Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnyalebih sedikit disebut zat terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih
banyak disebut pelarut. Larutan bisa berwujud gas (seperti udara), padat (seperti
alloy/paduan logam) atau cair (misalnya air laut) (Chang, 2004 : 90).
Istilah kelarutan untuk mengacu pada konsentrasi sebuah larutan jenuh
dari sebuah larutan (disini kristalin padat) dalam sebuah pelarut pada sebuah
temperatur tertentu. Dalam sebuah kesetimbangan larutan jenuh hadir antara
benda padat dan ion-ionnya. Dalam larutan, seperti untuk barium sulfat:
BaSO4(S) Ba2+ + SO42-
Tetapan kesetimbangan untuk proses ini umumnya adalah tetapan hasil kali
kelarutan
Ksp = [Ba2+] [SO42-]
Sebuah larutan jenuh dapat dihasilkan dengan melanjutkan penambahan sutau zat
terlarut sampai tidak ada lagi yang bisa terurai atau dengan cara meningkatkan
konsentrasi dari ion-ion sampai proses pengendapan terjadi. Hasil-hasil
pengendapan dalam analit secara fisik dipisahkan dari zat-zat lainnya dalam
larutan. Seperti juga dari pelarut itu sendiri(Day dan Underwood, 2002 : 231).
Kelarutan yaitu jumlah maksimum zat terlarut yang akan larut
dalamsejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. Dalam konteks kualitatif, ahli
kimia membagi zat-zat sebagai dapat larut, sedikit larut, atau tak dapat larut. Zat
dikatakan dapat larut jika sebgaian besar zat tersebut melarut bila ditambahkan
air. Jika tidak, zat tersebut digambarkan sebagai sedikit larut atau tidak dapat
larut. Salah satu jenis reaksi yang umumnya berlangsung dalam larutan berair
adalah reaksi pengendapan (precipitation reaction) yang cirinya adalah
terbentuknya produk yang tak larut atau endapan. Endapan adalah padatan tak
larut yang terpisah dari larutan. Reaksi pengendapan biasanya melibatkan
senyawa-senyawa ionik. Misalnya, ketika larutan timbal nitrat [Pb(NO3)2]
ditambahkan kedalam larutan natrium iodida (NaI), akan terbentuk endapan
kuning timbal iodida (PbI2)
Pb(NO3)2 + 2NaI → PbI2 + 2NaNO3
Maka natrium nitrat akan tertinggal dalam larutan (Chang, 2004 : 92-93).
Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai fase padat keluar dari
larutan. Endapan mungkin dapat berupa kristal (kristalin) atau koloid dan dapat
dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan atau pemusingan. Endapan terbentuk
jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan (S)
suatu endapan menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan
jenuhnya (Svehla, 1985 : 72).
Secara umum, hasil kali kelarutan suatu senyawa ialah hasil kali
konsentrasi molar dari ion-ion penyusunnya, dimana masing-masing dipangkatkan
dengan koefisien stoikiometrinya di dalam persamaan kesetimbangan, dimana
hasil kali kelarutan atau disebut juga Ksp. Karena setiap unit AgCl hanya
mengandung satu ion Ag+ dan satu ion Cl-. Persamaan hasil kali kelarutan mudah
dituliskan seperti:
1) MgF2
MgF2 (s) Mg2+ (aq) = 2 F- (aq) ksp = [Mg2+][F-]
2) Ag2CO3
Ag2CO3 (s) 2 Ag2+ (aq) + CO32-(aq) ksp= [Ag2+]2[CO32-]
3) Ca3 (PO4)2
Ca3 (PO4)2(s) 3 Ca2+ (aq) + 2 PO43-(aq) ksp = [Ca2+]3[PO43-]2
Memuat nilai ksp dari sejumlah garam yang kelarutannya rendah, garam seperti
NaCl dan KNO3, yang nilai kspnya sangat besar(Chang, 2005:146).
