Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Adsorpsi merupakan gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada
permukaanzat lain, sebagai akibat dan ketidak jenuhan gaya-gaya pada suatu
permukaan zat tersebut. Dalam adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan juga
adsorben. Dimana adsorbat adalah substansi yang terserap atau yang akan
dipisahkan dari pelarutnya. Sedangkan adsorben adalah suatu media yang
sebagai media penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa.

Peristiwa adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik
atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada
permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam karena
tidak ada gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat
padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Komponen yang terserap disebut
adsorbat, sedangkan daerah tempat terjadinya penyerapan disebut adsorben.

Karbon aktif merupakan jenis adsorben yang paling tua dan paling luas
penggunaannya. Penyerapan zat dan larutan mirip dengan penyerapan bersifat
selektif yang diserap hanya zat terlarut atau zat pelarut. Sedangkan karbon
merupakan material grafit yang memiliki kerangka c-aktif. Karbon merupakan
material kerangka c-aktif tersebut dan hubungan tak terpisahkan dan kristalit.
Luas permukaan spesifik c-aktif. Umumnya berada pada kisaran 500-1.500
m²/9 yang memungkin kan untuk digunakan serta menentukan pada proses
isoterm adsorpsi karbon aktif memiliki permukaan aktif yang terdapat pori-pori
yang digunakan untuk adsorpsi yang membuka pori-pori ini.

Oleh karena itu. Pada praktikum modul isoterm adsorpsi ini dimaksudkan untuk
mempelajari lebih lanjut mengenai Isoterm adsorpsi. Dalam praktikum ini
praktikan mempelajari dua percobaan, yaitu percobaan standansasi larutan
sebelum dan setelah adsorpsi. Dalam praktikum ini pula akan diterapkannya
persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich dan data yang
diperolehnya.

1.2 Tujuan percobaan


a. Untuk mengetahui volume titrasi NaOH pada CH3COOH M sebelum
standarisasi.
b. Untuk mengetahui nilai k dan n pada persamaan Freundlich.
c. Untuk mengetahui nilai Nm dan K pada persamaan Langmuir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Adsorpsi adalah suatu proses penyerapan partikel suatu fluida (cairan maupun gas)
oleh suatu padatan hingga terbentuk suatu film (lapisan tipis pada permukaan
adsorben. Padatan yang dapat menyerap partikel fluida disebut bahan pang adsorpsi
atau adsorben. Secara umum adsorpsi didefinisikan sebagai suatu proses
penggumpalan substansi tertarut (soluble) yang dalam larutan oleh permukaan zat atau
benda di penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan
penyerapnya. Penyerap partikel atau ion oleh permukaan koloid atau yang disebut
peristiwa adsorpsi ini dapat menyebabkan di koloid menjadi bermuatan listrik oleh
permukaan zat (Handayani, 2018).

Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fasa
teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan fasa ruah saat kesetimbangan pada
temperatur tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang umumnya digunakan
untuk menjelaskan isoterm adsorpsi. Fungsi konsentrasi zat terlarut yang diserap zat
padat (Rahmi, 2013).

Adsorpsi ada dua jenis, yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Adsorpsi fisika terjadi
karena gaya van der walls dimana ketika gaya tarik molekul antara larutan dan
permukaan media lebih besar dari pada gaya tarik substansi terlarut dan larutan, maka
substansi tertar akan diadsorpsi oleh permukaan media. Dan adsorbsi kimia terjadi
ketika terbentuknya ikatan kimia antara substansi tertarut dalam larutan dengan
molekul dalam media. Adsorbsı kimia terjadi diawali dengan adsorbsi fisik yaitu
partikel- partikel adsorbat mendekat ke permukaan adsorben melalui gaya van der
walls atau ikatan hidrogen (Achmad, 2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi waktu kontak memungkinkan proses


difasa dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Karakteristik
adsorben ukuran partikel merupakan syarat yang penting dari suatu arang aktif untuk
digunakan sebagai adsorben kecepatan adsorpsi meningkat dengan menurunnya
ukuran partikel ketika ada luas permukaan dimana semakin luas adsorben maka
semakin banyak yang diserap sehingg proses adsorpsi dapat semakin efektif yang ke
empat ukuran molekul adsorbat yang dimana ketika molekul masuk ke mikropon suatu
partikel yang akan diserap selanjutnya ada pH dimana ion hidrogen (Srining, 2008).

