Anda di halaman 1dari 18

Praktikum Kimia Fisik

Modul II, 11 Desember 2014

MODUL II

A. Judul

“Proses adsorpsi isoter larutan”

B. Tujuan

Mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat adsorpsi zarut dari suatu larutan


pada permukaan karbon aktif.

C. Dasar Teori

Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat baik berupa gas ataupun
zat cair pada permukaan adsorben. Dalam industri, penerapan prinsip ini banyak
kita jumpai misalnya bahan-bahan pengotor dan material berwarna yang terdapat
dalam produk-produk gula, minyak kelapa dan lain-lain, di bersihkan dengan
menggunakan arang aktif atau adsorben lainnya. Masker gas mengandung
adsorben untuk menyerap gas-gas beracun yang berbahaya bagi si pemakai.
Beberapa mineral alam seperti zeolit dan lempung aktif yang sudah dimodifikasi
maupun belum dapat digunakan sebagai adsorben.

Adsorben terjadi pada permukaan padatan sebagai akibat gaya-gaya


valensi atau gaya-gaya atraktif lainnya dari atom-atom atau molekul pada
permukaan padatan. Apabila kita tinjau sebuah atom molekul pada permukaan
padatan, maka atom atau molekul tersebut menerima gaya tarik yang seimbang
dari atom-atom atau molekul disekitarnya. Untuk atom atau molekul pada
permukaan padatan, gaya tarik yang dialami tidak sama arah, sehingga sebagai
kompensasinya atom atau molekull bersifat adsortif terhadap adsorbat.

Gambar 1. Interaksi Antara permukaan adsorben dan adsorbat

1
Praktikum Kimia Fisik
Modul II, 11 Desember 2014

Secara umum adsorbsi terbagi atas dua macam, yaitu adsorbsi fisik dan
adsobsi kimia. Pada adsorbsi fisik gaya yang menyebabkan adsorbsi tersebut itu
sama dengan gaya yang menyebabkan kondensasi dari suatu gas cairan panas
yang dibebaskan relatif kecil dan adsorbsi ini bersifat reversible. Adsorbsi fisik
dapat membentuk lapsan adsorbat dengan ketebalan beberapa lapis molekul. Pada
adsorpsi kimia panas yang dibebaskan cukup besar dan lapisan adsorbat yang
terbentuk umumnya hanya terdiri dari suatu lapis.

Besar kecilnya adsorpsi dipengaruhi antara lain oleh macam adsorben,


macam zat yang di adsopsi, berkonsentrasi adsorbat, temperatur, tekanan dan luas
permukaan.

Untuk adsorben yang permukaan besar, maka adsorpsinya juga makin


besar, makin besar konsentrasi zarut, makin banyak pula zarut yang teradsorp.
Sifat adsorpsi pada permukaan zat padat adalah sangat selektif, artinya pada
campuran berbagai zat hanya satu komponen yang teradsorp oleh zat padat
tertentu. Jika suatu adsorben dibiarkan kontak dengan larutan, maka jumlah zat
yang teradsorp akan bertambah naik secara bertahap sampai suatu keadaam
kesetimbangan tercapai. ( penuntun praktikum Kimia fisik 1, 2014)

Dua persamaan umum digunakan untuk mempelajari adsorpsi larutan pada


adsorben yaitu persamaan Linguir dan Frendlich

1. Isoterm Linguir
Isoterm ini berdasarkabn asumsi bahwa :
a. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanya dapat
mengadsorpsi satu molekul untuk setiap molekul adsorbennya. Tidak
ada interaksi molekul yang terserap.
b. Semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
c. Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saan adsorpsi maksimum.

Namun biasanya ansumsi-ansumsi ini sulit karena hal-hal berikut :selalu


ada ketidak sempurnaan pada permukaan, molekul teradsorpsi tidak inert dan

2
Praktikum Kimia Fisik
Modul II, 11 Desember 2014

mekanisme adsorpsi pada molekul pertama sangat berbeda dengan mekanisme


pada molekul terakhir yang teradsorpsi.

