Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

`
ADSORPSI DAN KOLOID

Disusun oleh
Nama : M.Danar Saputra
Stambuk : 09320230196
Kelas/Kelompok : C6/1 (Satu)

Asisten

(Annisa Nurul Faradillah)

LABORATORIUM KIMIA DASAR


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Koloid disebut juga dispersi koloid atau suspensi koloid adalah
campuran yang berada diantara larutan sejati dan suspensi. Misalnya adalah
susu segar, yang terdiri dari butir-butir halus dari lemak mentega yang
terdispersi dalam fase cair yang juga mengandung kasein (suatu protein) dan
beberapa zat lainnya. Didalam koloid seperti susu, partikel zat terlarutnya
lebih besar daripada partikel - partikel larutan, tetapi lebih kecil dari partikel
yang mengapung atau terapung pada suspense. Oleh karena bentuk ukuran
dari partikel koloid dibandingkan dengan ukuran medium di mana partikel itu
tersebar, maka disini tidak digunakan istilah zat terlarut dan pelarut melainkan
fase terdispersi dan medium pendispersi. Campuran yang bersifat homogeny
disebut larutan, sementara yang bersifat heterogen adalah koloid. Campuran
yang lambat berdifusi di sebabkan oleh partikel-patrikel yang mempunyai
daya tarik (perekat) satu sama lain , zat ini disebut koloid atau dalam bahasa
Yunani yaitu kolla atau oid.
Keadaan koloid adalah suatu keadaan-keadaan diantara larutan-larutan
dan suspensi. Suatu kumpulan-kumpulan dari beberapa ratus atau beberapa
ribu partikel yang membentuk partikel lebih besar dengan ukuran sekitar 1-
100 nm. Dikatakan berada dalam keadaan koloid. Dalam suatu sistem koloid,
partikel-partikel koloid terdispersi (tersebar) dalam medium pendispersinya.
Zat terdispersi maupun medium pendispersi koloid dapat berupa zat padat.
Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu zat terbagi halus atau
terdispersi dalam zat lain, koloid merupakan suatu sistem dispersi, karena
terdiri dari dua fasa, yaitu fasa terdispersi (fasa yang tersebar halus) dan fasa
pendispersi. Fase terdispersi umumnya memiliki jumlah yang lebih kecil atau
mirip dengan zat terlarut dan fasa pendispersi jumlahnya lebih besar tau mirip
pelarut dalam suatu larutan (Najmudin, 2019).
1.2 Tujuan Percobaan
Mempelajari sistem koloid dan daya adsorpsi arang aktif terhadap asam
asetat dan berbagai konsentrasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Adsorpsi Dan Koloid


Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu substansi pada
permukaan zat padat. Pada fenomena adsorpsi, terjadi gaya tarik-menarik
antara substansi terserap dan penyerapnya. Dalam sistem adsorpsi, fasa
teradsorpsi dalam solid disebut adsorbat sedangkan solid tersebut adalah
adsorben. Proses adsorpsi dapat terjadi karena adanya gaya tarik atom atau
molekul pada permukaan padatan yang tidak seimbang. Adanya gaya ini,
padatan cenderung menarik molekul-molekul lain yang bersentuhan dengan
permukaan padatan, baik fasa gas atau fasa larutan kedalam permukaannya.
Akibatnya konsentrasi molekul pada permukaan menjadi lebih besar dari pada
dalam fasa gas zat terlarut dalam larutan. Proses adsorpsi hanya terjadi pada
permukaan, tidak masuk dalam fase bulk/ruah (Anisa, 2022).
Adsorpsi secara umum diartikan sebagai akumulasi beberapa molekul,
ion atau atom yang terjadi pada batas antara dua fasa. Adsorpsi menyangkut
akumulasi atau pemutusan inti adsorbat pada adsorben dan hal bisa terjadi
pada antar muka dua fasa. Fasa yang menyerap dikatakan adsorben dan fasa
yang terserap dikatakan adsorbat. Adsorpsi racun-racun berwujud gas dengan
arang halus pada penggunaan masker gas (Dewanti 2021).
Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh padatan tertentu
terhadap zat tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya
gaya tarik atom atau molekul pada sebuah permukaan zat padat tanpa meresap
ke dalam inti dari zat adsorpsi itu sendiri. Sedangkan absorpsi adalah suatu
proses masuknya partikel atau molekul adsorbat kedalam zat adsorben atau
pada zat padat yang memiliki daya serap atau adsorpsi. Kebanyakan adsorben
adalah bahan-bahan yang memiliki pori-porikarena utamanya terjadi pada
dinding pori-pori atau pada letak-letaktertentu yang berada pada adsorben.
Pada umumnya pori-pori yang terdapat di adsorpsi biasanya sangat kecil.
Menurut Oscik (1982), adsorpsi adalah proses akumulasi adsorbat pada
permukaan adsorben yang diakibatkan oleh gaya tarik antar molekul atau
suatu akibat dari medan gaya pada permukaan padatan (adsorben) yang
menarik molekul-molekul gas, uap ataupun cairan.
Koloid adalah campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase. Dua
fase ini meliputi zat terlarut sebagai partikel koloid atau yang sering dikenal
dengan fase terdispersi serta zat yang merupakan fase kontinyu dimana
partikel koloid terdispersi yang disebut medium pendispersi. Ukuran partikel
koloid berkisar antara 10-7-1-5 (1-100 nm). Ukuran inilah yang membedakan
koloid dengan larutan dan suspense (Febriana, 2019).
Campuran yang bersifat homogeny disebut larutan, sementara yang
bersifat heterogen adalah koloid. Campuran yang lambat berdifusi di sebabkan
oleh cair, atau gas. Terdapat 8 tipe sistem koloid, yaitu busa (gas dalam cair),
busa padat (gas dalam padat), aerosol padat (cair dalam gas), emulsi (cair
dalam cair), emulsi padat (cair dalam padat), aerosol padat (padat dalam gas),
sol (padat dalam cair), dan sol padat (padat dalam padat).
A. Jenis-Jenis Adsorpsi
Berdasarkan interaksi molekular antara permukaan adsorben dengan
adsorbat, adsorpsi dibedakan 2 jenis yaitu adsorpsi fisika dan adsropsi
kimia.
1. Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika merupakan adsorpsi yang terjadi karena adanya
gaya Van der Waals. Gaya Van der Waals adalah gaya tarik-menarik
yang relatif lemah antara adsorbat dengan permukaan adsorben. Pada
adsorpsi fisika, adsorbat tidak terikat kuat pada adsorben sehingga
adsorbat dapat bergerak dari suatu bagian permukaan adsorben ke
bagian permukaan adsorben lainnya dan pada permukaan yang
ditinggalkan oleh adsorbat tersebut dapat digantikan oleh adsorbat
lainnya. Adsorpsi fisika merupakan peristiwa reversibel sehingga jika
kondisi operasinya diubah, maka akan membentuk kesetimbangan yang
baru. Proses adsorpsi fisika terjadi tanpa memerlukan energi aktivasi.
Ikatan yang terbentuk didalam suatu adsorpsi ini dapat diputuskan
dengan sangat mudah yaitu dengan menggunakan pemanasan pada
temperatur sekitar 150–200°C selama 2-3 jam.
2. Adsoprsi Kimia
Adsorpsi kimia merupakan adsorpsi yang terjadi karena
terbentuknya suatu ikatan kimia diantara molekul-molekul adsorbat
dengan adsorben. Ikatan yang terbentuk merupakan ikatan yang sangat
kuat sehingga lapisan yang terbentuk merupakan lapisan monolayer.
Pada adsorpsi kimia yang terpenting adalah spesifikasi dan kepastian
pembentukan monolayer sehingga pendekatan yang digunakan adalah
