Anda di halaman 1dari 6

A.

JUDUL PERCOBAAN
Penentuan Tetapan Kesetimbangan Ion Triodida.
B. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan tetapan kesetimbangan reaksi pembentukan ion trioida.
C. LANDASAN TEORI
Kesetimbangan kimia terjadi apabila laju reaksi maju dan laju reaksi balik
sama besar dengan konsentrasi reaktan dan produk tidak lagi berubah seiring
berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia meruapakan proses dinamik. Hal ini dapat
diibaratkan dengan gerakan para pemain ski di suatu resor ski yang ramai, jumlah
pemain ski yang naik gunung sama dengan yang turun berseluncur bersama. Jadi,
walaupun ada perpindahan pemain ski, jumlah orang di atas dan di bawah tetap sama.
Reaksi kesetimbangan kimia melibatkan zat-zat yang berbeda untuk reaktan dan juga
produknya (Chang, 2005: 66).
Salah satu fakta yang penting tentang reaksi kimia reversibel (dapat-balik).
Bilamana suatu reaksi kimia dimulai, hasil-hasil reaksi mulai menimbun, dan
seterusnya akan bereaksi satu sama lain memulai suatu reaksi yang kebalikannya.
Setelah beberapa lama, terjadilah kesetimbangan dinamis, yaitu jumlah molekul (atau
ion) dan setiap zat terurai, sama banyaknya dengan jumlah molekul yang terbentuk
dalam suatu satuan waktu. Dalam beberapa hal, kesetimbangan ini terletak sama
sekali berada di pihak pembentukan suatu atau beberapa zat, maka reaksi itu tampak
seakan-akan berlangsung sampai selesai (Svehla, 1990 ; 21).
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) diantara dua
fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk
pemisahan secara cepat dan bersih baik untuk senyawa organik maupun seyawa
anorganik. Cara ini juga dapat digunakan untuk analisis makro dan mikro. Dalam
analisis penentuan suatu ion logam,ekstraksi dapat digunakan untuk memisahkan ion
logam tersebut dari ion logam lainnya yang akan mengganggu identifikasi dan
penentuan kadarnya. Secara umum ekstraksi ialah proses penarikan suatu zat terlarut
dari larutannya di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak dapat bercampur
dengan air. Tujuan dari ekstraksi adalah memisahkan suatu komponen dari campuran
dengan menggunakan pelarut (Soebagio, 2002:34).
Beberapa faktor yang berpengaruh pada ekstraksi adalah waktu pengocokan,
volume pelarut organik, serta pengaruh pH. Peningkatan volume pelarut organik yang
digunakan sangat penting dalam proses ekstraksi karena akan mempengaruhi
kenaikan koefisien distribusi renium didalam pelarut organik. Meningkatnya waktu
ekstraksi Re yang terekstraksi ke dalam fase organik semakin besar. Kenaikan ini
akan mencapai maksimum bila waktu kesetimbangan tercapai, yaitu bila konsentrasi
Re yang terdistribusi dari fase air ke fase organik sama dengan konsentrasi Re yang
terdistribusi dari fase organik dan fase air (Hidayat, 2015: 162-165).
Lamannya waktu proses ekstraksi sangat berpengaruh terhadap ekstrak yang
dihasilkan. Rendemen ekstrak yang dihasilkan berada dalam berbagai perubahan
waktu. Kenaikan waktu proses yang digunakan akan menghasilkan kenaikan nilai
rendemen, begitu pula lama waktunya ekstraksi akan meningkatkan penetrasi pelarut
ke dalam suatu bahan baku (Yulianti, 2014:38).
Menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak
saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut
maka akan terjadi pembagian kelarutan. Dalam praktek solut akan terdistribusi
dengan sendirinya ke dalam dua pelarut. Perbandingan konsetrasi solut di dalam
kedua pelarut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut
disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi dinyatakan dengan berbagai rumus
sebagai berikut : Kd = Co/Ca dengan Kd adalah koefisien distribusi dan Co, dan Ca
adalah konsentrasi solut pada pelarut organik dan air. Sesuai dengan kesepakatan,
konsentrasi solut dalam pelarut organik dituliskan di atas dan konsentrasi solut dalam
pelarut air dituliskan di bawah. Jika harga Kd besar, solut secara kuantitatif akan
cenderung terdistribusi lebih banyak ke pelarut organik begitu pula sebaliknya.
Rumus ini berlaku bila : (a) solut tidak terionisasi dalam salah satu pelarut: (b) solut
tidak berasosiasi dalam salah satu pelarut: dan (c) zat terlarut tidak dapat bereaksi
dengan salah satu pelarut atau adanya reaksi-reaksi lain (Soebagio dkk, 2002 : 35).
Iod jauh lebih dapat larut dalam larutan kalium iodida dalam air daripada
