PENDAHULUAN
Peristiwa adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik
atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada
permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam karena
tidak ada gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat
padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Komponen yang terserap disebut
adsorbat, sedangkan daerah tempat terjadinya penyerapan disebut adsorben.
Karbon aktif merupakan jenis adsorben yang paling tua dan paling luas
penggunaannya. Penyerapan zat dan larutan mirip dengan penyerapan bersifat
selektif yang diserap hanya zat terlarut atau zat pelarut. Sedangkan karbon
merupakan material grafit yang memiliki kerangka c-aktif. Karbon merupakan
material kerangka c-aktif tersebut dan hubungan tak terpisahkan dan kristalit.
Luas permukaan spesifik c-aktif. Umumnya berada pada kisaran 500-1.500
m²/9 yang memungkin kan untuk digunakan serta menentukan pada proses
isoterm adsorpsi karbon aktif memiliki permukaan aktif yang terdapat pori-pori
yang digunakan untuk adsorpsi yang membuka pori-pori ini.
Oleh karena itu. Pada praktikum modul isoterm adsorpsi ini dimaksudkan untuk
mempelajari lebih lanjut mengenai Isoterm adsorpsi. Dalam praktikum ini
praktikan mempelajari dua percobaan, yaitu percobaan standansasi larutan
sebelum dan setelah adsorpsi. Dalam praktikum ini pula akan diterapkannya
persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich dan data yang
diperolehnya.
Adsorpsi adalah suatu proses penyerapan partikel suatu fluida (cairan maupun gas)
oleh suatu padatan hingga terbentuk suatu film (lapisan tipis pada permukaan
adsorben. Padatan yang dapat menyerap partikel fluida disebut bahan pang adsorpsi
atau adsorben. Secara umum adsorpsi didefinisikan sebagai suatu proses
penggumpalan substansi tertarut (soluble) yang dalam larutan oleh permukaan zat atau
benda di penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan
penyerapnya. Penyerap partikel atau ion oleh permukaan koloid atau yang disebut
peristiwa adsorpsi ini dapat menyebabkan di koloid menjadi bermuatan listrik oleh
permukaan zat (Handayani, 2018).
Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fasa
teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan fasa ruah saat kesetimbangan pada
temperatur tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang umumnya digunakan
untuk menjelaskan isoterm adsorpsi. Fungsi konsentrasi zat terlarut yang diserap zat
padat (Rahmi, 2013).
Adsorpsi ada dua jenis, yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Adsorpsi fisika terjadi
karena gaya van der walls dimana ketika gaya tarik molekul antara larutan dan
permukaan media lebih besar dari pada gaya tarik substansi terlarut dan larutan, maka
substansi tertar akan diadsorpsi oleh permukaan media. Dan adsorbsi kimia terjadi
ketika terbentuknya ikatan kimia antara substansi tertarut dalam larutan dengan
molekul dalam media. Adsorbsı kimia terjadi diawali dengan adsorbsi fisik yaitu
partikel- partikel adsorbat mendekat ke permukaan adsorben melalui gaya van der
walls atau ikatan hidrogen (Achmad, 2012).
Adsorbsi berbeda dengan absorpsi. Pada peristiwa adsorbsi zat yang diserap masuk ke
dalam adsorben sedangkan pada peristiwa adsorpsi zat yang dapat diserap hanyalah
yang terdapat pada permukannya. Komponen yang diserap disebut adsorbat.
Sedangkan adsorben merupakan suatu media penyerap yang dalam hal ini berupa
suatu senyawa (Rahmi, 2012).
Adsorben merupakan zat yang mengadsorpsi zat lain yang memiliki ukuran partikel
seragam. Kepolarannya sama dengan zat yang ada di teradsorpsi zat lain. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kapasitas di adsorbsi adalah luas permukaan adsorben dan
ukuran adsorben (Khopkar, 2011).
Adsorban yang digunakan secara komersial dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
kelompok polar dan non polar. Adsorben polar adsorben disebut juga hydrophilic. Jenis
adsorben yang termasuk dalam di kelompok ini adalah silika gel, alumnia aktif dan
zeolit. Adsorben non polar disebut juga hydrophobic. Jenis adsorben yang termasuk
ke dalam kelompok ini adalah polimer adsorben dan karbon (Suzuki, 2008).
