Anda di halaman 1dari 33

A.

JUDUL PERCOBAAN
Hasil Kali Kelarutan

B. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat menghitung
kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut dan menghitung panas kelarutan
PbCl2 dengan menggunakan sifat kebergantungan Ksp pada suhu.

C. LANDASAN TEORI
Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kualitatif
melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan diri
sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa kristal atau
koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan atau pemusingan
(centrifuge). Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang
bersangkutan. Kelarutan (s) suatu endapan menurut defenisi sama dengan
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada kondisi
seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan lain dalam larutan itu, dan pada
komposisi pelarutnya. Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai arti
penting dalam analisis kualitatif, karena semua percobaan dilakukan di dalam
bejana terbuka pada tekanan atmosfer (Svehla, 1979: 72).
Larutan di mana cukup zat terlarut telah dilarutkan untuk mencapai
kesetimbangan pelarut-pengendapan antara zat padat dan bentuk terlarutnya
disebut larutan jenuh. Jika pelarut yang ditambahkan terlalu banyak maka semua
zat padat akan larut, kemudian kesetimbangan kelarutan menurun, dan larutan
menjadi tidak jenuh. Terlebih lagi, larutan kadang-kadang menjadi sangat jenuh,
sebuah kondisi di mana konsentrasi zat padat terlarut melebihi nilai
kesetimbangannya (Oxtoby dkk, 2001: 343-344).
Adapun Ksp ialah hasi kali konsentrasi molar dari ion-ion penyusunnya,
dimana masing-masing dipangkatkan dengan koefisien stoikiometrinya di dalam
persamaan kesetimbangan. Suatu larutan dikatakan tidak jenuh jika solut dapat
ditambahkan untuk memperoleh berbagai larutan yang berbeda dalam
konsentrasinya dan larutan dalam keadaan terbatas ini disebut larutan jenuh dan
konsentrasi dari larutan jenuh disebut kelarutan dari sejumlah solut dalam jumlah
solven tertentu. Konsentrasi dari larutan jenuh, yaitu kelarutan , tergantung pada
sifat solven, sifat solut, suhu, dan takanan (Sastrohamidjojo, 2016: 239).
Menurut Kurniati (2011:44), faktor-faktor yang mempengaruhi endapan :
1. Temperatur, kebanyakan garam kelarutan meningkat bila temperaturnya
dinaikan.
2. Pengaruh ion sekutu, suatu endapan umumnya lebih dapat larut dalam air
murni daripada dalam suatu larutan yang mengandung salah satu ion endapan.
3. Pengaruh aktivitas, banyak endapan menunjukkan kelarutan yang meningkat
dalam larutan yang mengandung ion-ion yang tidak berekasi secara kimia
dengan ion-ion endapan.
4. Pengaruh pH, kelarutan dari asam lemah bergantung pada pH larutan.
5. Pengaruh kompleks, kelarutan garam yang sedikit sekali dapat larut juga
6. bergantung pada konsentrasi zat-zat yang membentuk kompleks dengan kation
garam.
Hasil kali kelarutan ialah konstanta kesetimbangan, pengendapan senyawa
ionik dari larutan terjadi bila hasil kelarutan ion melebihi Ksp zat tersebut.dalam
larutan jenuh AgCl, contohnya hasil kali ion [Ag+][Cl-] tentu saja sama dengan
Ksp. Selain itu, stoikiometri sederhana menyatakan bahwa [Ag +] = [ Cl-] . namun,
kesamaan ini tidak selalu terjadi dalam setiap situasi. Misalkan kita mengkaji
larutan yang mengandung dua zat terlarut yag memiliki ion senama, AgCl dan
AgnO3. Selain penguraian AgCl, proses berikut juga menambah konsentrasi total
ion enama perak dalam larutan:
AgNO3(s) Ag+ (aq) + NO3- (aq)
Jika AgNO3 ditambahkan pada larutan AgCl jenuh, meningkatnya konsentrasi ion
[Ag+] akan membuat nilai hasil kali ion tersebut lebih besar daripada nilai hasil
kali kelarutan (Chang, 2004: 150-151).
Apa yang telah dikatakan untuk perak klorida, pada suhu konstan
dapat diperluas secara umum, untuk larutan jenuh suatu elektrolit A VA. BVB, yang
terion menjadi ion-ion VAm+ dan VBA-:
Am+
AVA. BVB VA + VBBn-

Hasil kali kelarutan (Ksp) dapat dinyatakan sebagai :

