Anda di halaman 1dari 15

Teori yang mendasari adsorpsi dibagi menjadi tiga

1. Theory Henry
Kondisi : Berlaku pada tekanan (P) rendah, monolayer, jumlah molekul teradsorp sesuai jumlah sisi aktiv
adsorben.
2. Theory Langmuir
Kondisi : Apabila tekanan > pada tekanan Henry, monolayer monomolecular, jumlah molekul teradsorp
dapat melebihi jumlah sisi aktiv adsorben, adsorpsi pada layer pertama menghalangi gaya adsorpsi
adsorbent untuk mengadsorp molekul lebih banyak lagi.
3. Teory Eucken dan Polanyi
Asumsi :
1. Gaya adsorpsi bekerja pada jarak yang mampu melebihi dimensi monomolekul (layer pertama) dan bahwa
gaya tersebut tidak benar-benar terlindung atau terhalangi oleh lapisan pertama adsorbat
2. Memiliki karakter difusi
3. Memiliki densitas adsorpsi yang bergantung jarak terhadap permukaan asorbent
4. Bergantung pada potensial adsorpsinya () dan volume lapisan adsorpsi (V s)
4. Teori BET
Asumsi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Permukaan Homogen
Tidak ada interaksi antar adsorbat
Layer pertama memiliki panas adsorpsi
Layer kedua dan berikutnya memiliki panas kondensasi
Layer paling atas berkesetimbangan dengan fasa uapnya
Pada tekanan jenuh, jumlah layer menjadi tidak terbatas

https://adsorpsi.wordpress.com/adsorpsi-gas-padat/

Adsorpsi atau penjerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas,
terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penjerap, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu

lapisan tipis atau film (zat terjerap, adsorbat) pada permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yang
merupakan penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang ada
dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, di mana terjadi suatuikatan
kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan pada lapisan permukaan
atau antar fasa, di mana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan pengadsorpsi
atau adsorben.
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika (disebabkan oleh gaya Van Der
Waals (penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk cairan) yang ada pada permukaan
adsorbens) dan adsorpsi kimia (terjadi reaksi antara zat yang diserap dengan adsorben, banyaknya
zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan
suhu)

Kinetika Adsorpsi[sunting | sunting sumber]


Seperti halnya kinetika kimia, kinetika adsorpsi juga berhubungan dengan laju reaksi. Hanya saja,
kinetika adsorpsi lebih khusus, yang hanya membahas sifat penting dari permukaan zat. Kinetika
adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam suatu jangka waktu tertentu.
Kinetika adsorpsi suatu zat dapat diketahui dengan mengukur perubahan konsentrasi zat
teradsorpsi tersebut, dan menganalisis nilai k (berupa slope/kemiringan) serta memplotkannya pada
grafik. Kinetika adsorpsi dipengaruhi oleh kecepatan adsorpsi. Kecepatan adsorpsi dapat
didefinisikan sebagai banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan waktu. Seperti halnya laju reaksi,
banyak faktor yang mempengaruhi kinetika adsorpsi atau cepat atau lambatnya penyerapan terjadi.
Kecepatan atau besar kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya :

Macam adsorben :

contoh adsorben yang paling sering digunakan adalah karbon aktif

Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate) :

Macam zat yang diadsopsi juga sangat berpengaruh karena semakin banyak zat-zat impuritis (zat
pengotor) pada suatu fluida atau larutan maka semakin lambat kinetika atau kecepatan
penyerapannya (adsorpsi)

Luas permukaan adsorben :

semakin luas permukaan adsorben maka semakin cepat efektif kemampuan menyerap zat-zat
impuritis sehingga larutan menjadi lebih murni dan cenderung lebih bersih dari zat-zat impuritis atau
zat-zat pengotor tersebut.

Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate) :

Semakin tinggi konsentrasi maka ion yang dihasilkan juga semakin banyak sehingga mempengaruhi
adsorpsi atau penyerapan larutan tersebut.

