Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
B. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menentukan titik ekivalen dengan menggunakan alat
konduktometer.
2. Mengetahui daya hantar listrik dengan alat konduktomter.
3. Mengetahui cara menggunakan alat konduktometer.
C. LANDASAN TEORI
Kimia analitik merupakan cabang ilmu kimia yang akan mempelajari
mengenai dasar-dasar analisis kimia. Perkembangan instrument sebagai hasil
perkembangan teknologi, memungkinkan kita melakukan analisis dalam
berbagai bentuk komposisi analit.tujuan analisis kuantitatif menghasilkan data
numerik yang memiliki satuan tertentu.data hasil analisis kuantitatif
menghasilkan data numerik umumnya dinyatakan dalam satuan volume,satuan
berat maupun satuan konsentrasi dengan menggunakan metode analisis
tertentu (Ibnu, 2004: 1).
Biasanya konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan
konduktometri bukanlah prosedur titrasi. metode konduktansi dapat digunakan
untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar
sebelum dan sesudah penambahan reagen.Tetaplah sel harus dapat diketehui
bararti selama pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap.
Hanteran harus sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperature yang
tetap, tetapi pengenceran akan menyababkan hantaranya berfungsi secara
linear lagi dan dengan konsentrasi. Titrasi konduktometri ini sangat berguna
apabila digunakan dalam hantaran sebelum dan sesudah reaksi cukup banyak
berbeda (Khopkar, 1990: 387-388).
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya
hantar listrik suatu larutan. daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung
pada jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan. daya hantar listrik
berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah
bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (G)
merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya hantar listrik
memponyau satuan ohm-1. Bila arus listrik dialirkan ke dalam suatu larutan
melalui dua elektrode, maka daya hantar listrik (G) bebanding lurus dengan
luas bidang elektrode (A) dan berbanding terbalik denagn jarak kedua
elektrode (Hendayana, dkk. 1990: 91).
Konduktometri adalah cara analisis yang berdasarkan pengukuran daya
hantar (hantara) listrik larutan. Daya hantar atau hantaran diberi simbol C. Di
dalam konduktometri dapat dipelajari hubungan antara konsentrasi dengan
daya hantar listrik. Arus listrik dalam larutan elektrolit dihantarkan oleh ion-
ion, sehingga C suatu larutan pada suhu tertentu besarnya bergantung pada
derajat ionsasi (Soebagio, dkk. 2002: 164).
Hukum ohm menyatakan bahwa arus I (ampere) yang mengalir dalam
sebuah penghantar, berbanding lurus dengan daya gerak listrik (daya
elektromotif) E (volt), dan berbanding terbalik dengan resistans (tahanan) R
(ohm) dari penghantar.
I = E/R
Kebalikan dari resistans yang dinamakan konduktans (hantaran), ini dapat
diukur dalam kebalikan-ohm (ohm-1), untuk mana yang telah diusulkan nama
siemens (S). Konduktivitas pada suatu larutan elektrolit, pada setiap
temperatur hanya bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion
tersebut (Basset, dkk. 1994: 720).
Konduktometri berguna untuk menentukan titik ekivalen suatu titrasi
sebagai pengganti indikator. Konduktometri adalah cara analisis yang
berdasaran pengukuran daya hantar (hantaran) listrik suatu larutan.Daya
hantar atau hantaran di beri simbol C . Didalam konduktometri dapat
dipelajari hubungan antara konsentrasi dan daya hantar listrik .Arus listrik
dalam larutan elektrolit dihantarkan oleh ion-ion, sehingga C suatu larutan
pada suhu tertentu besarnya bergantung pada derajat ionisasi. Dalam titrasi ini
harus diamati daya hantar listrik larutan pada tiap-tiap penambahan titran.
Perlu diingat bahwa yang menghantar listrik adalah ion-ion bebas.Makin
banyak ion yang ada maka daya hantarnya semakin naik oleh karena itu
bentuk kurva titrasi konduktometri bergantung pada daya hantar listrik ion-
ionnya (Soebagio, dkk. 2002: 168).
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya
hantar listrik suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung
pada jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan, daya hantar listrik
berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah
bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (G)
merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya hantar listrik
mempunyai satuan (ohm-1). Bila arus listrik dialirkan ke dalam suatu larutan
melalui dua elektrode, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan
luas bidang elektrode (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua
elektrode (I) (Tim Dosen Kimia Instrumen, 2020: 19).