Ks = [Am+]VA x [Bn-]VB

Jadi dapat dinyatakan, bahwa dalam larutan jenuh suatu elektrolit sangat
sedikit larut. Hasil kali konsentrasi dari ion-ion pembentukannya untuk setiap
suhu tertentu adalah konstan, dengan konsentrasi ion dipasangkan/dipangkatkan
dengan bilangan yang sama dengan jumlah masing-masing ion yang bersangkutan
dihasilkan oleh disosiasi dari satu molekul elektrolit (Svehla, 1979: 74).
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi kelarutan zat padat adalah
temperatur, sifat dari pelarut, dan juga kehadiran ion-ion lainnya dalam larutan
tersebut. Termasuk dalam kategori terakhir ini adalah ion-ion yang mungkin dan
mungkin juga tidak tergabung dalam ion-ion pada benda padat. Kebanyakan
garam anorganik meningkat kelarutannya sejalan dengan peningkatan temperatur.
Biasanya merupakan suatu keuntungan untuk melanjutkan proses pengendapan,
penyaringan, dan pencucian dengan larutan panas. Partikel-partikel dapat
dihasilkan, penyaringan akan lebih cepat, dan kotoran-kotoran terurai lebih jauh.
Sementara itu, kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada
dalam larutan-larutan organik (Day, 2002: 231)
Hasil kali kelarutan menggambarkan perkalian konsentrasi ion-ion elektrolit
yang sukar larut dalam larutan jenuhnya pada suhu tertentu, dipangkatkan dengan
koefisiennya masing-masing dalam keadaan setimbang. Harga dari hasil kali
kelarutan bergantung pada suhu kelaruta jenis elektrolit dan jenis pelarut
(Sumardjo, 2006: 495). Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia
terlarut (solut) untuk dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan
homogen. Kelarutan suatu zat dasarnya sangat bergantung pada sifat fisika dan
kimia solut dan pelarut pada suhu, tekanan dan pH larutan. Kelarutan suatu zat
dalam air bergantung pada tingkat kemampuan zat tersebut untuk mengikat air
dan pH yang dihasilkan. Semakin tinggi kemampuan zat mengikat air dengan pH
dalam kondisi basa akan mempermudah kelarutannya (Nisa, 2014: 38).
Menurut Khopkar (2014: 68-69), beberapa faktor yang mempengaruhi
kelarutan yaitu:
1. Temperatur: kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Kadangkala
endapan yang baik terbentuk pada larutan panas, tetapi jangan dilakukan
penyaringan terhadap larutan panas karena pengendapan di pengaruhi oleh
faktor temperatur.
2. Sifat pelarut:garam-garam anorganik lebih larut dalam air. Berkurangnya
kelarutan didalam pelarut organic dapat digunakan sebagai dasar pemisahan
dua zat.
3. Efek ion sejenis: kelarutan endapan dalam air berkurang jika larutan tersebut
mengandung satu dari ion-ion penyusun endapan, sebab pembatasan Ksp
(konstanta hasil kelarutan). Baik kation atau anion yang ditambahkan,
mengurangi konsentrasi ion penyusun endapan, sehingga ion penyusun
endapan garam bertambah. Pada analisis kuantitatif, ion sejenis ini digunakan
untuk mencuci larutan selama penyaringan.
4. Efek ion-ion lain: beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam
larutan terdapat garam-garam yang berbeda dengan endapan.hal ini disebut
sebagai efek garam netral atau efek aktivitas. Semakin kecil koefisien aktivitas
dari buah ion, semakin besar hasil kali konsentrasi molar ion-ion yang
dihasilkan.
5. Pengaruh pH: kelarutan garam fdari asam lemah tergantung pada pH larutan.
Pemisahan logam sulfide didasarkan pada pengendalian pH, digunakan pada
analisis kualitatif, misalkan logam-logam sulfide yang kurang larut (Golongan
II), sedangkan logam sulfida yang kelarutannya lebih besar diendapkan
berikutnya dengan menaikkan pH (untuk golongan III).
6. Pengaruh Hidrolisis: jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan
menghasilkan perubahan (H+). Kation dari spesies garam mengalami
hidrolisis sehingga menambah kelarutannya.
7. Pengaruh kompleks: kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi
konsentrasi zat lain yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut.
Solubilisasi adalah suatu bentuk sediaan yang berupa cairan atau semi padat,
jernih dan bersifat isotrop yang terdiri dari inkorporasi atau larutan di dalam air
suatu zat yang tidak larut atau sedikit larut dalam air dengan bantuan suatu
surfaktan. Kosolven adalah pelarut yang ditambahkan dalam suatu sistem untuk
membantu melarutkan atau meningkatkan stabilitas dari suatu zat. Uji terhadap
kelarutan sediaan diperoleh hasil korelasi antara kedua variabel yaitu 0,210
dengan nilai Sig. 0,651 (> 0,05) berarti korelasi kelarutan sediaan sebelum dan
sesudah penyimpanan selama satu bulan tidak erat dan benar-benar tidak
berhubungan secara nyata (Noviza, 2015: 133-138).
Hasil kali kelarutan menggambarkan perkalian dari konsentrasi ion-ion
elektrolit yang sukar larut dalam larutan jenuhnya pada suhu tertentu,
dipangkatkan dengan koefisien masing-masing. Kelarutan suatu zat menyatakan
jumlah zat yang terlarut dalam satu mol/liter, gram/liter atau mg/liter.
Ksp = [Ay+]x + [B-X]y

= (xs)x(ys)y

= XxSx . Sx+y

Ksp = Xx Yy . S x+y

Sx+y = S=
Dengan Ksp= hasil kali kelarutan

S= kelarutan basa atau gara yang sukar larut

x= indeks ion logam

y= indeks ion sisa asam atau hidroksil

(Sumardjo, 2009: 496)


Tetapan kesetimbangan yang menyatakan kelarutan suatu endapan dalam air
adalah tetapan hasil kali kelarutan sebuah partikel (bulat) haruslah berdiameter
besar dari 10-6 agar mengendap didalam larutan sebagai suatu endapan. Selama
proses pertumbuhan partikel itu melewati jangkaun koloid. Dan partikel dengan
diameter sekitar 10-6 m sampai 10-9 disebut sebagai koloid proses pengendapan
iu dinyatakan sebagai berikut:
Ion-ion dalam larutan partikel koloid pengendapan

(10-10) (10-9 -10-6) (>10-6 m)

Partikel-partikel koloid mempunyai muatan listrik dan bertahan untuk tidak


membentuk partikel yang lebih besar yang akan mengendap dari dalam larutan.
Muatan listrik itu disebabkan oleh terabsorbsinya ion-ion pada permukaan partikel
dalam larutan (Kurniati. 2011: 44).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Gelas kimia 1 L 1 buah
b. Gelas kimia 500 mL 1 buah
c. Gelas kimia 250 mL 1 buah
d. Erlenmeyer 250 mL 3 buah
e. Tabung reaksi 9 buah
f. Buret 50 mL 2 buah
g. Rak tabung reaksi 1 buah
h. Corong biasa 75 mm 1 buah
i. Lampu spiritus 1 buah
j. Kasa asbes 1 buah
k. Termometer 110°C 4 buah
l. Kaki tiga 1 buah
m. Pipet Tetes 2 buah
n. Erlenmeyer 250 mL 2 buah
o. Lap kasar 1 buah
p. Lap halus 1 buah
q. Statif dan klem 1 buah
r. Penjepit tabung 5 buah
2. Bahan
a. Aquades (H2O)
b. Larutan timbal(II) asetat (Pb(NO3)2 0,079 M
c. Larutan kalium klorida (KCl) 0,5 M
d. Label
e. Korek api
f. Tissu

