Anda di halaman 1dari 27

A.

JUDUL PERCOBAAN
Isoterm Adsorpsi
B. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan isoterm adsorpsi menurut Freundlich bagi proses adsorpsi
asam asetat pada arang.
C. LANDASAN TEORI
Adsorpsi permukaan atau penjerapan adalah suatu proses yang terjadi
ketika suatu zat dalam bentuk cairan maupun gas, terikat kepada suatu permukaan
padatan (zat penjerap, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau
film (zat terjerap, adsorbat) pada permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yaitu
penyerapan cairan oleh cairan lainnya (Rubiyanto, 2017: 9). Adsorpsi juga dapat
diartikan sebagai pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat
lain, sebagai akibat daripada ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaan tersebut.
Untuk proses adsorpsi dalam larutan, jumlah yang teradsorpsi bergantung pada
beberapa faktor:
1. Jenis adsorben
2. Jenis adsorbat atau zat yang teradsorpsi
3. Luas permukaan adsorben
4. Konsentrasi zat terlarut
5. Temperatur
(Tim Dosen Kimia Fisik, 2017: 13).
Sebuah atom, ion atau molekul dalam lapisan permukaan zat padat, tidak
seperti di bagian bawah permukaannya, tidak memiliki partikel tetangga di semua
sisi. Jadi gaya tarik sisa dikerahkan pada komponen-komponen fluida yang
membasahi permukaan, dan energi bebas tersebut dapat diminimalkan jika
komponen-komponen semacam itu berkumpul di batas permukaan. Dalam sistem-
sistem tertentu dalam kondisi khusus, lapisan adsorpsinya mungkin hanya setebal
satu molekul (adsorpsi lapisan tunggal), tetapi yang lebih lazim terjadi adalah
molekul-molekul teradsorpsi tersebut akan menahan molekul-molekul lain
sehingga pada akhirnya mereka akan menumpuk membentuk suatu lapisan
multimolekul. Gaya yang berperan dalam proses adorpsi tergantung pada sifat
dasar kimia permukaan dan struktur spesies teradsorpsi. Suatu efek elektrostatik
yang dapat dilihat dengan jelas juga terlibat dalam adsorpsi ion-ion ke atas
permukaan zat padat ionik. Dalam kasus lain, kita dapat melihat interaksi antara
kelompok polar dalam suatu molekul organik, katakan karbonil dan hidroksil
dengan suatu adsorban polar. Kadang-kadang pembentukan ikatan hidrogen
mungkin saja terlibat. Suatu permukaan polar dapat menginduksi suatu pemisahan
muatan komplementer di dalam suatu molekul yang dapat dipolarisasikan, sebagai
contoh, sistem cincin aromatik. Dalam kasus lain, suatu permukaan nonpolar
dapat mengadsorpsi molekul-molekul hidrofobik dari suatu pelarut yang bersifat
polar (Underwood dan Day, 2002: 526).
Menurut (Lestari, 2009: 88) terdapat beberapa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi efisiensi adsorpsi, antara lain:
1. Temperatur. Oleh karena proses adsorpsi adalah proses yang eksotermis,
maka adsorpsi akan berkurang pada temperatur lebih tinggi. Jika terdapat
reaksi antara kontaminan yang teradsorpsi dan permukaan sorben, atau antara
dua atau lebih kontaminan kimia tersebut (contohnya melalui reaksi hidrolisis
atau polimerisasi), maka laju reaksinya akan meningkat pada temperatur yang
lebih tinggi.
2. Kelembapan. Uap air mudah diadsorpsi oleh jenis sorben polar, sehingga
kelembapan yang tinggi dapat mempengaruhi dan mengurangi kemampuan
sorben tersebut untuk mengadsorpsi kontaminan.
3. Laju alir pengambilan sampel. Terlalu tinggi laju alir dapat mengurangi
efisiensi adsorpsi.
4. Adanya kontaminan lain. Hal ini dapat mengurangi efisiensi adsorpsi karena
adanya kompetisi antar kontaminan tersebut pada bagian adsorpsi. Reaksi
antara senyawaan juga mungkin terjadi, sehingga diperoleh hasil konsentrasi
yang lebih rendah yang seharusnya.
Isoterm yang menggambarkan suatu kesetimbangan adsorpsi biasanya
tidak linear. Banyak sistem yang mengikuti persamaan Freundlich, sekurang-
kurangnya jika konsentrasinya tidak terlalu tinggi. Persamaan tersebut dapat
diberikan dalam bentuk;
C s=k C L1/ n
di mana Cs merupakan konsentrasi zat terlarut yang teradsorpsi pada suatu fasa
padat yang berkesetimbangan dengan suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut
CL. Satuan yang biasanya dipakai untuk Cs adalah milimol zat terlarut per gram
adsorben, dan untuk CL, molaritas; k dan n adalah konstanta. Terlihat bahwa jika n
= 1, persamaan Freundlich direduksi ke bentuk pernyataan kesetimbangan lain
untuk zat terlarut di dalam ekstraksi pelarut (Underwood dan Day, 2002: 527).
Bagi suatu sistem adsorpsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang
teradsorpsi per satuan luas atau per satuan berat adsorben, dengan konsentrasi zat
terlarut pada temperatur tertentu yang disebut dengan isoterm adsorpsi.
Persamaannya dapat dinyatakan sebagai:
x
=k .C n
m
dengan: x = jumlah zat teradsorpsi (gram)
m = jumlah adsorben (gram)
C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan, setelah tercapai kesetimbangan
adsorpsi.
k dan n = tetapan
(Tim Dosen Kimia Fisik, 2017: 13).
Bagaimana pun juga umumnya n >1 dan karena itu grafik C s Vs CL
(disebut isoterm adsorpsi). Untuk mengevaluasi k dan n, kita dapat mengambil
logaritma dari kedua ruas persamaan Freundlich, menghasilkan;

