Nitrat (NO3-) dan Nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik alami yang merupakan
bagian dari siklus Nitrogen. Aktivitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah
yang mengandung Nitrogen organik pertama–tama menjadi Amonia, kemudian
dioksidasikan menjadi Nitrit dan Nitrat. Oleh karena Nitrit dapat dengan mudah
dioksidasikan menjadi Nitrat, maka Nitrat adalah senyawa yang paling sering
ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan.
Pencemaran oleh pupuk Nitrogen, termasuk Amonia anhidrat seperti sampah organik
hewan maupun manusia, dapat meningkatkan kadar Nitrat di dalam air. Senyawa
yang mengandung Nitrat di dalam tanah biasanya larut dan dengan mudah bermigrasi
dengan air bawah tanah[2]
Nitrat merupakan salah satu jenis senyawa kimia yang sering ditemukan di alam,
seperti dalam tanaman dan air. Senyawa ini terdapat dalam tiga bentuk, yaitu ion
Nitrat (ion-NO3), Kalium Nitrat (KNO3), dan Nitrogen Nitrat (NO3-N). Ketiga
bentuk senyawa Nitrat ini menyebabkan efek yang sama terhadap ternak meskipun
pada konsentrasi yang berbeda. Nitrat merupakan bentuk Nitrogen yang berperan
sebagai nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat Nitrogen sangat
mudah larut dalam air dan memiliki sifat yang relatif stabil. Senyawa ini dihasilkan
dari proses oksidasi yang sempurna di perairan. Pada dasarnya, Nitrat merupakan
sumber utama Nitrogen diperairan, akan tetapi tumbuhan lebih menyukai Amonia
untuk digunakan dalam proses pertumbuhan. Kadar Nitrat diperairan yang tidak
tercemar biasanya lebih tinggi dari pada kadar amonium. Kadar Nitrat lebih dari 5
mg/ltr. menggambarkan keadaan suatu perairan yang telah tercemar akibat aktivitas
manusia dan tinja hewan. Kadar Nitrogen yang lebih dari 0,2 mg/ltr menggambarkan
terjadinya eutrofikasi perairan
Pada kondisi yang normal, baik Nitrit maupun Nitrat adalah komponen yang
stabil, tetapi dalam suhu yang tinggi akan tidak stabil dan dapat meledak pada suhu
yang sangat tinggi dan tekanan yang sangat besar. Biasanya, adanya ion Klorida,
bahan metal tertentu dan bahan organik akan mengakibatkan Nitrat dan Nitrit
menjadi tidak stabil. Jika terjadi kebakaran, maka tempat penyimpanan Nitrit
maupun Nitrat sangat berbahaya untuk didekati karena dapat terbentuk gas beracun
dan bila terbakar dapat menimbulkan ledakan. Bentuk garam dari Nitrat dan Nitrit
tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak berasal
Jika Nitrat memiliki konsentrasi tinggi, maka bisa menimbulkan efek berupa:
1. Menstimulasi pertumbuhan ganggang;
2. Mengurangi DO;
3. Menurunkan populasi ikan;
4. Menimbulkan bau busuk dan rasa yang tidak enak;
5. Kurang sehat untuk rekreasi;
1. Spektronik 2
Digunakan untuk
20
mengukur adsorbansi
sampel larutan yang
berwarna
2. Erlenmeyer 1 Wadah untuk
mereaksikan larutan
5. Pipet tetes 1
Untuk mengambil
larutan dalam jumlah
sedikit
6. Gelas ukur 1 Untuk mengukur
volume larutan
KNO3
100ppm
2. Pembuatan larutan standar
KNO3
100ppm
Larutan standar
(1-5ppm)
3. Penentuan panjang gelombang maksimum
sampel
Panjang gelombang
maksimu (400nm)
Kurva Kalibrasi
F. Hasil pengamatan dan Perhitungan
1. Hasil Pengamatan
a. Penentuan panjang gelombang
No Panjang gelombang absorbansi
1 400 0,237
2 410 0,231
3 420 0,230
4 430 0,231
5 440 0,227
6 450 0,204
7 460 0,203
8 470 0,199
9 480 0,194
10 490 0,191
11 500 0,185
12 510 0,177
13 520 0,169
14 530 0,156
15 540 0,140
16 550 0,127
17 560 0,111
18 570 0,097
19 580 0,085
20 590 0,075
21 600 0,067
(Σx1.y1 x n) − (Σx1.Σy1)
b =
(n . Σx12 ) – (Σx1 ) 2
(0,73 x 5) − (15x 0,1978)
=
(5 x 55) – 225
3,65 – 2,967 0,683
= = = 0,01366
275 – 225 50
Σy1 − (b . Σx1)
a =
n
0,1978 − (0,0136 x 15)
=
5
0,1978 – 0,204
= = -0,0071
5
X Y x- (x - )2 y- ( y - )2 (x - )( y - )
1 0,054 -2 4 -0,932 0,8686 1,864
2 0,125 -1 1 -0,864 0,7465 0,864
3 0,209 0 0 -0,78 0,6084 0
4 0,286 1 1 0,703 0,4942 0,703
5 0,315 2 4 0,674 0,4543 1,348
3 0,989 10 3,172
Dik : R = 0,9796
y = +bx – a
y = 0,0683x – 0,0071
Σ (x−x)(y−y)
K =
√Σ (x−x)2 √Σ (y−y)2
0,677
=
√10 √3,172
4,779
=
3,1623 x 1,7810
4,779
= = 0,9796
5,637
- Titik 1
y = 0,4 y = bx – a
0,4 = 0,0683x – 0,0071
0,4 + 0,0071 = 0,0683x
0,4071 = 0,0683x
x = 5,9604
- Titik 2
y = 0,34 y = bx – a
0,34 = 0,0683x – 0,0071
0,34 + 0,0071 = 0,0683x
0,3471 = 0,0683x
x = 5,0819
G. Pembahasan
Percobaaan kali ini dilakukan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif terhadap
sampel yang digunakan. Penentuan kadar nitrat pada sampel akan menjadi tujuan
analisis pada percobaan kali ini. sampel yang digunakan adalah air limbah. Limbah
adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Untuk air limbah yang digunakann adalah limbah hasil
dari industry yakni berasal dari pabrik tahu.
Limbah tahu berasal dari buangan atau sisa pengolahan kedelai menjadi tahu
yang terbuang karena tidak terbentuk dengan baik menjadi tahu sehingga tidak dapat
dikonsumsi. Pada peneilitian terdahulu menyatakan bahwa pada air limbah pabrik
tahu banyak mengandung bahan-bahan organic yakni salah satunya adalah nitrat.
Sampel yang digunakan diambil dari dua titik yang berbeda. Ini bertujuan untuk
mengetahui absorbansi pada titik mana yang akan menghasilkan kadar nitrat yang
tinggi. Lokasi pengambilan sampel yaitu kecamatan telaga biru, kabupaten gorontalo.
Untuk lokasinya dapat dilihat dri gambar berikut:
Lokasi Titik 1 Lokasi Titik 2
Pengambilan sampel
Untuk penentuan lokasi pengambilan sampel, sudah ditentukan yaitu mengambil
dari dua titik. Untuk titik pertama diambil pada bak pembuangan limbah dengan cara
memasukkan air limbah tersebut kedalam botol yang sudah sesuai syarat wadah
untuk sampel. Botol ini dimasukkan sepenuhnya dalam bak limbah yang kemudian di
isi hingga penuh, prosedur ini dilakukan untuk menghindari masukknya gelembung
udara yang masuk karena jika terdapat gelembung udara maka dapat merusak
kandungan zat yang ada pada sampel tersebut. Pada titik pertama ini dilakukan dua
kali pengambilan dengan total 2 botol untuk sampel pertama. Untuk titik 2 diambil
dari lokasi yang sama namun jaraknya yang diperjauh, untuk titik ini sampel diambil
dari pipa pembuangan dari dari pabrik ini yang berlokasi cukup jauh dengan pabrik.
Dan dilakukan hal yang sama dengan sampel untuk titik 1.