Adsorbsi berbeda dengan absorpsi. Pada peristiwa adsorbsi zat yang diserap masuk ke
dalam adsorben sedangkan pada peristiwa adsorpsi zat yang dapat diserap hanyalah
yang terdapat pada permukannya. Komponen yang diserap disebut adsorbat.
Sedangkan adsorben merupakan suatu media penyerap yang dalam hal ini berupa
suatu senyawa (Rahmi, 2012).

Adsorben merupakan zat yang mengadsorpsi zat lain yang memiliki ukuran partikel
seragam. Kepolarannya sama dengan zat yang ada di teradsorpsi zat lain. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kapasitas di adsorbsi adalah luas permukaan adsorben dan
ukuran adsorben (Khopkar, 2011).

Adsorban yang digunakan secara komersial dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
kelompok polar dan non polar. Adsorben polar adsorben disebut juga hydrophilic. Jenis
adsorben yang termasuk dalam di kelompok ini adalah silika gel, alumnia aktif dan
zeolit. Adsorben non polar disebut juga hydrophobic. Jenis adsorben yang termasuk
ke dalam kelompok ini adalah polimer adsorben dan karbon (Suzuki, 2008).

Gaya vander waals merupakan gaya antar motelan khas untuk molekul non polar
disebabkan karena distribusi muatan yang sesaat tidak seragam (dipol sesaat) yang
disebabkan flukatasi awan elektron disekitar inti dalam kondisi yang sama, semakin
banyak jumlah elektron dalam molekul maka semakin mudah molekul tersebut akan
dipolarisasi sebab elektronnya tersebar luas. Bila dua elektron mendekati satu sama
lain akan terinduksi ketika awan elektron mempolarisasi sedemikian rupa sehingga
menstabilkan muatan (Nurseriana, 2014).

Titrasi merupakan salah satu metode kimia analisis kuantatif yang dapat digunakan
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah
volume larutan tersebut terhadap sejumah volume larutan lain yang konsentrasinya
sudah diketahui tersebut larutan baku atau titran. Titrasi yang melibatkan reaksi asam
dan basa disebut titrasi asam-basa. Ada dua jenis titrasi asam basa yaitu asidimetri
(penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku asam) dan
alkalimetri (penentuan konsentrasi asam menggunakan larutan asam basa pada titrasi
asam basa) (Kusuma, 2010).

Akuades merupakan pelarut yang sangat baik tidak berwarna netral dan temperaturnya
stabil. Mempunyai titik beku pada 0℃ dan titik didih pada 100°C dan daerah kestabilan
redoksnya cukup luas. Akuades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dan zat-
zat pengotor sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Akuades tidak berbau. dan
tidak memiliki rasa. Akuades biasa digunakan untuk membersihkan alat-alat
laboratorium dan zat-zat pengotor (Petrucci, 2008).

Indikator fenolftalein merupakan indikator yang digunakan dalam proses titrasi


sebagai pelarut indikator asam-basa dan mempunya rumus molekul C2OH4O4.
Indikator ini berbentuk kristal tidak berwarna pada keadaan asam, namun berwarna
merah dalam keadaan basa dan jangkauan pH nya adalah 8-10, larut dalam alkohol
sekitar 95% dan larut dalam eter dan digunakan sebagai reagen untuk oksidasi HCN
peroksida dan tembaganya (Daintith, 2016).

Natrium hidroksida berupa padatan lembab cair kuning yang berwarna putih. Larut
dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter memiliki titik didih 1380°C NaOH
sangat basa dan banyak digunakan dalam Industn kimia, terutama untuk membuat
sabun dan kertas. Larutan Natrium hidroksida (NaOH) sangat korosif terhadap
jaringan tubuh dan membahayakan untuk mata (Basri, 2009).