dengan menentukan kondisi reaksi. Adsorpsi kimia tidak bersifat
reversibel dan umumnya terjadi pada suhu tinggi diatas suhu kritis
adsorbat. Oleh karena itu, untuk melakukan proses desorpsi dibutuhkan
energi yang lebih tinggi untuk memutuskan ikatan yang terjadi antara
adsorben dengan adsorbat.
B. Mekanisme Adsorpsi
Menurut Reynolds, mekanisme penyerapan adsorben terhadap zat
terlarut terbagi menjadi 4 tahap diantaranya :
1. Transfer molekul-molekul zat terlarut yang teradsorpsi menuju lapisan
film yang mengelilingi adsorben.
2. Difusi zat terlarut yang teradsorpsi melalui lapisan film yang
mengelilingi adsorben (film diffusion process).
3. Difusi zat terlarut yang teradsorpsi melalui kapiler atau pori dalam
adsorben (pore diffusion process).
4. Adsorpsi zat terlarut yang teradsoprsi pada dinding pori atau
permukaan adsorben.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Adsorpsi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Adsorpsi:
1. Jenis adsorbat
a. Ukuran molekul adsorbat Ukuran molekul merupakan hal yang
sangat penting diperhatikan supaya proses adsorpsi dapat terjadi dan
berjalan dengan baik. Ukuran molekul adsorbat nantinya
mempengaruhi ukuran pori dari adsorben yang digunakan. Molekul-
molekul adsorbat yang dapat diadsorpsi adalah molekul-molekul
yang diameternya lebih kecil dari diameter pori adsorben.
b. Kepolaran Zat Sifat kepolaran dari adsorbat dan adsorben juga
mempengaruhi proses adsorpsi. Misalnya karbon aktif, adsorpsi
lebih kuat terjadi pada molekul polar dibandingkan dengan molekul
non-polar pada kondisi diameter yang sama.
1. Karakteristik adsorben
a. Kemurnian Adsorben Sebagai zat yang digunakan untuk
mengadsorpsi, maka adsorben yang lebih murni lebih diinginkan
karena memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih baik.
b. Luas permukaan dan volume pori adsorben Jumlah molekul
adsorbat yang teradsorpsi meningkat dengan bertambahnya luas
permukaan dan volume pori adsorben. Dalam proses adsorpsi,
adsorben sering kali ditingkatkan luas permukaannya karena luas
permukaan adsorben merupakan salah satu faktor utama yang
memperngaruhi proses adsorpsi.
c. Temperatur Berdasarkan prinsip Le Chatelier, maka proses
adsorpsi yang merupakan proses eksotermis, dengan peningkatan
temperatur pada tekanan tetap akan mengurangi jumlah senyawa
yang teradsorpsi.
d. Tekanan adsorbat Untuk setiap jenis adsorpsi berdasarkan interaksi
molekular yang terjadi, tekanan adsorbat akan mempengaruhi
jumlah molekul adsorbat. Pada adsorpsi fisika, bila tekanan
adsorbat meningkat, jumlah molekul adsorbat akan bertambah.
Namun pada adsorpsi kimia, jumlah zat yang diadsorpsi akan
berkurang dengan menaikkan tekanan adsorbat.
e. Luas permukaan adsorben. Semakin besar luas permukaan maka
semakin besar pula daya adsorbsinya.
2.2 Sifat- Sifat Koloid
Koloid adalah campuran larutan dan suspensi. Artinya, koloid bukan
larutan, dan bukan pula suspensi, Detikers. Untuk membedakan ketiganya,
simak poin-poin berikut tentang sifat- sifat koloid
A. Efek Tyndall
Efek tyndall adalah penghamburan cahaya kesegala arah ketika
bahan dijatuhi atau disinari oleh seberkas cahaya.
B. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerakan terus menerus dari suatu partikel zat
cair ataupun gas, artinya partikel-partikel ini tidak pernah dalam keadaan
stasioner atau sepenuhnya diam. Hal ini, pertama kali dibuktikan dan
dicetuskan oleh Robert Brown seorang botanis Skotlandia pada tahun
1827.
C. Elektroforesis
Elektroforesis yaitu teknik untuk memisahkan molekul dalam cairan
atau gel menggunakan medan listrik. Ketika medan listrik diterapkan, ion
akan bergerak sesuai dengan muatannya dan terpisah dari makromolekul.
D. Koalugasi
Koagulasi merupakan penggumpalan partikel koloid karena adanya
penambahan bahan kimia (koagulan) dan membentuk endapan. Dengan
kata lain, adanya proses koagulasi ini maka zat terdispersi tidak lagi
berbentuk partikel-partikel koloid tetapi bergabung menjadi partikel yang
lebih besar sehingga terjadi penggumpalan atau pengendapan. Dalam
proses koagulasi bisa dijabarkan karena adanya penambahan elektrolisis.
E. Koloid Pelindung
Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan, tetapi dilain
pihak koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid dapat
distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang disebut koloid
pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispersi
sehingga tidak dapat lagi menggelompok (Hadi, 2019).
BAB III