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi kelarutan zat padat adalah
temperatur, sifat dari pelarut, dan juga kehadiran ion-ion lainnya dalam larutan
tersebut. Termasuk dalam kategori terakhir ini adalah ion-ion yang mungkin dan
mungkin juga tidak tergabung dalam ion-ion pada benda padat. Kebanyakan
garam anorganik meningkat kelarutannya sejalan dengan peningkatan temperatur.
Biasanya merupakan suatu keuntungan untuk melanjutkan proses pengendapan,
penyaringan, dan pencucian dengan larutan panas. Partikel-partikel dapat
dihasilkan, penyaringan akan lebih cepat, dan kotoran-kotoran terurai lebih jauh.
Sementara itu, kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada
dalam larutan-larutan organik. Air mempunyai momen dipol besar sehingga akan
ditarik ke kation dan anion untuk membentuk ion-ion hidrat. Sebuah endapan
secara umum lebih dapat larut dalam air murni dibandingkan dengan di dalam
sebuah larutan yang mengandung satu dari ion-ion endapan (efek ion sekutu).
Dengan hadirnya ion sekutu yang berlebihan, kelarutan dari sebuah endapan bisa
jadi besar daripada nilai yang telah diperkirakan melalui suatu tetapan kelarutan
produk (Day dan Underwood, 2002: 231-233).
Umumnya dapat dikatakan, bahwa kelarutan endapan bertambah besar
dengan kenaikan suhu, meskipun dalam beberapa hal yang istimewa (seperti
kalium sulfat), terjadi yang sebaliknya. Laju kenaikan kelarutan dengan suhu
berbeda-beda, dalam beberapa hal sangat kecil sekali, dalam hal-hal lainnya
sangat besar. Pada beberapa hal perubahan kelarutan dengan berubahnya suhu
dapat menjadi dasar untuk pemisahan. Kelarutan juga bergantung pada sifat dan
konsentrasi zat-zat lain, terutama ion-ion dalam campuran. Umumnya dikatakan
bahwa kelarutan endapan berkurang banyak sekali jika salah satu ion sekutu
terdapat dengan berlebihan, meskipun efek ini mungkin diimbangi dengan
pembentukan suatu kompleks yang dapat larut dengan ion sekutu yang berlebihan
itu (Svehla, 1985 : 72-73).
Pelarutan padatan ionik dalam larutan berair, salah satu kondisi berikut
dapat terjadi: (1) larutan tak jenuh, (2) larutan jenuh, atau (3) larutan lewat jenuh.
Kita menggunakan Q, disebut hasil kali ion, untukmenyatakan hasilkali
konsentrasi molar ion dipangkatkan dengan koefisien stoikiometrinya. Jadi, untuk
larutan berair yang mengandung ion Ag dan ion Cl pada 25°C.
Q = [Ag+]0[Cl-]0
Subskrip 0 mengingatkan kita bahwa ini adalah konsentrasi awal dan tidak selalu
berartikonsentrasi pada kesetimbangan. Hubungan yang mungkin antara Q dan
Ksp ialah:
Q < Ksp Larutan tak jenuh
Q = Ksp Larutan jenuh
Q> Ksp Larutan lewat jenuh; AgCl akan mengendap
Nilai Ksp menyatakan kelarutan senyawa ionik semakin kecil nilainya, semakin
sedikitkelarutan senyawa tersebut dalam air. Namun, dalam menggunakan nilai
Ksp untuk membandingkan kelarutan. Anda harus memilih senyawa yang
memiliki rumus yang sama, misalnya AgCl dan ZnS, atau CaF2 dan Fe(OH)2.
Terdapat dua kuantitas lain yang menyatakan kelarutan zat: kelarutan molar, yaitu
jumlah mol zat terlarut dalam I L larutanjenuh (mol per liter), dan kelarutan, yaitu
jumlah gram zar terlarut dalam I L larutanjenuh(Chang, 2005: 146-147).