Asam Asetat adalah asam karboksilat dengan rumus kimia CH 3COOH zat cair tak
berwarna dengan bau yang khas yang menusuk hidung dapat diperoleh dipasaran
bebas dengan kadar 99-100% dan sebagai biang cuka dengan kadar 50% yang
memiliki titik didih sebesar 18 % dan massa molar 60,052 g/mol dan titik lebur 16,6°C
(Daintith, 2016).
Arang aktif merupakan golongan karbon amorph yang diproduksi dari bahan dasar
dengan susunan senyawa mayoritas mengandung karbon. Arang aktif dapat digunakan
untuk mengadsorbsi bahan yang berasal dan cairan maupun pasa gas. Arang aktif pada
umumnya mempunyai daya adsorbsi yang rendah dan daya adsorbsi dapat diperbesar
dengan mengaktifkan orang menggunakan uap atau bahan kimia aktivitas ini bertujuan
memperbesar luas permukaan arang dengan membuka pori-pori yang tertutup untuk
adsorpsi (Sukardjo, 2017).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
a. Labu Erlenmeyer 100 mL
b. Labu Erlenmeyer 250 mL
c. Pipet tetes
d. Corong kaca
e. Pipet ukur 5 mL
f. Batang Pengaduk
g. Spatula
h. Gelas kimia 100 mL
i. Stopwatch
j. Stirrer
k. Mortar dan alu
m. Bulb
n. Gelas Ukur 25 mL
o. Botol semprot
p. Statif dan klem
q. Buret
r. Hot plate
s. Cawan Petri
t. Neraca analitik
u. Labu ukur 100 mL

3.1.2 Bahan
a. Larutan NaOH 0,1 M
b. Larutan CH3COOH 0,1 M
c. Larutan CH3COOH 0,2 M
d. Larutan CH3COOH 0,3 M
e. Larutan CH3COOH 0,4 M
f. Akuades
g. Karbon aktif
h. Indikator PP
i. Kertas Saring

3.1 Prosedur percobaan


3.2.1 Proses Pengenceran CH3COOH 17,5 M
a. Disiapkan gelas kimia 100 mL.
b. Dimasukkan larutan CH3COOH ke masing-masing gelas kimia dengan
volume berbeda-beda yaitu 1,25 mL; 2,5 mL; 3,75 mL; dan 5 mL.
c. Dimasukkan larutan CH3COOH ke dalam labu ukur 100 mL.
d. Ditambahkan akuades pada masing-masing labu ukur hingga tanda batas.
e. Dihomogenkan larutan pada labu ukur.
f. Diberi label pada ukur 0,1 M; 0,2 M; 0,3 M; dan 0,4 M.
g. Disimpan larutan ditempat yang aman.

3.2.2 Standarisasi CH3COOH Sebelum Adsorpsi


a. Disiapkan 4 buah labu erlenmeyer 100 mL.
b. Diisi masing-masing erlenmeyer dengan 5 mL CH3COOH dengan konsentrasi
berbeda-beda yaitu 0,1 M; 0,2 M; 0,3 M dan 0,4 M.
c. Ditambahkan Indikator fenolftalein (PP) sebanyak tiga tetes kemudian dititrasi
larutan tersebut dengan larutan NaOH 0,1 M sampai terjadi perubahan warna
dari bening menjadi merah lembayung.
d. Dicatat volume titrasi NaOH yang digunakan dalam proses titrasi.
e. Dilakukan percobaan secara duplo.

3.2.1 Standarisasi CH3COOH Sesudah Adsorpsi


a. Disiapkan 4 buah labu erlenmeyer 100 mL
b. Diisi masing-masing erlenmeyer dengan 5 mL CH3COOH dengan konsentrasi
berbeda-beda yaitu 0,1 M; 0,2 M; 0,3 M dan 0,4 M
c. Ditimbang 1 gram arang aktif lalu dimasukkan kedalam masing-masing labu
erlenmeyer
d. Distirer larutan selama 15 menit menggunakan stirrer pada masing-masing
labu erlenmeyer
e. Disaring larutan CH3COOH yang telah distirrer menggunakan kertas saring
f. Ditambahkan tiga tetes indikator PP kemudian dititrasi masing-masing larutan
dengan NaOH 0,1 M sampai larutan berubah warna
g. Dicatat volume titran NaOH yang digunakan dalam proses ini
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