E. PROSEDUR KERJA
1. Penentuan Hasil Kali Kelarutan
a. Larutan (Pb(NO3)2 0,079 M dan (KCl) 0,5 M ditempatkan pada 2 buah buret
yang berbeda.
b. Sebanyak 5 mL (Pb(NO3)2 0,079 M dimasukkan ke dalam 4 buah tabung
reaksi, lalu ditambahkan dengan larutan KCl dengan volume dari tabung 1
sampai 4 sebanyak 0,25 mL; 0,5 mL; 0,75 mL; dan 1 mL.
c. Tabung reaksi kemudian dikocok dan didiamkan selama 5 menit.
d. Kemudian diamati pembentukan endapan yang terjadi.
2. Ketelitian Hasil Kali Kelarutan
a. Hasil yang diperoleh pada pengamatan di atas, diulangi dengan langkah yang
sama untuk pembentukan endapan sampai ketelitian 0,5 mL.
b. Sebanyak 5 mL (Pb(NO3)2 0,079 M dimasukkan ke dalam 5 buah tabung
reaksi, lalu ditambahkan dengan larutan KCl dengan volume dari tabung 1
sampai 5 sebanyak 0,75 mL; 1 mL; dan 1,25 mL; 1,5 mL; 1,75 mL.
c. Tabung reaksi kemudian dikocok dan didiamkan selama 5 menit
d. Kemudian diamati pembentukan endapan yang terjadi.
3. Ketelitian Hasil Kali Kelarutan
a. Hasil yang diperoleh pada pengamatan di atas, diulangi dengan langkah yang
sama untuk pembentukan endapan sampai ketelitian 0,5 mL.
b. Sebanyak 5 mL (Pb(NO3)2 0,079 M dimasukkan ke dalam 5 buah tabung
reaksi, lalu ditambahkan dengan larutan KCl dengan volume dari tabung 1
sampai 5 sebanyak 0,55 mL; 0,6 mL; dan 0,65 mL; 1,5 mL; 0,7 mL; 0,75
c. Tabung reaksi kemudian dikocok dan didiamkan selama 5 menit Kemudian
diamati pembentukan endapan yang terjadi.
4. Pengaruh Suhu Terhadap Kelarutan
a. Didihkan air pada gelas kimia.
b. Sebanyak 5 mL (Pb(NO3)2) 0,079 M dimasukkan kedalam buah tabung
reaksi
c. KCl 0,5 M ditambahkan dari tabung 1 sampai 5 sebanyak 0,75 mL; 1 mL;
1,25 mL; 1,5 mL; dan 1,75 mL.
d. Campuran ditempatkan pada gelas kimia berisi air yang dididihkan.Larutan
kemudian diaduk dengan termometer hingga tepat larut.
e. Suhu akhir larutan saat endapan tepat larut dicatat.

F. HASIL PENGAMATAN
1. Penentuan Hasil Kali Kelarutan

No. V. Pb(NO3)2 (mL) V. KCl (mL) Pembentukan endapan


1 5 0,25 mL Sedikit endapan
2 5 0,5 mL Ada endapan
3 5 0,75 mL Ada endapan
4 5 1 mL Ada endapan

2. Ketelitian Hasil Kali Kelarutan


No. V. Pb(NO3)2 (mL) V. KCl (mL) Pembentukan endapan
1 5 0,75 mL Ada endapan
2 5 1 mL Ada endapan
3 5 1,25 mL Ada endapan
4 5 1,5 mL Ada endapan
5 5 1,75 mL Ada endapan

3. Ketelitian Hasil Kali Kelarutan


No. V. Pb(NO3)2 (mL) V. KCl (mL) Pembentukan endapan
1 5 0,55 mL Ada endapan
2 5 0,6 mL Ada endapan
3 5 0,65 mL Ada endapan
4 5 0,7 mL Ada endapan
5 5 0,75 mL Ada endapan

4. Pengaruh Suhu Terhadap Kelarutan


V. Pb(NO3)2 (mL) V. KCl (mL) Pembentukan endapan Suhu (oC)
5 0,75 mL Larut 41
5 1 mL Sedikit larut 69
5 1,25 mL Sedikit larut 65
5 1,5 mL Sedikit larut 63
5 1,75 mL Tidak larut 51

G. ANALISIS DATA
1. Hasil Kali Kelarutan
a. Penentuan Qsp 0,5 mL KCl 0,25 M (Tabung I)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 0,25 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 0,25 mL
= 5,25 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
5,25 mL
= 0,0752 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
0,25 mL x 0,5 M
=
5,25mL
= 0,0238 M