log C s=log k + ( 1n ) logC L

Grafik log Cs Vs CL merupakan garis lurus yang memiliki kemiringan 1/n dengan
titik potong log k pada sumbu Cs. Konstanta k dan n adalah hanya untuk sistem
yang diketahui dan untuk saja hanya temperatur yang ditetapkan saja. Tetapan ini
berubah-ubah menurut sifat dasar adsorben dan karakter permukaannya serta
menurut sifat pelarut dan zat terlarutnya. Konstanta k lebih sensitif daripada n
terhadap sifat dasar zat terlarut, dan pemisahan yang didasarkan pada adsorpsi ini
sangat bergantung berdasarkan perbedaan dari suatu nilai k untuk berbagai zat
terlarut (Underwood dan Day, 2002: 527).
Langmuir menjabarkan teori adsorpsinya bahwa pada permukaan adsorben
terdapat sejumlah situs aktif yang dapat mengadsorpsi satu molekul. Ikatan antara
adsorben dan zat teradsorpsi dapat terjadi secara fisik atau kimia. Ikatan tersebut
harus kuat untuk menjaga terjadinya perpindahan molekul yang telah teradsorpsi
sepanjang permukaan adsorben. Isotermis Freundlich lebih akurat untuk adsorpsi
logam berat. Dimana isothermis Freundlich merupakan kelanjutan dari isothermis
Langmuir dengan adsorpsi fisika. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich
didasarkan atas terbentuknya lapisan monolayer dari molekul-molekul adsorbat
pada permukaan adsorben. Namun pada adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada
permukaan adsorben bersifat heterogen (Gultom dan Lubis, 2014: 8).
Adsorben-adsorben yang paling lazim adalah zat padat yang secara kasar
dapat dikarakterisasi sebagai polar. Ini mencakup bahan-bahan anorganik seperti
kalsium dan magnesium karbonat, gel silika, dan alumunium oksida atau bahan-
bahan organik seperti sukrosa, amilum dan selulosa. Adsorben-adsorben seperti
itu memperlihatkan afinitas yang tinggi terhadap zat terlarut polar, terutama jika
polaritas dari zat terlarut tersebut rendah. Berdasarkan pengalaman dengan sistem
seperti itu, muncul beberapa aturan umum: (1) jika semua faktor lainnya sama,
semakin polar suatu senyawa maka semakin kuat senyawa tersebut akan
diadsorpsi; (2) jika faktor-faktor lain sama, berat molekul yang besar
menyebabkan adsorpsi; (3) semakin polar zat pelarut, semakin besar
kecenderungannya untuk mengisi tempat-tempat pada permukaan yang
diperebutkan dengan zat terlarut dan oleh karena itu zat terlarut akan kurang
diadsorpsi. Pengunaan fasa stasioner polar dengan fasa bergerak yang tidak lebih
polar daripada yang dibutuhkan dalam rangka mengelusi zat terlarut polar dalam
waktu yang cukup panjang, selama bertahun-tahun dianggap sebagai bentuk
normal dari kromatografi adsorpsi (Underwood dan Day, 2002: 528).
Arang aktif merupakan senyawa karbon amorph, yang dapat dihasilkan
dari bahan-bahan yangmengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan
dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Arang aktif
dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat
adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas
permukaan. Arang aktif akan dibuat dari arang hasil pirolisis tempurung kelapa
dan diimplementasikan untuk menjernihkan asap cairnya (Jamilatun dan
Setyawan, 2014: 73).
Metode titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya (Mirna, 2016:
34). Salah satu aplikasi stoikiometri larutan adalah perhitungan mencari molaritas
atau kadar suatu zat dalam larutan sampel dengan proses yang disebut dengan
analisis titrasi volumetri. Dalam setiap metode titrimetri selalu terjadi reaksi kimia
antara komponen analit dengan titrant yang dinyatakan dengan persamaan umum:
aA + tT produk
“a” adalah jumlah mol analit (A) yang bereaksi stoikiometri dengan “t” mol titrant
(T) atau “a” dan “t” menggambarkan koefisien reaksi dalam persamaan reaksi
setaranya. Analit adalah komponen dari larutan sampel yang hendak ditetapkan