4.1.1 Data Standarisasi Asam Asetat Sebelum Adsorpsi
Tabel 4.1 Data Standarisasi Asam Asetat Sebelum Adsorpsi

Volume
Konsentrasi Volume Titrasi Rata-rata
CH3COOH
No CH3COOH NaOH 0,1 M titrasi NaOH
yang dititrasi
(M) (mL) 0,1 M (mL)
(mL)
6,7
1. 0,1 5 7,35
8,0
16,0
2. 0,2 5 16,3
16,6
18,1
3. 0,3 5 18,5
18,9
23,2
4. 0,4 5 23,35
23,5

4.1.2 Data Standarisasi Asam Asetat Sesudah Adsorpsi


Tabel 4.2 Data Standarisasi Asam Asetat Sesudah Adsorpsi

No. Konsentrasi Massa Volume Volume Rata-rata


CH3COOH arang CH3COOH titrasi titrasi
(M) aktif yang dititrasi NaOH (mL) NaOH
(gram) (mL) 0,1 M
(mL)
1. 0,1 1 5 6,4 6,6
6,8
2. 0,2 1 5 7,5 7,3
7,1
3. 0,3 1 5 8,2 8,25
8,3
4. 0,4 1 5 8,4 8,5
8,6
4.1.3 Konsentrasi CH3COOH Sebelum dan Sesudah Adsorpsi
Tabel 4.3 Konsentrasi CH3COOH Sebelum dan Sesudah Adsorpsi

No Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi CH3COOH


CH3COOH (M) CH3COOH sebelum sesudah adsorpsi (M)
adsorpsi (M)
1. 0,1 0,104 0,043
2. 0,2 0,122 0,159
3. 0,3 0,221 0,156
4. 0,4 0,237 0,154

4.1.4 Data Variabel Penggunaan Freundlich


Tabel 4.4 Data Variabel Penggunaan Freundlich
𝐱
No Konsentrasi X Massa arang Log Log C
𝐦
CH3COOH (M) (gram) aktif (gram)
1. 0,1 0,0183 1 -1,7375 -1,3665
2. 0,2 0,0111 1 -1,9546 -0,7986
3. 0,3 0,0195 1 -1,7099 -0,8068
4. 0,3 0,0249 1 -1,6038 -0,8124

4.1.5 Data Variabel Penggunaan Langmuir


Tabel 4.5 Data Variabel Penggunaan Langmuir

No Konsentrasi C N (mol) 𝑪
CH3COOH (M) 𝑵

1. 0,1 0,043 0,000305 140,9836


2. 0,2 0,159 -0,000185 -859,4994
3. 0,3 0,156 0,000325 480
4. 0,4 0,154 0,000415 371,0843
4.2 Perhitungan
4.2.1 Pengenceran CH3COOH 17,5 M
M1× \V1 = M2× \V2......………………………….(4.1)
a. CH3COOH 0,1 M
V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 17,5 = 100 × 0,1
100 ×0,1
V1 = 17,5

V1 = 0,57 mL
b. CH3COOH 0,1 M
V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 17,5 = 100 × 0,2
100 ×0,2
V1 = 17,5

V1 = 1,14 mL

c. CH3COOH 0,3 M
V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 17,5 = 100 × 0,3
100 ×0,3
V1 = 17,5

V1 = 1,71 mL

d. CH3COOH 0,4 M
V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 17,5 = 100 × 0,4
100 ×0,4
V1 =
17,5

V1 = 2,28 mL

4.2.2 Konsentrasi CH3COOH Sebelum Standarisasi


a. CH3COOH 0,1 M
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 = 0,1 × 5,2
0,1 ×5,2
M1 = 5

M1 = 0,104 M

b. CH3COOH 0,2 M
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 = 0,1 × 6,1
0,1 ×6,1
M1 = 5

M1 = 0,122 M

c. CH3COOH 0,3 M
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 = 0,1 × 11,05
0,1 ×11,05
M1 = 5

M1 = 0,221 M

d. CH3COOH 0,4 M
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 = 0,1 × 11,85
0,1 ×11,85
M1 = 5

M1 = 0,237 M

4.2.3 Konsentrasi CH3COOH Sesudah Adsorpsi


a. CH3COOH 0,1 M
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 = 0,1 × 2,15
0,1 ×2,15
M1 = 5

M1 = 0,043 M

b. CH3COOH 0,2 M
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 = 0,1 × 7,95
0,1 ×7,95
M1 = 5

M1 = 0,159 M

c. CH3COOH 0,3 M
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 = 0,1 × 7,8
0,1 ×7,8
M1 = 5