Qsp = [Pb2+] [Cl-]2


= (0,0752 M) (0,0238 M)2
= (0,0752 M) (0,00056 M2)
= 4,21 x 10-5M3
Qsp < Ksp = 4,21 x 10-5 M < 2,4 x 10-4 M
Larutan tidak jenuh, sehingga belum terbentuk endapan
b. Penentuan Qsp 1 mL KCl 0,5 M (Tabung II)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 0,5 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 0,5 mL
= 5,5 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
5,5 mL
= 0,0718 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
0,5 mL x 0,5 M
=
5,5mL
= 0,04545 M
Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0718 M) (0,04545 M)2
= 1,51 x 10-4 M3
Qsp < Ksp = 1,51 x 10-4 M3< 2,4 x 10-4 M3
Larutan tidak jenuh, sehingga belum terbentuk endapan
c. Penentuan Qsp 1,5 mL KCl 0,5 M (Tabung III)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 0,5 mL
V KCl = 0,75 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 0,75 mL
= 5,75 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
5,75 mL
= 0,069 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
0,75 mL x 0,5 M
=
5,75mL
= 0,065 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,069 M) (0,065 M)2
= 2,91 x 10-4 M3
Qsp > Ksp = 2,91 x 10-4 M3> 2,4 x 10-4 M
Larutan lewat jenuh, sehingga terbentuk endapan
d. Penentuan 1 mL KCl 0,5 M (Tabung IV)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 1 mL
= 6 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
6 mL
= 0,0658 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
1mL x 0,5 M
=
6 mL
= 0,0833 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0658 M) (0,0833 M)2
= 4,56 x 10-4 M3
Qsp > Ksp = 4,56 x 10-4 M3> 2,4 x 10-4 M
Larutan lewat jenuh, sehingga terbentuk endapan
2. Ketelitian Ksp
a. Penambahan 0,75 mL KCl 0,5 M (Tabung I)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 0,75 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 0,75 mL
= 5,75 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
5,75 mL
= 0,0686 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
0 ,75 mL x 0,5 M
=
5,75 mL
= 0,0652 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0686 M) (0,0652 M)2
= 2,92 x 10-4 M3
Qsp < Ksp = 2,92 x 10-4 M3 > 2,4 x 10-4 M
Larutan tidak jenuh, sehingga belum terbentuk endapan (Tidak sesuai hasil
percobaan)
b. Penambahan 1 mL KCl 0,5 M (Tabung II)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 1 mL
= 6 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
6 mL
= 0,0658 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
1mL x 0,5 M
=
6 mL
= 0,0833 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0658 M) (0,0833 M)2
= 4,57 x 10-4 M3
Qsp < Ksp = 7,39 x 10-6 M > 2,4 x 10-4 M
Larutan tidak jenuh, sehingga belum terbentuk endapan
c. Penambahan 1,25 mL KCl 0,5 M (Tabung III)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1,25 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
Ditanyakan : Ksp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 1,25 mL
= 6,25 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
6,25mL
= 0,0632 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
1,25 mL x 0,5 M
=
6,25 mL
= 0,1 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0632 M) (0,1 M)2
= 6,3 x 10-6 M3
Qsp < Ksp = 6,3 x 10-6 M > 2,4 x 10-4 M
Larutan tidak jenuh, sehingga belum terbentuk endapan
d. Penambahan 1,5 mL KCl 0,5 M (Tabung IV)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1,5 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 1,5 mL
= 6,5 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
6,5 mL
= 0,0607 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
1,5 mL x 0,5 M
=
6,5 mL
= 0,1153 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0607 M) (0,1153 M)2
= 8,1 x 10-4 M3
Qsp < Ksp = 8,1 x 10-4 M > 2,4 x 10-4 M
Larutan tidak jenuh, sehingga belum terbentuk endapan
e. Penambahan 1,75 mL KCl 0,5 M (Tabung V)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1,75 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 0,5 mL
= 5,5 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
5,5 mL
= 0,0718 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
1,75 mL x 0,5 M
=
5,5 mL
= 0,1590 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0718 M) (0,1590 M)2
= 1,82 x 10-3M3
Qsp < Ksp = 1,82 x 10-3M3M > 2,4 x 10-4 M
Larutan tidak jenuh, sehingga belum terbentuk endapan
3.  Ketelitian Ksp
a. Penambahan 0,55 mL KCl 0,5 M (Tabung I)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 0,55 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 0,55 mL
= 5,55 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
5,55 mL
= 0,0711 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
0 ,55 mL x 0,5 M
=
5,55 mL
= 0,0495 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0711 M) (0,0495 M)2
= 2,92 x 10-4 M3
Qsp < Ksp = 1,74 x 10-4 M3 > 2,4 x 10-4 M
Larutan tidak jenuh, sehingga belum terbentuk endapan (Tidak sesuai hasil
percobaan)
b. Penambahan 1 mL KCl 0,5 M (Tabung II)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 0,6 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 0,6 mL
= 5,6 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
5,6 mL
= 0,0705 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
0,6 mL x 0,5 M
=
5,6 mL
= 0,0535 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0705 M) (0,0535 M)2
= 2,02 x 10-4 M3
Qsp < Ksp = 2,02 x 10-4 M < 2,4 x 10-4 M
Larutan tidak jenuh, sehingga belum terbentuk endapan
c. Penambahan 0,65 mL KCl 0,5 M (Tabung III)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 0,65 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
Ditanyakan : Ksp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 0,65 mL
= 5,65 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
5,65 mL
= 0,0699 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
0,65 mL x 0,5 M
=
5,65mL
= 0,0575 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0699 M) (0,0575 M)2
= 2,31 x 10-4 M3
Qsp < Ksp = 2,31 x 10-4 M < 2,4 x 10-4 M
Larutan tidak jenuh, sehingga belum terbentuk endapan
d. Penambahan 0,7 mL KCl 0,5 M (Tabung IV)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 0,7 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 0,7 mL
= 5,7 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
5,7 mL
= 0,0692 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
0,7 mL x 0,5 M
=
5,7 mL
= 0,0614 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0692 M) (0,0614 M)2
= 2,61 x 10-4 M3
Qsp < Ksp = 2,61 x 10-4M > 2,4 x 10-4 M
Larutan tidak jenuh, sehingga belum terbentuk endapan
e. Penambahan 0,75 mL KCl 0,5 M (Tabung V)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 0,75 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
Ditanyakan : Qsp =.... ?
Penyelesaian :
V total = V Pb(NO3)2 + V KCl
= 5 mL + 0,75 mL
= 5,75 mL
[Pb2+] = V Pb¿ ¿ ¿
5 mL x 0,079 M
=
5,75 mL
= 0,0686 M
V KCl x MKCl
[Cl-] =
V total
0,75 mL x 0,5 M
=
5,75mL
= 0,0652 M
Qsp = [Pb2+] [Cl-]2
= (0,0686 M) (0,0652 M)2
= 2,92 x 10-4M3
Qsp < Ksp = 2,92 x 10-4M3 > 2,4 x 10-4 M
Larutan tidak jenuh, sehingga belum terbentuk endapan
4. Penentuan Nilai Ksp PbCl2 terhadap suhu
a. Penambahan 0,75 mL KCl 0,5 M (Tabung I)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 0,75 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
T = 314 K
Ditanyakan : Ksp =.... ?
Qsp =... ?
Penyelesaian :
Pb(NO3)2(Aq) + 2KCl(Aq) PbCl2(Aq) + 2KNO3(Aq)
Mula-mula : 0,395 mmol 0,375 mmol - -
Bereaksi : 0,1875 mmol 0,375 mmol 0,1875 mmol 0,375 mmol
Setimbang : 0,2075 mmol - 0,1875 mmol 0,375 mmol
n 0 ,1875 mmol
[PbCl2] = = =0,032 M
V total 5,75 mL
n 0 , 2075mmol
[Pb(NO3)2] = = =0,036 M
V total 5,75 mL
PbCl2 Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)
s 2s
Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= s (2s)2
= (0,032 M + 0,036 M ) (2 x 0,032 M)2
= 0,000278 M3
ln Ksp = ln 0,000278 M3
= -8,187 M3
1 1
Pada suhu 314 K = = = 3,18 x 10-3 K-1
T 314 K
b. Penentuan 1 mL KCl 0,5 M (Tabung II)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
T = 441 K
Ditanyakan : Ksp =.... ?
Qsp =... ?
Penyelesaian :
Pb(NO3)2(Aq) + 2KCl(Aq) PbCl2(Aq) + 2KNO3(Aq)
Mula-mula : 0,395 mmol 0,5 mmol - -
Bereaksi : 0,25 mmol 0,5 mmol 0,25 mmol 0,5 mmol
Setimbang : 0,145 mmol - 0,25 mmol 0,5 mmol
n 0,25 mmol
[PbCl2] = = =0,042 M
V total 6 mL
n 0,145 mmol
[Pb(NO3)2] = = =0,024 M
V total 6 mL
PbCl2 Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)
s 2s
Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= s (2s)2
= (0,042 M + 0,024 M ) (2 x 0,042 M)2
= 0, 00046 M3
ln Ksp = ln 0, 00046 M3
= -7,684 M3
1 1
Pada suhu 342 K = = = 2,92 x 10-3K-1
T 342 K
c. Penambahan 1,25 mL KCl 0,5 M (Tabung III)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1,25 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
T = 338 K
Ditanyakan : Ksp =.... ?
Qsp =... ?
Penyelesaian :
Pb(NO3)2(Aq) + 2KCl(Aq) PbCl2(Aq) + 2KNO3(Aq)
Mula-mula : 0,395 mmol 0,625 mmol - -
Bereaksi : 0,3125 mmol 0,625 mmol 0,3125 mmol 0,625 mmol
Setimbang : 0,0825 mmol - 0,3125 mmol 0,625 mmol
n 0 , 3125mmol
[PbCl2] = = =0,05 M
V total 6,25 mL
n 0 , 0825 mmol
[Pb(NO3)2] = = =0,0132 M
V total 6,25 mL
PbCl2 Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)
s 2s
Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= s (2s)2
= (0,05 M +0,0132 M ) (2 x 0,05 M)2
= 0, 00063 M3
ln Ksp = ln 0, 00063 M3
= -7,37 M3
1 1
Pada suhu 338 K = = = 2,96 x 10-3K-1
T 338 K
d. Penambahan 1,5 mL KCl 0,5 M (Tabung IV)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1,5 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
T = 336 K
Ditanyakan : Ksp =.... ?
Qsp =... ?
Penyelesaian :