kuantitasnya, sedangkan titran adalah larutan standar yang telah diketahui dengan
tepat konsentrasinya (Ibnu, 2004: 93).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Neraca analitik 1 buah
b. Mortar dan alu @ 1 buah
c. Labu erlenmeyer 250 ml 6 buah
d. Labu erlenmeyer bertutup asa 250 ml 6 buah
e. Spatula 1 buah
f. Gelas ukur 50 ml 1 buah
g. Gelas ukur 10 ml 1 buah
h. Stopwatch 3 buah
i. Corong biasa 3 buah
j. Batang pengaduk 1 buah
k. Buret 50 ml 2 buah
l. Statif dan klem @ 2 buah
m. Botol semprot 1 buah
n. Pipet tetes 5 buah
o. Pipet volume 10 ml dan 25 ml @ 1 buah
p. Ball pipet 2 buah
q. Gelas kimia 100 ml 1 buah
r. Gelas kimia 250 ml 1 buah
s. Lap kasar 1 buah
t. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Larutan asam asetat (CH3COOH) 0,5000 M, 0,2500 M, 0, 1250 M, 0,0625 M,
0,0313 M, dan 0,0156 M
b. Larutan standar natrium hidroksida (NaOH) 0,1 M
c. Norit (C)
d. Indikator phenolptalein (pp)
e. Kertas saring biasa
f. Aquades (H2O)
g. Label
E. PROSEDUR KERJA
1. Arang digerus sampai halus dengan menggunakan lumpang dan alu.
2. Arang ditimbang sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke dalam masing-masing
6 labu erlenmeyer bertutup 250 mL.
3. Masing-masing erlenmeyer yang berisi arang ditambahkan larutan asam
asetat dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 0,5000 M, 0,2500 M,
0,1250 M, 0,0625 M, 0,0313 M dan 0,0156 M.
4. Masing-masing labu erlenmeyer ditutup dan dibiarkan selama 30 menit. Dan
dalam rentang waktu itu masing-masing larutan dikocok selama 1 menit
secara teratur tiap 10 menit.
5. Masing-masing larutan disaring dengan kertas saring yang kering
menggunakan corong biasa.
6. Sebanyak 10 mL filtrat dari larutan campuran dengan konsentrasi 0,5000 M
dan 0,2500 M diambil dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang lain.
7. Sebanyak 25 mL filtrat dari larutan campuran dengan konsentrasi 0,1250 M
diambil dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang lain.
8. Sebanyak 50 mL filtrat dari larutan campuran dengan konsentrasi 0,0625 M,
0,0313 M dan 0,0156 M diambil dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang
lain.
9. Masing-masing filtrat ditambahkan dengan 3 tetes indikator phenolpthalein.
10. Masing-masing filtrat dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 M hingga
mencapai titik ekuivalen yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna
menjadi merah muda.
F. HASIL PENGAMATAN
No
Pengamatan Perlakuan
.
1. Karbon Aktif (C) digerus Karbon aktif halus
2. Karbon aktif dtimbang sebanyak 1 Larutan berwarna hitam
gram
 1 gram karbon aktif + 100 mL
CH3COOH 0,5000M
 1 gram karbon aktif + 100 mL
CH3COOH 0,2500M
 1 gram karbon aktif + 100 mL
CH3COOH 0,1250M
 1 gram karbon aktif + 100 mL
CH3COOH 0,0625 M
 1 gram karbon aktif + 100 mL
CH3COOH 0,0313M
 1 gram karbon aktif + 100 mL
CH3COOH 0,0156M
3. Masing-masing larutan di diamkan Larutan berwarna hitam pekat
selama 30 menit, dalam rentan waktu
10 menit dikocok selama 1 menit
4. Masing-masing larutan campuran Larutan menjadi tak berwarna
disaring
5. Masing-masing larutan dipipet dengan Larutan tak berwarna
volume sebagai berikut:
 Erlenmeyer 1, CH3COOH 0,5000
M sebanyak 10 mL
 Erlenmeyer 1, CH3COOH 0,2500
M sebanyak 10 mL
 Erlenmeyer 1, CH3COOH 0,1250
M sebanyak 10 mL
 Erlenmeyer 1, CH3COOH 0,0625
M sebanyak 50 mL
 Erlenmeyer 1, CH3COOH 0,0313
M sebanyak 50 mL
 Erlenmeyer 1, CH3COOH 0,0156
M sebanyak 50 mL
6. Masing-masing larutan ditambahkan 3 Larutan tak berwarna berubah
tetes indicator pp dan dititrasi dengan menjadi ungu muda, dan volume
larutan NaOH0 0,1N NaoH yang digunakan :
Erlenmeyer 1 : 11,60 mL
Erlenmeyer 2 : 5,40 mL
Erlenmeyer 3 : 2,50 mL
Erlenmeyer 4 : 2,00 mL
Erlenmeyer 5 : 1,00 mL
Erlenmeyer 6 : 0,50mL