M1 = 0,156 M

d. CH3COOH 0,1 M
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 = 0,1 × 7,7
0,1 ×7,7
M1 = 5

M1 = 0,154 M

4.2.4 Massa Zat Adsorpsi


M zat teradsorbsi = M zat sebelum – M zat sesudah.........................(4.2)
n = M x V.....................................................(4.3)
x = n x Mr....................................................(4.4)

a. CH3COOH 0,1 M
Mzat teradsorpsi = Mzat sebelum – Mzat Sesudah
= 0,104 – 0,043
= 0,061 M
n = M × VCH3COOH
= 0,061 × 5
= 0,305 mmol
X = n × MrCH3COOH
= 0,305 × 60
= 18,3 mg
= 0,0183 gram
b. CH3COOH 0,2 M
Mzat teradsorpsi = Mzat sebelum – Mzat Sesudah
= 0,122 – 0,156
= -0,037 M
n = M × VCH3COOH
= -0,037 × 5
= -0,0185 mmol
X = n × MrCH3COOH
= -0,0185 × 60
= -11,1 mg
= -0,0111 gram

c. CH3COOH 0,3 M
Mzat teradsorpsi = Mzat sebelum – Mzat Sesudah
= 0,221 – 0,156
= 0,065 M
n = M × VCH3COOH
= 0,065 × 5
= 0,325 mmol
X = n × MrCH3COOH
= 0,325 × 60
= 19,5 mg
= 0,0195 gram

d. CH3COOH 0,4 M
Mzat teradsorpsi = Mzat sebelum – Mzat Sesudah
= 0,237 – 0,156
= 0,083 M
n = M × VCH3COOH
= 0,083 × 5
= 0,415 mmol
X = n × MrCH3COOH
= 0,415 × 60
= 24,9 mg
= 0,0249 gram

𝑿 𝑿
4.2.5 dan log 𝒎
𝒎

a. CH3COOH 0,1 M
X 0,0183
=
m 1

= 0,0183
X
log = log 0,0183
m

= −1,7375

b. CH3COOH 0,2 M
X −0,0111
=
m 1

= −0,0111
X
log = log -11,1
m

= -1,9546

c. CH3COOH 0,3 M
X 0,0195
=
m 1

= 0,0195
X
log = log 0,0195
m

= -1,7099

d. CH3COOH 0,4 M
X 0,0249
=
m 1

= 0,0249
X
log = log 0,0249
m
= -1,6038
4.2.6 𝐥𝐨𝐠 𝑪 dan C
a. CH3COOH 0,1 M
C = 0,043
Log C = log 0,043
= -1,3665

b. CH3COOH 0,2 M
C = 0,159
Log C = log 0,159
= -0,7986

c. CH3COOH 0,3 M
C = 0,156
Log C = log 0,156
= -0,7399

d. CH3COOH 0,4 M
C = 0,154
Log C = log 0,154
= -0,8124

4.2.7 Nilai N
a. CH3COOH 0,1 M
n
N = 1000
0,305
= 1000

N = 0,000305 mol

b. CH3COOH 0,2 M
n
N =
1000
−0,185
= 1000
=
N -0,000185 mol

c. CH3COOH 0,3 M
n
N = 1000
0,325
= 1000
=
N 0,000325 mol

d. CH3COOH 0,4 M
n
N = 1000
0,415
= 1000
=
N 0,000415 mol

C
4.2.8 Nilai
N

a. CH3COOH 0,1 M
C 0,043
= 0,000305
N

= 140,9836

b. CH3COOH 0,2 M
C 0,159
= -0,000185
N

= -859,4994

c. CH3COOH 0,3 M
C 0,156
= 0,000325
N

= 480

d. CH3COOH 0,4 M
C 0,154
= 0,000415
N

= 371,0843
4.2.9 Persamaan Freundlich
y = mx + c
y = -0,0438x – 1,7929
x 1
log m × log k+ m

Sehingga
1
M =n
1
-0,0438 =
n

n = -22,8311
C = log k
-1,7929 = log k
k = antilog (-1,7929)
k = 0,1664

4.2.10 Persamaan Langmuir


y = a + bx
y = 239,35 + (-1610,9)x
1
b = NM
1
NM = b
1
= -1610,9

= -0,00062
1
a =
k × NM
1
k = a × NM
1
= 239,35 × -0,00062

= -0,0000025935700755337
4.3 Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan isoterm adsorpsi pada proses
adsorpsi asam yaitu larutan CH3COOH oleh karbon aktif. Adsorpsi merupakan
proses fisik atau kimia di mana senyawa terakumulasi di permukaan atau
interface antar dua fase. Interface adalah salah satu lapisan yang homogen antara
dua permukaan yang saling kontak substansi yang diserap disebut asorbat
sedangkan material yang berfungsi sebagai penyerap disebut dengan adsorben.