Pb(NO3)2(Aq) + 2KCl(Aq) PbCl2(Aq) + 2KNO3(Aq)


Mula-mula : 0,395 mmol 0,75 mmol - -
Bereaksi : 0,375 mmol 0,75 mmol 0,375 mmol 0,75 mmol
Setimbang : 0,02 mmol - 0,375 mmol 0,75 mmol
n 0,375 mmol
[PbCl2] = = =0,0577 M
V total 6,5 mL
n 0,02 mmol
[Pb(NO3)2] = = =0,003 M
V total 6,5 mL
PbCl2 Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)
s 2s
Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= s (2s)2
= (0,0577 M +0,003 M) (2 x 0,0577 M )2
= 0, 0008 M3
ln Ksp = ln 0,0008 M3
= -7,131 M3
1 1
Pada suhu 336 K = = = 2,98 x 10-3K-1
T 336 K
e. Penambahan 1,75 mL KCl 0,5 M (Tabung V)
Diketahui : V Pb(NO3)2 = 5 mL
V KCl = 1,75 mL
M Pb(NO3)2 = 0,079 M
M KCl = 0,5 M
T = 324 K
Ditanyakan : Ksp =.... ?
Qsp =... ?
Penyelesaian :
Pb(NO3)2(Aq) + 2KCl(Aq) PbCl2(Aq) + 2KNO3(Aq)
Mula-mula : 0,395 mmol 0,875 mmol - -
Bereaksi : 0,395 mmol 0,4375 mmol 0,79 mmol 1,58 mmol
Setimbang : - 0,4375 mmol 0,79 mmol 1,58 mmol
n 0 , 395mmol
[PbCl2] = = =0,0718 M
V total 5,5 mL
n 0,4375 mmol
[KCl] = = =0,0795 M
V total 5,5 mL
PbCl2 Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)
s 2s
Ksp = [Pb2+] [Cl-]2
= s (2s)2
= (0,0718 M) (2 x 0,0718 M M + 0,0795 M)2
= 0, 0035 M3
ln Ksp = ln 0, 0035 M3
= -5,654 M3
1 1
Pada suhu suhu 324 K = = = 3,09 x 10-3K-1
T 324 K