Temperatur :

Semakin tinggi temperatur semakin sulit untuk menyerap zat, temperatur lebih efektif digunakan
untuk adsopsi adalah temperatur kamar (suhu ruang, yaitu 298 K)

Kecepatan putar sentrifugasi :

Semakin cepat kecepatan sentrifugasi maka semakin cepat larutan tersebut murni dan hal tersebut
biasa dilakukan pada percobaan konduktometri, yaitu daya hantar listriknya yang semakin tinggi
pula.
Saat ini, material Upsalite merupakan zat yang memiliki kekuatan adsorpsi tertinggi. Hal ini
dikarenakan luas permukaannya yang sangat besar, yaitu mencapai 800 m2 per gram. Material ini
dikatakan mampu menurunkan kelembaban udara di sekitarnya dari 95% menjadi 5%.[1]

https://id.wikipedia.org/wiki/Adsorpsi

Adsorpsi adalah proses pemisahan dimana komponen tertentu dari suatu fase fluida
berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap (adsorbent). Biasanya partikelpartikel kecil, zat penyerap ditempatkan dalam suatu hamparan tetap
kemudian fluida dialirkan melalui hamparan tersebut sampai zat padat itu
mendekati jenuh dan proses pemisahan yang dikehendaki tidak dapat berlangsung
lagi. (Apsari dan Dina.2010).
Adsorpsi biasanya dapat dijelaskan dari tegangan permukaan suatu zat padat.
Molekul-molekul yang ada dalam zat padat mendapat gaya-gaya yang tidak sama,
sehingga untuk mengimbangi gaya-gaya bagian dalam maka molekul-molekul,
biasanya gas atau liquid menjadi tertarik ke permukaan. Gaya ini relatif rendah dan
disebut gaya Van der Walls.
Dalam peristiwa adsorpsi, zat-zat yang tertarik pada permukaan zat padat disebut
dengan adsorbat, sedangkan adsorbent adalah suatu adsorber dalam suatu
peristiwa adsorpsi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi :
1. Sifat fisik dan kimia adsorbent, seperti luas permukaan, ukuran pori, komposisi
kimia
2. Sifat fisik dan kimia adsorbent, seperti polaritas molekul, ukuran molekul,
komposisi kimia
3. Konsentrasi adsorbat pada fase liquid
4. Sifat fase liquid seperti pH dan temperatur
5. Sifat fase gas seperti temperature dan tekanan
6. Waktu kontak antara adsorbat dengan adsorbent
1)

Adsorpsi fase cair

a. Decoloring, drying atau degguming dari minyak, pelumas, solvent organik,minyak


nabati maupun hewani.
b. Recovery biologi kimiawi (antibiotic, vitamin, aroma) dari fermentasi
c. Klarifikasi produk makanan dan minuman
d. Pewarnaan gula sirup
e. Pemurnian limbah
f. Pemisahan aromatik isomeri dengan hidrokarbon alifatis.
2) Adsorpsi fasa gas
a. Drying gas

b. Purifikasi dan sirkulasi udara dari racun (Apsari dan Dina.2010).

Adsorpsi (penyerapan) adalah suatu proses pemisahan dimana komponen dari


suatu fase fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap (adsorben).
Biasanya partikel-partikel kecil zat penyerap dilepaskan pada adsorpsi kimia yang
merupakan ikatan kuat antara penyerap dan zat yang diserap sehingga tidak
mungkin terjadi proses yang bolak-balik (Rojikhi, 2012).
Adsorpsi adalah proses dimana substansi molekul meninggalkan larutan dan
bergabung pada permukaan zat padat oleh ikatan fisika dan kimia. Substansi
molekul atau bahan yang diserap disebut adsorbat, dan zat padat penyerapnya
disebut adsorben. Proses adsorpsi biasanya dengan menggunakan karbon aktif
yang digunakan untuk menyisihkan senyawa-senyawa aromatik dan senyawa
organik terlarut (Rojikhi, 2012).
Adsorpsi biasanya dapat dijelaskan dari tegangan permukaan suatu zat padat.
Molekul-molekul yang ada dalam zat padat mendapat gaya-gaya yang tidak sama,
sehingga untuk mengimbangi gaya-gaya bagian dalam maka molekul-molekul,
biasanya gas atau liquid menjadi tertarik ke permukaan. Gaya ini relatif rendah dan
disebut gaya Van der Walls (Apsari dan Fitriasti, 2010).
Proses adsorpsi dapat digambarkan sebagai proses dimana molekul meninggalkan
larutan dan menempel pada permukaan zat akibat ikatan kimia dan fisika. Adsorpsi
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia (Rojikhi,
2012).
Adsorpsi fisika yaitu berhubungan dengan gaya Van Der Walls dan merupakan
proses bolak-balik. Apabila gaya tarik menarik antara zat terlarut dengan adsorben
lebih besar dari pada gaya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya
maka zat terlarut akan diadsorpsi pada permukaaan adsorben. Ikatan tersebut
sangat lemah, sehiggga mudah untuk diputuskan apabila konsentrasi zat terlarut
yang teradsorpsi diubah. Jadi proses ini berlangsung bolak-balik (Rojikhi, 2012).
Adsorpsi kimia yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang
teradsorpsi. Molekul-molekul yang teradsorpsi pada permukaan adsorben bereaksi
secara kimia. Hal ini disebabkan pada adsorpsi kimia terjadi pemutusan dan
pembentukan ikatan. Dalam proses adsorpsi kimia, ikatan antara zat terlarut yang
teradsorpsi dan adsorben sangat kuat, sehingga sulit untuk dilepaskan dan proses
hampir tidak mungkin untuk bolak-balik (Rojikhi, 2012).
Menurut Rojikhi (2012) proses adsorpsi dapat terjadi karena adanya gaya tarik
atom atau molekul pada permukaan padatan yang tidak seimbang. Adanya gaya
ini, padatan cenderung menarik molekul molekul lain yang bersentuhan dengan
permukaan padatan, baik fasa gas atau fasa larutan ke dalam permukaannya.
Akibatnya, konsentrasi molekul pada permukaan menjadi lebih besar daripada
dalam fasa gas atau zat terlarut dalam larutan. Adsorpsi dapat terjadi pada
antarfasa padat-cair, padat-gas, atau gas-cair.

1.

Bahan penyerap

Bahan yang digunakan untuk menyerap mempunyai kemampuan berbedabeda, tergantung dari bahan asal dan juga metode aktivasi yang digunakan.
2.

Ukuran butir

Semakin kecil ukuran butir, maka semakin besar permukaan sehingga dapat
menyerap kontaminan makin banyak. Secara umum kecepatan adsorpsi ditujukan
oleh kecepatan difusi zat terlarut ke dalam pori-pori partikel adsorben. Ukuran
partikel yang baik untuk proses penyerapan antara -100 / +200 mesh.
3.

Derajat Keasaman (pH Larutan)

Pada pH rendah, ion H+ akan berkompetisi dengan kontaminan yang akan diserap,
sehingga efisiensi penyerapan turun. Proses penyerapan akan berjalan baik bila pH
larutan tinggi. Derajat keasaman mempengaruhi adsorpsi karena pH menentukan
tingkat ionisasi larutan, pH yang baik berkisar antara 8-9. Senyawa asam organik
dapat diadsorpsi pada pH rendah dan sebaliknya basa organik dapat diadsorpsi
pada pH tinggi.
4.

Waktu serap

Waktu serap yang lama akan memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul
zat terlarut yang terserap berlangsung dengan baik.
5.