PROSEDRUR PERCOBAAN

3.1 Alat

Gambar 3.1 Gelas Piala Gambar 3.2 Corong Gambar 3.3 Erlenmeyer

Gambar 3.4 Pipet Tetes Gambar 3.5 Buret Gambar 3.6 Pipet Ukur

Gambar 3.7 Batang Pengaduk Gambar 3.8 Kertas Saring


3.2 Bahan
A. Asam Asetat (CH3COOH) Konsentrasi 0,5 M, 0,3 M, 0,1 M.
B. Natrium Hidroksida (NaOH) 0,2 M
C. Indikator PP
D. Arang

3.2 Cara Kerja


Menyiapkan larutan asam asetat (CH 3COOH) dalam 3 konsentrasi yaitu
0,5 M, 0,3 M, dan 0,1 M. Lalu mengambil 3 buah gelas piala, setelah itu
menambahkan sebanyak 20 mL CH3COOH 0,5 M dan seterusnya sampai
gelas ketiga. Selanjutnya kita menambahkan arang 0,5 gram pada ketiga gelas
yang berisi asam asetat tadi lalu mengaduk dan membiarkan kira-kira 1 jam,
sering kali diaduk pada selang waktu tertentu, selanjutnya saring dengan
menggunakan kertas saring kemudian pipet sebanyak 10 mL, setelah itu
filtrap pada gelas 1kedalam Erlenmayer nomor 1 lalu ditetesi dengan
indikator PP dan dititrasi dengan NaOH 0,2 M. Mencatat volume NaOH yang
digunakan. Mengulang prosedur diatas dengan menggunakan filtrap nomor 3
(untuk setiap konsentrasi dititrasi sebamyak 2 kali). Dari data diatas kita
menghitung berat molekul asam asetat yang teradsorpsi untuk masing-masing
konsentrasi dan selanjutnya melengkapi tabel, memnuat grafik hubungan
antara log x/m vs log co. Menghitung tetapan k dan l.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Tabel Pengamatan

Tabel 4.1 Data Pengamatan

Konsentrasi Awal Adsroben Volume Titrat Volume Titran (mL)


CH3COOH(M) (gram) (mL) NaOH (0,2M)
0,5 0,5 10 38,2
0,3 0,5 10 22
0,1 0,5 10 10,7
4.2 Reaksi

CH3COOH +NaOH CH3COONa + H2O


4.3 Perhitungan

A. Menghitung Konsentrasi Campuran

V1 × C1 = V2 × C2
1. Konsentrasi 0,5 M
V1 × C1 =V2 × C2
C 2= V 1 × C 1
V2
10 mL ×0 , 5 M
=
38 ,2
5
= M
38 ,2
=0,130 M
2. Konsentrasi 0,3 M
V1 × C1 =V2 × C2
C 2= V 1 × C 1
V2
10 mL ×0 , 3 M
=
22
3
= M
22
=0,136 M
3. Konsentrasi 0,1 M
V1 × C1 =V2 × C2
C 2= V 1 × C 1
V2
10 mL×0 , 1 M
=
10 ,7
1
= M
10 ,7
=0,093 M

