Dosen Pengampu :
Dr. Adilah Aliyatulmuna, S.T., M.T
Indah Nur Pramesti, S.Si., M. Eng.
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FEBUARI 2023
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan diharapkan mahasiswa dapat membuat kurva
dan menentukan tetapan dalam isoterm adsorpsi menurut Freundlich pada proses
adsorpsi asam asetat dengan karbon aktif.
B. LOKASI PERCOBAAN
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Gedung B19 Ruang 207
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang.
C. DASAR TEORI
Adsorpsi adalah suatu proses penyerapan partikel suatu fluida (cairanmaupun
gas) oleh suatu padatan hingga terbentuk suatu film (lapisan tipis) pada permukaan
adsorben. Padatan yang dapat menyerap partikel fluida disebut bahan pengadsorpsi
atau adsorben. Sedangkan zat yang terserap disebut adsorbat. Secara umum Adsorpsi
didefinisikan sebagai suatu proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada
dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan
kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya. Penyerapan partikel atau ion oleh
permukaan koloid atau yang disebut peristiwa adsorpsi ini dapat menyebabkan koloid
menjadi bermuatan listrik.
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut yangada
dalam larutan oleh permukaan benda atau zat penyerap. Adsorpsi adalahmasuknya
bahan yang mengumpul dalam suatu zat padat. Keduanya sering muncul bersamaan
dengan suatu proses maka ada yang menyebutnya sorpsi. Baik adsorpsimaupun
absorpsi sebagai sorpsi terjadi pada tanah liat maupun padatan lainnya, namun unit
operasinya dikenal sebagai adsorpsi. (Giyatmi, 2008:101).
Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai
gayatarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya yang mengimbangi. Adanya
gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi.
Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam
adsorben sedang pada adsorpsi, zat yang diserap hanya pada permukaan (Sukardjo,
2002:190).
Sedangkan contoh-contoh adsorbsi adalah sebagai berikut:
a. Pengeringan udara atau gas + gas lain,
b. Pemisahan bahan yang mengandung racun atau yang berbau busuk
dariudara buang,
c. Pengambilan kembali pelarut dari udara buang
d. Penghilangan "arna larutan (sebelum kristalisasi),
e. .Pemisahan bahan organik dari air (bersamaan dengan pemisahan
pengotor berbentuk koloid yang sukar disaring).
Jenis-Jenis Adsorbsi
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Adsorpsi fisika adalah proses interaksi antara adsorben dengan adsorbat
yangdisebabkan oleh gaya Van Der Daals. Adsorpsi fisika ter!adi !ika daya tarik
menarik antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik menarik
antara zat terlarut dengan pelarutnya. kerena gaya tarik menarik yang lemah
tersebut maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben.
Adsorpsi fisika biasanya terjadi pada temperatur rendah sehingga keseimbangan
antara permukaan solid dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan
bersifat reversibel.
2. Adsorpsi kimia adalah reaksi yang ter!adi antara zat padat dengan zat terlarutyang
teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya dan kalor yang
sama dengan panas reaksi kimia. Menurut Langmuir, molekul teradsorpsiditahan
pada permukaan oleh ikatan valensi yang tipenya sama dengan yangter!adi antara
atom-atom dalam molekul. Ikatan kimia tersebut menyebabkan pada permukaan
adsorbent akan terbentuk suatu lapisan film.
Adsorpsi memiliki kecepatan. Kecepatan adsorpsi adalah banyaknya zat
yangteradsorpsi per satuan waktu. Kecepatan adsorpsi mempengaruhi kinetika
adsorpsi. Kinetika adsorpsi adalah laju penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam
jangka waktu tertentu. Banyak sedikitnya zat yang teradsorpsi di pengaruhi oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan Adsorpsi:
a. Macam adsorben
b. Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate)
c. Luas permukaan adsorben
d. Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate)
e. Temperatur
Bagi suatu sistem adsorbsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi
persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi yang teradsorpsi pada
temperatur tertentu disebut dengan isoterm adsorbsi ini dinyatakan sebagai:
=x/m = k.Cn.................... persamaan (2)
dalam hal ini:
x = jumlah zat teradsorbsi (gram)
m = jumlah adsorben (gram)
C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan, setelah tercapai kesetimbangan adsorpsi
k dan n = tetapan
Persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorbsi menurut
isoterm freundlich, maka aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis lurus.