dalam air; ini disebabkan oleh terbentuknya ion triiodida, I3-. Kesetimbangan berikut
berlangsung dalam suatu larutan seperti ini :
I2 + I- I3-
Jika larutan itu dititrasidengan larutan natrium tiosulfat, konsentrasi iod total, sebagai
I2 bebas dan I3- tak bebas, diperoleh, karena segera sesudah iod dihilangkan akibat
interaksi dengan triosulfat, sejumlah iod baru dibebaskan dari tri-iodida agar
kesetimbangan tidak terganggu. Namun jika larutan dikocok dengan karbon tetra
klorida, dalam mana iod saja yang dapat larut cukup banyak, maka iod bebas dalam
larutan air. Dengan menentukan konsentrasi iod dalam larutan karbon tetraklorida,
konsentrasi ion iod bebas dalam larutan air dapat dihitung dengan menggunakan
koefisien distribusi yang diketahui, dan dari situ konsentrasi total iod bebas yang ada
dalam kesetimbangan. Dengan memperkurangkan harga ini dari konsentrasi awal
kalium iodida, dapatlah disimpulkan konsentrasi KI bebas. Tetapan Kesetimbangan :
[I −] x [I2]
𝐾=
[I3−]
Dapat dihitung konsentrasi (I2)H2O dengan persamaan [I2]H2O = Kd [I2]ccl4 dan
selanjutnya dapat dihitung [I3-]H2O dan [I-]H2O (Tim Dosen Kimia Fisik, 2019: 21).
Jika larutan iodium di dalam KI pada suasana netral maupun asam dititrasi
maka akan menghasilkan reaksi sebagai berikut :
I3- + 2S2O32- 3I- + S4O62-
Selama zat antara S2O3I- yang tidak berwarna adalh terbentuk sebagai :
S2O32- + I3- S2O3I- + 2I-
Yang mana berjalan terus menjadi :
2S2O3I- + I- S4O62- + I3-
Warna indikator muncul kembali pada :
S2O3I- + S2O32- S4O62- + I-
Reaksi berlangsung baik di bawah PH = 5,0, sedangkan pada larutan alkali, larutan
asam hypoiodos (HOI) terbentuk (Khopkar, 2007; 59).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Labu erlenmeyer 250 mL 6 buah
b. Buret 50 mL 2 buah
c. Statif dan klem 1 buah
d. Corong pisah 250 mL 1 buah
e. Corong biasa 1 buah
f. Pipet ukur 20 mL 1 buah
g. Pipet tetes 2 buah
h. Ball pipet 1 buah
i. Gelas ukur 100 mL 1 buah
j. Gelas kimia 250 mL 4 buah
k. Botol semprot 1 buah
l. Batang pengaduk 1 buah
m. Gelas ukur 10 mL 1 buah
n. Stopwatch 1 buah
o. Lap kasar dan lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,02 M
b. Larutan jenuh iod dalam kloroform (I2 dalam CHCl3)
c. Larutan kalium iodida (KI) 0,1 M
d. Aquades (H2O)
e. Indikator amilum
f. Aluminium foil
g. Tisu
E. PROSEDUR KERJA
1. Larutan I2 dalam CHCl3 diukur sebanyak 20 mL lalu dimasukkan ke dalam
corong pisah.
2. Larutan KI 0,1 M diukur sebanyak 200 mL lalu dimasukkan ke dalam corong
pisah yang telah berisi larutan I2 dalam CHCl3.
3. Larutan dalam corong pisah dikocok selama 30-60 menit.
4. Larutan yang telah dikocok didiamkan sampai terbentuk dua lapisan.
5. Lapisan bawah dipisahkan ke dalam gelas kimia kemudian diukur sebanyak 5
mL dan dimasukkan ke dalam tiga erlenmeyer dengan volume yang sama.
6. Lapisan atas dimasukkan ke dalam gelas kimia kemudian diukur sebanyak 5 mL
dan dimasukkan ke dalam tiga erlenmeyer dengan volume yang sama.
7. Masing-masing lapisan bawah di dalam erlenmeyer dititrasi dengan (Na2S2O3)
0,02 M.
8. Masing-masing lapisan atas di dalam erlenmeyer dititrasi dengan (Na2S2O3) 0,02
M. Sebelum mencapai titik akhir titrasi ditambahkan tiga tetes indikator amilum
kemudian titrasi dilanjutkan.
9. Masing-masing volume Na2S2O3yang digunakan dicatat.
10. hitung K dari data di yang didapat dengan menggunakan harga Kd.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid II. Jakarta: Erlangga.


Hidayat Riftanio Natapratama, Maria Christina Prihatiningsih. 2015. Penentuan
Koefisien Distribusi Renium Dan Wolfram Dengan Metode Ekstraksi
Menggunakan Pelarut Metil Etil Keton. ISSN 0216 - 3128
Khopkar, S.M.2014. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Soebagio., Endang Budrasih., M. Sodig Ibnu., hayuni Retno Widarti dan Munzil.
2002. Kimia Analitik II. Malang: JICA.
Svehla, G. 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro. Jakarta: PT. Klman Media Pustaka.
Tim Dosen Kimia Fisik. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Makassar:
Universitas Negeri Makassar.
Yulianti, Dian., Bambang Susilo dan Rini Yulianingsih. 2014. Pengaruh lama
Ekstraksi dan Konsentrasi Pelarut Etanol terhadap Sifat Fisika-Kimia Ekstrak
Daun Stevia (Stevia Rebaudiana Bertoni M.) dengan Metode Microwave
Assisted Extraction (MAE). Jurnal Broproses Komuditass Tropis. Vol.2,
No.1.

Anda mungkin juga menyukai