G. ANALISIS DATA
1. Erlenmeyer 1
Diketahui : [CH3COOH] = 0,5000 M
Mr CH3COOH = 60 g/mmol = 60 mg/mmol
V CH3COOH = 100 mL
[NaOH] = 0,1 M
V NaOH = 11,60 mL
Massa karbon aktif = 1,00 gram
V CH3COOH = 10 mL (filtrat)
x
Ditanyakan : log C dan log =.....?
m
Penyelesaian:
mmol CH3COOH = ¿M× V) CH3COOH
= 0,5000 mmol/mL × 100 mL
= 50,0000mmol
mmol NaOH = ¿M× V) NaOH
= 0,1mmol/mL × 11,60 mL
= 1,160 mmol
Reaksi : CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Mula-mula : 50,0000 mmol 1,160 mmol - -
Bereaksi : 1,160 mmol 1,160 mmol 1,160 mmol 1,160
mmol
Setimbang : 48,8400 mmol - 1,160 mmol 1,160
mmol
mmol CH3COOH yang teradsorpi = mmol CH3COOH – mmol NaOH
= 50,000 mmol – 1,160 mmol
= 48,840 mmol
Massa CH3COOH yang teradsorpsi = mmol CH3COOH yang teradsorpsi× Mr
CH3COOH
= 48,840 mmol× 60 mg/mmol
= 2930,400 mg
= 2,9304 gram
x massaC H 3 CCOH yang teradsorpsi
¿
m massa karbon aktif
2,9304 gram
=
1,0000 gram
= 2,9304
x
log = log 2,9304
m
= 0,4669
mmol C H 3 COOH yang teradsorpsi
C =
V C H 3 COOH
48,840
=
100 mL
= 0,4884 M
log C = log [C H 3 COOH ¿ yang teradsorpsi
= log 0,4884 M
= -0,3112 M
2. Erlenmeyer 2
Diketahui : [CH3COOH] = 0,2500 M
Mr CH3COOH = 60 g/mmol
= 60 mg/mmol
V CH3COOH = 100 mL
[NaOH] = 0,1 M
V NaOH = 5,4000 mL
Massa karbon aktif = 1,0000 gram
V CH3COOH = 10 mL (filtrat)
x
Ditanyakan : log C dan log =.....?
m
Penyelesaian:
mmol CH3COOH = ¿M× V) CH3COOH
= 0,2500 mmol/mL × 100 mL
= 25,0000 mmol
mmol NaOH = ¿M× V) NaOH
= 0,1 mmol/mL × 5,4000 mL
= 0,5400 mmol
Reaksi : CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Mula-mula : 25,0000 mmol 0,5400 mmol - -
Bereaksi : 0,5400 mmol 0,5400 mmol 0,5400 mmol
0,5400 mmol
Setimbang : 24,4600 mmol - 0,5400 mmol
0,5400 mmol
mmol CH3COOH yang teradsorpi = mmol CH3COOH – mmol NaOH
= 25,0000mmol – 0,5400 mmol
= 24,4600 mmol

Massa CH3COOH yang teradsorpsi = mmol CH3COOH yang teradsorpsi×


MrCH3COOH
= 24,4600 mmol× 60 mg/mmol
= 1467,600 mg
= 1,4676 gram
x massaC H 3 CCOH yang teradsorpsi
¿
m massa karbon aktif
1,4676 gram
=
1,0000 gram
= 1,4676
x
Log = log 1,4676
m
= 0,1666
mmol C H 3 COOH yang teradsorpsi
C =
V C H 3 COOH
24,4600 mmol
=
100 mL
= 0,2446 M
Log C = Log 0,2446 M
= −¿ 0,6115M
3. Erlenmeyer 3
Diketahui : [CH3COOH] = 0,1250 M
Mr CH3COOH = 60 g/mmol = 60 mg/mmol
V CH3COOH = 100 mL
[NaOH] = 0,1 M
V NaOH = 2,5000 mL
Massa karbonaktif = 1,0000 gram
V CH3COOH = 25,0000 mL (filtrat)
x
Ditanyakan : log C dan log =.....?
m
Penyelesaian:
mmol CH3COOH = ¿M× V) CH3COOH
= 0,1250 mmol/mL × 100 mL
= 12,5000mmol
Mmol NaOH = ¿M× V) NaOH
= 0,1 mmol/mL × 2,5000 mL
= 0,2500 mmol