5. Panas kelarutan PbCl2


V
V KCl Suhu T
No Pb(NO3)2 1/T (K) Ksp ln Ksp
(mL) (oC) (K)
(mL)
1 5 0,75 41 314 3,18x10-3 2,78x10-4 -8,187
2 5 1 69 342 2,92x10-3 4,6x10-3 -7,684
3 5 1,25 65 338 2,96x10-3 6,3x10-4 -7,37
4 5 1,5 63 336 2,98x10-3 8,0x10-4 -7,131
5 5 1,75 51 324 3,09x10-3 3,5x10-3 -5,654

a. Penambahan 0,75 mL KCl 0,5 M


Diketahui : Ksp PbCl2 = 2,78 x 10-4 M3
ln Ksp = -8,187
T = 341 K
Ditanyakan: S =…….?
Penyelesaian:
PbCl2 → Pb2+ + 2Cl-
S S 2S
Ksp PbCl2 = [S] [2S]2
2,78 x 10-4 M3 = 4S3
2,78 x 10−4 M 3
S3 =
4
= √3 6,95 x 10−5 M 3
S =√3 0,000315 M 3
= 0,041 M
b. Penambahan 1 mL KCl 0,5 M
Diketahui : Ksp PbCl2 = 4,6 x 10-3 M3
ln Ksp = -7,684
T = 342 K
Ditanyakan: S =…….?
Penyelesaian:
PbCl2 → Pb2+ + 2Cl-
S S 2S
Ksp PbCl2 = [S] [2S]2
4,6 x 10-4 M3 = 4S3
4,6 x 10−4 M 3
S3 =
4
= √3 1,15 x 10− 4 M 3
= √3 0,000115 M 3
S = 0,049 M
c. Penambahan 1,25 mL KCl 0,5 M
Diketahui : Ksp PbCl2 = 6,3 x 10-4 M3
ln Ksp = -7,37
T = 338 K
Ditanyakan: S =…….?
Penyelesaian:
PbCl2 → Pb2+ + 2Cl-
S S 2S
Ksp PbCl2 = [S] [2S]2
6,3 x 10-4 M3 = 4S3
6,3 x 10−4 M 3
S3 =
4
= √3 1,575 x 10−4 M 3
3
¿ √ 0,0001575 M 3
S =0,054 M
d. Penambahan 1,5 mL KCl 0,5 M
Diketahui : Ksp PbCl2 = 8 x 10-4 M3
ln Ksp = -7,131
T = 336 K
Ditanyakan: S =…….?
Penyelesaian:
PbCl2 → Pb2+ + 2Cl-
S S 2S
Ksp PbCl2 = [S] [2S]2
8 x 10-4 M3 = 4S3
8 x 10−4 M 3
S3 =
4
= √3 2 x 10−4 M 3
= √3 0,0002 M 3
S = 0,0585 M
e. Penambahan 1,75 mL KCl 0,5 M
Diketahui : Ksp PbCl2 = 3,5 x 10-3M3
ln Ksp = -5,654
T = 51 K
Ditanyakan: S =…….?
Penyelesaian:
PbCl2 → Pb2+ + 2Cl-
S S 2S
Ksp PbCl2 = [S] + [2S]2
3,5 x 10-3M3 = 4S3
3,5 x 10−3 M 3
S3 =
4
= 0,000875M3
S = √3 0,000875 M 3
S = 0,0887 M
Grafik hubungan antara KSP dengan suhu
0.01
0
0 f(x) = 0 x − 0.05 314
R² = 0.65
KSP

0 Linear (314)
0
0
310 315 320 325 330 335 340 345
T (suhu)

Grafik hubungan antara ln Ksp dengan 1/T

0
-1 0 0 0 0 0 0 0
-2
-3
Linear ()
-4
ln KSP

-5
-6
f(x) = 8499.25 x − 32.92
-7 R² = 0.91
-8
-9

H. PEMBAHASAN
Percobaan hasil kali kelarutan bertujuan untuk dapat menghitung kelarutan
elektrolit yang bersifat sedikit larut dan menghitung panas kelarutan PbCl 2 dengan
menggunakan sifat kebergantungan Ksp pada suhu. Kelarutan yaitu jumlah gram
zat terlarut dalam 1 L larutan jenuh (gram per liter) (Chang, 2005: 147). Salah
satu penggunaan yang berguna dari hasil kelarutan adalah untuk meramalkan
apakah pengendapan akan terjadi bila dua larutan dicampur. Dalam larutan jenuh
dari suatu garam, hasil kali ion sama dengan Ksp. Jika dua larutan ion-ion dari
garam dicampurkan dan jika ternyata hasil kali ion melebihi Ksp, maka
pengendapan akan terjadi (Sastrohadmidjojo, 2018: 206).
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah dapat menghitung kelarutan
elektrolit yang bersifat sedikit larut, dan menghitung panas kelarutan PbCl 2
dengan menggunakan sifat kebergantungan Ksp pada suhu. Kelarutan yaitu
jumlah maksimum zat terlarut atau kemampuan suatu zat yang akan larut dalam
sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu (Chang, 2004 : 92-93). Adapun
definisi dari hasil kali kelarutan suatu senyawa ialah hasil kali konsentrasi molar
dari ion-ion penyusunnya, dimana masing-masing dipangkatkan dengan koefisien
stokiometrinya di dalam persamaan kesetimbangan (Chang, 2005 : 145 ).
Prinsip dasar percobaan ini berdasarkan hasil kali kelarutan. Adapun prinsip
kerjanya adalah pencampuran, pengocokan, pengendapan dan pemanasan.
Percobaan ini dilakukan 3 kali pengujian dengan volume KCl yang berbeda- beda.
Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan KCl pada larutan.
Adapun yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu, tekanan, konsentrasi bahan-
bahan lain dalam larutan dan pada komposisi pelarutnya yang ada dalam suatu
larutan (Svehla, 1985 : 72).
Pengujian pertama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pada
penambahan KCl berapa pada Pb(NO3)2 yang dapat membentuk endapan, karena
itulah volume KCl dibuat bervariasi. KCl ditambahkan pada Pb(NO3)2 dilakukan
melalui buret begitupun pada pengisian Pb(NO3)2 pada setiap tabung. Hal ini
dikarenakan pengukuran menggunakan buret lebih teliti. Setelah kedua larutan
tersebut dicampurkan, campuran tersebut dikocok agar terjadi tumbukan antar
partikel yang dapat mempercepat reaksi. Percobaan ini menggunakan 2 larutan
yaitu larutan Pb(NO3)2 0,079 M dan KCl 1 M. Larutan Pb(NO3)2 berfungsi sebagai
penyedia ion Pb2+, sedangkan KCl berfungsi sebagai penyedia ion Cl - sehingga
nantinya ion Pb2+ dan ion Cl- akan bereaksi membentuk PbCl2 yang berupa
endapan putih. Adapun reaksi yang terjadi yaitu :
Pb(NO3)2(aq) + 2KCl(aq) PbCl2(s) + 2KNO3(aq)

