Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Air dan Kualitas Air
Air merupakan senyawa kimia yang paling berlimpah di alam, namun
demikian sejalan dengan meningkatnya taraf hidup manusia, maka kebutuhan air
pun meningkat pula, sehingga akhir-akhir ini air menjadi barang yang "mahal". Di
kota-kota besar, tidak mudah mendapatkan sumber air bersih yang dipakai sebagai
bahan baku air bersih yang bebas dari pencemaran, karena air banyak tersedot
oleh kegiatan industri yang memerlukan sejumlah air dalam menunjang
produksinya. Di sisi lain, tanah yang merupakan celengan air sudah banyak
ditutup untuk berbagai keperluan seperti perumahan, dan industri tanpa
mempedulikan fungsi dari tanah tersebut sebagai wahana simpanan air untuk
masa datang. Jumlah air yang terdapat di muka bumi ini relatif konstan, meskipun
air mengalami pergerakan arus, tersirkulasi karena pengaruh cuaca dan juga
mengalami perubahan bentuk.
Peranan air yang sangat menunjang dari sudut ekonomi adalah sebagai
pembangkit energi (PLTA), media dalam bidang transportasi dalam berbagai
skala, serta menyediakan berbagai wahana dalam bidang parawisata. Dalam dunia
mahluk hidup, air identik dengan kehidupan itu sendiri. Tubuh hewan dan
manusia sendiri sebagian besar terdiri dari air, walaupun kadar air dalam tiap
jaringannya berbeda-beda. Secara keseluruhan tubuh manusia mengandung 60-85
% air. Variasinya tergantung kepada umur manusia, semakin tua jaringan tubuh
banyak mengalami hidrasi (pelepasan molekul air yang terikat dalam tubuh).
Kualitas air yang diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan manusia
tergantung pada kriteria penggunaan air tersebut. Penggunaan air pada umumnya
adalah diperuntukkan sebagai:
1. Air minum
2. Keperluan rumah tangga
3. Industri
4. Pengairan
5. Pertanian, perikanan, dll.
Kualitas air pada dasarnya dapat dilakukan dengan pengujian untuk. membuktikan
apakah air itu layak dikonsumsi. Penetapan standar sebagai batas mutu minimal
yang harus dipenuhi telah ditentukan oleh standar Internasional, standar Nasional,
maupun standar perusahaan. Di dalam peraturan Pemerintah Republik Indanesia
Nomor 82 Tahun 2001 tentang kualitas dan pengendalian pencemaran air
disebutkan bahwu mutu air telah diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yang terdiri
dari :
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegiatan tersebut.
2. Kelas dua, air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk
prasarna/sarana rekreasi air. pembudidayaan ikan air tawar. peternakan, air
untuk mengairi pertanian, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, yang diperuntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan peruntukan
lain yang persyaratan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas empat, air yang diperuntukannya lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut
Untuk menetapkan standar air bersih tidaklah mudah karena, tergantung
pada banyak faktor tertentu yang menyangkut kegunaan air dan sumber air.
Walaupun demikian ada kesepakatan bahwa air yang bersih tidak ditetapkan pada
kemurnian air namun didasarkan pada keadaan normalnya. Apabila terjadi
penyimpangan dari keadaan normal maka hal itu berarti air tersebut telah
mengalami pencemaran. Pada tahun 1988, Gubernur Kepala Daerah Khusus
Ibukota Jakarta telah mengeluarkan peraturan mengenai kriteria baku mutu air
untuk berbagai keperluan, demikian juga Kantor Menteri Negara Kependudukan
dan Lingkungan Hidup dan Menteri Kesehatan RI telah mengeluarkan peraturan
yang sama sehubungan dengan penggunaan air.
Menurut WARDHANA (1999) indikator bahwa air lingkungan telah
tercemar adalah ditandai dengan adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati
melalui:
1. Adanya perubahan suhu air
2. Adanya perubahan nilai pH atau konsentrasi ion hidrogen
3. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air
4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut
5. Adanya mikroorganisme
6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.

1. Air Hujan
Pemanfaatan sumber air yang berasal dari air hujan biasa dilakukan di
daerah-daerah yang tidak mendapatkan air tanah, atau walaupun tersedia air tapi
tidak dapat digunakan. Air hujan yang akan dimanfaatkan biasanya ditampung
dari atap rumah, kemudian ditampung dalam tong, bak, atau kolam. Sumber air
tersebut mengandung banyak bahan-bahan yang berasal dari udara seperti gas-gas
(oksigen, nitrogen, karbon dioksida), asamasam kuat yang berasal dari gas
buangan industri tertentu dan partikel-partikel radioaktip (SCHROEDER, 1977).
Dari atap penampungan sendiri dicemari oleh partikel-partikel debu, kotoran
burung, dan berbagai kotoran lainnya. Sumber air yang berasal dari air hujan ini
walaupun tidak murni termasuk dalam kategori air lunak, sehingga apabila akan
dimanfaatkan untuk air minum perlu direbus dulu atau disucihamakan.

2. Air permukaan
Semua air yang berada di atas permukaan bumi seperti air parit, selokan,
sungai dan danau adalah air permukaan. Pada umumnya air tersebut mengandung
kotorankotoran berupa benda-benda terapung yang berasal dari lingkungan
sekitarnya, bendabenda padat tersuspensi, bakteri, buangan bahan, kimia, dan
sebagainya. Kumpulan berbagai kotoran tersebut menimbulkan berbagai bau dan
rasa, sehingga bila air tersebut akan digunakan untuk kepentingan hidup manusia
perlu perlakuan / tindakan pembersihan lengkap secara bertahap, teknik
pembersihannya tergantung dari macam dan jumlah kotoran yang dikandungnya
(SCHROEDER, 1977). Air permukaan yang terdapat di daerah pegunungan
umumnya relatif tidak begitu kotor dibandingkan dengan air sungai, sehingga
melalui penyimpanan yang lama serta proses klorinasi saja air sudah dapat
dimanfaatkan.

B. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang
diukur memang benar-benar variabel yang hendak diteliti oleh peneliti (Cooper
dan Schindler, dalam Zulganef, 2006).
Sedangkan menurut Sugiharto dan Sitinjak (2006), validitas berhubungan
dengan suatu peubah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dalam
penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi
sebenarnya yang diukur. Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk
menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa
yang diukur. Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk
mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan
valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang
akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat
sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes menghasilkan data
yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes
yang memiliki validitas rendah.
Uji validitas merupakan tahap yang dilakukan setelah proses kalibrasi
untuk memvalidasi parameter yang digunakan pada model. Perhitungan validasi
dilakukan terhadap tiga parameter yaitu BOD, COD dan TSS. Berdasarkan hasil
perhitungan validasi, diperoleh uji validitas data model adalah 36,4% untuk TSS,
42,4% untuk BOD, dan 7,2% untuk COD. Hasil uji vaiditas terhadap ketiga
parameter tersebut memiliki persentase dibawah 50% atau dibawah 0,5. Menurut
Deksissa (2004), uji validitas dengan nilai error dibawah 0,5 atau dibawah 50 %
dapat digunakan untuk menyatakan bahwa model dapat diterima. Proses validasi
bertujuan untuk mengetahui apakah model dapat digunakan untuk simulasi
nantinya, validasi dilakukan dengan metode Root Mean Square Percent Error
(RMSPE) yang digunakan untuk mengkuantifikasi besar dan sifat error yang
terjadi.

C. Total Suspended Solid (TSS)


Total Suspended Solid (TSS), adalah residu dari padatan total yang
tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2µm atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid (Lukisworo, 2011). Pengamatan terhadap sebaran TSS
sering dilakukan untuk mengetahui kualitas air di suatu perairan. Karena Nilai
TSS yang tinggi menunjukan tingginya tingkat pencemara dan menghambat
penetrasi cahaya ke dalam air. Total padatan tersuspensi adalah bahan-bahan
tersuspensi (diameter > 1 μm) yang tertahan pada saringan Millipore dengan
diameter pori 0,45μm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad
renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang
terbawah ke badan air (Effendi, 2003).
Total Suspended Solid yang tinggi menghalangi masuknya sinar matahari
ke dalam air, sehingga akan mengganggu proses fotosintesis menyebabkan
turunnya oksigen terlarut yang dilepas kedalam air oleh tanaman. Total
Suspended Solid yang tinggi juga menyebabkan penurunan kejernihan air. Tss
disusun di atas lumpur dan pasir halus dan jasad jasad renik, yang disebabkan oleh
kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Didalam Tss terdapat zat
padat yang terdiri dari zat terlarut, dan zat tersuspensi (Alaerts, 1987).
Dalam larutan ditemui dua kelompok zat , yaitu zat terlarut seperti garam
dan molekul organis, dan zat padat tersuspensi dan koloid seperti tanah liat.
Perbedaan pokok antara kedua kelompok zat ini di temukan melalui ukuran
/diameter partikelpartikel tersebut. Dalam metode analisa zat padat, pengertian zat
padat total adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana,
bila sampel air dalam bejana tersebut dikeringkan pada suhu tertentu. Zat padat
total terdiri dari zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi yang dapat bersifat
organis dan inorganis. Zat padat tersuspensi dapat diklasifikasikan antara lain zat
padat terapung yang selalu bersifat organis dan zat padat terendap yang dapat
bersifat organis dan inorganis. Zat padat terendap adalah zat padat dalam suspensi
yang dalam keadaan tenang dapat mengendap setelah waktu tertentu karena
pengaruh gaya beratnya (Christian, 1980).
TSS berhubungan erat dengan erosi tanah dan erosi dari saluran sungai.
TSS sangat bervariasi, mulai kurang dari 5 mg/L yang paling ekstrem 30.000 mg/L
di beberapa sungai. TSS ini menjadi ukuran penting erosi di alur sungai. TSS tidak
hanya menjadi ukuran penting erosi di alur sungai, juga berhubungan erat dengan
transportasi melalui sistem sungai nutrisi (terutama fosfor), logam, dan berbagai
bahan kimia industri dan pertanian.
Adapun prinsip analisa TSS sebagai berikut yaitu sebagai contoh uji yang
telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang.Residu yang
tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu
103ºC sampai dengan 105ºC. Kenaikan berat saringan mewakili padatan
tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan
memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu diperbesar
atau mengurangi volume contoh uji.
Ada pun metoda pengukuran Total Suspended Solid (TSS) : Nilai TSS air
dapat diketahui menggunakan metode gravimetri. Metode gravimetri adalah
pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan.
Langkah pengukuran pada gravimetri adalah pengukuran berat. Analit secara fisik
dipisahkan dari semua komponen lainnya maupun dengan solvennya. Persyaratan
yang harus dipenuhi agar gravimetri dapat berhasil ialah terdiri dari proses
pemisahan yang harus cukup sempurna sehingga kualitas analit yang tidak
mengendap secara analit tidak ditentukan dan zat yang ditimbang harus
mempunyai susunan tertentu dan harus murni atau mendekati murni. Baku mutu
air berdasarkan peraturan pemerintah No. 82 tahun 2001, batas ambang dari TSS
dalam air yaitu 50 mg/L yang diukur dengan metode gravimetri.

Anda mungkin juga menyukai