Percobaan isoterm adsorpsi ini terlebih dahulu dimulai dengan dibuatnya larutan
CH3COOH dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 0,1 M; 0,2 M 0,3 M dan
0,4 M. Pertama-tama dihitung konsentrasi pada CH3COOH yang perlu dihitung.
Dalam menghitung konsentrasi dapat dinyatakan dengan molalitas, molaritas,
normalitas dan sebagainya. Kemudian disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan. Dipipet larutan CH3COOH menggunakan volume yang telah
dihitung sehingga menghasilkan volume pengenceran larutan CH3COOH 1,75
M adalah 1,25 mL; 2,5 mL; 3,75 mL dan 5 mL. Dimasukkan larutan ke dalam
gelas ukur 25 mL, diberi sedikit aquadest. Dimasukkan larutan CH3COOH ke
dalam labu ukur kemudian ditambahkan aquades sehingga tanda batas.
Pengenceran pada larutan asam asetat ini dilakukan untuk memperkecil
konsentrasi asam asetat dan mengurangi adanya kontaminasi dari zat-zat
pengotor serta agar jumlah ion asam asetat di dalam larutan berkurang dan
mempercepat pada proses titrasi yang sedang berlangsung.

Percobaan pertama yaitu standarisasi CH3COOH sebelum adsorpsi. Langkah


pertama yang harus dilakukan yaitu menyiapkan 4 buah labu erlenmeyer. Diisi
masing-masing labu erlenmeyer dengan 5 ml CH3COOH dengan konsentrasi
berbeda-beda yaitu 0,1 M; 0,2 M; 0,3 M dan 0,4 M. Setelah itu ditambahkan 3
tetes indikator fenolftalein (PP) lalu dititrasi larutan tersebut. Pada percobaan ini
dilakukan titrasi secara duplo. Tujuan dilakukan titrasi secara duplo agar data
pertama dan data kedua dapat dibandingkan, di mana data akhir adalah rata-rata
dari kedua data tersebut sehingga data yang dihasilkan lebih akurat. Dari
percobaan ini telah dilakukan hipotesis dimana hipotesis pada percobaan ini
menghasilkan volume titrasi yang lebih besar, karena sebelum di adsorpsi oleh
karbon aktif larutan CH3COOH masih 100% belum berkurang. Hipotesis
terjawab pada saat percobaan yang telah dilakukan. Hasil dari percobaan
mempunyai hasil titrasi yang meningkat seiring meningkatnya konsentrasi
CH3COOH. Misalnya kita buat perbandingan antara konsentrasi CH3COOH 0,1
M dengan 0,2 M di mana volume titrasi yang dihasilkan 4,9 ml dan 5,5 mL di
mana ini menunjukkan angka yang besar.

Percobaan isoterm kedua yaitu standarisasi sesudah adsorpsi. Pada percobaan ini
digunakan 4 labu erlenmeyer berukuran 250 mL dan diisi dengan 5 mL
CH3COOH dengan konsentrasi yang berbeda-beda setiap labu erlenmeyer.
Kemudian ditambahkan indikator fenolftalein (PP) sebanyak 3 tetes pada setiap
erlenmeyer dan di homogenkan. Setelah homogen larutan distirer menggunakan
hot plate. Langkah selanjutnya ditunggu selama 15 menit kemudian dititrasi
larutan CH3COOH dan karbon aktif. Hasil yang diperoleh dari volume titrasi
percobaan 2 yaitu 1,8 mL 3,4 mL 5,6 mL dan 5,9 mL. Pada percobaan kedua ini
didapatkan volume titrasi lebih kecil dari percobaan pertama karena CH 3COOH
sebagian telah diserap oleh arang aktif yang di mana semakin luas adsorbat maka
penyerapannya pun semakin tinggi. Maka dari itu fungsi menghaluskan karbon
aktif adalah agar luas permukaannya semakin besar.