Konsentrasi

Pada konsentrasi larutan rendah, jumlah bahan diserap sedikit, sedangkan


pada konsentrasi tinggi jumlah bahan yang diserap semakin banyak. Hal ini
disebabkan karena kemungkinan frekuensi tumbukan antara partikel semakin
besar.
Kesetimbangan Adsorpsi
Pada saat fluida yang mengandung adsorbat dikontakkan dengan padatan
adsorben, molekul-molekul adsorbat berpindah dari fluida ke padatan sampai
konsentrasi adsorbat di aliran fluida berada dalam keadaan setimbang dengan
adsorbat yang teradsorp dalam padatan adsorben. Data kesetimbangan adsorpsi
yang dihasilkan pada temperatur konstan biasanya disebut isoterm adsorpsi
(adsorption isotherm), dimana terdapat hubungan antara jumlah zat yang
teradsorp per unit massa padatan dan konsentrasi adsorbat di larutan. Untuk
mengukur adsorpsi isoterm, massa padatan dan konsentrasi larutan yang telah
diketahui kuantitasnya dikontakkan sampai terjadi kesetimbangan. Adsorpsi
isoterm dapat dihitung dengan mengukur konsentrasi adsorbat di larutan pada saat
awal dan pada saat kesetimbangan(Atmoko, 2012).
Isoterm Adsorpsi Langmuir
Isoterm adsorbsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara
fase teradsorbsi pada permukaan adsorben dengan fase ruah kesetimbangan pada

temperatur tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang umumnya digunakan
untuk menjelaskan isoterm adsorbsi (Baker 1997).
Pada tahun 1918, Langmuir menurunkan teori isoterm adsorpsi dengan
menggunakan model sederhana berupa padatan yang mengadsorpsi gas pada
permukaannya. Pendekatan Langmuir meliputi lima asumsi mutlak, yaitu:
1. Gas yang teradsorpsi berkelakuan ideal dalam fasa uap
2. Gas yang teradsorpsi dibatasi sampai lapisan monolayer
3. Permukaan adsorbat homogen, artinya afinitas setiap kedudukan ikatan untuk
molekul gas sama
4. Tidak ada antaraksi lateral antar molekul adsorbat
5. Molekul gas yang teradsorpsi terlokalisasi, artinya mereka tidak bergerak pada
permukaan (Atmoko, 2012).
Langmuir mengemukakan bahwa mekanisme adsorpsi yang terjadi adalah sebagai
berikut : A(g) + S AS, dimana A adalah molekul gas dan S adalah permukaan
adsorpsi.
Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan
menganggap terjadinya kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang diadsorpsi
pada permukaan adsorben dengan molekul molekul zat yang tidak teradsorpsi.
Salah satu kelemahan dari isoterm Freundlich adalah bahwa ia gagal pada
tekanan tinggi gas. Iarving langmuir pada 1916 berasal isoterm adsorbsi sederhana
pada pertimbangan teoritis berdasarkan teori kinetika gas. Ini disebut sebagai
adsorpsi isoterm Langmuir.
Isoterm Branauer, Emmet and Teller (BET)
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai nilai permukaan
yang homogen. Perbedaan isoterm ini dengan Langmuir adalah BET berasumsi
bahwa molekul-molekul adsorbat bisa membentuk lebih dari satu lapisan adsorbat
dipermukaannya. Pada isoterm ini, mekanisme adsopsi untuk setiap proses adsorpsi
berbeda-beda. Mekanisme yang diajukan dalam isoterm ini adalah: Isoterm
Langmuir biasanya lebih baik apabila diterapkan untuk adsorpsi kimia, sedangkan
isoterm BET akan lebih baik daripada isoterm Langmuir bila diterapkan untuk
adsorpsi fisik.
Isoterm Freundlich
Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm
adsorpsi dapat digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan oleh
Freundlich. Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan
yang heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbedabeda. Persamaan ini merupakan persamaan yang paling banyak digunakan saat ini.
Persamaannya adalah :

xm=k C1/n

(2)

dimana:
x = banyaknya zat terlarut yng teradsorpsi (mg)
m = massa adsorben (mg)
C = konsentrasi adsorben yang sama
k,n = konstanta adsorben

Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam kesetimbangan


diplot sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada
koordinat logaritmik akan diperoleh gradien n dan intersept. Dari isoterm ini, akan
diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan
dalam penelitian yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat
menentukan efisiensi dari suatu adsorben (Ubaya, 1999).
http://haiyulfadhli.blogspot.co.id/2015/07/adsorpsi.html

Adsorpsi Larutan oleh Zat Padat


ABSTRAK: Pada praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan Adsorpsi Larutan
oleh Zat Padat untuk menentukan luas permukaan spesifik secara sederhana
berdasarkan bilangan iodin, mempelajari sifat adsorpsi larutan oleh zat padat dan
menentukan persamaan adsorpsi pada suhu tetap. Menentukan luas permukan
spesifik karbon dengan cara menentukan bilangan iodin, praktikan menitrasi larutan
yang berisi karbon aktif, HCl, dan larutan iodin dengan larutan natrium tiosulfat.
Dengan menggunakan volume peniter hasil titrasi dapat menentukan bilangan
iodinnya. Karbon aktif menyerap iodin ke permukaannya membentuk lapisan
monolayer sehingga dapat menentukan luas permukaan spesifik karbon aktif.
Penentuan daya adsorpsi dengan cara menentukan banyak asam asetat yang
diadsorpsi dengan persamaan Freundlich dan Langmuir dengan cara menitrasi
larutan yang berisi asam asetat dan karbon aktif dengan larutan NaOH 0,25M.
Berdasarkan percobaan angka iodin sebesar 5,92. Diperoleh persamaan freundlich
y= 0.280x - 0.831 dan persamaan langmuir y=-0,3922x + 0,0069. Semakin besar
konsentrasi larutan semakin kecil daya adsorpsinya .
Kata kunci: Bilangan iodin, Persamaan Langmuir, Persamaan Freundlich, luas
permukaan spesifik karbon, Adsorpsi, Daya Adsorpsi

I. PENDAHULUAN

Karbon aktif adalah bentuk umum dari berbagai macam produk yang mengandung
karbon yang telah diaktifkan untuk meningkatkan luas permukannya. Karbon aktif
berbentuk kristal mikro karbon grafit yang pori-porinya telah mengalami
pengembangan kemampuan untuk mengadsorpsi gas dan uap dari campuran gas
dan zat-zat yang tidak larut atau yang terdispersi dalam cairan [1]. Luas
permukaan, dimensi, dan distribusi karbon aktif bergantung pada bahan baku,
pengarangan, dan proses aktivasi. Berdasarkan ukuran porinya, ukuran pori karbon
aktif diklasifikasikan menjadi 3, yaitu mikropori (diameter <2 nm), mesopori
(diameter 2-50 nm), dan makropori (diameter >50 nm) [2]. Penggunaan karbon
aktif di Indonesia mulai berkembang dengan pesat, yang dimulai dari
pemanfaatannya sebagai adsorben untuk pemurnian pulp, air, minyak, gas, dan
katalis.
Adsorpsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan
zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaan zat
tersebut. Proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi tergantung pada
beberapa faktor, seperti jenis adsorben, jenis adsrobat, luas permukaan adsorben,
konsentrasi zat terlarut, dan temperatur. Bagi suatu sistem adsorpsi tertentu,
hubungan antara banyaknya zat yang teradsorbsi persatuan luas atau persatuan
berat adsorben dengan konsentrasi yang teradsorbsi pada temperatur tertentu
disebut dengan isoterm adsorpsi ini dinyatakan sebagai:
x/m = k.Cn
dimana x adalah jumlah zat teradsorpsi (gram), m adalah jumlah adsorben (gram),
C adalah konsentrasi zar terlarut dalam larutan setelah tercapai kesetimbangan
adsobsi, k dan n adalah tetapan, maka persamaannya menjadi:
log x/m = log k + n log c
Persamaan tersebut mengungkapkan bahwa apabila suatu proses adsorbs menuruti
Isoterm Freundich, maka aturan log x/m terhadap log C akan merupakan garis lurus.
Dari garis dapat dievaluasi tetapan l dan n [3].

II. METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah 1 set shaker, 2 buah buret 50 ml, erlenmeyer 250 ml
dan kertas saring. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu karbon aktif, larutan HCl
5%, larutan iodin 0,05M, larutan natrium tiosulfat, larutan amilum, larutan asam
asetat, larutan standar NaOH 0,25M dan indikator phenolphtalein (PP).

2.2. Prosedur
2.2.1 Penentuan Bilangan Iodin

Menimbang karbon aktif sebanyak 0,1 gram. Kemudian memasukkannnya


ke dalam erlenmeyer 250 ml dan menambahkan larutan HCl 5% sebanyak 5 ml.
Lalu menutup mulut tabung erlenmeyer dengan alumunium foil. Mengaduk larutan
dengan alat shaker selama 1 menit. Setelah diaduk, menambahkan larutan iodin
0,05 M sebanyak 50 ml dan menutup kembali tabung erlenmeyer dengan
alumunium foil. Mengocok kembali larutan selama 1 menit menggunakan alat
shaker. Lalu menyarng larutan tersebut dengan menggunakan kertas saring dan
corong gelas. Mengambil 5 ml filtrat yang dihasilkan dan memasukkannya ke dalam
erlenmeyer, kemudian menambahkan aquades hingga volume larutan menjadi 100
ml. Menitrasi filtrat tersebut dengan larutan natrium tiosulfat hingga terjadi
perubahan warna dari jingga menjadi kuning cerah. Lalu menambahkan larutan
amilum secukupnya sebagi indikator. Kemudian melanjutkan titrasi dengan natrium
tiosulfat hingga larutan menjadi tidak berwarna. Selanjutnya mencatat volume
larutan penitran.
2.2.2 Penentuan Daya Adsorpsi
Menyiapkan larutan asam asetat dnegan cara mengencerkan larutan asam
asetat menjadi larutan dengan konsentrasi 1 M; 0,8 M; 0,6 M; 0,4 M; 0,2 M dan 0,1
M. Lalu mengambil 5 ml larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,6 M 1 M,
sedangkan mengambil 10 ml untuk larutan asam asetat 0,1 M 0,4 M. Kemudian
memasukkan masing-masing larutan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Lalu
menambahkan setetes indikator PP ke dalam masing-masing larutan. Menitrasi
semua larutan menggunakan NaOH 0,25 M. Lalu mencatat volume larutan titrasi
sebagai konsentrasi asam asetat mula-mula. Selanjutnya mengambil setiap larutan
asam asetat sebanyak 25 ml dan memasukkannya ke dalam erlenmeyer 250 ml.
Lalu menambahkan 1 gram karbon aktif pada masing-masing larutan. Menutup
erlenmeyer dengan alumunium foil dan mengocok larutan dengan shaker selama 30
menit. Lalu menyaring larutan dengan menggunakan kertas saring dan corong
gelas. Mengambil filtratnya sebanyak 5 ml untuk konsentrasi asam asetat 0,6 M 1
M dan 10 ml untuk konsentrasi asam asetat 0,1 M 0,4 M. Menitrasi masing-masing
larutan dengan NaOH 0,25 M dengan indikator PP. Mencatat volume hasil titrasi
sebagai volume konsentrasi asam asetat sisa. Selanjutnya menghitung asam asetat
yang diadsorpsi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah melakukan praktikum kali ini didapat data sebagai berikut :

Angka Iodine (In) diperoleh dari massa iodine awal dikurangi dengan massa
iodine sisa kemudian hasilnya di bagi dengan massa karbon. Dari penentuan
bilangan iodine, Angka Iodine (In) yang diperoleh sebesar 5.92. Angka Iodine (I n)
merupakan jumlah miligram iodine yang diserap oleh 1 gram karbon aktif dari
larutannya dalam air saat konsentrasi filtrat sisa mencapai 0.02 M, sehingga
berdasarkan data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa sebanyak 5.92 miligram
iodine yang serap oleh 1 gram karbon aktif dari larutannya dalam air.