Titrasi konduktometri menggunakan cara untuk mengetahui kapasitas
asam total yaitu membran yang diteliti serta berat yang setara. Kapasitas asam
total ini dapat dicapai dengan menentukan titik silang dari dua garis lurus
representatif grafis konduktivitas sebagai fungsi dari volume titrasi yang
akan di tambahkan setelah setiap pada periode waktu yang tertentu.
Analisis titrasi yang harus dilakukan untuk mendapatkan kapasitas asam total
dari penukaran kation asam lemah, misalnya memiliki dua perlakuan awal,
satu untuk mengubah bahan menjadi asam standar dan yang ada kaitanya
dengan menukar semua proton ke media dengan tujuan membuat titrasi
kembali (Lavorante, 2017: 129, 132).
Penambahan suatu elektrolit kepada suatu larutan elektrolit lain pada
kondisi-kondisi yang tak menghasilkan perubahan volume yang berarti akan
mempengaruhi konduktans (hantaran) larutan, tergantung apakah ada atau
tidak terjadi reaksi-reaksi ionik. Jika tak terjadi reaksi ionik, seperti pada
penambahan satu garam sederhana kepada garam sederhana alain (misal,
kalium klorida kepada natrium nitrat), konduktans hanya akan naik semata-
mata. Jika terjadi reaksi ionik, konduktans dapat naik atau turun, begitulah
pada penambahan suatu basa kepada suatu asam kuat, hantaran turun
disebabkan oleh penggantian ion hidrogen yang konduktivitasnya lebih
rendah. Ini adalah prinsip yang mendaari titrasi-titrasi konduktometri yaitu,
substitusi ion-ion dengan suatu konduktivitas oleh ion-ion dengan
konduktivitas yang lain (Basset, dkk. 1994: 723).
Jika arus lewat pada suatu konduktor, timbul medan magnet disekitar
konduktor. Arah medan magnet ditentukan oleh arah aliran arus pada
konduktor. Aturan genggaman tangan kanan bisa dipakai untuk menentukan
arah garis fluks α disekitar konduktor. Genggaman konduktor dengan tangan
kanan dengan jempol mengarah pada arah aliran arus, maka jari-jari akan
menunjukkan arah gerak fluks. Jika konduktor terbentu U (angkis dinamis)
diletakkan diantara kutub utara dan selatan alat (Hartono, 2016: 39).
Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik disebut
daya hantar ekivalen (A) yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram
ekivalen zat terlarut diantara dua elektrode dengan jarak kedua elektrode 1 cm.
Yang dimaksud dengan berat ekivalen adalah berat moekul dibagi jumlah
muatan postif atau negatif (Tim Dosen Kimia Instrumen, 2020:19).
Pengaliran arus melalui larutan suatu elektrolit dapat menghasilkan
perubahan-perubahan dalam komposisi larutan di dekat sekali dengan
elektrode-elektrode, begitulah potensial-potensial dapat timbul pada elektrode-
elektrode, dengan akibat terbawanya sesatan-sesatan serius dalam
pengukuran-pengukuran konduktivitas, kecuali kalau efek-efek polarisasi
demikian dapat dikurangi sampai proporsi yang terabaikan. kesukaran-
kesukaran ini umumnya diatasi dengan menggunakan arus bolak-balik untuk
pengukuran-pengukuran sehingga tingkat elektrolisis dan efek polarisasi
dangat banyak dikurangi (Basset, dkk. 1994: 722).
Kemiringan grafik yang diperoleh nilai relativitas massa jenis yang
sama dengan A/ (m. L) ketidakpastian delta p diperoleh dari penambahan ralat
yaitu delta p sama dengan P (delta m/m). Jika nilai seperti dari hokum ohm
dan metode jembatan whinstone dibandingkan, maka metode jembatan
whastone. Hal ini disebabkan oleh karena pada saat terdeteksi nilai reaktivitas
yang diperoleh tidak seragam (Juwariyah, 2016: 243).
E. PROSEDUR KERJA
1. Alat konduktometer dihubungkan dengan sumber arus, mintalah petunjuk
dari dosen/ asisten mengenai cara penggunaan alat yang anda akan
gunakan.
2. Konduktometer dikalibrasi dengan menekan tombol ON lalu mode.
3. Larutan HCl dipipet 25 mL ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL yang telah
disediakan.
4. Daya hantarnya diukur dengan menggunakan konduktometer yang telah
disiapkan, konduktan HCl diukur dengan mencelupkan stick pada larutan.