Lenguir mengemukakan bahwa mekanisme adsorpsi yang terjadi adalah


sebagai berikut : A(g) + S AS, dimana A adalah molekul das dan S adalah
permukaan adsorpsi (Anonim, 2010)

2. Isoterm Frendlich

Pada persamaan adsorpsi Frendlich, pengaruh konsentrasi larutan terhadap


adsorpsi yang dinyatakan sebagai berikut :

X/m = K.Cn

Dimana, X = berat adsorbat, m = berat adsorben, C = konsentrasi adsorbat


pada kesetimbangan tercapai/konsentrasi adsorbat yang ada dalam larutan,
n.k = tetapan empiris, (moore. W.j 1974)

Asas Kuantitatif Dar Adsopsi

Spektrum adsorpsi dapat diperolah dengan menggunakan bermacam-


macam bentuk, contoh: gas, lapisan tipis cairan, larutan dalam bermacam-macam
pelarut, dan bahkan padat. Kebanyakan pekerjaan analitik menyangkut larutan dan
kita mengharapkan disini untuk mengembangkan suatu uraian kuantitatid dari
hubungan antara konsentrasi larutan dan kemampuan untuk menyerap radiasi.
Adsorpsi juga tergantung pada panjang gelombang radiasi dan tabiat jenis zat
molekuler dalam larutan tetapi untuk sementara kita dapat mengumpamakan
bahwa kita dapat mengendalikan ini .( Day. R.A. and Underwood, A.L, 1988)

Arang adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang mengandung


karbon. Arang tersusun dari atom-atom karbon yang berikatan secara kovalen
membentuk struktur heksagonal datar dengan sebuah atom C pada setiap
sudutnya. Susunan kisi-kisi heksagonal datar ini tampak seolah-olah seperti pelat-
pelat datar yang saling bertumpuk dengan sela-sela di antaranya .

3
Praktikum Kimia Fisik
Modul II, 11 Desember 2014

Karbon aktif adalah bentuk umum dari berbagai macam produk yang
mengandung karbon yang telah diaktifkan untuk meningkatkan luas
permukaannya. Karbon aktif berbentuk kristal mikro karbon grafit yang pori-
porinya telah mengalami pengembangan kemampuan untuk mengadsorpsi gas dan
uap dari campuran gas dan zat-zat yang tidak larut atau yang terdispersi dalam
cairan (Murdiyanto, 2005). Luas permukaan, dimensi, dan distribusi karbon aktif
bergantung pada bahan baku, pengarangan, dan proses aktivasi. Berdasarkan
ukuran porinya, ukuran pori karbon aktif diklasifikasikan menjadi 3, yaitu
mikropori (diameter <2 nm), mesopori (diameter 2–50 nm), dan makropori
(diameter >50 nm) (Kustanto, 2000). Penggunaan karbon aktif di Indonesia mulai
berkembang dengan pesat, yang dimulai dari pemanfaatannya sebagai adsorben
untuk pemurnian pulp, air, minyak, gas, dan katalis. Namun, mutu karbon aktif
domestik masih rendah (Harfi, 2003), dengan demikian perlu ada peningkatan
mutu karbon aktif tersebut.

Isotherm adsorpsi.(online)

Jenis-Jenis Adsorpsi

1. Adsorpsi Fisik

Adsorpsi fisik adalah adsorpsi yang terjadi akibat gaya interaksi tarik-menarik
antara molekul adsorben dengan molekul adsorbat. Adsorpsi ini melibatkan gaya-gaya
Van der Wals (sebagai kondensasi uap). Jenis ini cocok untuk proses adsorpsi yang
membutuhkan proses regenerasi karena zat yang teradsorpsi tidak larut dalam adsorben
tapi hanya sampai permukaan saja.

2. Adsorpsi Kimia

Adsorpsi kimia adalah adsorpsi yang terjadi akibat interaksi kimia antara molekul
adsorben dengan molekul adsorbat. Proses ini pada umumnya menurunkan kapasitas
dari adsorben karena gaya adhesinya yang kuat sehingga proses ini tidak reversibel.

