Anda di halaman 1dari 37

TEORI MODERN KIMIA

KOORDINASI

TEORI MODERN KIMIA KOORDINASI


1.
2.
3.
4.

TEORI IKATAN VALENSI (VBT)


TEORI MEDAN KRISTAL (CFT)
TEORI ORBITAL MOLEKUL (MOT)
VSEPR

1. TEORI IKATAN VALENSI (VBT)


Bilangan koordinasi, Struktur kompleks dan
Hibridisasi
VBT oleh Linus Pauling th 1930
Senyawa koordinasi terbentuk dari:
Reaksi antara atom pusat dengan ligan
melalui ikatan kovalen koordinasi.
Pada senyawa koordinasi, atom pusat memiliki
bilangan koordinasi tertentu seperti tabel
berikut:

BK

STRUKTUR

CONTOH

Linear

Ag(NH3)2+ ; Ag((CN)2-

Segitiga datar

HgCl3- ; AgBr(PPh3)2

Tetrahedral

NiCl42- ; Zn(NH3)42+

Bujur sangkar

Ni(CN)42- ; Pt(CN)42-

Trigonal bipiramidal

CuCl53- ; Fe(CO)5

Oktahedral

CoF63- ; Fe(CN)63-

Menurut VBT, Struktur senyawa koordinasi


berhubungan erat dengan susunan dalam
ruang dari orbital atom pusat yang digunakan
untuk berikatan.
Misalnya pada ion [Ag(CN)2]Konfigurasi elektron Ag+ = (Kr) 4d10 5s0 5p0
Ligan CN- mendonorkan 2 PEB.
Pertanyaannya:
Ke orbital mana 2 PEB ini masuk?

NC

Ag

CN

ligan terikat pada 5s dan 5p

NC

NC
90o
NC

Ag

ligan terikat pada 2 orbital 5p

Ag

Struktur linear fakta eksperimen

CN

Fakta di atas menunjukkan bahwa antara ion


Ag+ dengan CN- menggunakan dua orbital
yang sama jenis dan tingkat energinya sama
serta posisinya berlawanan arah.
Orbital-orbital ini disebut orbital hibrida yang
diperoleh melalui proses hibridisasi.

Bilangan koordinasi, jenis hibridisasi dan struktur kompleks


BK

Hibridisasi

Struktur kompleks Contoh

sp

Linear

Ag(NH3)2+

sp2

Trigonal planar

HgCl3-

sp3

Tetrahedral

NiCl42-

dsp2

Bujur sangkar

Ni(CN)42-

sp3d

Trigonal bipiramidal CuCl 35

dsp3

Trigonal bipiramidal Fe(CO)


5

sp3d2

Oktahedral

CoF63-

d2sp3

Oktahedral

Fe(CN)63-

Pembentukan senyawa kompleks


berdasarkan VBT ada yang melibatkan proses
eksitasi dan ada yang tidak melibatkan proses
eksitasi

Pembentukan senyawa kompleks


berdasarkan VBT ada yang melibatkan
proses eksitasi dan ada yang tidak.
Pembentukan Senyawa Kompleks Tanpa
Melibatkan Proses Eksitasi
Langkah-langkah yang diperlukan:
1. Menuliskan konfigurasi elektron dalam
keadaan dasar
2. Menuliskan konfigurasi elektron dalam
keadaan hibridisasi
3. Menuliskan konfigurasi elektron sesudah
adanya donasi PEB dari ligan.

Contoh : Ag(CN)2Berdasarkan asas energitika, tingkat energi kompleks Ag(CN)2paling rendah apabila tolakan 2 ligan CN- minimal, ini terjadi
apabila posisi CN- berlawanan sehingga strukturnya linear.
Fakta eksperimen menunjukkan hal ini, dan Ag(CN)2- bersifat
diamagnetik.
Konfigurasi elektron:
4d
5s
5p
Ion Ag+ (keadaan dasar) : (Kr)
_
___
Ion Ag+ (hibridisasi)
: (Kr)
_ _
__
hibridisasi sp

Ion Ag+ dalamAg(CN)2: (Kr)