Dari garis dapat die,aluasi tetapan k dan n.
Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot
sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada koordinat
logaritmik, akan diperoleh gradien n dan intersept. Dari isoterm ini, akan diketahui
kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam penelitian
yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisisensi dari suatu
adsorben.
Arang adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang mengandung
karbon. Arang tersusun dari atom-atom karbon yang berikatan secara kovalen
membentuk struktur heksagonal datar dengan sebuah atom C pada setiap
sudutnya. Susunan kisi-kisi heksagonal datar ini tampak seolah-olah seperti pelat-
pelat datar yang saling bertumpuk dengan sela-sela diantaranya (Sudarman,
2001).
Karbon aktif adalah bentuk umum dari berbagai macam produk yang
mengandung karbon yang telah diaktifkan untuk meningkatkan luas
permukaannya. Karbon aktif berbentuk kristal mikro karbon grafit yang pori-porinya
telah mengalamipengembangan kemampuan untuk mengadsorpsi gas dan uap
dari campuran gas dan zat-zat yang tidak larut atau yang terdispersi dalam
cairan(Murdiyanto, 2005).
Luas permukaan, dimensi, dan distribusi karbon aktif bergantung pada
bahan baku, pengarangan, dan proses aktivasi. Berdasarkan ukuran porinya,
ukuran pori karbon aktif diklasifikasikan menjadi 3, yaitu mikropori (diameter <2
nm), mesopori (diameter 2–50 nm), dan makropori (diameter >50 nm) (Kustanto,
2000). Penggunaan karbon aktif di Indonesia mulai berkembang dengan pesat, yang
dimulai dari pemanfaatannya sebagai adsorben untuk pemurnian pulp, air, minyak,
gas, dan katalis. Namun, mutu karbon aktif domestik masih rendah (Harfi,
2003), dengan demikian perlu ada peningkatan mutu karbon aktif tersebut.
Bahan
1. NaOH 0,1 N 4. Indikator fenolftalein
2. Sampel Karbon 5. Aquadest
3. HCl 0,50N; 0,25 N; 0,125N; 0,0625N;
0,0313 N; 0,0136 N
E. PROSEDUR PERCOBAAN
Karbon
Disediakan larutan asam (asam asetat/ asam klorida) dengan konsentrasi 0,50N; 0,25 N;
0,125N; 0,0625N; 0,0313 N; 0,0136 N dimana untuk konsentrasi 0,50N; 0,25 N; 0,125N
diambil larutan tersebut dengan volume 50 mL sedangkan untuk konsentrasi 0,0625N;
0,0313 N; 0,0136 N diambil sebanyak 100 mL
Dimasukkan masing masing larutan tersebut ke dalam erlenmeyer berbeda yang sudah
diisi dengan karbon dan diberi label untuk setiap erlenmeyer tersebut.
Ditutup erlenmeyer dan dikocok secara periodik selama 30 menit menggunakan alat
shaker dengan kecepatan yaitu 130 rpm
Disaring larutan tersebut dengan menggunakan kertas saring ke dalam erlenmeyer baru
Diambil filtrat hasil saring, untuk konsentrasi 0,50N diambil sebanyak 10 mL, sedangkan
untuk konsentrasi 0,25 N; 0,125N diambil sebanyak 25 mL, dan untuk konsentrasi
0,0625N; 0,0313 N; 0,0136 N diambil sebanyak 50 mL
Dititrasi larutan tersebut dengan NaOH hingga terjadi perubahan warna dari tidak