Gaya vander waals merupakan gaya antar motelan khas untuk molekul non polar
disebabkan karena distribusi muatan yang sesaat tidak seragam (dipol sesaat) yang
disebabkan flukatasi awan elektron disekitar inti dalam kondisi yang sama, semakin
banyak jumlah elektron dalam molekul maka semakin mudah molekul tersebut akan
dipolarisasi sebab elektronnya tersebar luas. Bila dua elektron mendekati satu sama
lain akan terinduksi ketika awan elektron mempolarisasi sedemikian rupa sehingga
menstabilkan muatan (Nurseriana, 2014).
Titrasi merupakan salah satu metode kimia analisis kuantatif yang dapat digunakan
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah
volume larutan tersebut terhadap sejumah volume larutan lain yang konsentrasinya
sudah diketahui tersebut larutan baku atau titran. Titrasi yang melibatkan reaksi asam
dan basa disebut titrasi asam-basa. Ada dua jenis titrasi asam basa yaitu asidimetri
(penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku asam) dan
alkalimetri (penentuan konsentrasi asam menggunakan larutan asam basa pada titrasi
asam basa) (Kusuma, 2010).
Akuades merupakan pelarut yang sangat baik tidak berwarna netral dan temperaturnya
stabil. Mempunyai titik beku pada 0℃ dan titik didih pada 100°C dan daerah kestabilan
redoksnya cukup luas. Akuades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dan zat-
zat pengotor sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Akuades tidak berbau. dan
tidak memiliki rasa. Akuades biasa digunakan untuk membersihkan alat-alat
laboratorium dan zat-zat pengotor (Petrucci, 2008).
Natrium hidroksida berupa padatan lembab cair kuning yang berwarna putih. Larut
dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter memiliki titik didih 1380°C NaOH
sangat basa dan banyak digunakan dalam Industn kimia, terutama untuk membuat
sabun dan kertas. Larutan Natrium hidroksida (NaOH) sangat korosif terhadap
jaringan tubuh dan membahayakan untuk mata (Basri, 2009).
Asam Asetat adalah asam karboksilat dengan rumus kimia CH 3COOH zat cair tak
berwarna dengan bau yang khas yang menusuk hidung dapat diperoleh dipasaran
bebas dengan kadar 99-100% dan sebagai biang cuka dengan kadar 50% yang
memiliki titik didih sebesar 18 % dan massa molar 60,052 g/mol dan titik lebur 16,6°C
(Daintith, 2016).
Arang aktif merupakan golongan karbon amorph yang diproduksi dari bahan dasar
dengan susunan senyawa mayoritas mengandung karbon. Arang aktif dapat digunakan
untuk mengadsorbsi bahan yang berasal dan cairan maupun pasa gas. Arang aktif pada
umumnya mempunyai daya adsorbsi yang rendah dan daya adsorbsi dapat diperbesar
dengan mengaktifkan orang menggunakan uap atau bahan kimia aktivitas ini bertujuan
memperbesar luas permukaan arang dengan membuka pori-pori yang tertutup untuk
adsorpsi (Sukardjo, 2017).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.2 Bahan
a. Larutan NaOH 0,1 M
b. Larutan CH3COOH 0,1 M
c. Larutan CH3COOH 0,2 M
d. Larutan CH3COOH 0,3 M
e. Larutan CH3COOH 0,4 M
f. Akuades
g. Karbon aktif
h. Indikator PP
i. Kertas Saring
Volume
Konsentrasi Volume Titrasi Rata-rata
CH3COOH
No CH3COOH NaOH 0,1 M titrasi NaOH
yang dititrasi
(M) (mL) 0,1 M (mL)
(mL)
6,7
1. 0,1 5 7,35
8,0
16,0
2. 0,2 5 16,3
16,6
18,1
3. 0,3 5 18,5
18,9
23,2
4. 0,4 5 23,35
23,5
No Konsentrasi C N (mol) 𝑪
CH3COOH (M) 𝑵
V1 = 0,57 mL
b. CH3COOH 0,1 M
V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 17,5 = 100 × 0,2
100 ×0,2
V1 = 17,5
V1 = 1,14 mL