Larutan induk
Pada percobaan ini, sesuai rujukan dari jurnal (SNI) yang diambil bahwa, larutan
yang digunakan sebagai larutan induk adalah KNO3. Padatan KNO3 ini ditimbang
sebanyak 0,07128 gram untuk membuat larutan induk dengan konsentrasi 100ppm,
kemudian padatan ini dilarutkan dalam 100mL aquadest. Digunakannya larutan
induk dengan konsentrasi 100ppm ini bertujuan untuk memudahkan untuk
pengenceran dalam membuat larutan standar dengan konsentrasi yang lebih kecil.
larutan standar
Untuk larutan standar dibuat dengan cara mengencerkan larutan induk (100ppm)
menjadi 10ppm yang selanjutnya dapat diencerkan kembali dengan konsentrasi 1-
5ppm. Larutan standar ini akan digunakan untuk membuat kurva kalibrasi. Larutan
standar ini berguna sebagai interval atau rentangan untuk menentukan apakah nilai
absorban sampel berada dalam rentangan larutan standar tersebut atau tidak.
larutan standar ini berwarna bening, sedangkan prinsip dari alat spektronik 20 ini
akan membaca absorbansi analit yang berwarna, maka dari itu baik larutan standar
dan sampel ditambahkan pengompleks untuk member warna pada keduanya.
Analisa NO3
Untuk larutan standar dan sampel diberi perlakuan yang sama. Sampel dan
larutan standar diambil masing-masing 10mL yang kemudian ditambahkan dengan
beberapa pereaksi yaitu NaCl (2mL), H2SO4 (10mL), 0,5 brusin-sulfanilat yang
kemudian dikocok setiap pemberian sampel. Selanjutnya sampel maupun larutan
standar di tambahkan aquadest hingga mencapai volume 25 mL. setelah
ditambahkan beberapa pereaksi sampel dan larutan standar yang sebelumnya bening
berubah menjadi kuning kemerahan. Karena keduanya telah menjadi larutan
berwarna, kemudian dapat dilanjutkan dengan analisis dengan spektronik 20.
Spektronik 20 ini akan mengukur absorbansi dari larutan yang berwarna pada
panjang gelombang tertentu.
Selanjutnya yaitu untuk memanaskan alat spektronik 20 dinyalakan selam 15
menit. Pada analisa ini digunakan aquadest sebagai larutan blanko yang digunakan
untuk mengkalibrasi alat setiap satu pembacaan analit. Pada jurnal yang digunakan
panjang gelombang yang dipakai adalah rentan <400 nm tetapi pada percobaan kali
ini digunakan range panjang gelombang dari 400 hingga 600 nm dikarenakan
keterbatasan alat. Larutan standar dianalisis pertama dari konsentrasi
1ppm,2ppm,3ppm,4ppm dan 5 ppm. Tetapi yang digunakan sebagai penentu yaitu
konsentrasi 5ppm dengan absorbansi sebanyak 0,315. Dengan panjang gelombang
400nm adalah panjang gelombang maksimum. Selanjutnya kedua sampel di analisis
dengan panjang gelombang 400nm, untuk titik 1 absorbansi yang terbaca adalah
sebanyak 0,4 sedangkan untuk titik 2 hasil yang dibaca sekitar 0,34 absorbansi dari
kadar nitrat. Terjadi perbedaan kadar nitrat yang tidak jauh berbeda dengan selisih
0,06 ini diakibatkan pada titik sampel merupakan titik pertama pembuangan artinya
pada titik ini kadar nitrat belum terdekomposisi atau terurai bersama kandungan zat
lain.
H. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa limbah tahu berasal
dari buangan atau sisa pengolahan kedelai menjadi tahu yang terbuang karena tidak
terbentuk dengan baik menjadi tahu sehingga tidak dapat dikonsumsi. Pada
percobaan kali ini absorbansi nitrat pada sampel limbah tahu masing-masing sebesar
0,4 dan 0,34 yang terbaca pada panjang gelombang maksimum yaitu 400nm.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Herlambang A. 2006. Pencemaran air dan strategi penanggulangannya. Jurnal Air
Indonesia. 2(1):16-29
[3] Daniel W L, Han M S, Lee J S, Mirkin C A. 2009. Colorimetric nitrite and nitrate
detection with gold nano particle probes and kinetic end points. American
Chemical Soc. 131(18)
[4] Alaerts G dan Sri Sumantri Santika. 1984. Metode Penelitian Air. Surabaya:
Usaha Nasional