__

2 PEB dari ligan

Sifat diamagnetik ditunjukkan oleh semua elektron pada orbital d


yang berpasangan

Latihan soal:
1.Jelaskan pembentukan ikatan berdasarkan
teori ikatan valensi senyawa kompeks berikut:
a. NiCl42- (Nomer atom Ni = 28, Paramagnetik)
b. FeCl63- (Nomer atom Fe = 26, Paramanetik)
c. CuCl5- (Nomer atom Cu = 29, Paramanetik)

Pembentukan Senyawa Kompleks Dengan


Melibatkan Proses Eksitasi
Langkah-langkah yang diperlukan:
1.Menuliskan konfigurasi elektron dalam keadaan
dasar
2.Menuliskan konfigurasi elektron dalam keadaan
eksitasi
3.Menuliskan konfigurasi elektron dalam keadaan
hibridisasi
4.Menuliskan konfigurasi elektron sesudah
adanya donasi PEB dari ligan.

Contoh : Ni(CO)4
Berdasarkan asas energitika, tingkat energi kompleks Ni(CO)4
paling rendah apabila tolakan 4 ligan CO minimal, ini terjadi
apabila posisi CO pada pojok tetrahedral sehingga strukturnya
tetrahedral.
Fakta eksperimen menunjukkan hal ini, dan Ni(CO)4 bersifat
diamagnetik.
Konfigurasi elektron:
3d
4s
4p
Atom Ni (keadaan dasar)
: (Ar)

___
Atom Ni (eksitasi)
: (Ar)
_
___
Atom Ni (hibridisasi)
: (Ar)
_ _ __
hibridisasi sp3

Atom Ni dalamNi(CO)4 : (Kr)


4 PEB dari ligan

Sifat diamagnetik ditunjukkan oleh semua elektrron pada orbital


yang berpasangan

Latihan Soal:
1.Jelaskan pembentukan ikatan berdasarkan
teori ikatan valensi senyawa kompeks berikut:
a. Ni(CN)42- (Nomer atom Ni = 28, diamagnetik)
b. Fe(NH3)63+ (Nomer atom Fe = 26, Paramagnetik
setara dengan kemagnetan sebuah elektron tidak
berpasangan)
c. Fe(CO)5 (Nomer atom Fe = 26, diamagnetik)

Kompleks dengan Orbital Dalam dan Kompleks


dengan Orbital Luar
Hibridisasi sp3d2; bentuk Oktahedral contoh FeCl63Hibridisasi d2sp3; bentuk Oktahedral contoh Fe(NH3)63+

Pada kompleks FeCl63- , orbital d yang


digunakan berada diluar orbital s dan p sehinga
kompleksnya dikenal dengan kompleks orbital
luar (outer orbital complex). Sebaliknya pada
Fe(NH3)63+ , orbital d yang digunakan berada
di dalam orbital s dan p sehinga kompleksnya
dikenal dengan kompleks orbital dalam (inner
orbital complex).

Kompleks FeCl63- memiliki 5 e tidak


berpasangan sedangkan pada kompleks
Fe(NH3)63+ hanya memiliki sebuah e yang
tidak berpasangan.
Keduanya merupakan kompleks dengan atom
pusat sama, akan tetapi kemagnetan FeCl63lebih tinggi.
Oleh karena itu FeCl63- disebut dengan
kompleks dengan spin tinggi (high spin
complex) sedangkan Fe(NH3)63+ disebut
dengan kompleks dengan spin rendah (low
spin complex)

Kelemahan Teori VBT:

Tidak dapat menjelaskan warna atau spektra


senyawa koordinasi

TEORI MEDAN KRISTAL (CFT)


Dikemukakan oleh Hans Betthe th 1929:
Ikatan antara atom pusat dg ligan adalah
murni ikatan ion.
Disempurnakan oleh J.H. Van Vleck th 1935:
dengan memasukkan ikatan kovalen, dan
disebut sebagai teori medan ligan.
Pada zamannya kurang dikenal dibandingkan dengan
VBT, hanya digunakan oleh pakar fisika untuk
menjelaskan warna pada logam-logam transisi
terhidrat.
Para ahli kimia mulai menggunakan sekitar th 1950an.