Data percobaan pada tabel 4.1 standarisasi sebelum adsorpsi, di mana terdapat 5
tabel yang berisi konsentrasi CH3COOH yaitu 0,1 M; 0,2 M; 0,3 M dan 0,4 M.
Kemudian dengan konsentrasi 5 mL NaOH dapat menghasilkan volume titrasi
pertama yaitu secara berturut-turut 4,9 mL; 8,2 mL; 13,6 mL dan 17,2 mL dan
pada volume titrasi kedua didapatkan 5,5 mL; 4 mL; 8,5 mL dan 6,5 mL. NaOH
yang digunakan untuk titrasi 0,1 M ini menunjukkan bahwa hasil titrasi 1 dan 2
memiliki selisih yang jauh. Seharusnya titrasi yang sebagian dilakukan secara
duplo maksimal selisih 0,5 mL. Ini terjadi karena tidak telitinya praktikan saat
penentuan titik akhir titrasi. Rata-rata yang dihasilkan pada titrasi NaOH secara
berturut-turut 5,2 mL 6,1 mL 11,05 mL dan 11,85 mL. Titrasi dilakukan secara
duplo dilakukan untuk memastikan bahwa data yang diambil antara percobaan
pertama dan kedua dapat dibandingkan, dimana data akhir adalah rata-rata dari
percobaan data tersebut sehingga data yang dihasilkan lebih akurat. Berdasarkan
tabel 4.1 juga terlihat bahwa volume titrasi naik semakin besar. Hal ini sejalan
bahwa semakin besar konsentrasi suatu larutan CH3COOH maka volume titrasi
larutan NaOH yang dibutuhkan juga semakin banyak dalam menentukan titik
akhir suatu larutan CH3COOH. Didapat data volume titrasi volume NaOH 0,1
M (mL) yaitu, 4,9 dan 5,5; 8,2 dan 4; 13,6 dan 8,5; 17,2 dan 6,5. Maka didapat
rata-rata titrasi NaOH 0,1 M (mL) yaitu sebesar, 5,2; 6,1; 11,05; dan 11,85.

Tabel 4.2 merupakan data standarisasi asam asetat sesudah adsorpsi dengan
diketahui bahwa konsentrasi CH3COOH berturut-turut yaitu 0,1 M; 0,2 M; 0,3
M dan 0,4 M di mana volumenya sebesar 5 mL untuk semua konsentrasi. Pada
tabel 4.2 volume titrasi berkurang dari percobaan sebelum adsorpsi karena
volume CH3COOH yang berkurang disebabkan teradsorpsi oleh arang aktif dan
penyaringan. Karbon aktif turut menyerap masing-masing konsentrasi karena zat
terserap ke dalam suatu cairan atau padatan secara keseluruhan untuk permukaan
partikel sehingga menghasilkan lapisan tipis adsorbat. Didapat data volume
titrasi volume NaOH 0,1 M (mL) yaitu, 1,8 dan 2,5; 3,4 dan 12,5; 5,6 dan 10;
5,9 dan 9,5. Maka didapat rata-rata titrasi NaOH 0,1 M (mL) yaitu sebesar, 2,15;
7,95; 7,8; 7,7.

Tabel 4.3 berisi data konsentrasi CH3COOH sebelum dan sesudah adsorpsi
menggunakan rumus konsentrasi dan menghasilkan konsentrasi CH 3COOH
secara berturut-turut yaitu 0,1 M 0,2 M 0,3 M dan 0,4 M. Di dalam tabel ini
dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan diantara konsentrasi sebelum dan
sesudah adsorpsi karena pada sesudah absorpsi konsentrasinya lebih rendah pada
saat proses titrasi dilakukan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh penurunan kapasitas
jumlah molekul-molekul yang terdapat di dalam larutan CH3COOH atau asam
asetat yang digunakan dalam percobaan karena sebagian molekul telah diserap
oleh karbon aktif saat dilakukan percobaan sehingga karbon aktif akan dapat
menyerap sebagian dari larutan CH3COOH atau asam asetat pada saat di stir
karbon aktif mulai menyerap sehingga konsentrasi pada saat sesudah adsorpsi
akan lebih rendah dibandingkan sebelum adsorpsi. Didapat konsentrasi
CH3COOH sebelum adsorpsi yaitu, 0,0104 M; 0,122 M; 0,221 M; 0,237 M.
Sedangkan konsentrasi CH3COOH sesduah adsorpsi yaitu, 0,043 M; 0,159 M;
0,156 M; 0,154 M.