4
Praktikum Kimia Fisik
Modul II, 11 Desember 2014

Kinetika Adsorpsi

Kinetika adsorpsi berhubungan dengan laju reaksi. Hanya saja, kinetika


adsorpsi lebih khusus, yang hanya membahas sifat penting dari permukaan zat.[4].
Kinetika adsorpsi yaitu laju penyerapan suatu fluida oleh adsorben dalam suatu
jangka waktu tertentu. Kinetika adsorpsi suatu zat dapat diketahui dengan
mengukur perubahan konsentrasi zat teradsorpsi tersebut. Kinetika adsorpsi
dipengaruhi oleh kecepatan adsorpsi. Kecepatan adsorpsi dapat didefinisikan
sebagai banyaknya zat yang teradsorpsi per satuan waktu. Kecepatan atau besar
kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya :

• Macam adsorben

• Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate)

• Luas permukaan adsorben

• Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate)

• Temperatur

Kesetimbangan Adsorpsi

Fasa kesetimbangan antara cairan dan fasa yang diserap oleh satu atau
lebih komponen dalam proses adsorpsi merupakan faktor yang menentukan di
dalam kinerja proses adsorpsi tersebut. Dalam hampir semua proses, faktor ini
jauh lebih penting daripada laju perpindahan. Peningkatan kapasitas stoikiometrik
adsorben memiliki pengaruh yang lebih besar daripada peningkatan laju
perpindahan.

Chapter II.(online)

5
Praktikum Kimia Fisik
Modul II, 11 Desember 2014

D. Alat dan Bahan

1. Alat

No Nama Alat Gambar Fungsi


1 erlenmeyer Sebagai wadah suatu larutan untuk
dititrasi
2 Buret Sebagai wadah larutan yang akan
dipakai sebagai pentitrasi
3 Pipet ukur Untuk menyedot dan meneteskan
larutan dengan volume yang akurat
4 Corong Sebagai alat pembantu agar ketika
larutan akan dipindahkan kewadah
yang lain maka larutan
5 Kertas saring Sebagai penyaring larutan

2. Bahan

No Nama bahan Sifat fisik Sifat kimia


1 Asam asetat -rumus molekul : -larut dengan mudah dalam
CH3COOH air
-massa molar : 60,05 g/mol -bersifat higroskopik dan
-cairan higroskopik tak korosif
berwarna -merupakan asam lemah
2 NaOH -rumus molekul : NaOH -merupakan larutan basa
-titik lebur : 318oC kuat
-titik didih : 1390oC -sangat korosif terhadap
jaringan
-tidak berbau
3 Iondikator (pp) -rumus molekul : C20H14O4 -trayek pH 6,2 -10

6
Praktikum Kimia Fisik
Modul II, 11 Desember 2014

Fenoftalein -massa jenis : 1,227 g/cm3 -merupakanindikator dari


-berbentuk larutan dalam analisis kimia
-merupakan asam lemah -tidak dapat bereaksi
dengan larutan yang
direaksikan
4 Arang aktif

E. Prosedur Kerja

Asam asetat 1 M

- Mengncerkan asam asetat 1 M menjadi 6 sampel larutan


konsentrasi masing-masing 1 M, 0,8 M, 0,6 M, 0,4 M,
0,2 M, 0,1 M masing-masing 25 ml
- Mengambil 10 ml tiap larutan sampel
- Menambahkan 2 tetes insikator pp kemasing-masing
sampel
- Mentitrasi semua sampel dengan larutan baku NaOH
0,5 M
Larutan berubah warna