Asumsi-asumsi CFT
1. Ligan-ligan diperlakukan sebagai titik
bermuatan.
2. Interaksi antara ion logam dengan liganligan dianggap sepenuhnya sebagai
interaksi elektrostatik (ionik).
3. Tidak terjadi interaksi antara orbitalorbital dari ion logam dengan orbitalorbital dari ligan

Pada pembentukan senyawa kompleks elektron


yang berperanan adalah elektron yang berada
pada orbital d.
Orbital d ada lima macam yaitu:
dxy, dxz, dyz, dx2-y2 dan dz2
Orbital ini di bagi menjadi dua kelompok yakni ;
d x2- y2 dan dz2 (orbital eg) yang terkonsentrasi
sepanjang sumbu (orbital eg) , dan kelompok
kedua adalah dxy, dyz, dxz yang terkonsentrasi
antara sumbu x, y, z (orbital t2g) .

Apabila bila suatu medan negatif ditempatkan


di sekitar ion logam, maka orbital-orbital ini
akan mengalami kenaikan tingkat energi.

ooooo
E
ooooo

Oleh karena terbatasnya jumlah ligan yang


dapat berikatan dengan ion logam, akibatnya
pengaruh medan ligan terhadap 5 orbital d
cenderung tidak sama kuat.
Pengaruh medan ligan terhadap orbital d,
tergantung pada letaknya di sekitar ion logam,
artinya apakah strukturnya oktahedral,
tetrahedral atau planar segi empat.
Akibatnya orbital d akan diurai oleh medan
ligan atau sering dikenal dengan istilah
splitting.

KOMPLEKS OKTAHEDRAL
z

Splitting orbital d oleh medan ligan oktahedral.


E

oo

eg

0,6 o

ooooo

o
0,4 o

ooo
ooooo

t2g

Fajans dan Tsuchida berhasil membuat urutan


relatif kekuatan beberapa ligan, yang dikenal
dengan deret spetrokimia atau deret FajansTsuchida:
CO > CN- > C6H5- > NO2- > en > NH3 > CH3CN
> NCS- > H2O > O2- > OH- > F- >NO3- > Cl- >
SCN- > S2- > Br- > I-

Jumlah
elektron d

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

t2g

eg

CFSE
High spin
o

0,4
0,8
1,2
0,6
0
0,4
0,8
1,2
0,6
0

t2g

eg CFSE
low spin
o

1,6
2,0
2,4
1,8

Sifat magnetik kompleks oktahedral

0 < P

0 > P

Contoh [CoF6]3- dan [Co(NH3)6]3+


Co3+ dengan konfigurasi elektron [Ar] 3d 6.
[CoF6]3- bersifat paramagnetik dengan
kemagnetan setara dengan adanya 4 elektron
tidak berpasangan.
Fakta ini menunjukkan tidak semua elektron
menempati orbital t2g, sebagian menempati
orbital eg.
[Co(NH3)6]3+ bersifat diamagnetik, artinya:
semua elektron menempati orbital t2g

Latihan soal:
Diberikan ion kompleks [FeF6]3- dan [Fe(CN)6]3a. Tunjukkan ion kompleks yang memiliki spin
tinggi dan ion kompleks yang memiliki spin
rendah.
b. Hitung energi penstabilan medan kristal
(CFSE) kedua kompleks tersebut!

KOMPLEKS TETRAHEDRAL
y
x

Pada posisi ini ligan-ligan tidak berhadapan


langsung dengan dengan orbital d, akan tetapi
ligan lebih dekat dengan orbital t2g dibanding ke
orbital eg, sehingga splittingnya menjadi:
o o o t2
E

0,18 o

ooooo

Td

oo

0,27 o

ooooo

Contoh ion [FeCl4]2Berbentuk tetrahedral.


Atom pusatnya Fe2+
Konfigurasinya: [Ar]3d6
Bersifat paramagnetik.

t2

Td <P

KOMPLEKS PLANAR SEGI EMPAT


z

splitting orbital d oleh medan planar segi empat.


o
dx2-y2
E
0,994o

oo

eg
o

dxy
0,23 o

ooooo
0,43 o

ooo
t2g
dxz, dyz
medan oktahedral

o
oo

d z2
0,08 o

planar segi empat

Contoh: Ion [Ni(CN)4]2Berbentuk planar segi empat.


Konfigurasi elektron (Ar)3d8
Bersifat diamagnetik

d x2- y2
10 Dq>P

dxy

dx 2
dxz , dyz

Anda mungkin juga menyukai