5. Dicatat konduktan yang ditunjukkan oleh alat tersebut.
6. Dibilas dengan mengunakan aquades dan dilap dengan mengunakan tisu
sampai alat menunjukan angka 0,0 ms/cm
7. 50 mL larutan NaOH 0,1 M dimasukkan kedalam buret.
8. Larutan tersebut dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M dan setiap
ditambahkan 3 mL dicatat perubahan konduktans dari larutan dengan
diukur konduktans dengan mencelupkan stick pada larutan.. Pada proses
ini sebaikknya menggunakan volume NaOH sampai sekitar 50 mL
mengakhiri proses pengamatan.
9. Kurva dibuat dengan memplotkan nilai konduktan dengan volume NaOH.
10. Titik ekivalennya ditentukan.
F. HASIL PENGAMATAN
Volume HCl = 25 ml
G awal (konduktan) = 32,8 ms/cm
G. ANALISIS DATA
Diketahui : o H+ = 349,8 ohm-1
o Cl- = 76,3 ohm-1
V HCl = 25 mL
V TE = 27 mL
M HCl = 0,1 M
1 1
Ditanya : sampai = …….?
R1 R 17
Penyelesaian :
1. n HCl = VHCl x [HCl]
= 25 mL x 0,1 M
= 2,5 mmol
Vtotal= 25 mL + 0 mL
= 25 mL
n HCl 2,5 mmol
C1 ¿ = = 0,1 M
Vtotal 25 mL
1 C 1 V HCl o +
¿
R 1 1000 V TE ( )
( H + o Cl-)
0,1 25 mL
¿ (
1000 27 mL )
(349,8 ohm-1 + 76,3 ohm-1)
= 0,0394 ohm-1
2. n HCl = VHCl x [HCl]
= 25 mL x 0,1 M
= 2,5 mmol
Vtotal= 25 mL + 3 mL
= 28 mL
n HCl 2,5 mmol
C2 ¿ = = 0,0893 M
Vtot 28 mL
1 C 2 V HCl o +
R2
¿ (
1000 V TE )
( H + o Cl-)
0,0893 25 mL
¿ (
1000 27 mL )
(349,8 ohm-1 + 76,3 ohm-1)
= 0,0352 ohm-1
3. n HCl = VHCl x [HCl]
= 25 mL x 0,1 M
= 2,5 mmol
Vtotal= 28 mL + 3 mL
= 31 mL
n HCl 2,5 mmol
C3 ¿ = = 0,0806 M
Vtot 31 mL
1 C 3 V HCl o +
R3
¿ (
1000 V TE )
( H + o Cl-)
0,0806 25 mL
¿ (
1000 27 mL )
(349,8 ohm-1 + 76,3 ohm-1)
= 0,0317 ohm-1
4. n HCl = VHCl x [HCl]
= 25 mL x 0,1 M
= 2,5 mmol
Vtot = 31 mL + 3 mL
= 34 mL
n HCl 2,5 mmol
C4 ¿ = = 0,0735 M
Vtot 34 m L
1 C 4 V HCl o +
R4
¿ (
1000 V TE )
( H + o Cl-)
0,0735 25 mL
¿ (
1000 27 mL )
(349,8 ohm-1 + 76,3 ohm-1)
= 0,0289 ohm-1
5. n HCl = VHCl x [HCl]
= 25 mL x 0,1 M
= 2,5 mmol
Vtot = 34 mL + 3 mL
= 37 mL
n HCl 2,5 mmol
C1 ¿ = = 0,0675 M
Vtot 37 mL
1 C 5 V HCl o +
R5
¿ (
1000 V TE )
( H + o Cl-)
0,0675 25 mL
¿ (
1000 27 mL )
(349,8 ohm-1 + 76,3 ohm-1)
= 0,0266 ohm-1
6. n HCl = VHCl x [HCl]
= 25 mL x 0,1 M
= 2,5 mmol
Vtot = 37 mL + 3 mL
= 40 mL
n HCl 2,5 mmol
C6 ¿ = = 0,0625 M
Vtot 40 mL
1 C 6 V HCl o +
R6
¿ (
1000 V TE )
( H + o Cl-)
0,0625 25 mL
¿ (
1000 27 mL )
(349,8 ohm-1 + 76,3 ohm-1)
= 0,0246 ohm-1
7. n HCl = VHCl x [HCl]
= 25 mL x 0,1 M
= 2,5 mmol
Vtot = 40 mL + 3 mL
= 43 mL
n HCl 2,5 mmol
C7 ¿ = = 0,0581 M
Vtot 43 mL
1 C 7 V HCl o +
R7
¿ (
1000 V TE )
( H + o Cl-)
0,0581 25 mL
¿ (
1000 27 mL )
(349,8 ohm-1 + 76,3 ohm-1)