  (Timbal (II) Nitrat) (Kalium Klorida)    (Timbal (II) Klorida)     (Kalium Nitrat)

                                                                 (Endapan putih)


Timbal adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan dengan rapatan yang tinggi
(11,48 g/ml pada suhu kamar). PbCl2 berupa senyawa elektrolit yang sukar larut
kecuali jika larutan dipanaskan sehingga endapan tersebut dapat larut.
Terdapat 3 perlakuan yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu proses
pengendapan PbCl2 dengan selisih 0,5 ml, pengendapan PbCl2 menggunakan
ketelitian 0,1 ml dan proses kelarutan endapan PbCl2 yang terbentuk
menggunakan pemanasan. Adapun yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu,
tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan dan pada komposisi
pelarutnya. Percobaan diulangi dengan menggunakan selisih volume KCl sebesar
0,1 mL. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pada volume KCl berapa membentuk
larutan jenuh yaitu Q = Ksp. Hubungan yang mungkin antara Q dan Ksp ialah:
Q < Ksp Larutan tak jenuh
Q = Ksp Larutan jenuh
Q> Ksp Larutan lewat jenuh; AgCl akan mengendap
Nilai Ksp menyatakan kelarutan senyawa ionik semakin kecil nilainya, semakin
sedikit kelarutan senyawa tersebut dalam air (Chang, 2005: 146).
Percobaan pertama ini dilakukan dengan cara melarutkan antara larutan
Pb(NO3)2 dan KCl, dimana larutan KCl dibuat bervariasi volumenya. Hal ini
dilakukan untuk melihat berapa banyak volume KCl yang digunakan untuk
terbentuk endapan. Selain variasi volume KCl, pada proses ini juga dilakukan
pengukuran suhu yang bertujuan untuk mengetahui pada suhu berapa endapan
mulai terbentuk. Sebelum dilakukan pengamatan terlebih dahulu tabung reaksi
yang berfungsi sebagai wadah terjadinya reaksi dikocok dan didiamkan. Fungsi
pengocokan yaitu untuk mempercepat proses reaksi dan fungsi pendiaman yaitu
untuk melihat reaksi yang terjadi. Endapan yang terbentuk merupakan endapan
putih PbCl2 yang terbentuk akibat gabungan ion-ion di dalam larutan membentuk
partikel yang memiliki ukuran lebih besar yang selanjutnya mengendap.
Percobaan ini jumlah volume larutan Pb(NO3)2 tetap dan jumlah volume
KCl yang ditambahakan divariasikan. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh
besarnya konsentrasi terhadap laju pembentukan endapan PbCl2. Ketika volume
KCl ditambahkan semakin banyak maka endapan yang terbentuk juga semakin
banyak dan cepat Adapun hasil yang diperoleh pada penambahan larutan KCl
pada volume 0,25 mL endapan terbentuk. Kemudian pada volume 0,5 mL, 0,75
mL dan 1 mL telah terbentuk endapan. Adapun Q atau Ksp dari larutan diatas
secara berturut-turut yaitu 4,21 x 10-5M3, 1,51 x 10-4 M3, 2,91 x 10-4 M3 dan 4,56 x
10-4 M3. Berdasarkan teori, Ksp dari PbCl2 adalah 2,4 x 10-4. Jika Qsp < Ksp
maka larutan tak jenuh, artinya tidak akan dihasilkan endapan, Jika Qsp = Ksp
maka larutan jenuh, sedangkan jika Qsp > Ksp maka larutan akan lewat jenuh dan
endapan akan terbentuk. Hasil yang diperoleh pada penambahan volume KCl
sebanyak 0,25 mL, 0,5 mL, 0,75 mL dan 1 mL setelah melakukan perhitungan
Qsp maka sesuai teori yang terbentuk endapan adalah volume 0,5 mL, 0,75 mL
dan 1 mL. Terbentuknya endapan PbCl2 ini menunjukkan larutan sudah lewat
jenuh. Hal ini sesuai dengan teori endapan akan terbentuk jika larutan menjadi
terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan.
Perlakuan yang kedua yaitu dilakukan dengan menggunakan ketelitian 0,1
mL, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui dengan pasti berapa volume KCl yang
digunakan agar terbentuk endapan PbCl2 dengan selisih 0,1 ml larutan KCl.
Berdasarkan hasil yang diperoleh endapan. Perlakuan ini bertujuan untuk
mengetahui pada volume berapa terbentuknya endapan. Hasil yang diperoleh pada
tabung setiap tabung diperoleh hasil yaitu tidak adanya terbentuk endapan. . Hal
ini berarti bahwa larutan tidak tepat jenuh pada penambahan 0,6 mL hingga 0,9
mL. Larutan di mana cukup zat terlarut telah dilarutkan untuk mencapai
kesetimbangan pelarut-pengendapan antara zat padat dan bentuk terlarutnya
disebut larutan jenuh. Jika pelarut yang ditambahkan terlalu banyak maka semua
zat padat akan larut, kemudian kesetimbangan kelarutan menurun, dan larutan
menjadi tidak jenuh. Terlebih lagi, larutan kadang-kadang menjadi sangat jenuh,
sebuah kondisi di mana konsentrasi zat padat terlarut melebihi nilai
kesetimbangannya (Oxtoby dkk, 2001: 343-344). Berdasarkan teori endapan akan
terbentuk jika Qsp > Ksp, dengan (Ksp teori 2,4 x 10-4). Faktor-faktor penting
yang mempengaruhi kelarutan zat padat adalah temperatur, sifat dari pelarut, dan
juga kehadiran ion-ion lainnya dalam larutan tersebut. Termasuk dalam kategori
terakhir ini adalah ion-ion yang mungkin dan mungkin juga tidak tergabung
dalam ion-ion pada benda padat (Day, 2002: 231).
Perlakuan ketiga dilakukan seperti percobaan pertama tetapi dengan volume
KCl yang berbeda yaitu 0,75 mL, 1 mL, 1,25 mL, 1,5 mL dan 1,75 mL. Pada
percobaan ini semua tabung reaksi yang berisi larutan campuran dari Pb(NO 3)2
dan KCl menghasilkan endapan putih (PbCl2) yang berarti bahwa larutan menjadi
jenuh dengan zat yang bersangkutan. Terbentuknya endapan tersebut berarti harga
Qsp > Ksp. Terbentuknya endapan tersebut berarti harga Qsp > Ksp. Setelah
semua larutan dicampurkan dalam tabung reaksi dan terbentuk endapan, maka
tabung reaksi kemudian dipanaskan dalam gelas kimia yang berisi air yang
disertai dengan pengadukan menggunakan termometer. Pengadukan saat
pemanasan berfungsi untuk mempercepat pelarutan pada endapan. Ketika endapan
dalam larutan tersebut telah larut sempurna, maka suhu larutan pada saat itu
diukur dengan termometer. Adapun suhu yang diperoleh pada masing-masing
larutan campuran ketika telah larut sempurna pada volume secara berturut-turut
yaitu 41oC, 69oC, 65oC, 63oC dan 51oC.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, hal ini tidak sesuai teori dimana semakin
banyak volume KCl yang ditambahkan maka makin banyak terbentuk endapan
dan makin tinggi suhu yang dibutuhkan untuk melarutkannya. Semakin banyak
ion Cl- yang terdapat dalam larutan tersebut maka semakin banyak ion Cl - yang
beraksi dengan ion Pb2+ membentuk endapan. Jadi pengaruhnya yaitu banyaknya
endapan yang dilarutkan berbanding lurus dengan suhu. Semakin banyak endapan
maka semakin tinggi pula suhu yang digunakan untuk melarutkan endapan
tersebut. Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kelarutan
endapan bertambah besar dengan kenaikan suhu. Adapun reaksi kesetimbang
PbCl2, yaitu:
Pb(NO3)2(aq) + 2KCl(aq)⇌ ↓PbCl2(s)+ 2KNO3(aq)