Timbel (Pb) adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan, dengan rapatan
tinggi (11,48 g mL-1 pada suhu kamar). Timbal mudah melarut dalam asam nitrat
yang sedang pekatnya (8 M), dan terbentuk juga nitrogen oksida:
3 Pb + 8HNO3 → 3 Pb2+ + 6 NO3- + 2 NO ↑ + 4 H2O
Gas nitrogen (II) oksida yang tak berwarna itu, bila bercampur dengan udara, akan
teroksidasi menjadi nitrogen dioksida yang merah.
2 NO ↑ (tak berwarna) + O2↑ → 2 NO2
(Svehla, 1985: 207).
Timbal klorida (PbCl2) sedikit larut dalam air. Kesetimbangan yang terjadi
pada larutan PbCl2 jenuh dapat ditulis:
PbCl2 ↔ Pb2+ + 2Cl-
Konstanta kesetimbangan termodinamika untuk persamaan reaksi diatas adalah:
(𝛼𝑃𝑏2 )(𝛼𝐶𝑙− )2
Ksp = ( )
(𝛼𝑃𝑏𝐶𝑙2 (𝑠) )
Karena aktivitas padatan murni sama dengan satu, maka persamaan diatas adalah:
Ksp = (𝛼𝑃𝑏2 )(𝛼𝐶𝑙− )2
Dalam larutan yang encer, aktivitas dapat dianggap sama dengan konsentrasi
dalam suatu satuan molar. Nilai hasil kali kelarutan atau Ksp diatas dikenal
sebagai kostanta hasil kelarutan PbCl2 (Tim Dosen Kimia Fisik, 2017 : 9).
Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat kita ketahui pH optimum untuk
logam Pb terjadi pada pH 4 sedangkan untuk pH optimum yang diperoleh pada
logam Zn yaitu pH 6. Hal ini terjadi karena pada pH di atas pH 4 kondisi logam
Pb telah mengendap sebagai timbal hidroksida (Pb(OH)2) dengan terlewatinya
harga Ksp Pb(OH)2 yaitu 3,0 x 10-16 sedangkan pada pH di atas pH 6 kondisi
logam Zn telah mengendap sebagai seng hidroksida (Zn(OH)2) dengan
terlewatinya harga Ksp Zn(OH)2 yang sangat kecil yaitu 1,2 x 10-17. Namun Jika
dibandingkan dengan nilai hasil kali kelarutannya (Ksp) pada penelitian ini yang
mana seharusnya endapan yang lebih dulu terbentuk yaitu endapan Zn(OH)2
karena Zn(OH)2 memiliki niali Ksp yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai
Ksp untuk endapan Pb(OH)2 (Darmayanti, 2014: 163-164).
Penelitian ini telah dilakukan studi pengaruh beda potensial dan waktu
pada elektrolisis larutan garam industri terhadap pengendapan magnesium
hidroksida dapat diketahui bahwa pH minimal yang dihasilkan pada saat
elektrolisis adalah 11,48. Melalui pendekatan Ksp kita dapat mengetahui apakah
ion Mg2+ telah membentuk endapan magnesium hidroksida atau belum pada pH
tersebut. Ksp dari endapan Magnesium hidroksida adalah 1,5.10-11. Maka agar
terjadi pengendapan, nilai hasil kali dari [Mg2+] [OH-]2 (Qsp) harus lebih besar
daripada nilai Ksp-nya. Dapat diketahui bahwa seluruh nilai Qsp yang diperoleh
lebih besar dari Ksp magnesium hidroksida. Jadi dapat dipastikan bahwa di dalam
endapan tersebut juga mengandung endapan Magnesium hidroksida. Adanya
kandungan magnesium hidroksida dalam endapan tersebut juga diperkuat oleh
Bennett yang menyatakan bahwa endapan magnesium hidroksida akan muncul
pada rentang pH 10,7-11. Pengaruh Tegangan Listrik dan Waktu Elektrolisis
dalam Larutan Garam terhadap Pembentukan Endapan di Katoda Pada saat
elektrolisis berlangsung, muncul bau tajam. Selain itu juga terbentuk endapan di
katoda. Setelah dilakukan elektrolisis, endapan di katoda disaring dengan kertas
saring whatmann, lalu endapan dikeringkan dan setelah itu ditimbang serta
dihitung massanya. Secara umum massa endapan meningkat seiring dengan
kenaikan waktu seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.1. Hal ini sesuai dengan
Hukum Faraday di mana waktu menjadi salah satu faktor penentu jumlah mol
produk yang dihasilkan. (Rakhmawati dan Suprapto, 2013 : 2-3).