c. CH3COOH 0,3 M
V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 17,5 = 100 × 0,3
100 ×0,3
V1 = 17,5
V1 = 1,71 mL
d. CH3COOH 0,4 M
V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 17,5 = 100 × 0,4
100 ×0,4
V1 =
17,5
V1 = 2,28 mL
M1 = 0,104 M
b. CH3COOH 0,2 M
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 = 0,1 × 6,1
0,1 ×6,1
M1 = 5
M1 = 0,122 M
c. CH3COOH 0,3 M
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 = 0,1 × 11,05
0,1 ×11,05
M1 = 5
M1 = 0,221 M
d. CH3COOH 0,4 M
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 = 0,1 × 11,85
0,1 ×11,85
M1 = 5
M1 = 0,237 M
M1 = 0,043 M
b. CH3COOH 0,2 M
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 = 0,1 × 7,95
0,1 ×7,95
M1 = 5
M1 = 0,159 M
c. CH3COOH 0,3 M
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 = 0,1 × 7,8
0,1 ×7,8
M1 = 5
M1 = 0,156 M
d. CH3COOH 0,1 M
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 = 0,1 × 7,7
0,1 ×7,7
M1 = 5
M1 = 0,154 M
a. CH3COOH 0,1 M
Mzat teradsorpsi = Mzat sebelum – Mzat Sesudah
= 0,104 – 0,043
= 0,061 M
n = M × VCH3COOH
= 0,061 × 5
= 0,305 mmol
X = n × MrCH3COOH
= 0,305 × 60
= 18,3 mg
= 0,0183 gram
b. CH3COOH 0,2 M
Mzat teradsorpsi = Mzat sebelum – Mzat Sesudah
= 0,122 – 0,156
= -0,037 M
n = M × VCH3COOH
= -0,037 × 5
= -0,0185 mmol
X = n × MrCH3COOH
= -0,0185 × 60
= -11,1 mg
= -0,0111 gram
c. CH3COOH 0,3 M
Mzat teradsorpsi = Mzat sebelum – Mzat Sesudah
= 0,221 – 0,156
= 0,065 M
n = M × VCH3COOH
= 0,065 × 5
= 0,325 mmol
X = n × MrCH3COOH
= 0,325 × 60
= 19,5 mg
= 0,0195 gram
d. CH3COOH 0,4 M
Mzat teradsorpsi = Mzat sebelum – Mzat Sesudah
= 0,237 – 0,156
= 0,083 M
n = M × VCH3COOH
= 0,083 × 5
= 0,415 mmol
X = n × MrCH3COOH
= 0,415 × 60
= 24,9 mg
= 0,0249 gram
𝑿 𝑿
4.2.5 dan log 𝒎
𝒎
a. CH3COOH 0,1 M
X 0,0183
=
m 1
= 0,0183
X
log = log 0,0183
m
= −1,7375
b. CH3COOH 0,2 M
X −0,0111
=
m 1
= −0,0111
X
log = log -11,1
m
= -1,9546
c. CH3COOH 0,3 M
X 0,0195
=
m 1
= 0,0195
X
log = log 0,0195
m
= -1,7099
d. CH3COOH 0,4 M
X 0,0249
=
m 1
= 0,0249
X
log = log 0,0249
m
= -1,6038
4.2.6 𝐥𝐨𝐠 𝑪 dan C
a. CH3COOH 0,1 M
C = 0,043
Log C = log 0,043
= -1,3665
b. CH3COOH 0,2 M
C = 0,159
Log C = log 0,159
= -0,7986
c. CH3COOH 0,3 M
C = 0,156
Log C = log 0,156
= -0,7399
d. CH3COOH 0,4 M
C = 0,154
Log C = log 0,154
= -0,8124
4.2.7 Nilai N
a. CH3COOH 0,1 M
n
N = 1000
0,305
= 1000
N = 0,000305 mol
b. CH3COOH 0,2 M
n
N =
1000
−0,185
= 1000
=
N -0,000185 mol
c. CH3COOH 0,3 M
n
N = 1000
0,325
= 1000
=
N 0,000325 mol
d. CH3COOH 0,4 M
n
N = 1000
0,415
= 1000
=
N 0,000415 mol
C
4.2.8 Nilai
N
a. CH3COOH 0,1 M
C 0,043
= 0,000305
N
= 140,9836
b. CH3COOH 0,2 M
C 0,159
= -0,000185
N
= -859,4994
c. CH3COOH 0,3 M
C 0,156
= 0,000325
N
= 480
d. CH3COOH 0,4 M
C 0,154
= 0,000415
N
= 371,0843
4.2.9 Persamaan Freundlich
y = mx + c
y = -0,0438x – 1,7929
x 1
log m × log k+ m
Sehingga
1
M =n
1
-0,0438 =
n
n = -22,8311
C = log k
-1,7929 = log k
k = antilog (-1,7929)
k = 0,1664
= -0,00062
1
a =
k × NM
1
k = a × NM
1
= 239,35 × -0,00062
= -0,0000025935700755337
4.3 Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan isoterm adsorpsi pada proses
adsorpsi asam yaitu larutan CH3COOH oleh karbon aktif. Adsorpsi merupakan
proses fisik atau kimia di mana senyawa terakumulasi di permukaan atau
interface antar dua fase. Interface adalah salah satu lapisan yang homogen antara
dua permukaan yang saling kontak substansi yang diserap disebut asorbat
sedangkan material yang berfungsi sebagai penyerap disebut dengan adsorben.