  (Timbal (II) Nitrat) (Kalium Klorida)    (Timbal (II) Klorida)     (Kalium Nitrat)


(endapan putih)
Hubungan hasil kali kelarutan (Ksp) dengan kelarutan (S) dapat dirumuskan juga
dengan: Ksp = (n-1)n-1.Sn (Sumardjo, 2006: 497).
I. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa menghitung
kelarutan elekrolit yang bersifat larut dapat lakukan dengan reaksi antara
Pb(NO3)2 dan KCl dimana semakin banyak yang terbentuk maka akan semakin
tinggi suhu yang dibutuhkan untuk melarutkan endapan. Adapun pengaruh
volume KCl adalah semakin banyak KCl yang digunakan maka akan semakin
banyak endapan yang terbentuk, sehingga nilai Ksp semakin kecil.
2. Saran
Untuk praktikan selanjutnya diharapkan teliti dalam mengamati suhu
kelarutan pada larutan.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Konsep-Konsep Inti Kimia Dasar. Edisi ketiga jilid 2.
Jakarta: Erlangga.

Day R.A dan Al Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.


Khopkar, S.M. 2014. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Kurniati, Elly. 2012. Penurunan Konsentrasi Detergent Pada Limbah Industry


Laundry Dengan Metode Pengendapan Menggunakan Ca(OH) 2. Jurnal
Ilmiah Teknik Lingkungan. Vol. 1 No.1.

Oxtoby, David W., H.P.Gillis dan Norman H Nachtrieb. 2001. Prinsip-Prinsip


Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.

Nisa, Dianrifiya., Widya Dwi Rukmi Putri. 2014. Pemanfaatan Selulosa dari Kulit
Buah Kakao (Teobroma cacao L.) sebagai Bahan Baku Pembuatan CMC
(Carboxymethyl Cellulose). Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol.2 No.3.

Noviza, Deni, Nine Febriyanti dan Salman Umar. 2015. Solubilsasi Parasetamol
dengan Ryoto Sugar Ester dan Propilen glikol. Jurnal Sains Farmasi &
Klinis. ISSN: 2442-5435. Vol. 01 No. 02
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2016. Kimia Dasar. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Sumardjo Damin. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: EGC.

Svehla, G. 1979. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Bagian 2 Edisi ke Lima. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai