PERCOBAAN 10
Disusun Oleh :
Nama : Wahyudin
NIM : 24030122130075
Hari, tanggal : Selasa, 26 September 2023
Kelompok :8
Asisten : Komang Diamantiarini Karyasa
Mengetahui,
Asisten Praktikan
I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1. Mempelajari fenomena penjerapan/adsorpsi larutan baik asam, basa,
netral dan larutan yang mengandung ion logam pada berbagai material
berpori.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Adsorpsi
Adsorpsi atau penyerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu
fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat
penyerap, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau
film (zat teryerap, adsorbat) pada permukaannya. Adsorpsi secara umum
adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada dalam
larutan oleh permukaan zat atau benda penyerap, di mana terjadi suatu
ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya. Pada asdorpsi
terdapat adsorben yang berperan sebagai media penyerap, dan ada
adsorbat yang berperan sebagai zat yang diserap.
(Widayatno et al., 2017).
2.2. Jenis Adsorpsi
2.2.1. Adsorpsi Fisis atau Van Der Waals
Adsorpsi fisik berhubungan dengan gaya van der Waals dan
merupakan suatu proses bolak-balik apabila daya tarik menarik antara zat
terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut
dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada
permukaan adsorben. Adsorpsi Fisik terjadi pada zat-zat yang bersuhu
rendah dengan adsorpsi relatif rendah. Adsorpsi fisik mempunyai derajat
yang sama dengan panas kondensasi dari gas menjadi cair, sehinga gaya
yang menahan adsorpsi molekul-molekul fluida biasanya cepat tercapai
dan bersifat reversibel karena kebutuhan energi yang sangat kecil.
2.2.2. Adsorbsi Kimia
Adsorpsi kimia adalah reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat
terlarut yang teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan terjadi
berdasarkan ikatan kimia antara adsorbent dengan adsorbat, sehingga
dibandingkan dengan adsorpsi fisik, kerja yang terjadi jauh lebih besar,
adsorpsi kimia terjadi pada suhu yang tinggi. Sebab terbentuk ikatan
kimia, maka pada permukaan adsorbent dapat berbentuk suatu lapisan dan
apabila hal ini berlanjut maka adsorbent tidak akan mampu lagi menyerap
zat lainnya. Dan proses adsorpsi secara kimia ini bersifat irreversible.
(Kurniawan, 2014).
2.7. Zeolit
Zeolit merupakan material berstruktur hidrat aluminium silikat
dengan luas permukaan spesifik yang tinggi sehingga memiliki potensi
yang besar untuk digunakan sebagai bahan penjerap (adsorbent), Zeolit
dapat didefinisikan sebagai salah satu bahan kristal dengan tampilan
badan berpori yang diwujudkan dengan struktur pori mikropori yang baik.
Zeolit sering digunakan sebagai katalis perengkahan yang baik, sebab
strukturnya memiliki alumunium, dan memiliki asam kuat pada
permukaannya. Kation pada zeolit menaruh muatan bebas untuk
berpindah keluar dan masuk struktur zeolit sehingga air dan kationnya
dapat disubstitusi dengan molekul lain. Ciri tersebut biasa dipakai untuk
mengetahui ion positif yang tidak sama pada struktur, menentukan wadah
yang cocok untuk kegunaan katalis atau adsorpsi.
Heulandite, Clinoptilolite, dan Mordenite merupakan jenis zeolit alam
yang keberadaannya paling banyak di alam.
(Wibowo et al., 2017).
2.8. Karbon Aktif
Karbon aktif merupakan senyawa karbon yang memiliki susunan
tubuh amorf dan luas permukaan dalam yang lebar dibersamai
keporositasasan yang tinggi. Karbon aktif mempunya fungsi yang baik
dalam penyaluran listrik, menstabilkan, dan pemanasan yang maksimal.
Karbon aktif mempunya mikropori, mesopori, dan makropori dalam
susunan tubuhnya.
Karbon aktif mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-
bahan yang mengandung karbon yang diperlakukan dengan cara khusus
untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas permukaan karbon
aktif berkisar antara 300-3500 m2/gram, ini berhubungan dengan struktur
pori internal yang menyebabkan karbon aktif mempunyai sifat sebagai
adsorben. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap
berat karbon aktif. Karbon aktif merupakan adsorben dengan permukaan
lapisan yang luas dengan bentuk butiran (granular) atau serbuk (powder).
Karbon aktif tersedia dalam berbagai bentuk misalnya pelet (gravel, 0,8 -
5 mm), lembaran fiber, bubuk (PAC : powder active carbon, 0,18 mm
atau US mesh 80) dan butiran-butiran kecil (GAC : Granular Active
carbon, 0,2 - 5 mm). Karbon aktif merupakan bahan yang multifungsi
dimana hampir sebagian besar telah dipakai penggunaannya oleh berbagai
macam jenis industri.
(Suarsa, 2015).
II.9. Analisa Bahan
2.9.1. Zeolit Alam
- Sifat Fisika :Berbentuk serbuk dan berwarna putih.
- Sifat Kimia :Mampu mendehidrasi, memiliki sifat
penjerapan, pertukaran ion, penyaringan, dan
katalis-katalisator.
(Atikah, 2017).
2.9.2. Karbon Aktif
- Sifat Fisik : Padatan, bertekstur cukup halus, berwarna
hitam, densitas 2,31 g/cm3 pada 20˚C
- Sifat Fisik : Mudah terbaakar, merupakan reagen untuk
analisis kimia, merupakan salah satu bahan
penjerap, dapat menyebabkan kanker jika
masuk ke dalam tubuh dalam kadar tertentu.
(MSDS, 2022).
2.9.3. HCl
- Sifat Fisika :Berbentuk cair, tidak berwarna, tidak berbau,
dan memiliki titik bekunya -74°C dan titik didih
53°C.
- Sifat Kimia :Memiliki pH 1,2, dapat larut dalam air, san
bukan kategori bahan yang mudah meledak.
(MSDS, 2014).
2.9.4. NaOH
- Sifat Fisika :Berwujud padat, memiliki warna putih, dan
tidak tercium bau.
- Sifat Kimia :pH diatas 14, dapata larut dalam air, korosif
terhadap logam, bukan merupakan oksidator,
tidak mudahenya/meledak.
(MSDS, 2014).
2.9.5. FeCl3
- Sifat Fisika :Berbentuk serbuk, berwarna hijau hingga
hitam, baunya pedih.
- Sifat Kimia :Merupakan oksidator, memiliki pH 1, dapat
larut dalam air, bukan termasuk zat yang mudah
menyala atau meledak.
(MSDS, 2014).
2.9.6. Aquades
- Sifat Fisika :Berbentuk cair, berwarna bening, dan tidak
berbau.
- Sifat Kimia :bukan merupakan suatu oksidator, bukan
termasuk bahan yang mudah meledak, dapat
didistilasi dalam kondisi tidak terurai.
(MSDS, 2014).
Botol
- Pemotongan botol menjadi 2 bagian
- Pembalikan botol
- Penyumbatan botol dengan kapas
- Pemasukan masing-masing 20 gram zeolite
pada 3 botol dan masing-masing 20 gram
karbon aktif pada 3 botol yang berbeda dengan
sebelumnya
Hasil
3.2.2. Penjerapan HCl pada Zeolit
50 mL HCl 0,1 M
Gelas Beker
Gelas Beker
Hasil
3.2.3. Penjerapan NaOH pada Zeolit
50 mL NaOH 0,1 M
Gelas Beker
Gelas Beker
Hasil
3.2.4. Penjerapan FeCl3 pada Zeolit
50 mL FeCl3 0,1 M
Gelas Beker
20 gram Zeolit
Botol
Gelas Beker
Hasil
3.2.5. Penjerapan HCl pada Karbon Aktif
50 mL HCl 0,1 M
Gelas Beker
Gelas Beker
Hasil
3.2.6. Penjerapan NaOH pada Karbon Aktif
50 mL NaOH 0,1 M
Gelas Beker
Gelas Beker
Hasil
3.2.7. Penjerapan FeCl3 pada Karbon Aktif
50 mL FeCl3 0,1 M
Gelas Beker
Gelas Beker
Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil
1. HCl
Sebelum diadsorpsi
- Pengamatan warna -Berwarna merah bening
agak jingga
- Pengamatan pH - pH 1
Setelah diadsorpsi dengan zeolite
- Pengamatan warna - Bening tidak berwarna
- Pengamatan pH - pH 7
Setelah adsorpsi dengan karbon
aktif
- Pengamatan warna - bening
- Pengamatan pH - pH 1
2. NaOH
Sebelum diadsorpsi
- Pengamatan warna - Larutan berwarna Pink
- Pengamatan pH - pH 13
Setelah diadsorpsi dengan zeolit
- Pengamatan warna - Larutan berwarna pink
lebih muda dari sebelum
di adsorpsi
- Pengamatan pH - pH 11
Setelah diadsorpsi dengan karbon
aktif
- Pengamatan warna - Larutan tetap
Berwarna pink
- Pengamatan pH - pH 11
3. FeCl3
Sebelum diadsorpsi
- Pengamatan warna - larutan berwarna
kuning kecokelatan
- Pengamatan pH - pH 2
Setelah diadsorpsi dengan zeolit
- Pengamatan warna - larutan berwarna
kuning bening
- Pengamatan pH - pH 3
Setelah diadsorpsi dengan karbon
aktif
- Pengamatan warna - larutan berwarna
kuning kecokelatan
- Pengamatan pH - pH 2
V. HIPOTESIS
Praktikum kimia anorganik percobaan sepuluh yang berjudul “Penjerapan
Zat Cair pada Material Berpori” bertujuan agar praktikan mampu mempelajari
fenomena dari penjerapan atau adsorpsi larutan baik asam, basa maupun netral
serta larutan yang mengandung ion logam pada berbagai material-material
berpori. Percobaan menggunakan adsorpsi dengan zeolite dan karbon aktif
sebagai metode percobaan. Adsorpsi sendiri merupakan proses penyerapan
suatu zat oleh adsorben yang umumnya terjadi pada permukaan zat padat.
Adapun gaya Van der Waals merupakan prinsip dasar dalam percobaan.
Hasil yang diharapkan melalui percobaan adalah proses terjadinya adsorpsi
dapat teramati melalui perubahan warna zat pada larutan yang diuji dan
adanya perubahan pH larutan serta daya adsorpsi adsorban zeolite lebih baik
dari adsorban karbon aktif.
VI. PEMBAHASAN
Telah dilakukan Percobaan 10 yang berjudul “Penjerapan Zat Cair pada
Material Berpori” dengan tujuan untuk mempelajari fenomena
penjerapan/adsorpsi larutan baik asam, basa, netral, dan larutan yang
mengandung ion logam pada berberbagai material berpori. Pada percobaan ini
digunakan metode adsorpsi dimana metode adsorpsi, adsorpsi sendiri
merupakan proses penyerapan suatu zat oleh adsorben yang umumnya terjadi
pada permukaan zat padat akibat adanya gaya tarik antar atom atau molekul
zat padat (Saputri, 2020). Pada percobaan ini juga digunakan prinsip gaya van
der waals dan pertukaran ion, dimana gaya van der waals adalah adalah gaya
khas pada molekul nonpolar, terjadi karena adanya pendistribusian muatan
yang sesaat dan tidak seragam akibat fluktuasi awan elektron di sekitar inti
(Ika. dkk, 2013). Sedangkan prinsip pertukaran ion adalah proses terjadinya
pergantian ion negatif ke ion positif tertentu secara tepat pada larutan dan
memutuskan ion lain ke larutan itu dengan jumlah ekuivalen sama, dan
banyaknya muatan yang diserap sama dengan muatan yang diputus untuk
membuat media penukar ion tetap stabil (Ratnasari et al., 2021). Pada
percobaan ini juga digunakan adsorben berupa zeolit dan karbon aktif, hal ini
bertujuan agar mampu mengetahui perbedaayan daya adsorpsi pada kedua
adsorben tersebut.
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam memulai percobaan adalah
membuat set kolom penjerap sebanyak 6 buah dengan cara memotong bagian
alas botol, lalu menutup bagian atas botol tersebut dengan kapas sebagai
penyaring supaya pemisahan antara zeolit dan adsorbat terlihat jelas. Lalu
balik botol dan taruh di atas alas yang sudah dipotong tadi, kemudian
masukkan 20 gram zeolit yang berperan sebagai adsorban ke masing masing 3
botol berbeda secara perlahan. Kemudian masukkan 20 gram karbon aktif ke
masing-masing 3 botol yang berbeda dengan yang telah terisi zeolite
sebelumnya, kemudian hentakkan secara perlahan semua tutup botol tersebut
agar adsoben semakin rapat dan padat sehingga proses adsorpsi berjalan
dengan baik. Berikut adalah 6 percobaan yang dilakukan pada masing-masing
adsorbat :
(Sekewael, 2021).
Setelah ditetesi indikator PP dilakukan pengukuran pH menggunakan
indikator universal didapatkan nilai pH NaOH adalah 13. NaOH
kemudian dimasukan ke kolom penjerap dan ditunggu hingga NaOH pada
kolom penjerap habis menetes ke erlenmeyer. Hasil dari adsorpsi adalah
NaOH yang mulanya berwarna pink tetap menjadi pink dengan sedikit
lebih bening dari sebelumnya, dan setelah dicek lagi menggunakan
indikator universal pH NaOH menjadi 11. Perubahan pH tersebut karena
adanya penjerapan oleh karbon aktif terhadap NaOH yang membuat
konsentrasi [OH-] pada NaOH berkurang, mekanismenya adalah karena
karbon aktif mempunyai 2 situs adsorpsi yang spesifik yaitu situs asam
dan basa, maka situs asam pada karbon aktif bekerja mengikat ion OH -
pada NaOH, sehingga menjaga OH- agar tidak turun ke bawah bersama
filtrat, karena beberapa ion OH- teradsorpsi maka konsentrasi [OH-]
dalam filtrat menurun dan menyebabkan penurunan pH pada filtrat dari
pH 13 menjadi pH 11, namun untuk warna yang tidak berubah bisa
diakibatkan oleh material karbon aktif berupa pellet yang terlampau besar
sehingga zat warna tidak mampu menempel dengan baik pada permukaan
karbon aktif.
Adsorpsi paling baik dilakukan oleh media zeolit dari pada media
karbon aktif dalam menjerap zat asam, basa, dan warna pada
permukaanya. Hal ini disebabkan oleh struktur pori zeolite yang berupa
kristal menyebabkan ukuran pori spesifik dan lebih berongga jika
dibandingkan dengan struktur pori karbon aktif yang berupa rekahan
bercabang Selain itu karbon aktif memiliki sifat adsorben yang dapat
mengadsorpsi secara selektif (Nugroho, et al., 2013), berikut struktur dari
zeolite alam (a) dan karbon aktif(b)
(a) (b)
7.2. Saran
7.2.1. Penggunaan adsorbat FeCl3 dapat diganti dengan senyawa
yang mengandung logam dengan muatan yang relative sama
seperti Fe3+, yaitu AgNO3
7.2.2. Dapat ditambahkan pengggunaan adsorbat berupa asam lemah
dan basa lemah sebagai pembanding pengaruh kekuatan pH
antara asam kuat-asam lemah basa kuat-basa lemah terhadap
daya adsorpsi dari adsorben.
7.2.3. Dapat digunakan adsorben lain seperti silica gel dan alumina
aktif untuk mengetahui pengaruh sifat terhadap kemampuan
adsorbs dari adsorben.
DAFTAR PUSTAKA
Irawati, H., Aprilita, N. H., & Sugiharto, E. (2018). Adsorpsi Zat Warna Kristal
Violet Menggunakan Limbah Kulit Singkong (Manihot esculenta). Bimipa,
25(1), 17–31.
KA, S., KI, A., & OK, R. (2020). pH Indicators: A Valuable Gift for Analytical
Chemistry. Saudi Journal of Medical and Pharmaceutical Sciences, 06(05),
393–400. https://doi.org/10.36348/sjmps.2020.v06i05.001
MSDS. (2014b). Hydrochloric Acid. Material Safety Data Sheet, 1907, 316–328.
MSDS. (2014c). Iron (III) Chloride. Material Safety Data Sheet, 1907, 316–328.
MSDS. (2014d). Sodium Hidroksida. Material Safety Data Sheet, 1907, 316–328.
MSDS. (2022). Arang Akif. Lembar Data Keselamatan Bahan, 1907, 1–9.
Mulyawan, A. S., Sana, A. W., & Kaelani, Z. (2015). Identifikasi Sifat Fisik Dan
Sifat Termal Serat-Serat Selulosa Untuk Pembuatan Komposit. Arena Tekstil,
30(2). https://doi.org/10.31266/at.v30i2.1955
Ngapa, Y. D. (2017). Study of The Acid-Base Effect on Zeolite Activation and Its
Characterization as Adsorbent of Methylene Blue Dye. JKPK (Jurnal Kimia
Dan Pendidikan Kimia), 2(2), 90. https://doi.org/10.20961/jkpk.v2i2.11904
Nurliati, G., Krisnandi, Y. K., Sihombing, R., & Salimin, Z. (2015). Studies of
modification of zeolite by tandem acid-base treatments and its adsorptions
performance towards thorium. Atom Indonesia, 41(2), 87–95.
https://doi.org/10.17146/aij.2015.382
Rahayu, I., Susanti, S., Wijayanti, A., & Hidayat, S. (2015). Peningkatan
Konduktivitas Litium Besi Fosfat Melalui Penambahan Polianilina Terdopan
Asam Sulfat. Jurnal Material Dan Energi Indonesia, 05(01), 07–00.
Ratnasari, B. Y., Fadillah, N., Astuti, D. H., & Sani, S. (2021). Penurunan Kadar
Logam Berat dalam Air Sungai Karah Surabaya dengan Resin Kation. ChemPro,
2(03), 7–12. https://doi.org/10.33005/chempro.v2i03.79
Suarsa, W. (2015). Kinetika Adsorpsi Timbal (Pb) Pada Berbagai Adsorben. Skripsi,
12.
Wang, W., Maimaiti, A., Shi, H., Wu, R., Wang, R., Li, Z., Qi, D., Yu, G., & Deng,
S. (2019). Adsorption behavior and mechanism of emerging perfluoro-2-
propoxypropanoic acid (GenX) on activated carbons and resins. Chemical
Engineering Journal, 364, 132–138.
Wibowo, E., Sutisna, Rokhmat, M., Murniati, R., Khairurrijal, & Abdullah, M.
(2017). Utilization of Natural Zeolite as Sorbent Material for Seawater
Desalination. Procedia Engineering, 170, 8–13.
https://doi.org/10.1016/j.proeng.2017.03.002
Widayatno, T., Yuliawati, T., Susilo, A. A., Studi, P., Kimia, T., Teknik, F., &
Muhammadiyah, U. (2017). Adsorpsi Logam Berat (Pb) dari Limbah Cair
dengan Adsorben Arang Bambu Aktif. Jurnal Teknologi Bahan Alam, 1(1), 17–
23.
LAMPIRAN GAMBAR