Percobaan isoterm adsorpsi ini terlebih dahulu dimulai dengan dibuatnya larutan
CH3COOH dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 0,1 M; 0,2 M 0,3 M dan
0,4 M. Pertama-tama dihitung konsentrasi pada CH3COOH yang perlu dihitung.
Dalam menghitung konsentrasi dapat dinyatakan dengan molalitas, molaritas,
normalitas dan sebagainya. Kemudian disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan. Dipipet larutan CH3COOH menggunakan volume yang telah
dihitung sehingga menghasilkan volume pengenceran larutan CH3COOH 1,75
M adalah 1,25 mL; 2,5 mL; 3,75 mL dan 5 mL. Dimasukkan larutan ke dalam
gelas ukur 25 mL, diberi sedikit aquadest. Dimasukkan larutan CH3COOH ke
dalam labu ukur kemudian ditambahkan aquades sehingga tanda batas.
Pengenceran pada larutan asam asetat ini dilakukan untuk memperkecil
konsentrasi asam asetat dan mengurangi adanya kontaminasi dari zat-zat
pengotor serta agar jumlah ion asam asetat di dalam larutan berkurang dan
mempercepat pada proses titrasi yang sedang berlangsung.
Percobaan isoterm kedua yaitu standarisasi sesudah adsorpsi. Pada percobaan ini
digunakan 4 labu erlenmeyer berukuran 250 mL dan diisi dengan 5 mL
CH3COOH dengan konsentrasi yang berbeda-beda setiap labu erlenmeyer.
Kemudian ditambahkan indikator fenolftalein (PP) sebanyak 3 tetes pada setiap
erlenmeyer dan di homogenkan. Setelah homogen larutan distirer menggunakan
hot plate. Langkah selanjutnya ditunggu selama 15 menit kemudian dititrasi
larutan CH3COOH dan karbon aktif. Hasil yang diperoleh dari volume titrasi
percobaan 2 yaitu 1,8 mL 3,4 mL 5,6 mL dan 5,9 mL. Pada percobaan kedua ini
didapatkan volume titrasi lebih kecil dari percobaan pertama karena CH 3COOH
sebagian telah diserap oleh arang aktif yang di mana semakin luas adsorbat maka
penyerapannya pun semakin tinggi. Maka dari itu fungsi menghaluskan karbon
aktif adalah agar luas permukaannya semakin besar.
Data percobaan pada tabel 4.1 standarisasi sebelum adsorpsi, di mana terdapat 5
tabel yang berisi konsentrasi CH3COOH yaitu 0,1 M; 0,2 M; 0,3 M dan 0,4 M.
Kemudian dengan konsentrasi 5 mL NaOH dapat menghasilkan volume titrasi
pertama yaitu secara berturut-turut 4,9 mL; 8,2 mL; 13,6 mL dan 17,2 mL dan
pada volume titrasi kedua didapatkan 5,5 mL; 4 mL; 8,5 mL dan 6,5 mL. NaOH
yang digunakan untuk titrasi 0,1 M ini menunjukkan bahwa hasil titrasi 1 dan 2
memiliki selisih yang jauh. Seharusnya titrasi yang sebagian dilakukan secara
duplo maksimal selisih 0,5 mL. Ini terjadi karena tidak telitinya praktikan saat
penentuan titik akhir titrasi. Rata-rata yang dihasilkan pada titrasi NaOH secara
berturut-turut 5,2 mL 6,1 mL 11,05 mL dan 11,85 mL. Titrasi dilakukan secara
duplo dilakukan untuk memastikan bahwa data yang diambil antara percobaan
pertama dan kedua dapat dibandingkan, dimana data akhir adalah rata-rata dari
percobaan data tersebut sehingga data yang dihasilkan lebih akurat. Berdasarkan
tabel 4.1 juga terlihat bahwa volume titrasi naik semakin besar. Hal ini sejalan
bahwa semakin besar konsentrasi suatu larutan CH3COOH maka volume titrasi
larutan NaOH yang dibutuhkan juga semakin banyak dalam menentukan titik
akhir suatu larutan CH3COOH. Didapat data volume titrasi volume NaOH 0,1
M (mL) yaitu, 4,9 dan 5,5; 8,2 dan 4; 13,6 dan 8,5; 17,2 dan 6,5. Maka didapat
rata-rata titrasi NaOH 0,1 M (mL) yaitu sebesar, 5,2; 6,1; 11,05; dan 11,85.
