 Standar

- Memasukkan dalam erlenmeyer


- Memisahkan sampai terjadi merah bata

Campuran Merah Bata

Nb:
- Melakukan percobaan 5 kali
- Menghitung kandungan NaCl dalam sampel
- Mencocokkan dengan kadar yang tertera pada bungkusnya
- Menghitung kesalahannya

95

Anda mungkin juga menyukai