= 0,0229 ohm-1
8. n HCl = VHCl x [HCl]
= 25 mL x 0,1 M
= 2,5 mmol
Vtot = 43 mL + 3 mL
= 46 mL
n HCl 2,5 mmol
C8 ¿ = = 0,0543 M
Vtot 46 mL
1 C 8 V HCl o +
R8
¿ (
1000 V TE )
( H + o Cl-)
0,0543 25 mL
¿ (
1000 27 mL )
(349,8 ohm-1 + 76,3 ohm-1)
= 0,0214 ohm-1
9. n HCl = VHCl x [HCl]
= 25 mL x 0,1 M
= 2,5 mmol
Vtot = 46 mL + 3 mL
= 49 mL
n HCl 2,5 mmol
C9 ¿ = = 0,0510 M
Vtot 49 mL
1 C 9 V HCl o +
¿ (
R 9 1000 V TE )
( H + o Cl-)
0,0510 25 mL
¿ (
1000 27 mL )
(349,8 ohm-1 + 76,3 ohm-1)
= 0,0201 ohm-1
10. n HCl = VHCl x [HCl]
= 25 mL x 0,1 M
= 2,5 mmol
Vtot = 49 mL + 3 mL
= 52 mL
n HCl 2,5 mmol
C10 ¿ = = 0,0481 M
Vtot 52 mL
1 C 10 V HCl o +
R 10
¿ (
1000 V TE )
( H + o Cl-)
0,0481 25 mL
¿ (
1000 27 mL )
(349,8 ohm-1 + 76,3 ohm-1)
= 0,0189 ohm-1
11. n HCl = VHCl x [HCl]
= 25 mL x 0,1 M
= 2,5 mmol
Vtot = 52 mL + 3 mL
= 55 mL
n HCl 2,5 mmol
C11 ¿ = = 0,0454 M
Vtot 55 mL
1 C 11 V HCl o +
R 11
¿ ( )
1000 V TE
( H + o Cl-)
0,0454 25 mL
1000 ( 27 mL )
-1
¿ (349,8 ohm + 76,3 ohm-1)
= 0,0179 ohm-1
12. n HCl = VHCl x [HCl]
= 25 mL x 0,1 M
= 2,5 mmol
Vtot = 55 mL + 3 mL
= 58 mL
n HCl 2,5 mmol
C12 ¿ = = 0,0431 M
Vtot 58 mL
1 C 12 V HCl o +
R 12
¿ (
1000 V TE )
( H + o Cl-)
0,0431 25 mL
¿ (
1000 27 mL )
(349,8 ohm-1 + 76,3 ohm-1)
= 0,0170 ohm-1
13. n HCl = VHCl x [HCl]
= 25 mL x 0,1 M
= 2,5 mmol
Vtot = 58 mL + 3 mL
= 61 mL
n HCl 2,5 mmol
C13 ¿ = = 0,0409 M
Vtot 61 mL
1 C 13 V HCl o +
R 13
¿ ( )
1000 V TE
( H + o Cl-)
0,0409 25 mL
1000 ( 27 mL )
-1
¿ (349,8 ohm + 76,3 ohm-1)
= 0,0161 ohm-1
14. n HCl = VHCl x [HCl]
= 25 mL x 0,1 M
= 2,5 mmol
Vtot = 61 mL + 3 mL
= 64 mL
n HCl 2,5 mmol
C14 ¿ = = 0,0390 M
Vtot 64 mL
1 C 14 V HCl o +
R 14
¿ ( )
1000 V TE
( H + o Cl-)
0,0390 25 mL
1000 ( 27 mL )
-1
¿ (349,8 ohm + 76,3 ohm-1)
= 0,0153 ohm-1
15. n HCl = VHCl x [HCl]
= 25 mL x 0,1 M
= 2,5 mmol
Vtot = 64 mL + 3 mL
= 67 mL
n HCl 2,5 mmol
C15 ¿ = = 0,0373 M
Vtot 67 mL
1 C 15 V HCl o +
R 15
¿ ( )
1000 V TE
( H + o Cl-)
0,0373 25 mL
1000 ( 27 mL )
-1
¿ (349,8 ohm + 76,3 ohm-1)
= 0,0147 ohm-1
16. n HCl = VHCl x [HCl]
= 25 mL x 0,1 M
= 2,5 mmol
Vtot = 67 mL + 3 mL
= 70 mL
n HCl 2,5 mmol
C16 ¿ = = 0,0357 M
Vtot 70 mL
1 C 16 V HCl o +
R 16
¿ (
1000 V TE )
( H + o Cl-)
0,0357 25 mL
¿ (
1000 27 mL )
(349,8 ohm-1 + 76,3 ohm-1)
= 0,0140 ohm-1
17. n HCl = VHCl x [HCl]
= 25 mL x 0,1 M
= 2,5 mmol
Vtot = 70 mL + 3 mL
= 73 mL
n HCl 2,5 mmol
C17 ¿ = = 0,0343 M
Vtot 73 mL
1 C 17 V HCl o +
R 17
¿ (
1000 V TE )
( H + o Cl-)
0,0343 25 mL
¿ (
1000 27 mL )
(349,8 ohm-1 + 76,3 ohm-1)
= 0,0135 ohm-1
18. n HCl = VHCl x [HCl]
= 25 mL x 0,1 M
= 2,5 mmol
Vtot = 73 mL + 2 mL