7
Praktikum Kimia Fisik
Modul II, 11 Desember 2014

6 sampel poin 1 pada


prosedur kerja

- Nmengambil sebanyak 12,5 ml pada masing-masing


sampel poin 1 pada prosedur kerja
- Memasukan kedalam 6 buah erlenmeyer
- Menambahkan 1 gr karbon aktif kemasing-masing
sampel
- Mengocok sampel dan mendiamkan selama 30 menit
- Menyaring masing-masing sampel larutan
- Mengambil 5 ml dari masing-masing larutan
- Menambahkan 2 tetes indikator pp kemasing-masing
sampel
- Mentitrasi dengan NaOH 0,5 M
Larutan berubah warna

8
Praktikum Kimia Fisik
Modul II, 11 Desember 2014

F. Hasil Pengamatan dan Perhitungan

1. Hasil Pengamatan

Perlakuan Hasil Pengamatan


1. Memasukan 6 sampel larutan 1. Larutan tidak berwarna
asam asetat ke dalam erlenmeyer (baning)
dengan konsentrasi berturut-turut
1 M, 0,8 M, 0,6 M, 0,4 M, 0,2 M,
dan 0,1 M mesing-masing 25 ml
2. Mengambil setiap 10 ml larutan 2. Larutan tidak berwarna
sampel asam asetat ditambah 2
tetes indikator pp
3. Dititrasi dengan larutan baku 3. Larutan berwarna ungu pada
NaOH 0,5 M. (semua sampel volume berturut-turut 20 ml,
berturut-turut 1 M, 0,8 M, 0,6 M, 17 ml, 13,5 ml, 9,2 ml, 3,8 ml,
0,4 M, 0,2 M, dan 0,1 M dan 3 ml
4. Mengambil setiap larutan (sampel 4. Larutan berwarna hitam
poin 1 sebanyak 12,5 ml dan
dimasukan kedalam erlenmeyer
dan menambahkan 1 gram karbon
aktif lalu dikocok dan didiamkan 5. Larutan menjadi bening
selama 30 menit
5. Menyaring larutan dengan kertas 6. Larutan berubah warna
saring menjadi ungu pada volume 10
6. Mengambil 5 ml dan mentitrasi ml, 7,7 ml, 6 ml, 4 ml, 1,8 ml,
dengan larutan standar NaOH 0,5 1,2 ml
M sebelum dititrasi ditambahkan
2 tetes indikator PP. Semua
sampel berturut-turut 1 M, 0,8 M,

9
Praktikum Kimia Fisik
Modul II, 11 Desember 2014

0,6 M, 0,4 M, 0,2 M, dan 0,1 M

2. Perhitungan

2.1 Pengenceran CH3COOH 1 M

a. V1 . M1= V2.M2

V1 . 1 M= 25 ml. 1 M

V1 = 25 ml

b . V1 . M1= V2.M2

V1 . 1 M= 25 ml. 0,8 M

V1 = 20 ml

c. V1 . M1= V2.M2

V1 . 1 M= 25 ml. 0,6 M

V1 = 15 ml

d. V1 . M1= V2.M2

V1 . 1 M= 25 ml. 0,4 M

V1 = 10 ml

e. V1 . M1= V2.M2

V1 . 1 M= 25 ml. 0,2 M

V1 = 5 ml

f. V1 . M1= V2.M2

V1 . 1 M= 25 ml. 0,1 M

10
Praktikum Kimia Fisik
Modul II, 11 Desember 2014

V1 = 2,5ml

2.2 Konsentrasi sebenarnya dari setiap larutan

VCH3COOH . MCH3COOH = VNaOH . MNaOH

a. V1 . M1= V2.M2
10 ml . MCH3COOH = 20 ml . 0,5 M
MCH3COOH = 1 M
b. V1 . M1= V2.M2
10 ml . MCH3COOH = 17 ml . 0,5 M
MCH3COOH = 0,85 M
c. V1 . M1= V2.M2
10 ml . MCH3COOH = 13,5 ml . 0,5 M
MCH3COOH = 0,675 M
d. V1 . M1= V2.M2
10 ml . MCH3COOH = 9,2 ml . 0,5 M
MCH3COOH = 0,46 M
e. V1 . M1= V2.M2
10 ml . MCH3COOH = 3,8 ml . 0,5 M
MCH3COOH = 0,19 M
f. V1 . M1= V2.M2
10 ml . MCH3COOH = 3 ml . 0,5 M
MCH3COOH = 0,15 M