bewarna menjadi merah muda seulas, dan dicatat volumenya
Hasil
F. DATA PENGAMATAN
No Massa Arang (gram) Konsentrasi Volume NaOH (mL) Volume
HCl (M) Awal Akhir NaOH (mL)
yang
Digunakan
1. 1,000 gram 0,5 M 0 47,9 47,9 mL
2. 1,000 gram 0,25 M 0 24,5 24,5 mL
3. 0,999 gram 0,125 M 0 23,5 23,5 mL
4. 0,999 gram 0,0625 M 17,9 39,2 21,3 mL
5. 1,000 gram 0,0313 M 5 17,85 12,85 mL
6. 0,999 gram 0,0156 M 26 32,8 6,8 mL
[NaOH] = 0,1 M
Mmol NaOH = 0,1 mmol/mL × 47,9 mL
= 4,79 mmol
1
Mmol HCl = × mmol NaOH
1
1
= × 4,79 mmol
1
= 4,79 mmol
100
Mmol HCl sisa dalam 100 mL HCl = 4,79 mmol × mL
10
= 47,9 mmol
n
[HCl] sisa =
v
47,9 mmol
=
100 mL
= 0,479 mmol/mL
x 0,07665 gram
=
m 1,000 gram
= 0,07665
x
Log = log 0,07665
m
= -1,1154
b. Erlenmeyer II
Diketahui : [HCl] = 0,25 M
Massa arang = 1,000 gram
Volume NaOH = 24,5 mL
[NaOH] = 0,1 M
Mmol NaOH = 0,1 mmol/mL × 24,5 mL
= 2,45 mmol
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(aq)
1
Mmol HCl = × mmol NaOH
1
1
= × 2,45 mmol
1
= 2,45 mmol
100
Mmol HCl sisa dalam 100 mL HCl = 2,45 mmol × mL
10
= 24,5 mmol
n
[HCl] sisa =
v
24,5 mmol
=
100 mL
= 0,245 mmol/mL
x 0,01825 gram
=
m 1,000 gram
= 0,01825
x
Log = log 0,01825
m
= -1,7387
c. Erlenmeyer III
Diketahui : [HCl] = 0,125 M
Massa arang = 0,999 gram
Volume NaOH = 23,5 mL
[NaOH] = 0,1 M
Mmol NaOH = 0,1 mmol/mL × 23,5 mL
= 2,35 mmol
1
Mmol HCl = × mmol NaOH
1
1
= × 2,35 mmol
1
= 2,35 mmol
100
Mmol HCl sisa dalam 100 mL HCl = 2,35 mmol × mL
25
= 9,4 mmol
n
[HCl] sisa =
v
9,4 mmol
=
100 mL
= 0,094 mmol/mL
x 0,11315 gram
=
m 0,999 gram
= 0,11326
x
Log = log 0,11326
m
= -0,9459
[NaOH] = 0,1 M
Mmol NaOH = 0,1 mmol/mL × 21,3 mL
= 2,13 mmol
1
Mmol HCl = × mmol NaOH
1
1
= × 2,13 mmol
1
= 2,13 mmol
100
Mmol HCl sisa dalam 100 mL HCl = 2,13 mmol × mL
50
= 4,26 mmol
n
[HCl] sisa =
v
4,26 mmol
=
100 mL
= 0,0426 mmol/mL
x
Log = log 0,07270
m
= -0,1384
e. Erlenmeyer V
Diketahui : [HCl] = 0,0313 M
Massa arang = 1,000 gram
Volume NaOH = 12,85 mL
[NaOH] = 0,1 M
Mmol NaOH = 0,1 mmol/mL × 12,85 mL
= 1,285 mmol
1
Mmol HCl = × mmol NaOH
1
1
= × 1,285 mmol
1
= 1,285 mmol
100
Mmol HCl sisa dalam 100 mL HCl = 1,285 mmol × mL
50
= 2,57 mmol
n
[HCl] sisa =
v
2,57 mmol
=
100 mL
= 0,0257 mmol/mL
x 0,02044 gram
=
m 1,000 gram
= 0,02044
x
Log = log 0,02044
m
= -1,6895
f. Erlenmeyer VI
Diketahui : [HCl] = 0,0156 M
Massa arang = 0,999 gram
Volume NaOH = 6,8 mL
[NaOH] = 0,1 M
Mmol NaOH = 0,1 mmol/mL × 6,8 mL
= 0,68 mmol
1
Mmol HCl = × mmol NaOH
1
1
= × 0,68 mmol
1
= 0.68 mmol
100
Mmol HCl sisa dalam 100 mL HCl = 0,68 mmol × mL
50
= 1,36 mmol
n
[HCl] sisa =
v
1,36 mmol
=
100 mL
= 0,0136 mmol/mL
x 0,0073 gram
=
m 0,999 gram
= 0,007307
x
Log = log 0,007307
m
= -2,1362
Maka,
x (C) y (x/m) x2 y2 x.y
0,479 0,07665 0,229441 0,005875223 0,03671535
n=6
∑y
y =
n
0,308607
=
6
= 0,0514345
∑x
x =
n
0,8999
=
6
= 0,149983
n ∑ xy−∑ x ∑ y
b =
n ∑ x 2−( ∑ x ) 2
0 , 05561302
=
0 , 99595325