Reaksi : CH3COOH + NaOH CH3COONa +


H2O
Mula-mula : 12,5000mmol 0,2500 mmol - -
Bereaksi : 0,2500mmol 0,2500 mmol 0,2500 mmol
0,2500 mmol
Setimbang : 12,2500 mmol - 0,2500 mmol
0,2500 mmol

mmol CH3COOH yang teradsorpi = mmol CH3COOH – mmol NaOH


= 12,5000mmol – 0,2500 mmol
= 12,2500 mmol
Massa CH3COOH yang teradsorpsi = mmol CH3COOH yang teradsorpsi× Mr
CH3COOH
= 12,2500 mmol× 60 mg/mmol
= 735,0000 mg
= 0,7350 gram
x massaC H 3 CCOH yang teradsorpsi
¿
m massa karbon aktif
0,7350 gram
=
1,000 gram
= 0,7350 gram
x
log = log 0,7350
m
= −¿ 0,1337
mmol C H 3 COOH yang teradsorpsi
C =
V C H 3 COOH
12,2500mmol
=
100 mL
= 0,1225 M
log C = log 0,1225 M
= −¿ 0,9118M
4. Erlenmeyer 4
Diketahui : [CH3COOH] = 0,0625 M
Mr CH3COOH = 60 g/mmol = 60 mg/mmol
V CH3COOH = 100 mL
[NaOH] = 0,1 M
V rata-rata NaOH = 2,0000 mL
Massa karbonaktif = 1,0000 gram
V CH3COOH = 50,0000 mL (filtrat)
x
Ditanyakan : log C dan log =.....?
m
Penyelesaian:
mmol CH3COOH = ¿M× V) CH3COOH
= 0,0625mmol/mL × 100 mL
= 6,2500mmol
mmol NaOH = ¿M× V) NaOH
= 0,1mmol/mL × 2,0000 mL
= 0,2000 mmol
Reaksi : CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Mula-mula : 6,2500 mmol 0,2000 mmol - -
Bereaksi : 0,2000 mmol 0.2000 mmol 0,2000 mmol 0,2000
mmol
Setimbang : 6,0500mmol - 0,2000 mmol 0,2000
mmol

mmol CH3COOH yang teradsorpi = mmol CH3COOH – mmol NaOH


= 6,2500 mmol – 0,2000 mmol
= 6,0500 mmol
Massa CH3COOH yang teradsorpsi = mmol CH3COOH yang teradsorpsi× Mr
CH3COOH
= 6,0500 mmol× 60 mg/mmol
= 363,0000 mg
= 0,3630 gram
x massaC H 3 CCOH yang teradsorpsi
¿
m massa karbon aktif
0,3630 gram
=
1,0000 gram
= 0,3630
x
Log = log 0,3630
m
= −¿ 0,4400
mmol C H 3 COOH yang teradsorpsi
C =
V C H 3 COOH
6,0500 mmol
=
100 mL
= 0,0605 M
log C = log 0,0605 M
= −¿ 1,1870 M

5. Erlenmeyer 5
Diketahui : [CH3COOH] = 0,0313 M
Mr CH3COOH = 60 g/mmol = 60 mg/mmol
V CH3COOH = 100 mL
[NaOH] = 0,1 M
V NaOH = 1,000 mL
Massa karbonaktif = 1,0000 gram
V CH3COOH = 50,0000 mL (filtrat)
x
Ditanyakan : log C dan log =.....?
m
Penyelesaian:
mmol CH3COOH = ¿M× V) CH3COOH
= 0,0313 mmol/mL × 100 mL
= 3,1300mmol
mmol NaOH = ¿M× V) NaOH
= 0,1 mmol/mL × 1,0000 mL
= 0,1000 mmol
Reaksi : CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Mula-mula : 3,1300 mmol 0,1000 mmol -
-
Bereaksi : 0,1000 mmol 0,1000 mmol 0,1000 mmol
0,1000 mmol
Setimbang : 3,0300 mmol - 0,1000 mmol
0,1000 mmol

mmol CH3COOH yang teradsorpi = mmol CH3COOH – mmolNaOH


= 3,1300 mmol – 0,1000 mmol
= 3,0300 mmol
Massa CH3COOH yang teradsorpsi = mmol CH3COOH yang teradsorpsi× Mr
CH3COOH
= 3,0300 mmol× 60 mg/mmol
= 181,800 mg
= 0,1818 gram
x massaC H 3 CCOH yang teradsorpsi
¿
m massa karbon aktif
0,1818 gram
=
1,000 gram
= 0,1818 gram
x
log = log 0,1818
m
= −¿ 0,7404
mmol C H 3 COOH yang teradsorpsi
C =
V C H 3 COOH
3,0300 mmol
=
100 mL
= 0,0303 M
log C = log 0,0303 M
= −¿ 1,5185 M
6. Erlenmeyer 6
Diketahui : [CH3COOH] = 0,0156 M
Mr CH3COOH = 60 g/mmol = 60 mg/mmol
V CH3COOH = 100 mL
[NaOH] = 0,1 M
V rata-rata NaOH = 0,5000mL
Massa karbonaktif = 1,0000 gram
V CH3COOH = 50,0000 mL (filtrat)
x
Ditanyakan : log C dan log =.....?
m
Penyelesaian:
mmol CH3COOH = ¿M× V) CH3COOH
= 0,0156 mmol/mL × 100 mL
= 1,5600mmol
mmol NaOH = ¿M× V) NaOH
= 0,1mmol/mL × 0,5000 mL
= 0,0500mmol
Reaksi : CH3COOH + NaOH CH3COONa +
H2O
Mula-mula : 1,5600mmol 0,0500mmol - -
Bereaksi : 0,0500mmol 0,0500 mmol 0,0500 mmol
0,0500mmol
Setimbang : 1,5100mmol - 0,0500 mmol
0,0500mmol
mmol CH3COOH yang teradsorpi = mmol CH3COOH – mmolNaO
= 1,5600mmol – 0,0500mmol
= 1,5100 mmol
Massa CH3COOH yang teradsorpsi = mmol CH3COOH yang teradsorpsi× Mr
CH3COOH
= 1,5100 mmol× 60 mg/mmol
= 90,6000mg
= 0,0906 gram
x massaC H 3 CCOH yang teradsorpsi
¿
m massa karbon aktif
0,0906 gram
=
1,0000 gram
= 0,0906
x
Log = log 0,0906
m
= −¿ 1,0428
mmol C H 3 COOH yang teradsorpsi
C =
V C H 3 COOH
1,5100 mmol
=
100 mL
= 0,0151 M
log C = log 0,0151 M
= −¿ 1,8210 M
Hubungan x/m terhadap C
0.6