12,5 𝐵𝑀(𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻
2.3 X=[ 7,5 𝑥(𝑎1 − 𝑏1)𝑥𝑀(𝑁𝑎𝑂𝐻)𝑥 ]
1000

12,5 60
a. X1= [ 7,5 𝑥(0,20 − 0,1)𝑥0,5 𝑀 𝑥 ] = 0,005
1000
12,5 60
b. X2= [ 7,5 𝑥(0,17 − 0,077)𝑥0,5 𝑀 𝑥 ] = 0,00465
1000
12,5 60
c. X3= [ 7,5 𝑥(0,135 − 0,06)𝑥0,5 𝑀 𝑥 ] = 0,00375
1000

11
Praktikum Kimia Fisik
Modul II, 11 Desember 2014

12,5 60
d. X4= [ 7,5 𝑥(0,092 − 0,04)𝑥0,5 𝑀 𝑥 ] = 0,0026
1000
12,5 60
e. X5= [ 7,5 𝑥(0,038 − 0,018)𝑥0,5 𝑀 𝑥 ] = 0,001
1000
12,5 60
f. X6= [ 7,5 𝑥(0,03 − 0,012)𝑥0,5 𝑀 𝑥 ] = 0,0009
1000

2.4 C asam asetat setelah di adsorpsi

a. C1 = 1 M

b. C2 = 0,77 M

c. C3 = 0,6 M

d. C4 = 0,4 M

e. C5 = 0,18 M

f. C6 = 0,12 M

2.5 X/m, m = berat karbon

a. X1 = 0,005 , m = 1 gr

X1/m = 0,005/1 = 0,005

b. X2 = 0,00465 , m = 1 gr

X3/m = 0,00465 /1 = 0,00465

c. X3 = 0,00375 , m = 1 gr

X3/m = 0,00375 /1 = 0,00375

d. X4 = 0,0026, m = 1 gr

X4/m = 0,0026/1 = 0,0026

e. X5 = 0,001, m = 1 gr

X5/m = 0,001/1 = 0,001

12
Praktikum Kimia Fisik
Modul II, 11 Desember 2014

f. X6 = 0,0009, m = 1 gr

X6/m = 0,0009/1 = 0,001

2.6. log X/m

a. log X1/m = log 0,005

= -2,3010

b. log X2/m = log 0,00465

= -2,3325

c. log X3/m = log 0,00375

= - 2,4259

d. log X4/m = log 0,0026

= - 2,5850

e. log X5/m = log 0,001

= -3

f. log X6/m = log 0,0009

= - 3,0457

2.7. Tabel

No m Konsentrasi Konsentrasi X X/m Log Log C


(gram) awal akhir (gram) X/m
1. 1 1M 1M 0,005 0,005 -2,3010
2. 1 0,8 M 0,85 M 0,00465 0,0046 -2,3325
3. 1 0,6 M 0,675 M 0,00375 0,0037 - 2,4259
4. 1 0,4 M 0,46 M 0,0026 0,0026 - 2,5850
5. 1 0,2 M 0,19 M 0,001 0,001 -3

13
Praktikum Kimia Fisik
Modul II, 11 Desember 2014

6. 1 0,1 M 0,15 M 0,0009 0,0009 - 3,0457

2.8 Grafik

14
Praktikum Kimia Fisik
Modul II, 11 Desember 2014

G. Pembahasan

Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat baik berupa gas ataupun
zat cair pada permukaan adsorben. Dalam industri, penerapan prinsip ini banyak
kita jumpai misalnya bahan-bahan pengotor dan material berwarna yang terdapat
dalam produk-produk gula, minyak kelapa dan lain-lain, di bersihkan dengan
menggunakan arang aktif atau adsorben lainnya.

Adsorben terjadi pada permukaan padatan sebagai akibat gaya-gaya


valensi atau gaya-gaya atraktif lainnya dari atom-atom atau molekul pada
permukaan padatan.