= 0,055839
a = y – bx
= 0.0514345 – (0,055839 ×0.149983)
= 0.0514345 - 0.008375
= 0,04306
Jadi, persamaan regresi linearnya :
y = bx + a
y = 0,055839x + 0,04306
Maka,
x (log C) y (log x/m) x2 y2 x.y
- 0,3196 -1,1154 0,10214416 1,24411716 0,35648184
n=6
∑y
y =
n
−7.7641
=
6
= -1,29401667
∑x
x =
n
−6.78416
=
6
= -1,13069
n ∑ xy−∑ x ∑ y
b =
n ∑ x 2−( ∑ x ) 2
2,844006
=
10.49247
= 0,271052
y = bx + a
a = y - bx
= -1.29401667 – (0,271052×-1.13069)
= -1.29401667 – 0,30648
= -0,98754
Jadi, persamaan regresi linearnya :
y = bx+ a
y = 0,271052x – 0,98754
y = bx + a
y = 0,055839x + 0,04306
maka :
x
y = log , bx = n log C dan a = log k
m
n =b
= 0,055839
Log k = a
= 0,04306
y = bx + a
y = 0,271052x – 0,98754
maka :
x
y = log , bx = n log C dan a = log k
m
n =b
= 0,271052
Log k = a
= -0,98754
Percobaan ini dimulai dengan memanaskan karbon aktif yaitu arang dengan
menggunakan suhu yang tinggi. Hal ini dilakukan karena percobaan isoterm adsopsi ini
mengadopsi larutan organik (HCI) sehingga pengaktifan dilakukan pada suhu tinggi dan tidak
sampai membara. Perlakuan ini dimaksudkan agar arang tidak menjadi abu. Selain bertujuan
untuk aktivasi karbon aktif, pemanasan juga dilakukan untuk menghilangkan pengotor yang
terdapat pada arang Diharapkan, pengotor yang bersifat volatil dapat menguap saat
dilangsungkannya pemanasan sehingga arang menjadi lebih murni dan efisiensi adsorpsi pada
percobaan ini meningkat sehingga data yang didapatkan diharapkan dapat menjadi seakurat
mungkin. Arang yang atom-tomnya merupakan atom karbon dapat berfungsi sebagai
adsorben apabila atom- atom tersebut dapat diubah dari bentuk amorf menjadi bentuk
polikristal Proses aktivasi ini harus dilakukan dengan pemanasan pada suhu tinggi. Dengan
pemanasan tersebut, maka atom-atom karbon akan membentuk poli kristal. Pada karbon aktif.
terdapat banyak pori yang berukuran mikro hingga nano meter. Pori-pori ini dapat
menangkap partikel-partikel sangat halus (molekul) terutama logam berat dan menjebaknya
disana
Setelah diperoleh arang aktif, maka arang aktif ditimbang sebanyak 6 kali masing-
masing 1.00 gram dan dimasukkan ke dalam enam labu erlenmeyer bertutup, Larutan HCI
yang dipergunakan ini dibuat dengan mengencerkan larutan HCI induk 0,5 N, sehingga
diperoleh konsentrasi HCI secara berturut-turut yaitu 0,5N; 0,25 N: 0,125 N 0.0625 N.
0,0313 N dan 0.0156 N. Kemudian masing-masing larutan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
bertutup dan didiamkan selama 30 menit dengan perlakuan pengocokan setiap 10 menit
dengan rentang I menit dan temperatur tetap dijaga konstan. Proses pengocokan ini juga
dimaksudkan agar campuran tersebut dapat tercampur secara homogen dan juga agar proses
adsorpsi dapat berlangsung lebih cepat karena jumlah tumbukan yang terjadi juga meningkat
seta menjaga kestabilan adsorben dalam mengadsorpsi adsorbat pada saat terjadinya reaksi.