Data hasil percobaan diatas menunjukkan bahwa semakin besar


konsentrasi larutan asam asetat maka semakin banyak jumlah molekul asam asetat
(zat terlarut) dalam larutan yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif. Grafik
persamaan freundlich menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi semakin

besar pula nilai (x/m), konstanta adsorpsi (n) sebesar 3,57 serta konstanta adsorpsi
(k) sebesar 0,85. Grafik persamaan Langmuir menunjukkan bahwa kurva
konsentrasi terhadap mengalami penurunan yang berarti daya adsoprsinya
semakin menurun seiring bertambahnya konsentrasi akhir. Harga 1/a sebesar
0,0069 dan b/a sebesar -0,3922 sehingga daya adsorpsi pada nilai a sebesar 144,93
dan b sebesar -56,84.

IV. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa luas permukaan spesifik berdasarkan
bilangan iodin sebesar 5,92 . Sedangkan persamaan freundlich y= 0.280x - 0.831
dan persamaan langmuir y=-0,3922x + 0,0069. Berdasarkan persamaan freundlich
diperoleh konstanta adsorpsi (k) pada suhu tetap adalah 0,85 dan konstanta n pada
suhu tetap adalah 3,57. Berdasarkan persamaan langmuir didapatkan bahwa
semakin besar konsentrasi larutan maka semakin kecil daya adsorpsi larutannya.

V. DAFTAR PUSTAKA
[1] Kustanto. 2000. Karbon Aktif dalam Kehidupan Sehari-hari. Jogjakarta:
Universitas Gadjah Mada
[2] Murdiyanto. 2005. Senyawa Karbon. Malang: Universitas Brawijaya
[3] Fessenden,RJ dan Fessenden,JS.1992. kimia Organik. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
http://renosunarinda.blogspot.co.id/2015/07/adsorpsi-larutan-oleh-zat-padat.html

ADSORPSI PADA LARUTAN

Dasar Teori
Adsorpsi adalah suatu peristiwa penyerapan pada permukaan adsorbe. Misalnya zat
padat akan menarik molekul-molekul gas atau zat cair pada permukaannya. Hal ini
disebabkan karena zat padat yang terdiri dari molekul-molekul tarik menarik
dengan gaya Van der Waals. Jika ditinjau satu molekul, maka molekul ini akan
dikelilingi molekul lain yang mempunyai gaya tarik yang seimbang. Untuk molekul,
gaya tari dipermukaannya tidak seimbang karena salah satu arah tidak ada molekul
lain yang menarik, akibatnya pada permukaan itu akan mempunyai gaya tarik kecil.

Adsorpsi dipengaruhi oleh macam zat yang diadsorpsi, konsentrasi adsorben dan
zat yang diadsorpsi, luas permukaan, suhu, dan tekanan.
Adsorbsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ;
1.
Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan
suatu proses bolak balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan
adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya
maka zat yang terlarut akan diadsorbsi pada permukaan adsorben.
2.
Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang
teradsorbsi. Adsorbsi menggunakan istilah adsorbant dan adsorbent, dimana
adsorbent adalah merupakan suatu penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa
karbon, sedangkan adsorbant adalah merupakan suatu media yang diserap. Pada
air buangan proses adsorbsi adalah merupakan gabungan antara adsorbsi secara
fisika dan kimia yang sulit dibedakan, namun tidak akan mempengaruhi analisa
pada proses adsorbsi. Absorbsi adalah proses adhesi yang terjadi pada permukaan
suatu zat padat atau cair yang berkontak dengan media lainnya, sehingga
menghasilkan akumulasi atau bertambahnya konsentrasi molekul molekul.