Tabel 4.2 merupakan data standarisasi asam asetat sesudah adsorpsi dengan
diketahui bahwa konsentrasi CH3COOH berturut-turut yaitu 0,1 M; 0,2 M; 0,3
M dan 0,4 M di mana volumenya sebesar 5 mL untuk semua konsentrasi. Pada
tabel 4.2 volume titrasi berkurang dari percobaan sebelum adsorpsi karena
volume CH3COOH yang berkurang disebabkan teradsorpsi oleh arang aktif dan
penyaringan. Karbon aktif turut menyerap masing-masing konsentrasi karena zat
terserap ke dalam suatu cairan atau padatan secara keseluruhan untuk permukaan
partikel sehingga menghasilkan lapisan tipis adsorbat. Didapat data volume
titrasi volume NaOH 0,1 M (mL) yaitu, 1,8 dan 2,5; 3,4 dan 12,5; 5,6 dan 10;
5,9 dan 9,5. Maka didapat rata-rata titrasi NaOH 0,1 M (mL) yaitu sebesar, 2,15;
7,95; 7,8; 7,7.
Tabel 4.3 berisi data konsentrasi CH3COOH sebelum dan sesudah adsorpsi
menggunakan rumus konsentrasi dan menghasilkan konsentrasi CH 3COOH
secara berturut-turut yaitu 0,1 M 0,2 M 0,3 M dan 0,4 M. Di dalam tabel ini
dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan diantara konsentrasi sebelum dan
sesudah adsorpsi karena pada sesudah absorpsi konsentrasinya lebih rendah pada
saat proses titrasi dilakukan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh penurunan kapasitas
jumlah molekul-molekul yang terdapat di dalam larutan CH3COOH atau asam
asetat yang digunakan dalam percobaan karena sebagian molekul telah diserap
oleh karbon aktif saat dilakukan percobaan sehingga karbon aktif akan dapat
menyerap sebagian dari larutan CH3COOH atau asam asetat pada saat di stir
karbon aktif mulai menyerap sehingga konsentrasi pada saat sesudah adsorpsi
akan lebih rendah dibandingkan sebelum adsorpsi. Didapat konsentrasi
CH3COOH sebelum adsorpsi yaitu, 0,0104 M; 0,122 M; 0,221 M; 0,237 M.
Sedangkan konsentrasi CH3COOH sesduah adsorpsi yaitu, 0,043 M; 0,159 M;
0,156 M; 0,154 M.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan :
a. Dan percobaan yang dilakukan didapatkan volume titrasi NaOH pada
CH3COOH 0,3 M sebelum standarisasi adalah sebesar 3,7 mL.
b. Dan percobaan yang dilakukan didapatkan nilai k pada paersamaan
Freundlich sebesar 0,6897 dan nilai n sebesar 1,2297.
c. Dan percobaan yang dilakukan didapatkan nilai K pada persamaan Langmuir
adalah sebesar 3,8580 dan Nilai Nm sebesar 0,0062.
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dapat menggunakan bahan lain sebagai
adsorbat dan adsorben dalam percobaan, seperti asam oksalat sebagai adsorbat
dan silagel sebagai adsorben. Agar hasil lebih bervariasi dan dapat menambah
wawasan praktikan menge nai percobaan pada isoterm adsorpsi.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, 2001. Uji persamaan Langmuir dan freundlich pada Penyerapan Limbah
Chrom Penyerapan Limbah chrom (vi) oleh 2 polit. Jakarta: Erlangga.
Daintith 1994. Arang Aktif Sifat Adsorpsi. IPB press. Bogor Kusuma.1983. Proses
pengolahan limbah. Yayasan kita Menulis. Medan.
Semarang, Semarang