0.5 0.49

0.4

0.3
X/m

0.24
0.2

0.12
0.1
0.06
0 0.03
0 0.02
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
C

Hubungan log x/m terhadap log C


1

0.5

0
Log X/m

-1.2 -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6


f(x) = x − 0.77 -0.5
R² = 1
-1

-1.5

-2
Log C

Penentuan nilai K berdasarkan grafik freundlich (hubungan log K dan log x/m
x
=¿ KCn
m
x
Log =¿Log K + n Log C
m
x
Log =¿n Log C + Log K
m
Persamaan dari grafik :
y = mx + b
y = 0,997x – 0,773
x
Maka, y = Log
m
Mx = n Log C
b = Log K
nilai K berdasarkan grafik
Log K = b
Log K = - 0,773
  K = 0,4616
Y
n = tan α =
X
−0,6115−(−0,3112 )
=
0,1666−( 0,4669 )
−0,3003
=
−0,3003
= 1
Penentuan harga tetapan isoterm adsorbsi Freundlich
x
Log k = log - n log C
m
Dimana n menurut grafik = 1
Untuk CH3COOH 0,5000 M
Log k1 = 0,4669 – 1 (-0,3112)
= 0,7781
k1 = 2,1773
Untuk CH3COOH 0,250 M
Log k2 = 0,1666 – 1 (-0,6115)
= 0,7781
k2 = 2,1773
Untuk CH3COOH 0,5000 M
Log k3 = -0,1337 – 1 (-0,9118)
= 0,7781
k3 = 2,1773
Untuk CH3COOH 0,0625 M
Log k4 = -0,4400 – 1 (-1,1870)
= 0,747
k4 = 2,110
Untuk CH3COOH 0,0313 M
Log k5 = -0,7407 – 1 (-1,5185)
= 0,7778
k5 = 2,176
Untuk CH3COOH 0,0156 M
Log k6 = -1,0425– 1 (-1,8210)
= 0,7785
k6 = 2,178
k 1 + k2 + k3 + k 4 +k 5 + k6
krata-rata = =
6