Berdasarkan jurnal mengenai pemisahan thorium dari uranium pada
monasit dengan metode pengendapan diperoleh bahwa thorium pada larutan
umpan terendapkan sebagai Th(SO4)2 seiring dengan ditambahkannya asam
sulfat. Semakin banyak penambahan asam sulfat, maka konsentrasi ion SO42-
dalam larutan akan semakin tinggi. Persamaan reaksi (1) dan (2) merupakan
reaksi reversible, maka dari itu untuk mengarahkan reaksi agar bergeser ke arah
produk dapat dilakukan penambahan konsentrasi reaktannya. Oleh karena itu,
endapan Th(SO4)2 semakin banyak yang diperoleh dengan meningkatnya volume
asam sulfat yang ditambahkan. Begitu pula jika dikaitkan dengan konsep
kelarutan, Th(SO4)2 akan mengendap jika nilai hasil kali kelarutan (Ksp) telah
tercapai ataupun telah terlampaui. Ksp atau yang biasa disebut dengan hasil kali
kelarutan merupakan hasil perkalian konsentrasi ion dalam larutan, dalam hal ini
adalah ion Th4+ dan SO42-(Trinopiawan dan Sumiarti, 2012).
1.2 Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan mahasiswa diharapkan dapat menghitung
kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut dan menghitung panas kelarutan
PbCl2 dengan menggunakan sifat kebergantungan Ksp pada suhu.
2. METODE PERCOBAAN
2.1 Alat
2.1.1. Rak tabung reaksi 1 buah
2.1.2. Tabung reaksi 13 buah
2.1.3. Buret 50 mL 2 buah
2.1.4. Termometer 0-1100C 1 buah
2.1.5. Gelas kimia 250 mL 1 buah
2.1.6. Gelas kimia 1000 mL 1 buah
2.1.7. Botol semprot 1 buah
2.1.8. Statif 2 buah
2.1.9. Klem 2 buah
2.1.10. Pipet tetes 2 buah
2.1.11. Stopwatch 2 buah
2.1.12. Kaki tiga 1 buah
2.1.13. Kasa asbes 1 buah
2.1.14. Pembakar spiritus 1 buah
2.1.15. Corong biasa 1 buah
2.1.16. Batang pengaduk 2 buah
2.1.17. Lap kasar 2 buah
2.1.18. Lap halus 2 buah
2.2. Bahan
2.2.1. Larutan timbal (II) nitrat 0,079 M (Pb(NO3)2)
2.2.2. Larutan kalium klorida 1,0 M (KCl)
2.2.3. Aquadest (H2O)
2.2.4. Kertas label
2.2.5. Korek
2.3. Prosedur Kerja
2.3.1. Pembentukan endapan PbCl2
2.3.1.1. Larutan (Pb(NO3)2 0,079 M dan (KCl) 1,0 M ditempatkan pada 2 buah
buret yang berbeda.
2.3.1.2. Sebanyak 10 mL (Pb(NO3)2 0,079 M dimasukkan kedalam 4 buah tabung
reaksiberbeda.