Tabel 4.4 berisi data variabel penggunaan persamaan freundlich berdasarkan


hubungan x adalah simbol dari CH3COOH yang persamaannya yaitu n × Mr
CH3COOH kemudian diubah satuannya dari mg ke gram dengan cara dibagi
dengan 1000. Didapatkan total x pada konsentrasi CH3COOH 0,1 M 0,2 M 0,3
M dan 0,4 M berturut-turut 0,0183 gram -0,0111 gram 0,0195 gram dan 0,0249
gram dengan massa arang aktif sebanyak 1 gram menghasilkan nilai x/m = nilai
x. Kemudian dicari log x/m menghasilkan -1,7375; -1,9546; -1,7099; -1,6038
yang kemudian akan digunakan sebagai data grafik sumbu y serta log c didapat
nilai sebesar -1,3665; - 0,7986; -0,8068 dan -0,8124 untuk sumbu x. Di mana
nilai c adalah konsentrasi larutan CH3COOH setelah diabsorpsi.

Tabel 4.5 merupakan data variabel penggunaan diketahui nilai c merupakan


konsentrasi CH3COOH setelah adsorpsi. Didapatkan nilai n merupakan hasil kali
antara Mzat terabsorpsi dengan V CH3COOH senilai berturut-turut 0,043; 0,159;
0,156 dan 0,154. Nilai n merupakan nilai yang didapatkan dari hasil bagi antara
nilai n dengan 1000, dengan itu menghasilkan 0,000305; -0,000185; 0,000325
dan 0,000415 yang digunakan pada sumbu y yang telah dibagi dengan c atau
dalam data dari nilai c/n yaitu 140,9836; -859,4994; 480 dan 371,0843.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan :
a. Dan percobaan yang dilakukan didapatkan volume titrasi NaOH pada
CH3COOH 0,3 M sebelum standarisasi adalah sebesar 3,7 mL.
b. Dan percobaan yang dilakukan didapatkan nilai k pada paersamaan
Freundlich sebesar 0,6897 dan nilai n sebesar 1,2297.
c. Dan percobaan yang dilakukan didapatkan nilai K pada persamaan Langmuir
adalah sebesar 3,8580 dan Nilai Nm sebesar 0,0062.

5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dapat menggunakan bahan lain sebagai
adsorbat dan adsorben dalam percobaan, seperti asam oksalat sebagai adsorbat
dan silagel sebagai adsorben. Agar hasil lebih bervariasi dan dapat menambah
wawasan praktikan menge nai percobaan pada isoterm adsorpsi.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, 2001. Uji persamaan Langmuir dan freundlich pada Penyerapan Limbah
Chrom Penyerapan Limbah chrom (vi) oleh 2 polit. Jakarta: Erlangga.

Bastri. 2003. Jurnal Isoterm Adsorpsi Universitas Jember. Jember.

Daintith 1994. Arang Aktif Sifat Adsorpsi. IPB press. Bogor Kusuma.1983. Proses
pengolahan limbah. Yayasan kita Menulis. Medan.

Khopkar, 1990. Bio adsorben dan Aplikasinya. Jakarta:

Erlangga. Nurseliana. 2014. Modifikasi Khitosan sebagai

Adsorben. UGM Press


Yogyakarta.

Petrucci 2008. Desain sensor kapasitif untuk penentuan Level Aquades


Universitas Brawijaya Press, Malang.

Handayani 2018. Kimia fisika. UGM Press

Yogyakarta.Rahmi. 2003. Kimia Anorganik.

Jakarta, Rineka cipta. Suzuki 1990. Kamus

Lengkap kimia. Erlangga, Jakarta

Sukardjo 1990 Jurnal Kimia Edisi ketiga. cv Budi utama,

Yogyakarta.Srining 2001. Kimia fisika . Universitas Negen

Semarang, Semarang

Anda mungkin juga menyukai