2,1773+2,1773+2,1773+2,110+ 2,176+2,178
6
= 2,166
H. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan isoterm adsorpsi menurut
Freundlich bagi proses adsorpsi asam asetat pada arang. Isoterm sendiri dapat
diartikan sebagai suhu yang tetap (konstan), sedangkan adsorpsi adalah
pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada zat lain yang terjadi akibat
ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa isotherm adsorpsi menurut Freundlich adalah hubungan antara banyak zat
yang terdasorpsi per satuan berat adsorben dengan konsentrasi zat terlarut pada
temperature tertentu (Tim Dosen Kimia Fisik, 2017: 13). Sementara itu, adsorben
dapat diartikan sebagai suatu zat yang memiliki ukuran partikel yang seragam
kepolarannya yang akan sama dengan zat yang akan di serap dan mempunyai
berat molekul besar, sedangkan adsorbat dapat diartikan sebagai suatu zat yang
akan teradsorpsi pada zat lain. Dalam percobaan ini, yang bertindak sebagai
adsorben adalah arang aktif dan adsorbatnya adalah larutan CH 3COOH dalam
berbagai konsentrasi. Adapun prinsip dasar dalam percobaan ini yaitu didasarkan
pada prinsip Freundlich yaitu hubungan tentang hubungan antara banyaknya zat
yang teradsorpsi per satuan luas atau per satuan berat adsorben dengan konsentrasi
pelarut pada temperatur tertentu. Dan prinsip kerjanya yaitu penggerusan,
pencampuran, penyaringan, penitrasian dan pengamatan.
Percobaan ini dilakukan dengan pertama-tama menggerus arang hingga
halus. Penggerusan bertujuan untuk memperluas permukaan arang sehingga daya
serap arang menjadi lebih besar. Hal ini disebabkan karena pori-pori arang yang
semakin besar sehingga dapat mempermudah penyerapan arang tersebut. Karena
semakin luas permukaan adsorbennya maka daya penyerapan zatnya pun semakin
tinggi. Selanjutnya arang yang telah halus ditimbang dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer yang berbeda-beda. Penimbangan arang bertujuan untuk mengukur
berat arang yang dibutuhkan. Kemudian masing-masing arang ditambahkan
dengan larutan asam asetat dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 0,5000
M; 0,250 M; 0,1250 M; 0,0625 M; 0,0313 M; dan 0,0156 M, yang mana
perlakuan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh konsentrasi
terhadap jumlah CH3COOH yang diadsorpsi oleh arang.
Perlakuan selanjutnya yaitu larutan ditutup dan didiamkan selama 30
menit dan dalam dalam rentang waktu itu dikocok selama 1 menit secara teratur
setiap 10 menit. Pendiaman selama 30 menit dan pengocokan dilakukan tiap 10
menit bertujuan untuk menyempurnakan dan mempercepat penyerapan
CH3COOH oleh arang aktif. Hal ini dikarenakan ketika larutan dikocok maka
akan menyebabkan pergerakan kinetik dalam larutan juga semakin cepat,
sehingga banyak terjadi tumbukan dan banyak pula zat yang teradsorpsi pada
permukaan adsorben. Dan penutupan erlenmeyer bertujuan agar karbon aktif tidak
menyerap molekul lain (udara), yang mana yang seharusnya diadsorpsi adalah
asam asetat. Kemudian masing-masing larutan disaring melalui corong biasa yang
dilengkapi dengan kertas saring. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan filtrat
dari residunya yaitu arang. Lalu filtrat diambil dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer lain untuk dititrasi. Untuk dua filtrat dengan konsentrasi tertinggi
(0,5000 M dan 0,2500 M) diambil sebanyak 10 mL, untuk filtrat dengan
konsentrasi tertinggi selanjutnya (0,1250 M) diambil sebanyak 25 mL, dan untuk
tiga filtrat dengan konsentrasi terendah (0,0625 M, 0,0313 M dan 0,0156 M)
diambil sebanyak 50 mL. Filtrat dengan konsentrasi tinggi volumenya diambil
lebih sedikit dibandingkan dengan filtrat yang konsentrasinya rendah, hal ini
bertujuan karena filtrat dengan konsentrasi yang tinggi mengandung jumlah
molekul yang banyak sehingga zat yang teradsorpsi juga banyak. Jika zat yang
akan teradsorbsi banyak, maka kemungkinan proses titrasi juga akan berlangsung
lama karena dibutuhkan banyak volume NaOH untuk menghilangkan zat tersebut.
Perlakuan selanjutnya masing-masing larutan ditambahkan dengan
indikator Phenolptalein. Penambahan indikator phenolpthalein bertujuan sebagai
indikator terjadinya titik akhir titrasi, yaitu titik dimana proses titrasi dihentikan
yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari larutan yaitu dari tidak
berwarna menjadi merah muda dengan trayek pH 8,3-10. Selanjutnya dititrasi
dengan larutan NaOH, yang bertujuan untuk mengetahui berapa banyak asam
asetat yang tersisa setelah pengadsorpsian dilakukan yang ditandai dengan
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi warna merah muda. Adapun reaksi
yang terjadi, yaitu:
CH3COOC2H5(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + C2H5OH(aq)
(Svehla, 1985).
Hasil yang diperoleh untuk volume NaOH 0,1 M yang digunakan untuk
larutan CH3COOH 0,5000 M; 0,250 M; 0,1250 M; 0,0625 M; 0,0313 M; dan
0,0156 M secara berturut-turut adalah 11,60 mL; 5,40 mL; 2,50 mL; 2,00 mL;
1,00 mL dan 0,50 mL. Selain itu juga diperoleh nilai log C secara berturut-turut
yaitu: -0,3112, -0,6115, -0,9118, -1,1870, -1,5185 dan –1,8210. Serta dari
percobaan juga dapat diperoleh massa asam asetat yang teradsorpsi pada
CH3COOH 0,5000 M; 0,250 M; 0,1250 M; 0,0625 M; 0,0313 M; dan 0,0156 M
secara berturut-turut adalah 2,9304 g; 1,4676 g; 0,7350 g; 0,3630g; 0,1818 g dan
0,0906 g. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi adsorbsi yaitu jenis adsorben,
jenis adsorbat, luas permukaan, konsentrasi dan suhu.
Dan hasil pada grafik menyatakan bahwa semakin besar nilai konsentrasi
maka semakin besar jumlah zat larutan asam asetat yang terserap dan sebaliknya.
Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi asam
asetatnya maka volume natrium hidroksida yang digunakan untuk mencapai titik
akhir titrasi juga semakin banyak. Hal ini sesuai dengan teori dimana  nilai
absorbansi seharusnya semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi
larutan yang diukur. Selain itu, adsorben yang digunakan yakni karbon aktif yang
merupakan suatu adsorben yang sangat baik dan bentuknya yang berupa serbuk
dapat menyebabkan besarnya adsorpsi yang terjadi karena memiliki permukaan
yang luas. Selain itu, diperoleh juga nilai n dari grafik yaitu 1 dan nilai k
berdasarkan grafik sebesar 2,166.
I. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Semakin besar nilai konsentrasi maka semakin besar jumlah zat larutan
asam asetat yang terserap dan sebaliknya. Hal ini dapat diperoleh dari massa asam
asetat yang teradsorpsi pada CH3COOH 0,5000 M; 0,250 M; 0,1250 M; 0,0625
M; 0,0313 M; dan 0,0156 M secara berturut-turut adalah 2,9304 g; 1,4676 g;
0,7350 g; 0,3630g; 0,1818 g dan 0,0906 g.
2. Saran
Sebaiknya teliti dalam penitrasian dan melakukan pencampuran secara
bersamaan. Serta lebih teliti lagi dalam penyaringan, agar larutan yang akan
dititrasi jernih.
JAWABAN PERTANYAAN