2.3.1.3. Larutan KCl 1 M ditambahkan pada tiap tabung dengan volume berturut-
turut 0,5 mL; 1,0 mL; 1,5 mL; dan 2,0 mL.
2.3.1.4. Keempat tabung reaksi dikocok pada saat pencampuran dan setelah
pencampuran..
2.3.1.5. Keempat tabung reaksi dibiarkan selama 5 menit.
2.3.1.6. Endapan yang terbentuk diamati. Tabung dengan volume 2,0 mL KCl
pertama mengendap dan dijadikan ketelitian.
2.3.1.7. Hasil yang diperoleh pada pengamatan diatas, akan diulangi dengan
langkah yang sama untuk pembentukan endapan sampai ketelitian 2,0
mL yang dimulai dengan volume 1,6 mL sampai dengan volume 1,9 mL.
2.3.2. Pelarutan endapan PbCl2
2.3.2.1. Sebanyak 10 mL (Pb(NO3)2 0,079 M dimasukkan kedalam 5 buah tabung
reaksi berbeda.
2.3.2.2. Larutan KCl 1 M ditambahkan pada tiap tabung dengan volume berturut-
turut1,5 mL; 2,0 mL; 2,5 mL; 3,0 mL, dan 3,5mL.
2.3.2.3. Keempat tabung reaksi dibiarkan selama 5 menit dan suhu awal dicatat.
2.3.2.4. Campuran pada tabung reaksi ditempatkan pada gelas kimia berisi air
yang dididihkan.
2.3.2.5. Larutan diaduk secara perlahan dengan batang pengaduk sambil diamati
suhunya dengan menggunakan termometer.
2.3.2.6. Suhu dan waktu dicatat ketika endapan tepat larut.
3. HASIL DAN PENGAMATAN
3.1. Hasil Pengamatan
3.1.1. Perlakuan 1
Tabung Volume (Pb(NO3)2) Volume KCl Pembentukan endapan
ke- 0,079 M (mL) 1,0 M (mL) (sebelum/sesudah)
1 10 0,50 Belum
2 10 1,00 Belum
3 10 1,50 Sudah
4 10 2,00 Sudah
3.1.2. Perlakuan 2
Penambahan Volume (Pb(NO3)2) Volume KCl Pembentukan endapan
ke- 0,079 M (mL) 1,0 M (mL) (sebelum/sesudah)
1 10 1,6 Sudah
2 10 1,7 Sudah
3 10 1,8 Sudah
4 10 1,9 Sudah
3.1.3. Perlakuan 3
Tabung Volume (Pb(NO3)2) Volume KCl Waktu saat Suhu
ke- 0,079 M (mL) 1,0 M (mL) larut (s) (˚C)
1 10 1,50 210 46
2 10 2,00 399 53
3 10 2,50 700 55
4 10 3,00 1270 73
5 10 3,50 1527 78
3.2. Analisis Data
3.2.1. Percobaan 1 (Tabel 1)
1. Penentuan Q dari PbCl2 pada Suhu Kamar
3.2.1.1.1. Tabung 1
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] = 1,0 M
V KCl = 0,5 mL
Vtotal = 10,5 mL
Ditanyakan = Q ?
Penyeleasain =
Q = [Pb2+] [Cl-]2
= (0.0752) (0.0476)2
= 0.000173M3
Qsp < Ksp = 1,73 x 10-4 M3< 2.4 x 10-4 M3 (Larutan tidak jenuh, sehingga tidak
terbentuk endapan)
3.2.1.1.2. Tabung 2
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] = 1,0M
V KCl = 1,0 mL
Vtotal = 11 mL
Ditanyakan = Q ?
Penyeleasain =
Q = [Pb2+] [Cl-]2
= (0.0718) (0.0909)2
= 0.00059M3
Qsp > Ksp = 5,9 x 10-4 M3˃ 2.4 x 10-4 M3 (Larutan lewat jenuh, sehingga
terbentuk endapan)
3.2.1.1.3 Tabung 3
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] =1M
V KCl = 1,5 mL
Vtotal = 11,5 mL
Ditanyakan = Q ?