Pada percobaan kali ini tentang proses adsorpsi isoterm larutan yang
dilakukan dengan memakai asam asetat (CH3COOH) 1M , NaOH 0,5 M sebagai
larutan standar dan baku indikator pp, dan arang aktif. Tahapan pertama yaki
memisahkan larutan standar asam asetat menjadi 2 bagian masing-masing 12,5
kemudian di encerkan dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Untuk sampel
bagian pertama yang telah diencerkan kemudian dititrasi menggunakanlarutan
NaOH 0,5 M, untuk sampel bagian kedua ditambahkan 1 gram arang aktif dan di
diamkan selama 30 menit. Peristiwa adsorpsi yang terjadi pada sampel bersifat
selektif dan spesifik dimana asam asetat lebih mudah teradsorpsi dari pelarut air.
Karena arang aktif hanya mempu mengadsorpsi senyawa-senyawa organik.
Setelah didiamkan selama 30 menit sampel kedua disaring menggunakan kertas
saring dan selanjutnyadititrasi dengan NaOH 0,5 M. konsentrasi dari asam asetat
mempengaruhi volume titrasi yang digunakan yaitu semakin besar konsentrasi
dari asam asetat maka semakin besar pula NaOH 0,5 M yang digunakan pada saat
melakukan titrasi. Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi letak
antara molekulnya semakin berdekatan sehingga sukar untuk sampai ke titik
ekivalen pada saat melakukan titirasi.

Kedua percobaan ini tidak akan mendapatkan hasil apabila sebelum


melakukan titrasi, praktikan lupa menambahkan indikator pp. Hal ini disebabkan
karena insikator pp berfungsi sebagai tanda apabila sampel yang dititrasi sudah

15
Praktikum Kimia Fisik
Modul II, 11 Desember 2014

mencapai titik ekivalen, perubahan warna sampel pada saat melakukan titrasi
adalah sebagai tanda bahwa sampel sudah mencapai titik ekivalennya.

Setelah proses titrasi dilakukan didapatkan hasil atau volume


NaOH berturut-turut 10 ml, 7,7 ml, 6 ml, 5 ml, 1,8 ml , dan 1,2 ml dengan
konsentrasi awal 1 M, 0,8 M, 0,6 M, 0,4 M, 0,2 M dan 0,1 M.

16
Praktikum Kimia Fisik
Modul II, 11 Desember 2014

H. Kesimpulan

Dari peercobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwasemakin besar


konsentrasi makan semakin besar pula adsorpsinya dan semakin banyak pula zat
yang teradsorpsi. Demikian juga sebaliknya dan didapatkan juga perbedaan bahwa
2 sampel yang satunya ditambahkan adsorben kemudian setelah dititrasi terdapat
perbedaan volume antara sampel yang tidak ditambahkan adsorben dan yang
ditambahkan adsorben yang memiliki volume yang lebih tinggi yakni sampel
yang tidak ditambahkan adsorben, dan uga semakin besar konsentrasi maka
semakin banyak pula volume yang dipakai saat melakukan titrasi.

I.Kemungkinan Kesalahan

1. ketidak telitian praktikan pada saat melakukan titrasi

17
Praktikum Kimia Fisik
Modul II, 11 Desember 2014

Daftar pustaka

Anonim,2011.(chapter%2011[online]Tersedia di http://repository.usu.ac.id/bitsrea
m/../4/chapter%2011.pdf.(diakses tanggal 4 desember 2014 pukul 13.00 wita)

Anonim,2012.isotermadsorpsi[online]Tersedia dihttp://yustikaforict.files.com/2012/
12/isoterm-adsorbsi.pdf.(diakses tanggal 4 desember 2014 pukul 13.00 wita)

Day RA & Al Underwood. 1988. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi empat. Jakarta:
Erlangga.

Teaching,team.2014.modul pununtun praktikum kimia fisik.Gorontalo:UNG

18

Anda mungkin juga menyukai