Kualitas air minum sangat penting untuk diperhatikan, terutama pada
proses pengolahannya. Salah satu pengukuran parameter penentu kualitas pada
proses pengolahan air minum adalah Total Suspended Solid (TSS) atau total padatan tersuspensi. Hal ini karena air bahan baku untuk pengolahan air minum dapat berasal dari berbagai sumber yaitu mata air, air permukaan (sungai, danau, waduk, dll.), air tanah (sumur gali, sumur bor) maupun air hujan yang dapat membawa padatan berupa pasir, tanah, bahkan lumpur yang dapat memengaruhi kualitas air minum yang diolah. Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. Salah satu cara praktis untuk menguji Total Suspended Solid(TSS) adalah dengan menggunakan metode gravimetri. Gravimetri dalam ilmu kimia merupakan salah satu metode kimia analitik untuk menentukan kuantitas suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Prinsip dasar dari analisis gravimetri adalah sampel diubah ke dalam bentuk endapan kemudian dilakukan penimbangan. Adapun prinsip kerja dalam praktikum ini adalah penimbangan, pengukuran, pengadukan, penyaringan, pemanasan, pendinginan dan pengamatan. Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah Air Hujan dan Air sumur (dengan pegujian sebanyak 4 kali yakni sampel air hujan sebanyak 3 kali dengan sampel yang berasal ari daerah yang berbeda dan satu kali dengan menggunakan sampel Air Sumur). Adapun langkah pertama yang dilakukan alam percobaan ini adalah dengan mmenimbang bobot bersih kertas saring. Adapun tujuan penimbangan ini aalah untuk membandingkan bobot bersih kertas saring dengan bobot kertas saring yang berisi residu serta menetapkan nilai bobot residu. Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pengukuran sebanyak 500 mL sampel yang akan digunakan dan setelah itu dilakukan penyaringan dengan menggunakan corong buncher dan pompa vokum. Penyaringan dengan menggunakan corong buncher dilakukan untuk memisahkan larutan dan endapan/residu yang diperoleh. Prinsip kerja dari penggunaan corong buncher adalah memisahkan endapan dari pelarutnya atau cairan dari residunya dengan cara menyedot udara di dalam corong dengan pomp buncher sehingga tekanan di dalamnya, yaitu hampir sama dengan nol dan air yang ada di dalam corong dapat menetes serta menghasilkan filtrate yang lebih banyak dan residu atau ampasnya dapat tetap ditinggalkan di dalam corong tersebut. Langkah berikutnya adalah dengan mengeringkan kertas saring dengan melakukan pemasanasan dalam oven selama sejam dengan suu sekitar 105 oC. Tujuan dilakukan pemanasan adalah untuk menguapkan air yang terdapat pada kertas saring, sehingga diketahui secara jelas bobot residu yang ada dalam kertas saring. Langkah selanjutnya setelah dilakukan pemanasan adalah dengan mendinginkan kertas saring pada eksikator. Tujuan pendinginan yang dilakukan di eksikator setelah dipanaskan agar nantinya tidak akan menyerap uap air di udara setelah dilakukan pemanasan dalam oven karena di dalam eksikator terdapat silika gel yang akan menyerap uap air. Selain itu fungsi lain dari eksikator adalah untuk mempercepat proses pendinginan. Setelah dilakukan pendinginan di dalam eksikator, maka langkah selanjutnya adalah dilakukan penimbangan ulang dengan tujuan didapatkan hasil penimbangan setelah pemanasan dan pendinginan. Proses pemanasan, pendinginan, dan penimbangan dilakukan hingga beberapa kali dengan tujuan didapatkan berat konstan. Percobaan ini dilakukan sebanyak tiga kali (triplo) dalam satu sampel yang sama. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali agar didapatkannya hasil yang lebih akurrat. Adapun hal yang sama dilakukan dalam pengujian untuk sampel Air Hujan II, Air Hujan III dan Air Sumur.