Penyelesaian =
Q = [Pb2+] [Cl-]2
= (0.0686) (0.1304)2
= 0.000116M3
Qsp > Ksp = 1,16 x 10-3 M3 > 2.4 x 10-4 M3 (Larutan lewat jenuh, sehingga
terbentuk endapan)
3.2.1.1.4 Tabung 4
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] =1M
V KCl = 2.0 mL
Vtotal = 12 mL
Ditanyakan = Q ?
Penyelesaian =
Q = [Pb2+] [Cl-]2
= (0.0658) (0.1667)2
= 0.0018M3
= 1,8 x 10-3 M3 > 2.4 x 10-4 M3
Qsp > Ksp = 1,8 x 10-3 M3 >2.4 x 10-4(Larutan lewat jenuh, sehingga terbentuk
endapan)
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] =1M
V KCl = 1,60 mL
Vtotal = 11,6 mL
Ditanyakan = Q ?
Penyelesaian =
Q = [Pb2+] [Cl-]2
= (0.0681) (0.137)2
= 0,001278M3
Qsp > Ksp = 12,78 x 10-4 M3 > 2.4 x 10-4 M3 (Larutan lewat jenuh, sehingga
terbentuk endapan)
3.2.2.2. Tabung 2
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] = 1,0 M
V KCl = 1,7 mL
Vtotal = 11,7 mL
Ditanyakan = Q ?
Penyelesaian =
Q = [Pb2+] [Cl-]2
= (0.0675) (0.1453)2
= 0.001425 M3
Qsp > Ksp = 8,03 x 10-4 M3 > 2.4 x 10-4 M3 (Larutan lewat jenuh, sehingga
terbentuk endapan)
3.2.2.3. Tabung 3
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] = 1,0 M
V KCl = 1,8 mL
Vtotal = 11,8 mL
Penyelesaian = Q ?
Ditanyakan =
Q = [Pb2+] [Cl-]2
= (0.0692) (0.1525)2
= 0.001609 M3
Qsp > Ksp = 16,09 x 10-4 M3 > 2.4 x 10-4 M3 (Larutan lewat jenuh, sehingga
terbentuk endapan)
3.2.2.4. Tabung 4
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] = 1,0 M
V KCl = 1,9 mL
Vtotal = 11, 9 mL
Ditanyakan = Q ?
Penyelesaian =
Q = [Pb2+] [Cl-]2
= (0.0693) (0.1596)2
= 0.001765 M3
Qsp >Ksp = 17,65 x 10-4 M3 > 2.4 x 10-4 M3 (Larutan lewat jenuh, sehingga
terbentuk endapan)
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] =1M
V KCl = 1,5 mL
T = 319K
= 1,43 × 10-3 M3
3.2.3.1.2. Tabung II
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] =1M
V KCl = 2.0 mL
T = 326 K
=1,83 × 10-3 M3
= -6,3
T = 337 K
1 1
= = = 0.0031 K-1 = 3.1 x 10-3 K-1
T 326 K
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] =1M
V KCl = 2.5 mL
T = 328 K
= (0.0632 M) (0.2M)2
= 2.53× 10-3 M3
= - 5.98
T = 346 K
1 1
= = = 0.00304 K-1 = 3.04 x 10-3 K-1
T 328 K
3.2.3.1.4. Tabung IV
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] =1M
V KCl = 3.0 mL
T = 346 K
Penyelesaian =
= 3.25 × 10-3 M3
= - 5.729
T = 355 K
1 1
= = = 0.00289K-1 = 2.89 x 10-3 K-1
T 346 K
3.2.3.1.5. Tabung V
Diketahui = [Pb(NO3)2] = 0.079 M
V Pb(NO3)2 = 10 mL
[KCl] =1M
V KCl = 3.5 mL
T = 351 K
Penyelesaian =
= 3.92 × 10-3 M3
= - 5.54
T = 364 K
1 1
= = = 0.00284 K-1 = 2.84 x 10-3 K-
T 351 K
3.3 Pembahasan
Percobaan hasil kali kelarutan bertujuan untuk dapat menghitung kelarutan
elektrolit yang bersifat sedikit larut dan menghitung panas kelarutan PbCl2 dengan
menggunakan sifat kebergantungan Ksp pada suhu. Kelarutan yaitu jumlah
maksimum zat terlarut yang akan larut dalam sejumlah tertentu pelarut pada suhu
tertentu (Chang, 2004 : 92-93). Adapun definisi dari hasil kali kelarutan suatu
senyawa ialah hasil kali konsentrasi molar dari ion-ion penyusunnya, dimana
masing-masing dipangkatkan dengan koefisien stoikiometrinya di dalam
persamaan kesetimbangan (Chang, 2005 : 146 ).
Prinsip dasar dari percobaan ini yaitu pengendapan. Sedangkan prinsip
kerjanya meliputi proses pencampuran, pengocokan dan pemanasan. Dalam
percobaan ini, latutan Pb(NO3)2 direaksikan dengan larutan KCl dimana
penembahan volume dari Pb(NO3)2 dibuat tetap sedangkan volume penembahan
KCl divariasikan. Hal ini dilakukan untuk melihat pada volume berapakah larutan
menjadi lewat jenuh dan mengendap. Hal ini berkaitan bahwa endapan akan
terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh (lewat jenuh) dengan zat yang
bersangkutan (Svehla, 1985: 72).
Percobaan yang dilakukan ini dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu
reaksi pengendapan antara larutan Pb(NO3)2 dan larutan KCl yang dilakukan pada
suhu ruangan yaitu 270C; dan yang kedua yaitu reaksi pengendapan antara larutan
Pb(NO3)2dengan larutan KCl kemudian dilanjutkan dengan proses pemanasan.
Hal ini dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh suhu terhadap kelarutan.
Berdasarkan teori, kelarutan bergantung pada berbagai kondisi, seperti suhu,
tekanan, konsentrasi dan pada komposisi pelarutnya. Terlebih penting adalah
perubahan kelarutan karena suhu. Umumnya dikatakan bahwa kelarutan endapan
bertambah besar dengan kenaikan suhu (Svehla, 1985: 72).
Pada percobaan ini, digunakan dua macam larutan yaitu larutan Pb(NO3)2
dan larutan KCl. KCl berfungsi sebagai penyedia ion Cl- sedangkan larutan
Pb(NO3)2 berfungsi sebagai penyedia ion Pb2+ yang akan bereaksi dengan ion Cl-
yang berasal dari KCl menghasilkan endapan PbCl2. Dimana reaksinya dapat
dituliskan sebagai berikut :
Day R.A dan Al Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka
Tim Dosen Kimia Fisik II. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Makassar:
Laboratorium Kimia FMIPA UNM.
Trinopiawan, Kurnia dan Sumiarti. 2012. Pemisahan Thorium Dari Uranium Pada
Monasit Dengan Metode Pengendapan. Jurnal Eksplorium Vol. 33 No. 1.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Reaksi PbCl2 Pb2+ + 2Cl- bersifat endotermik karena K/T bernilai positif,
kenaikan suhu (T0) akan meningkatkan Ksp sehingga jika k bertambah maka
terjadi peningkatan tekanan produk dan penurunan reaksi. Selain itu, hal
tersebut juga dapat dilihat dari nilai zat yang bersifat/bernilai positif yang
dapat menunjukkan bahwa reaksi tersebut bersifat endotermik.
2. Nilai Ksp secara teori berbeda dengan hasil percobaan karena adanya
perbedaan kenaikan suhu yang diperoleh.