= 75 mL
n HCl 2,5 mmol
C17 ¿ = = 0,0333 M
Vtot 75 mL
1 C 17 V HCl o +
R 17
¿ (
1000 V TE )
( H + o Cl-)
0,0333 25 mL
¿ (
1000 27 mL )
(349,8 ohm-1 + 76,3 ohm-1)
= 0,0131 ohm-1
20
15 f(x) = − 0.27 x + 18.74
R² = 0.31
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60
Konduktan
H. PEMBAHASAN
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan titik ekivalen
dengan menggunakan alat konduktometer, untuk mengetahui cara
menggunakan alat konduktometer. Konduktometri adalah cara analisis yang
berdasarkan pengukuran daya hantar (hataran) listrik larutan. Daya hantar
listrik pada larutan elektrolit sering digunakan istilah daya hantar ekivalen.
Prinsip dasar dari percobaan ini adalah metode penentuan titik ekivalen
dengan alat konduktometer yang berdasarkan pada daya hantar listrik suatu
larutan. Sedangkan prinsip kerjanya yaitu suatu bagian dari alat
konduktometer yaitu elektroda dicelupkan ke dalam larutan sehingga
elektroda akan menerima rangsang dan ion-ion yang mampu menempel atau
menyentuh permukaan konduktor kemudian dideteksi oleh detector dan
dimunculkan pada layar dalam bentuk angka.
Percobaan ini menggunakan metode konduktometri yang digunakan untuk
menentukan titik ekivalen suatu titrasi. Sampel yang digunakan adalah HCl
dan NaOH. Kedua larutan ini digunakan untuk titrasi asam kuat dan basa kuat.
Hal yang lain karena kedua larutan tersebut dapat menghantarkan listrik
dengan baik sehingga digunakan HCl dan NaOH (Tim Dosen Kimia
Instrumen, 2020: 22).
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J., R.C. Denny, G.H. Jeffray dan J.Mendhause. 1994. Buku Ajar Vogel
Kimia Anlisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.
Ibnu, Sodiq, Endang Budiasih, Hayuni Retno Widarti, dan Munzil. 2004. Kimia
Analitik I. Malang: IMSTEP.
Juwariyah, Tatik dan Yuhani Djaya. 2016. Analisa Resistivitas Kawat Penghantar
Ditinjau dari Metode Jembatan Wheastone dan Metode Hukum Ohm
pada Model Praktikum Fisika. Binu Teknika. Vol.12. No.2.
Khopkar, S. M. 2014. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Lavoranto, Maria Jose dan Juan Isodro Franco. 2017. Conductumitris Titration as
a Techniqur To Determine Variation In Conductivity in
Perfluorosulfonic Acid Materials for Duel Cells and Elektrolyzers. Int J
Energy Environ Eng. Doi:10.1007.
Seobagio, Endang Budiasih, Sodiq Ibnu, Hayuni Retno Widarti, dan Munzil.
2002. Kimia Analitik II. Malang: JICA.
Tim Dosen Kimia Analisis Instrumen. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Analisis
Instrumen. Makassar: Universitas Negeri Makassar.