B. Menghitung nilai x
X = (C1 – C2) × BM × V
BM CH3COOH= (2 × ArC) + (4 × ArH) + (2 × ArO)
=(2 × 12) + (4 × 1) + (2 × 16)
=24 +4 32 = 60
1. Konsentrasi 0,5 M
X=(C1 – C2) × BM × V
=(0,5 – 0,130) × 60 × 10
= 0,37 × 600
=222
2. Konsentrasi 0,3 M
X=(C1 – C2) × BM × V
=(0,3 – 0,136) × 60 × 10
= 0,164 × 600
=98,4
3. Konsentrasi 0,1 M
X=(C1 – C2) × BM × V
=(0,1 – 0,093) × 60 × 10
= 0,007 × 600
= 4,2

C. Menghitung Nilai X/C2


1. Konsentrasi 0,5 M
222
X/C2=
0,130
= 1.707,69
2. Konsentrasi 0,3 M
98 , 4
X/C2=
0,136
= 723,52
3. Konsentrasi 0,5 M
4,2
X/C2=
0,142
= 28,16
D. Menghitung Nilai Log X/C2
1. Konsentrasi 0,5 M
Log C2= Log 1.707,69
= 3,23
2. Konsentrasi 0,3 M
Log C2= Log 723,52
= 2,85
3. Konsentrasi 0,1 M
Log C2= Log 28,16
= 3,44
E. Menghitung Nilai Log C2
1. Konsentrasi 0,5 M
Log C2= 0,130
= - 0,89
2. Konsentrasi 0,3 M
Log C2= 0,136
= - 0,87
3. Konsentrasi 0,1 M
Log C2= 0,093
= - 1,03

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan


C1 (M) C2 (M) X X/C2 Log X/C2 Log C2
0,5 0,130 222 1.707,69 3,23 -0,89
0,3 0,136 98,4 723,52 2,85 -0,87
0,1 0,093 4,2 28,16 3,44 -1,03

4.4 Grafik
Grafik hubungan antara log X/C2 dengan log C2

4.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan,
kita dapat mengetahui bahwa konsentrasi pada campuran pada larutan
CH3COOH dan arang aktif sangat berpengaruh dalam mengetahui sistem
koloid dan daya adsorpsi pada campuran tersebut. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa tingkat konsentrasi pada CH3COOH juga mempengaruhi
warna larutan saat dilakukan titrasi serta berpengaruh pada banyaknya
volume larutan NaOH yang dipakai. Jadi, semakin tinggi konsentrasi larutan
CH3COOH maka warna dari hasil titrasi akan semakin pekat atau tua.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan koloid merupakan suatu bentuk
campuran yang terletak di antara larutan sejati dan suspensi kasar. Ukuran
partikel sebuah larutan sejati adalah kurang dari 1 nm dan partikel koloid
berukuran 1 nm sampai 1000 nm, sedangkan suspensi kasar lebih besar dari
1000 nm. Arang aktif dapat dikatakan adsorben yang baik karena pori pori
arang aktif terbuka dan mampu menyerap zat pada permukaan.

5.2 Saran
A. Saran Untuk Laboratorium
Menambahkan pendingin ruangan atau kipas angin agar laboratorium
terasa nyaman dan laboratorium juga seharusnya menyediakan cairan atau
larutan yang akan digunakan praktikum
B. Saran Untuk Asisten
Sampai saat ini saya sudah mendapatkan kritik dari kakak, mungkin
juga bukan hanya untuk menilai kesalahan dalam laporan tetapi juga
melatih mental agar terbiasa.dan juga kakak harus tetap jadi kakak yang
lemah lembut, dan baik hati.
DAFTAR PUSTAKA

Anisa, (2022). Proktastinasi Akademik Di Kalangan Mahasiswa


Dewanti, Ajeng. (2021). E-Book Kimia Koloid.
Febriana, (2019). Jurnal Pendidikan Kimia.
Hadi, Kuncoro, (2019). Kimia Dan Islam. 1st ed. pekanbaru: Cahaya Firdaus
AYAT YANG BERHUBUNGAN

Artinya: “Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami
jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar
berkuasa menghilangkannya” (Q.S. Al-Mu’minun : 18).
DOKUMENTASI KEGIATAN

ADSORPSI DAN KOLOID


C6/1(satu)

Anda mungkin juga menyukai