1. Perbedaan isotherm adsorpsi fisik dengan adsorpsi kimia yaitu :


a. Adsorpsi fisik
 Atraksi mengikuti gaya van der walls reaktifitas energy rendah
 Selalu terjadi dengan cepat pada temperature rendah dan kebalikannya
 Selalu reversible sempurna
 Besarnya adsorbsi adalah mendekat adanya hubungan pencairan gas
 Membentuk lapisan multi molekuler
b. Adsorbsi kimia
 Reaksi mengikuti gaya ikat kimia sehingga energy aktivitasnya tinggi
dapat terjadi pada termperatur yang sangat tinggi
 Seringkali irreversible
 Tidak berpengaruh adsorbsi dengan penncairan gas
 Membentuk lapisan monomolekuler
 Contohnya :
 Adsorpsi kimia seperti pada percobaan ini yaitu asam asetat dengan arang
 Adsorpsi zat utama yaitu adsorpsi lapis molekul tunggal.
2. Proses adsorpsi pada percobaan ini adalah adsorpsi fisik karena hanya terjadi pada
asam asetat pada permukaan arang sehingga hanya ada daya atau gaya tarik –
menarik secra fisika tanpa ada perubahan kimia .
3. Pengaktifan arang dengan menggunakan pemansandapat menyebabkan pori- pori
pada arang melebar sehinngga arang dapat lebih aktif atau mudah dalam
mengasorpsi asam asetat.
4. Isotherm freudlick secara empiric dan hanya berlaku untuk gas yang bertekanann
rendah. Persamaannya adalah V = K . p 1/n
5. Isoterm adsorpsuntuk adfsorpsi : gas pada permukaan zat padat kurang
memuaskan dibandingkan dengan isotherm adsorpsi langmunier.

DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A dan A.L. Undewood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.

Gultom, Erika Mulyana dan Turmuzi Lubis. 2014. Aplikasi Karbon Aktif dari
Cangkang Kelapa Sawit dengan Aktivator H3PO4 untuk Penyerapan
Logam Berat Cd dan Pb. Jurnal Teknik Kimia USU. Vol. 3. No. 1.
Ibnu, M. Sodiq., Endang Budiasih., Hayuni Retno Widarti dan Munzil. 2004.
Kimia Analitik 1. Malang: JICA.
Jamilatun, Siti dan Martomo Setyawan. 2014. Pembuatan Arang Aktif dari
Tempurung Kelapa dan Aplikasinya untuk Penjernihan Asap Cair. Jurnal
Spektrum Industri. Vol. 12. No. 1.
Lestari, Fatma. 2009. Bahaya Kimia Sampling dan Pengukuran Kontaminan
Kimia di Udara. Jakarta: EGC.
Mirna., La Karimuna dan Nur Asyik. 2016. Analisis Formalin pada Ikan Asin di
Beberapa Pasar Tradisional Kota Kendari. Jurnal Sains dan Teknologi
Pangan. Vol. 1 No. 1.
Rubiyanto, Dwiarso. 2017. Metode Kromatografi Prinsip Dasar, Praktikum dan
Pendekatan Pembelajaran Kromatografi. Jakarta: Deepublish.

Tim Dosen Kimia Fisik. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Makassar:
Jurusan Kimia FMIPA UNM.

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum Kimia Fisik II dengan Judul “Isoterm Adosrpsi”


disusun oleh:
Nama : Nurlaila Widyanarti. A
NIM : 1513042006
Kelas/Kelompok : Pendidikan Kimia B/ IV (Empat)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan
dinyatakan diterima.
Makassar, November 2017

Koordinator Asisten, Asisten,

Rislaepi Rislaepi
NIM. 1413040013 NIM. 1413040013

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Ahmad Fudhail Majid, S.Pd., M. Si


NIP. 19881012 201504 1 002

Anda mungkin juga menyukai