Tujuan dilakukan pendiaman adalah agar gaya Van der Waals di mana terjadi adsorpsi antara
partikel adsorbat dengan permukaan adsorben dapat berlangsung secara optimal. Adsorpsi ini
tidak dapat terjadi secara optimal pada pengocokan karena partikel- partikel campuran terus
bergerak secara aktif dan sulit bagi partikel adsorbat untuk masuk ke dalam pori kosong dari
permukaan adsorben sehingga agar proses adsorpsi dapat berlangsung dengan baik, harus
disediakan jeda waktu untuk dilakukan. pendiaman
Setelah 30 menit. larutan disaring dengan kertas saring. Proses selanjutnya yaitu
mentitrasi HCI hasil adsorpsi dengan larutan NaOH 0, 1 N, dimana larutan HCI bertindak
sebagai titrat sedangkan larutan NaOH bertindak sebagai titran Keenam larutan yang telah
disaring tersebut kemudian dititrasi dengan volume larutan yang berbeda yaitu 2 larutan
dengan konsentrasi terbesar dipipet sebanyak 10 ml, larutan ketiga diambil sebanyak 25 ml.
dan 3 larutan dengan konsentrasi terkecil dititrasi sebanyak 50 ml. Sebelum dititrasi, larutan
ditambahkan dengan indikator PP Penambahan PP bertujuan untuk memberikan perubahan
warna pada saat titik akhir titrasi tercapai. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya
perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Indikator penolftalein ini merupakan
jenis asam diprotik dan tidak berwama. Saat direaksikan, fenolftalein terurai dahulu menjadi
bentuk tidak berwarnanya dan kemudian, dengan menghilangnya proton kedua dari indikator
ini menjadi ion terkonjugat maka akan dihasilkan warna merah muda. Pada tahap titrasi asam
basa ini dilakukan satu kali
Dari proses titrasi diperoleh volume larutan NaOH 0,1 N yang diperlukan untuk
menetralkan asam dalam larutan yaitu asam asetat. Adapun volume NaOH yang diperlukan
untuk konsentrasi asam asetat 0.5 N. 0,25 N: 0,125 N 0.0625 N. 0,0313 N dan 0,0156 N
berturut-turut adalah47,9 mL,24,5 mL,23,5 mL,21,3 mL12,85 mL,6,8 mL. Dari volume
NaOH ini, dapat dilakukan perhitungan untuk mencari massa asam asetat yang teradsorpsi (x)
dan konsentrasi HCI sisa (C).
Pada percobaan ini akan ditentukan harga tetapan-tetapan adsorbsi isoterm Freundlich
bagi proses adsorpsi HCI terhadap arang. Variabel yang terukur pada percobaan adalah
volume larutan NaOH 0,1 N yang digunakan untuk menitrasi HCL. Setelah konsentrasi awal
dan akhir diketahui, konsentrasi HCI yang teradsorbsi dapat diketahui dengan cara
pengurangan konsentrasi awal dengan konsentrasi akhir Selanjutnya dapat dicari berat HCI
yang teradsorbst.