Adsorbsi dipengaruhi oleh factor-faktor sebagai berikut :

Luas permukaaan adsorben

Macam adsorben

Macam zat yang diadsorbsi

Tekanan

Suhu

Konsentrasi masing-masing

Sifat adsorbsi pada permukaan zat padat adalah sangat selektif artinya pada
campuran zat hanya satu komponen yang diadsorbsi oleh zat padat tertentu.
Untuk adsorben yang permukaannya besar, maka adsorpsinya juga semakin besar.
Makin besar konsentrasi, makin banyak zat yang diadsorpsi. Sifat adsorpsi pada
permukaan zat padat adalah selektif, artinya pada campuran zat hanya satu
komponen yang diadsorpsi oleh zat tersebut.
Pengaruh konsentrasi larutan terhadap adsorpsi dapat dinyatakan sebagai berikut:

X/m = k C1/n
Untuk:
X = berat zat yang diadsorspsi
m = berat adsorben

C = konsentrasi zat yang diadsorpsi


n dan k adalah tetapan,
Jika ditulis dalam bentuk logaritma menjadi :
Log (X/m) = n log C log k

Untuk menentukan n dan k dengan membuat grafik log (X/m) versus log C. sebagai
garis lurus, slopenya adalah n dan intersepnya adalah log k, sehingga harga k dapat
ditentukan. Menurut persamaan Langmuir (adsorpsi Isoterm Langmuir) dengan
notasi sama, hanya bentuk tetapannya yang berbeda.
Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh adsorben
dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya
gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada
permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena
tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan
zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi.
Secara umum analisis kinetika adsorpsi terbagi atas tiga bagian yaitu orde satu,
orde dua dan orde tiga. Peristiwa kinetika adsorpsi dapat dipelajari hubungan
konsentrasi spesies terhadap perubahan waktu. Kinetika adsorpsi karbon aktif
terhadap asam asetat dapat ditentukan dengan mengukur perubahan konsentrasi
asam asetat sebagai fungsi waktu dan menganalisisnya dengan analisis harga k
(konstanta kesetimbangan adsorpsi) atau dengan grafik. Ketiga analisis kinetika
adsorpsi tersebut adalah:

Orde satu
ln C

= kt + ln Co

Dari persamaan tersebut, diperoleh grafik hubungan antara ln C dengan t, yang


merupakan garis lurus dengan slope k dan intersep ln Co.

Orde dua
=kt
Dari persamaan diatas diperoleh grafik hubungan antara 1/C dengan t, yang
merupakan garis lurus dengan slope k dan intersep 1/Co.

Orde tiga
= kt

Dari persamaan diatas, maka grafik hubungan antara 1/C2 dengan t, yang
merupakan garis lurus dengan slope 2 k dan intersep 1/Co2 (Tony, 1987).

Daftar Pustaka
Ryanie, Winda. 2011. ADSORBSI PADA
LARUTAN.http://id.scribd.com/doc/55994170/ADSORBSIPADA-LARUTAN, diakses pada hari selasa 2 Oktober 2012 pukul 08.00.
Safrizal. 2011. Adsorpsi Pada
Larutan.http://www.jejaringkimia.web.id/2010/12/adsorpsipada-larutan.html?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&
utm_campaign=Feed%3A+JejaringKimia+%28JEJARING+KIMIA%29, diakses
pada hari selasa
2 Oktober 2012 pukul 07.33.
Soekardjo. 1989. Kimia Fisik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
http://berbagidiblog.blogspot.co.id/2012/10/laporan-pendahuluan-percobaan-6.html

Anda mungkin juga menyukai