Dari data pengamatan dan hasil perhitungan, konsentrasi HCI sebelum adsorpsi lebih
tinggi daripada setelah adsorpsi. Hal ini karena asam asetat telah diadsorpsi oleh arang aktif
HCI yang merupakan asam kuat sehingga dengan mudah melepaskan ion- tomnya di dalam
air, sehingga mudah untuk diadsepsi. Cl merupakan spesi yang sangat elektronegatif atau
memiliki kecenderungan untuk menarik elektron dengan kuat ke pihaknya sehingga ikatan
Van der Waals yang terjadi pada HCI seharusnya lebih kuat Kemudian dilakukann
perhitungan untuk mencari persamaan regresi linear yang digunakan untuk membuat kurva
Kurva yang dibuat ada 2 yaitu kurva hubungan x/m (sebagai ordinat) dengan C (sebagai
absis) dan kurva hubungan log x/m (schugai ordinat) dengan log C (schagai absis) Dari
perhitungan diperoleh persamaan regresi linear untuk kurva x/m terhadap C adalah y
=0,055839x + 0,04306sedangkan persamaan regresi linear untuk kurva logx/m terhadap log
C adalah y= 0,271052x – 0,98754 Grafik hubungan antara x/m dengan c maupun hubungan
antara log /m dengan log C dari percobaan dapat dilihat pada gambar grafik berikut
Grafik diatas menunjukkan hubungan antara mol (x/m) HCI teradsopsi dengan konsentrasi
(C), dimana dan kurva tersebut dapat terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi maka HCI
yang diadsopsi oleh arang aktif semakin banyak Demikian halnya dengan grafik
perbandingan antara log x/m terhadap konsentrasi juga terjadi peningkatan. Grafik
merupakan Grafik Isotherm Adsorpsi Freundlinch. Dari persamaan grafik tersebut jika
dianalogikan dengan persamaan freundlinch maka akan didapat nilai k dan n. Persamaan
isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan Log (x/m)=log k+1/n log c sedangkan
persamaan grafik Isotherm Adsorpsi Freundlinch (perbandingan antara konsentrasi (C)
dengan mol HCI teradsepsi (x/m) adalah y=0,055839x+0,04306 sehingga didapat nilai Log
k=0,04306 n dan =b. Maka nilai k adalah 1,10423116 dan nilai n adalah0,055839. Selain
persamaan regresi linear, dalam perhitungan juga ditentukan nilai tetapan k dan n. Untuk
tetapan n memiliki nilai yang sama dengan nilai slope (b) dari persamaan regresi linear log
x/m terhadap log C yaitu 0,271052 Sedangkan nilai tetapan k diperoleh sebesar 0,102910574
H. KESIMPULAN
1. Proses adorspsi ini digunakan ini digunakan HCI sebagai sebagai zat terlarut yang
dadsorpsi (adsorbat) dimana zat padat yang berfungsi sebagar adsorben
(mengadsorpsi HCI) adalah karbon aktif yaitu arang
2 Pemanasan arang aktif bertujuan untuk aktivasi karbon aktif, pemanasan juga
dilakukan untuk menghilangkan pengotor yang terdapat pada arang sehingga arang
menjadi lebih murni dan meningkatkan efisiensi adsorpsi
5. Tujuan dilakukan pendiaman adalah agar gaya Van der Waals di mana terjadi
adsorpsi antara partikel adsorbat dengan permukaan adsorben dapat berlangsung
secara optimal
7. Persamaan regresi linear untuk kurva x/m terhadap C adalah y =0,055839x + 0,04306
sehingga didapat nilai Log k=0,04306 n dan =b. Maka nilai k adalah 1,10423116 dan nilai
n adalah 0,055839sedangkan persamaan regresi linear untuk kurva logx/m terhadap log C
adalah y= 0,271052x – 0,98754, dari persamaan regresi linear log x/m terhadap log C yaitu
0,271052 Sedangkan nilai tetapan k diperoleh sebesar 0,102910574
I. JAWBAN TUGAS
1.Proses adsorpsi pada percobaan ini merupakan jenis adsorpsi kimia (khemisorpsi).
karena pada proses adsorpsi ini terjadi pembentukan lapisan monomolekuler adsorbat
pada permukaan melalui gaya-gaya valensi sisa dari molekul-molekul permukaan.
2.
J. DAFTAR PUSTAKA
Amba, Dkk. 2012. Adsorbsi. http://kimia08.wordpress.com/2012/05/13/adsorpsi/
Diakses 25 Februari 2023.
Atriyanti, Y. 2012. Adsorbsi Isoterm Karbon Aktif
http://yuliapict.wordpress.com/kimia/Isotherm-adsorbsi-karbon-aktif-2/ Diakses 25
Februari 2023.
Azizah,N.2013. Definisi dan Pengertian Adsorbsi.
http://www.kamusq.com/2013/04/adsorpsi-adalah-pengertian-dan-definisi.html.
Diakses 25 Februari 2023.
K. LAMPIRAN
Larutan HCl 0,0625 Hasil titrasi larutan Larutan HCl 0,5 M HCl 0,0313 M
M HCl 0,5 N 1,0000
gram
Volume yang Hasil titrasi larutan Sampel karbon Hasil titrasi larutan
digunakan utnuk titrasi HCl 0,125 N 0,9999 setelah di oven HCl 0,25 N 1,0001
konsentrasi 0,5 M gram gram